Anda di halaman 1dari 7

Pengaruh Emosional pada Pembelian Impulsif

Tiara Shalina
Jurusan Ekonomi Syariah, Institut Agama Islam Negeri Kerinci

Abstrak
Analisis literatur mengenai pengaruh emosional pada pembelian impulsif
membahas peran sentral emosi dalam fenomena ini. Pembelian impulsif,
tindakan membeli produk atau layanan tanpa perencanaan sebelumnya,
seringkali dipicu oleh emosi seperti perasaan senang, kegembiraan, frustrasi,
dan tekanan sosial. Emosi menjadi pendorong utama yang mendorong
individu untuk bertindak tanpa pertimbangan yang mendalam, dan
dampaknya dapat dirasakan dalam jangka pendek dan jangka panjang.
Dampak jangka pendek melibatkan kepuasan instan dan gratifikasi,
sedangkan dampak jangka panjang dapat mencakup penyesalan, masalah
keuangan, dan perubahan perilaku belanja. Dalam kesimpulan, pemahaman
yang lebih mendalam tentang peran emosi dalam pembelian impulsif adalah
penting untuk membantu konsumen membuat keputusan yang bijaksana dan
membantu perusahaan dalam merancang strategi pemasaran yang cerdas dan
relevan dalam dunia konsumen yang dipengaruhi oleh emosi.

Kata Kunci : Implusif Buyying

Pendahuluan
Pembelian impulsif, yaitu pembelian produk atau layanan tanpa perencanaan
sebelumnya, telah menjadi bagian yang signifikan dalam dunia konsumen (Bong, 2011).
Fenomena ini terjadi saat konsumen merasa tergoda untuk membeli sesuatu tanpa
pertimbangan yang mendalam atau rencana pembelian yang matang (Wale &
Situmorang, 2023). Pembelian impulsif seringkali dipicu oleh emosi, yang memainkan
peran utama dalam mengarahkan tindakan konsumen (Ekowati & Ariningsih, 2016).
Dalam beberapa kasus, emosi dapat menjadi pendorong utama bagi seseorang untuk
melakukan pembelian impulsif. Oleh karena itu, untuk memahami perilaku konsumen
dan mengembangkan strategi pemasaran yang lebih efektif, penting untuk menganalisis
pengaruh emosional pada pembelian impulsif.
Pentingnya memahami pengaruh emosional pada pembelian impulsif semakin
meningkat seiring dengan perkembangan teknologi dan perilaku konsumen yang
semakin dinamis (Febriani & Dewi, 2019). Konsumen saat ini memiliki akses yang
lebih luas terhadap produk dan layanan melalui berbagai platform online, yang
membuat pembelian impulsif dapat terjadi dengan lebih mudah (Aulia, 2020). Selain
itu, para pemasar juga semakin memahami bagaimana emosi dapat digunakan untuk
mempengaruhi keputusan pembelian konsumen (Juliyana & Aulia, 2020). Dengan
demikian, penting untuk menjelajahi secara lebih mendalam bagaimana emosi berperan
dalam pembelian impulsif dan apa dampaknya pada konsumen dan perusahaan.
Dalam analisis literatur ini, kami akan menguraikan pengaruh emosional yang
berperan dalam pembelian impulsive (Musyaffaq, 2017). Faktor-faktor emosional
seperti perasaan senang, frustrasi, kegembiraan, dan tekanan sosial akan menjadi fokus
kami (Goleman, 2000). Kami juga akan mengeksplorasi bagaimana emosi ini dapat
memengaruhi konsumen dalam berbagai konteks, termasuk situasi harian, perayaan
pencapaian, atau tekanan sosial dari lingkungan sekitar. Dengan pemahaman yang lebih
baik tentang pengaruh emosional ini, perusahaan dapat mengembangkan strategi
pemasaran yang lebih cerdas dan relevan, sementara konsumen dapat menjadi lebih
sadar akan peran emosi dalam keputusan pembelian mereka.

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kajian literature untuk mengidentifikasi
pembelian impulsif. Artikel ini membahas mengenai beberapa sumber yang dimuat
berupa kutipan pada setiap paragraph.

Pembahasan
Definisi dan Konsep Pembelian Impulsif
Pembelian impulsif adalah fenomena dalam dunia konsumen yang sering kali
melibatkan pembelian produk atau layanan tanpa perencanaan atau pertimbangan yang
matang sebelumnya (Wale & Situmorang, 2023). Tindakan ini dilakukan secara
spontan, tanpa pertimbangan yang mendalam terkait dengan kebutuhan, anggaran, atau
perencanaan belanja yang telah direncanakan sebelumnya (Ernawati, 2021). Istilah
"impulsif" merujuk pada karakteristik tindakan yang didasarkan pada dorongan tiba-tiba
dan kuat, seringkali dipicu oleh emosi atau rangsangan tertentu, yang membuat individu
merasa terdorong untuk segera membeli sesuatu tanpa berpikir panjang (INDA, 2022).
Pembelian impulsif dapat terjadi dalam berbagai konteks konsumen, baik dalam
pembelian barang konsumen sehari-hari seperti makanan, pakaian, atau aksesori,
maupun dalam pembelian barang yang lebih besar dan berharga seperti mobil atau
perangkat elektronik (Ningsih, 2010). Tindakan ini bisa terjadi di toko fisik, dalam
pengalaman belanja online, atau bahkan melalui media sosial, ketika konsumen
mendapati diri mereka tergoda untuk membeli produk atau layanan tertentu yang tiba-
tiba muncul di layar mereka (Apriyani, 2020).
Salah satu aspek penting dalam konsep pembelian impulsif adalah bahwa tindakan
ini seringkali tidak didasari oleh analisis rasional yang mendalam atau perencanaan
sebelumnya (MAULANA, 2022). Sebaliknya, faktor emosional dan impulsif menjadi
pendorong utama (Afif & Purwanto, 2020). Konsumen yang melakukan pembelian
impulsif mungkin merasa tergoda oleh perasaan senang, kebahagiaan, kegembiraan,
atau bahkan tekanan sosial yang mendesak mereka untuk segera membeli sesuatu
(Andadini & Darmawanti, 2022).
Dalam banyak kasus, pembelian impulsif dapat mengarah pada kepuasan segera,
seperti perasaan senang atau gratifikasi instan (Lestari et al., 2023). Namun, dapat juga
muncul dampak negatif, seperti penyesalan setelah pembelian impulsif atau masalah
keuangan yang timbul akibat pengeluaran yang tidak terencana.
Penting untuk diingat bahwa pembelian impulsif bukan selalu sesuatu yang buruk,
dan dalam beberapa situasi, tindakan ini dapat membawa manfaat, seperti dalam hal
hadiah kejutan atau tindakan baik yang dapat membantu orang lain. Namun, dalam
banyak kasus, pemahaman yang lebih mendalam tentang pembelian impulsif penting
agar konsumen dapat membuat keputusan yang lebih bijaksana dan perusahaan dapat
merancang strategi pemasaran yang lebih efektif. Oleh karena itu, analisis literatur
tentang pengaruh emosional pada pembelian impulsif menjadi penting untuk memahami
fenomena ini dengan lebih baik.

Peran Emosi dalam Pembelian Impulsif


Emosi memainkan peran yang sangat penting dalam pembelian impulsive
(Permatasari et al., 2017). Dalam konteks ini, emosi mengacu pada perasaan, reaksi,
atau dorongan yang muncul secara spontan dalam diri individu, seringkali tanpa
pertimbangan yang mendalam. Dalam banyak kasus, emosi menjadi pendorong utama
yang memicu seseorang untuk melakukan pembelian impulsive (Larissa, n.d.). Di
bawah ini, kami akan menguraikan peran emosi dalam pembelian impulsif dalam
beberapa paragraf.
Pertama-tama, perasaan senang atau kebahagiaan adalah salah satu emosi yang
sering kali memicu pembelian impulsive (Musafa’ah, 2023). Ketika seseorang merasa
gembira atau senang, misalnya setelah menerima berita baik atau merayakan pencapaian
tertentu, mereka cenderung mencari cara untuk mempertahankan perasaan positif ini.
Dalam konteks ini, pembelian impulsif mungkin digunakan sebagai sarana untuk
memperpanjang perasaan senang tersebut (Ningsih, 2010). Individu dapat merasa
tergoda untuk membeli barang atau layanan yang mereka anggap dapat meningkatkan
kebahagiaan mereka, bahkan jika sebelumnya mereka tidak berencana untuk
melakukannya.
Sebaliknya, emosi negatif seperti kekecewaan, frustrasi, atau stres juga dapat
memainkan peran dalam pembelian impulsive (Daulay et al., 2023). Ketika seseorang
mengalami tekanan atau emosi negatif, mereka mungkin mencari pelarian instan atau
cara untuk menghilangkan perasaan tersebut (Mustofa, 2022). Dalam situasi seperti ini,
pembelian impulsif dapat berfungsi sebagai alat untuk meredakan atau mengalihkan
perasaan negatif tersebut. Sebagai contoh, seseorang yang merasa stres di tempat kerja
mungkin akan memutuskan untuk membeli barang mewah sebagai bentuk penghiburan
diri yang instan.
Dalam beberapa situasi, seperti perayaan pencapaian atau momen penting dalam
hidup, emosi kegembiraan dan kebahagiaan bisa menjadi pemicu utama pembelian
impulsive (Kurniawan & Puspita, 2021). Individu mungkin merasa terdorong untuk
merayakan pencapaian mereka dengan membeli produk atau layanan yang mewakili
prestasi tersebut. Kegembiraan yang mereka rasakan dalam momen tersebut dapat
membantu menjelaskan mengapa mereka cenderung melakukan pembelian impulsif.
Selain itu, tekanan sosial dari lingkungan sekitar juga dapat memicu pembelian
impulsif. Ketika seseorang merasa tekanan dari teman, keluarga, atau lingkungan untuk
membeli produk atau layanan tertentu, emosi seperti kecemasan sosial atau keinginan
untuk diterima oleh kelompok tersebut dapat mendorong individu untuk melakukan
pembelian impulsif.
Dalam kesimpulan, emosi memegang peranan sentral dalam memotivasi
pembelian impulsif. Emosi seperti perasaan senang, frustrasi, kegembiraan, dan tekanan
sosial memiliki pengaruh besar dalam mengarahkan tindakan konsumen yang impulsif.
Memahami peran emosi ini adalah langkah penting dalam memahami perilaku
konsumen dan mengembangkan strategi pemasaran yang lebih efektif.

Dampak Jangka Pendek dan Panjang dari Pembelian Impulsif


Dampak dari pembelian impulsif bisa terasa dalam jangka pendek dan jangka
panjang, dan perlu dianalisis dengan cermat dalam konteks konsumen (Syahputra,
2023). Dalam banyak kasus, pembelian impulsif memberikan kepuasan segera, namun
dapat menghadirkan konsekuensi jangka panjang yang perlu dipertimbangkan.
Dampak jangka pendek dari pembelian impulsif seringkali mencakup perasaan
kepuasan dan gratifikasi instan (Arsita, n.d.). Ketika seseorang membeli produk atau
layanan secara impulsif, mereka mungkin merasa senang atau bahkan terdorong oleh
sensasi segera dari memiliki sesuatu yang mereka inginkan. Ini bisa memberikan
perasaan puas dan memuaskan, sementara emosi positif tersebut dapat bertahan dalam
beberapa saat atau bahkan berhari-hari setelah pembelian impulsif terjadi.
Namun, dalam jangka panjang, dampak pembelian impulsif bisa menjadi lebih
kompleks. Salah satu dampak yang mungkin muncul adalah penyesalan setelah tindakan
impulsif. Setelah emosi awal reda, individu mungkin mulai merasa menyesal karena
pengeluaran yang tidak terencana atau pembelian yang sebenarnya tidak mereka
butuhkan (INDA, 2022). Penyesalan semacam ini dapat mengganggu kepuasan dan
menyebabkan individu merasa bersalah terkait keputusan belanja yang impulsif.
Dampak jangka panjang lainnya adalah potensi masalah keuangan (Widarjo &
Setiawan, 2009). Pembelian impulsif, terutama jika sering terjadi, dapat mengganggu
rencana anggaran seseorang dan menyebabkan ketidakstabilan keuangan (Ismail &
Indrawati, 2020). Konsumen yang sering melakukan pembelian impulsif mungkin
mengalami kesulitan dalam mengelola keuangan mereka dengan baik, sehingga
berpotensi mengarah pada masalah hutang atau ketidakmampuan untuk memenuhi
kebutuhan yang lebih esensial.
Selain itu, pembelian impulsif dapat memengaruhi perilaku belanja jangka
panjang. Konsumen yang terbiasa dengan pembelian impulsif mungkin kurang
cenderung merencanakan pembelian mereka dengan baik. Ini dapat mengakibatkan
ketidakstabilan dalam keputusan pembelian dan membuat konsumen kurang efisien
dalam pengeluaran mereka.

Kesimpulan
Pengaruh emosional pada pembelian impulsif, kami telah mengeksplorasi konsep
dasar dan peran emosi dalam fenomena pembelian impulsif, serta memahami faktor-
faktor emosional yang mempengaruhi tindakan ini. Emosi, seperti perasaan senang,
kegembiraan, frustrasi, dan tekanan sosial, muncul sebagai pendorong utama bagi
pembelian impulsif. Emosi dapat memicu individu untuk melakukan pembelian tanpa
pertimbangan yang mendalam, seringkali dengan dampak yang dirasakan dalam jangka
pendek.
Dampak pembelian impulsif dapat dirasakan dalam dua kerangka waktu yang
berbeda. Dampak jangka pendek melibatkan perasaan kepuasan dan gratifikasi instan,
yang seringkali terasa setelah tindakan impulsif terjadi. Namun, dampak jangka panjang
dapat mencakup penyesalan terkait keputusan belanja, masalah keuangan, dan
perubahan perilaku belanja yang mungkin timbul akibat pembelian impulsif yang terlalu
sering.
Penting untuk menyadari bahwa pembelian impulsif tidak selalu memiliki dampak
negatif. Dalam beberapa situasi, tindakan impulsif dapat memberikan pengalaman
positif dan kenangan berharga. Dalam hal ini, peran emosi dan dampaknya harus
dipahami secara kontekstual.
Dalam kesimpulan, pemahaman yang lebih mendalam tentang pengaruh
emosional pada pembelian impulsif dapat membantu konsumen membuat keputusan
yang lebih bijaksana dan membantu perusahaan merancang strategi pemasaran yang
lebih cerdas dan relevan. Dalam konteks konsumen modern yang dipengaruhi oleh
berbagai rangsangan dan stimulus emosional, pengertian ini menjadi semakin penting
untuk mengelola dan memahami perilaku belanja yang seringkali didorong oleh emosi.

Daftar Pustaka
Afif, M., & Purwanto, P. (2020). Pengaruh Motivasi Belanja Hedonis, Gaya Hidup
Berbelanja dan Promosi Penjualan terhadap Pembelian Impulsif pada Konsumen
Shopee ID. JAMIN: Jurnal Aplikasi Manajemen Dan Inovasi Bisnis, 2(2), 34–52.
Andadini, T. A. S., & Darmawanti, I. (2022). Perilaku Konsumtif Ditinjau dari
Celebrity Worship Syndrome pada Komunitas NCTZEN Dewasa Awal
Consumptive Behavior in Terms of Celebrity Worship Syndrome in The Early
Adult NCTZEN Community.
Apriyani, R. (2020). Pengaruh Media Sosial Instagram dan Gaya Hidup Terhadap
Perilaku Pembelian Impulsif Menurut Perspektif Ekonomi Islam (Studi Pada
Konsumen Galeri Elzatta Bandar Lampung). UIN Raden Intan Lampung.
Arsita, R. A. (n.d.). PENGARUH SHOPPING LIFESTYLE, FASHION INVOLVEMENT
DAN HEDONIC SHOPPING MOTIVATION TERHADAP IMPULSIF BUYING
MELALUI POSITIVE EMOTION SEBAGAI VARIABEL INTERVENING.
Aulia, S. (2020). Pola perilaku konsumen digital dalam memanfaatkan aplikasi dompet
digital. Jurnal Komunikasi, 12(2), 311–324.
Bong, S. (2011). Pengaruh in-store stimuli terhadap impulse buying behavior konsumen
Hypermarket di Jakarta. Ultima Management: Jurnal Ilmu Manajemen, 3(1), 31–
52.
Daulay, A. A. D., Putri, F. S. Y., Aunilla, M. H., Sitompul, M. I., & Simarmata, S.
(2023). ANALISIS KEMATANGAN EMOSI MAHASISWA DITINJAU DARI
MAHASISWA YANG NGEKOS DENGAN MAHASISWA YANG TINGGAL
BERSAMA ORANG TUANYA. Jurnal Mahasiswa BK An-Nur: Berbeda,
Bermakna, Mulia, 9(2), 288–295.
Ekowati, T., & Ariningsih, E. P. (2016). ANALISIS PERILAKU PEMBELIAN
IMPULSIF PADAKONSUMEN RITEL. SEGMEN: Jurnal Manajemen Dan
Bisnis, 12(1).
Ernawati, N. (2021). Stimulus Iklan, Positive Electronic Word of Mouth (eWOM) dan
Belanja Impulsif: Dampak Mediasi Motif Hedonis Pembelanja Online. INOBIS:
Jurnal Inovasi Bisnis Dan Manajemen Indonesia, 4(3), 346–360.
Febriani, N., & Dewi, W. W. A. (2019). Perilaku konsumen di era digital: Beserta studi
kasus. Universitas Brawijaya Press.
Goleman, D. (2000). Kecerdasan emosional. Gramedia Pustaka Utama.
INDA, L. (2022). Pengaruh Panic Buying terhadap Impulse Buying di Masa Pandemi
Covid 19 Dengan Perilaku Konsumen Muslim Sebagai Mediator (Studi Pada
Konsumen Produk Sembako Di Bandar Lampung). UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG.
Ismail, M., & Indrawati, Y. (2020). Paradigma Baru Kebijakan Moneter: Menakar
Pelajaran Krisis Keuangan Global. Pustaka Abadi.
Juliyana, R., & Aulia, P. (2020). ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN PADA
PRODUK H&M DI BANDUNG. EProceedings of Management, 7(2).
Kurniawan, A., & Puspita, A. V. (2021). Factors That Influence Impulsive Buying.
JASS (Journal of Accounting for Sustainable Society), 3(02).
Larissa, A. (n.d.). Ide Penelitian Produk Tiruan, Niat Beli, & Pembelian Impulsif.
Lestari, A., Rivanka, W., & Lestari, D. (2023). GAYA HIDUP HEDONIS DALAM
PERILAKU KONSUMTIF (STUDI KASUS MAHASISWA ANGKATAN 2021
PRODI ADMINISTRASI BISNIS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU
POLITIK USU): Gaya Hidup Hedonis dalam Perilaku Konsumtif pada Mahasiswa
Prodi Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU Angkatan
2021, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mahasiswa Program Studi Administrasi
Bisnis di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU Angkatan 2021 Menjalani
Gaya Hidup Hedonis, Dampak Gaya Hidup Hedonis dalam Perilaku Konsumtif
pada Mahasiswa Prodi Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
USU Angkatan 2021. Jurnal Point Equilibrium Manajemen Dan Akuntansi, 4(1),
61–74.
MAULANA, I. (2022). PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN
RASIONALITAS TERHADAP PEMBELIAN IMPULSIF MELALUI KONTROL
DIRI MAHASISWA (Survey Pada Mahasiswa Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi). Universitas
Siliwangi.
Musafa’ah, S. (2023). HUBUNGAN ANTARA EMOSI POSITIF DENGAN PERILAKU
PEMBELIAN IMPULSIF PADA MAHASISWI DALAM MELAKUKAN
PEMBELIAN DI APLIKASI E-COMMERCE. UNIVERSITAS ISLAM SULTAN
AGUNG.
Mustofa, A. A. (2022). Pengalaman Individu yang Menggunakan Narkoba sebagai
Koping Experiences of Individuals Using Drugs as Coping.
Musyaffaq, D. I. (2017). Pengaruh Penataan Produk, Atmosfer Toko, Dan Promosi
Below The Line Terhadap Pembelian Impulsif Melalui Emosi Positif Sebagai
Variabel Intervening (Studi Kasus pada Konsumen Batik Danar Hadi Surakarta).
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam. Institut Agama Islam Negeri Surakarta.
Ningsih, E. R. (2010). Perilaku Konsumen (Pengembangan Konsep dan Praktik Dalam
Pemasaran).
Permatasari, I. M., Arifin, Z., & Sunarti, S. (2017). Pengaruh Hedonic Consumption
Dan Mediator Emosi Positif Terhadap Pembelian Impulsif (Survei Pada Pembeli
Produk Fashion Di Malang Town Square Kota Malang). Brawijaya University.
Syahputra, S. (2023). PERAN PROMOSI DALAM MEMPENGARUHI PERILAKU
KONSUMEN. PERILAKU KONSUMEN DAN STRATEGI PEMASARAN, 145.
Wale, N. B., & Situmorang, T. P. (2023). Analisis Impulsif Buying Pada Belanja Online
(Study Pada Konsumen Online Shop Waingapu Blessing). Innovative: Journal Of
Social Science Research, 3(3), 4349–4365.
Widarjo, W., & Setiawan, D. (2009). Pengaruh rasio keuangan terhadap kondisi
financial distress perusahaan otomotif. Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, 11(2), 107–
119.

Anda mungkin juga menyukai