PENGUKURAN KINERJA
DOSEN PENGAJAR
DISUSUN OLEH :
1. Crescentia Apriliany Dhey 1723754665
2. Lenci Raga 1723754678
3. Martini Ivvonia Malihing 1723754684
4. Serly Kase 1723754698
SEMESTER/KELAS
VI/B
JURUSAN AKUNTANSI
2020
1
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmatNya kami dapat menyelesaikan makalah Pengukuran Kinerja tentang
“MEMPERBAIKI KINERJA BERBASIS PERILAKU” ini dengan baik.Tidak lupa
kami juga mengucapkan banyak terimakasih kepada ibu Agnes Kidi Betan
Mudamakin, SE., M. Acc dan teman-teman sekalian atas dukungan dan bimbingan
sehingga makalah ini dapat kami selesaikan dengan baik. Kami mengetahui bahwa
makalah ini jauh dari kata sempurna, maka dari itu kami sangat membutuhkan saran dan
kritik yang membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan makalah ini.Semoga
dengan penyusunan makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pemahaman diri
kami dan para pembaca tentang mata kuliah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i
Daftar Isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii
BAB I PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
1.1. Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
1.2. Rumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
1.3. Tujuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
Bab II PEMBAHASAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
2.1. Feedback sebagai dasar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
perbaikan kinerja
2.2. Perubahan perilaku . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
2.3. Teknik feedback . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
2.4. Faktor-faktor penentu . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
feedback yang efektif
2.5. Reward sebagai dasar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
perbaikan kinerja
2.6. Model ABC atas perubahan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8
perilaku
2.7. Memodifikasi perilaku . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11
2.8. Perilaku disfungsional . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 15
2.9. Penyebab terjadinya perilaku . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 16
disfungsional
BAB III PENUTUP . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 17
3.1. Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 17
3.2. Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18
DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
instansi pemerintahan, maupun perusahaan swasta, evaluasi kinerja sangat
berguna untuk menilai kuantitas, kualitas, efisiensi perubahan motivasi para
aparatur serta mekukan pengawasan dan perbaikan Kinerja aparatur yang optimal
sangat dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas dan menjaga kelangsungan
hidup instansi ini.
1.3. Tujuan
1) Mampu meimplementasikan pengaruh feedback dalam memperbaiki kinerja
2) Mampu memahami perilaku yang berpengaruh dalam penilaian kinerja.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Kinerja yang dicapai oleh suatu organisasi pada dasarnya adalah prestasi
para anggota prganisasi itu sendiri mulai dari tingkat eksekutif sampai pada
pegawai operasional. Oleh karena itu, upaya memperbaiki kinerja organisasi tidak
mungkin dapat berhasil jika perilaku para pegawai tidak diarahkan dengan baik.
Informasi hasil pengukuran kinerja dapat dijadikan feedback (umpan balik) untuk
mengarahkan perilaku pegawai ini menuju perbaikan kinerja selanjutnya.
Feedback ini memuat informasi objektif mengenai kinerja individual dan kolektif.
1. Instructional
2. Motivational
3
1. Teman kerja/satu tim (peer), atasan, bawahan dan pihak luar.
2. Tugas dan kewajiban yang dibebankan (task)
3. Dirinya sendiri (self)
1. Karakter penerima
4
2.3. Teknik Feedback
Feedback melibatkan dua pihak utama, yaitu pihak sumber dan pihak
penerima feedback. Pada dasarnya feedback in dapat dilakukan dengan berbagai
cara. Beberapa cara yang umumnya digunakan adalah:
5
yang tercapai. Social reward merupakan exrtrinsic reward yang diperoleh dari
lingkunganna, seperti finansial, material, dan piagam penghargaan. Sedangkan
psychic reward adalah instrinsic reward yang datang dari dalam diri sendiri,
seperti pujian, sanjungan, dan ucapan selamat yang dirasakan pegawai sebagai
bentuk pengakuan terhadap dirinya dan mendatangkan kepuasan bagi dirinya
sendiri.
6
1. Terlalu menekankan pada reward moneter. Hal ini sesuai dengan apa yang
dibutuhkan individu bahwa mereka tidak semuanya merasa puas dengan
imbalan berwujud finansial.
2. Rasa menghargai pada penerima reward sangat kurang. Reward sering
diberikan dalam bentuk berwujud tetapi tidak disertai penghargaan/pengakuan
yang layak.
3. Banyak yang menerima reward. Semakin banyak yang menerima reward
dengan nilai yang tidak proporsional akan mengurangi motivasi seseorang.
4. Memberikan reward dengan kriteria yang salah. Misalnya hanya diukur dari
waktu kerja seingga pegawai termotivasi hanya untuk mempercepat pekerjaan
tanpa mempertimbangkan hasil.
5. Lamanya penangguhan (delay) antar kinerja antara kinerja yang reward.
Reward yang tidak segera diberikan membuat seseirang merasa kurang
dihargai.
6. Kriteria reward sangat fleksibel. Tidak pernah ada ukuran yang baku dalam
pemberian reward membuat kesenjangan antara apa yang diharapkan
seseorang dengan apa yang sebenarnya diterima.
7. Sasaran reward hanya untuk motivasi jangka pendek. Reward sering hanya
berpengaruh sementara terhadap motivasi dan kinerja pegawai.
8. Pemberian kompensasi jajaran top manajemen (eksekutif) yang berlebihan.
Hal ini dapat mengurangi motivasi pegawai operasional karena meras ada
pembedaan penghargaan yang sangat mencolok dan tidak adil.
7
untuk mengambil keputusan pendistribusian yang adil dan merata kepada
pegawai.
1. Membuat pembayaran atas kinerja sebagai bagian integral dari rencana formal
organisasi
2. Penentuan intensif dasar berdasarkan data kinerja yang akurat dan obyektif
3. Pegawai dilibatkan dalam pengembangan, implementasi dan revisi formula
pembayaran kinerja.
4. Membangun sistem pembayaran untuk rencana kerja secara konsisten.
5. Reward kelompok kerja dan individual berdasarkan kontribusi kerja.
6. Sistem pengawasan dan penilaian kinerja harus transparan.
7. Pemberian insentif moneter harus disertai penghargaan yang bisa
meningkatkan kepuasan pegawai.
1. Antecedents
8
b. Menyediakan informasi tertentu
c. Selalu berpasangan dengan consequences
d. Consequences yang muncul bisa jadi merupakan antecendents
e. Antecedents tanpa diikuti consequences mempunyai dampak jangka
pendek.
9
3. Perilaku terjadi hanya ada permintaan atau tuntutan sebelumnya (misalnya
ada orang tua di kediamannya yang sedang minta tolong seorang
pengunjung mintah pengarahan, seorang pimpinan memasuki ruang rapat)
2. Behaviour
3. Consequences
Consequences adalah kejadian-kejadian yang mengikuti perilaku
dan mengubah adanya kemungkinan perilaku akan terjadi kembali di
masa datang. Consequences mempengaruhi perilaku dengan 2 cara, yaitu
dengan meningkatkan perilaku dan mengurangi perilaku tertentu. Terdapat 4
consequences keperilakuan, dua meningkatkan perilaku tertentu dan dua
lainya mengurangi (Daniels, 1989):
1. Consequences yang meningkatkan perilaku tertentu:
a. Positive reinforcements (R+), misalnya memperoleh sesuatu yang kita
inginkan.
10
b. negative reinforcements (R-), misalnya melepaskan diri atau
menghindari segalah sesuatu yang tidak kita inginkan.
2. Consequences yang menurunkan perilaku tertentu:
a. Mendapatkan segalah sesuatu yang tidak kita inginkan (P+), misalnya
hukuman
b. Gagal untuk mendapatkan sesuatu yang inginkan (P-), misalnya
adanya punahnya pulang.(TIDAK MENDAPAT PROMOSI
JABATAN)
11
berikutnya. Pada dasarnya perilaku bisa diarahkan untuk mencapai apa yang ingin
dicapai. Pengarahan perilaku dapat dilakukan dengan 4 cara, antara lain:
12
3. Menyusun kembali antisiden dan menyediakan konsekuensi-
konsekuensi
Dalam manajemen terhadap antecendent ini, terdapat dua strategi
dasar yang bisa dilakukan, yaitu: (1) menghilangkan kendala-kendala dan
atau 2) menyediakan kesempatan-kesempatan.
Terdapat enam petunjuk untuk menyusun konsekuen secara sukses
selama terjadi modifikasi perilaku. Enam petunjuk tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Tingkatan perbaikan, bukan hanya sekedar hasil akhir. Pembentukan
tidak dapat terjadi jika suatu perilaku memerlukan perbuatan yang
terlalu banyak. Perilaku menjadi hilang ketika tidak dibentuk dalam
tahapan-tahapan peningkatan yang bisa dicapai.
b. Cocokan konsekuensi dengan perilaku. Pekerja yang terlalu banyak
mendapatkan reward (penghargaan) mungkin terlalu bersalah dan
tentunya memperkuat level kinerjanya. Seperti Jika kinerjanya
ternyata lebih rendah dari pekerjaan lain yang mendapat
penghargaan sama, dia tidak akan meningkatkan outputnya.
Pekerja yang kurang mendapat reward akan marah terhadap
sistem.perilakunya akan hilang dan perusahaan mungkin menolong
pekerja yang baik (kurang penghargaan) untuk mencari pekerja lain
ketika perusahaan lain mendorong karyawan buruk (berlebihan
penghargaan) untuk tetap tinggal.
c. Tekanan pada penghargaan yang lazim (natural) daripada
penghargaan buatan. Penghargaan yang lazim secara potensial akan
mempengaruhi konsekuen yang berasal dari interaksi sosial dan
administratif dari hari ke hari. Contoh penghargaan yang lazim
seperti pujian dari atasan, penyerahan tugas yangmenyenangkan,
selesai pekerjaan yang lebih awal dengan gaji tetap, jadwal kerja yamg
fleksibel, dan istrahat lebih lama. Penghargaan buatan dapat
berbentuk uang, material dan penghargaan berwujud lain.
Penghargaan sosial yang lazim secara potensi paling kuatpengaruhnya
dan juga tidak bersifat membosankan.
13
d. Sediakan feadback objektif sebisa mungkin kepada individu. Umpan
balik yang objektif mempunyai pengaruh positif terhadap perilaku di
masa yang akan datang. Hal tersebut berlaku ketikaindividu
mempunyai kesempatan untuk mengawasi perilakunya sendiri.tiga
cara yang saling berkaitan dan sangat bergunan bagi
pembentukanperilaku yang akan datang adalah penentuan tujuan,
umpan balik objektifdan penguatan positif terhadap perbaikan.
e. Utamakan penguatan positif, kurangi hukuman. Para ahli modifikasi
perilali di tempat kerja menganjurkan dengan begitu pembentukan
perilaku positif dengan mengutamakan penguatan positif dibandingkan
dengan penguatan perilaku jelek dengan menggunakan hukuman.
Sebenarnya hukuman hanya menekan perilaku yang tidak diinginkan
secara temporer saja. Disamping itu hukuman bersifat menakutkan
dan membuat tidak suka orang ketika melaksanakannya. Feedback
positif dan konstruktif terbukti menjadi altelnatif lain dari hukuman
f. Atur penguatan secara tepat. Perilaku yang tidak matang
memerlukan penguatan yang terus-menerus. Perilaku yang telah
mantap dipelihara dengan pengutan yang tidak terus-menerus
(sebentar-sebentar).
4. Mengevaluasi hasil
Modifikasi perilaku hanya efektif jika perilaku yang diinginkan
terjadi lebih sering dan perilaku yang tidak diinginkan terjadi lebih
jarang. Karena sering dan jarang bersifat relatif, maka manajer memerlukan
alat ukur yang bisa memberikan dasar objektif untuk membandingkan data
sebelum dan sesudah intervensi. Alat ukur yang di pakai manajer tersebut
bisa berupa data baseline dan behaviour chart.
1) Baseline data
Merupakan data perilaku sebelum intervensi yang dikumpulkan
tanpa target pengetahuan person. Pengukuran sebelum pada
akhirnya menyediakan dasar untuk pengukuran efektivitas atas
pemodifikasian perilaku.
2) Behaviour chart
14
Merupakan alat evaluasi program modifikasi perilaku yang
melibatkan data baseline sebelum intervensi dan sesudah
intervensi. Sumbu vertikal menunjukkan frekuensi perilaku,
persen atau hasil yang dicapai, sumbu horizontal menunjukkan
dimensi waktu.
5. Pembelajaran dalam modifikasi perilaku untuk peningkatan kinerja
Pembelajaran dalam modifikasi perilaku membutuhkan proses yang
sistematis. Beberapa yang perlu dipertimbangkan antara lain:
a) Sangat sulit dan bahkan tidak mungkin untuk mengubah perilaku
organisasi tanpa secara sistematis mengatur anteseden dan
konsekuen yang mungkin.
b) Sistem reward yang terbaik mala akan gagal jika tidak melibatkan
perilaku yang jelas dan kemungkinan akibatnya.
c) Pembentukan perilakumerupakan teknik perkembangan yang
berharga.
d) Tujuan, feadback objektis dan penguatan positif untuk perbaikan
ketika dikombinasi dengan cara sistematis A-B-C merupakan alat
manajemen yang sangat kuat.
e) Karena evaluasi program formal fundamental untuk memodifikasi
perilaku, maka hal tersebut dapat diperhitungkan.
15
Mempermainkan indikator penilaian kinerja berarti bawahan memilih
sebuah perilaku yang nantinya akan mencapai hasil yang paling
menguntungkan bagi dirinya sendiri dengan tidak memperdulikan perilaku
yang lebih disukai oleh atasannya (perusahaan).
b) Memanipulasi informasi strategis
Memanipulasi informasi strategis terjadi ketika bawahan mengubah
aliran informasi yang sesungguhnya dan melaporkan hanya pada aspek
informasi yang mereka sukai atau secara ekstrim memalsukan data dan
laporan perusahaan.
16
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
17
kebutuhan. Sistem reward yang kurang baik justru sering gagal dalam memotivasi
dan menumbuhkan semangat peningkatan kinerja.
3.2. Saran
1. Keterbatasan dalam makalah ini yaitu penulis hanya mengamil materi dari 2-
3 sumber saja dan, penulisan latar belakang sebagian merupakan pemikirin
penulis sendiri.
2. Saran penulis kedepan untuk memperbaiki kinerja harus ada feedback yang
positif, dan perilaku karyawan yang lebih baik.
18
DAFTAR PUSTAKA
Mohamad Mahsun, Pengukuran Kinerja Sektor Publik, Yogyakarta: BPFE UGM, 2006
19