Anda di halaman 1dari 5

PERILAKU MAHASISWA YANG BERPOTENSI MENUMBUHKAN BUDAYA

KORUPSI DI LINGKUNGAN MASYARAKAT

Indah Septiana Pramadani (8111419213)


Mata Kuliah Umum Pendidikan Konservasi
Dosen Pengampu : Drs. Bambang Priyono, M.Si
Universitas Negeri Semarang

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Korupsi di Indonesia saat ini beragam macamnya, modusnya, pelakunya, dari tingkat kecil
sampai tingkat atas. Sangat miris jika melihat fakta bahwa begitu banyak rakyat kita yang masih
tergolong belum sejahtera namun para koruptor dengan sewenang wenangnya menikmati hasil
korupsinya diatas penderitaan rakyat.

Disisi lain, negara ini memiliki Agent of Change yang tidak lain dan tidak bukan adalah
mahasiswa yang yang tersebar di seluruh penjuru tanah air. Mahasiswa merupakan bibit yang
akan tumbuh menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi negara namun bisa juga hanya akan menjadi
beban negara.
Sebagai kaum terpelajar, kita dituntut untuk mengubah dan mencari jalan keluar
problematika korupsi yang terjadi saat ini. Tetapi, faktanya masih ada saja mahasiswa yang
bertindak menyimpang di lingkungan kampus yang dapat menumbuhkan jiwa korupsi di
masyarakat di kemudian hari. Maka dari itu melalui makalah ini saya akan menjabarkan
beberapa tindakan menyimpang mahasiswa yang berpotensi menciptakan budaya korupsi di
masyarakat.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian mahasiswa secara umum?
2. Apakah pengertian korupsi secara umum?
3. Apakah tindakan mahasiswa yang berpotensi menimbulkan budaya korupsi?

1
II. TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Korupsi
Sejarah mencatat bahwa korupsi bermula sejak awal kehidupan manusia. Ada juga yang
mengatakan korupsi sudah berlangsung sejak Zaman Mesir kuno, Babilonia, sampai pada abad
pertengahan, hingga sekarang. Pada Zaman Romawi, korupsi dilakukan oleh para jenderal
dengan memeras jajahannya untuk memperkaya diri mereka sendiri. Korupsi hanyalah istilah
modern, namun wujud dari tindakan korupsi itu sendiri telah lahir sejak lama.
Pada umumnya masyarakat menggunakan istilah korupsi untuk merujuk kepada serangkaian
tindakan terlarang atau melawan hukum guna mendapatkan keuntungan untuk diri sendiri. Hal
yang paling indentik dari perilaku korupsi bagi masyarakat umum adalah penekanan pada
penyalahgunaan kekuasaan atau jabatan demi keuntungan pribadi.
Bazwir mengutip bahwa “korupsi” dapat didefinisikan dengan berbagai cara. Tetapi, apabila
dikaji secara mendalam, dapat diketahui bahwa hampir semua definisi korupsi mengandung 2
unsur. Pertama, penyalahgunaan kekuasaan yang melampaui batas kewajaran hukum oleh para
pejabat atau aparatur negara. Kedua, pengutamaan kepentingan pribadi diatas kepentingan publik
oleh para pejabat atau aparatur negara yang bersangkutan.
Selain itu, definisi lain dari korupsi bukan melulu soal penyalagunaan wewenang, namun
juga mengenai sikap kejujuran seseorang. Sikap kejujuran merupakan landasan dari tercegahnya
segala tindakan yang menyimpang. Namun permasalahan yang hingga saat ini masih menjadi
fenomena dikalangan mahasiswa yaitu, budaya ketidakjujuran mahasiswa. Fakta menunjukkan
bahwa, budaya ketidakjujuran kian membudaya di kalangan mahasiswa. Padahal akar dari
korupsi, kolusi dan nepotisme di Indonesia adalah dari faktor ketidakjujuran pada waktu menjadi
mahasiswa. Saya masih mahasiswa, dan saya melihat bahkan merasakan itu semua, bagaimana
budaya ketidakjujuran mahasiswa sangat membudaya.

III. PEMBAHASAN
A. Definisi Mahasiswa
Mahasiswa adalah seseorang yang sedang dalam proses menimba ilmu ataupun belajar dan
terdaftar sedang menjalani pendidikan pada salah satu bentuk perguruan tinggi yang terdiri dari
akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas (Hartaji, 2012: 5).

2
Dalam Kamus Bahasa Indonesia (KBI), mahasiswa didefinisikan sebagai orang yang belajar
di Perguruan Tinggi (Kamus Bahasa Indonesia Online, kbbi.web.id)
Menurut Siswoyo (2007: 121) mahasiswa dapat didefinisikan sebagai individu yang sedang
menuntut ilmu ditingkat perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta atau lembaga lain yang
setingkat dengan perguruan tinggi. Mahasiswa dinilai memiliki tingkat intelektualitas yang
tinggi, kecerdasan dalam berpikir dan kerencanaan dalam bertindak. Berpikir kritis dan bertindak
dengan cepat dan tepat merupakan sifat yang cenderung melekat pada diri setiap mahasiswa,
yang merupakan prinsip yang saling melengkapi.
Seorang mahasiswa dikategorikan pada tahap perkembangan yang usianya 18 sampai 25
tahun. Tahap ini dapat digolongkan pada masa remaja akhir sampai masa dewasa awal dan
dilihat dari segi perkembangan, tugas perkembangan pada usia mahasiswa ini ialah pemantapan
pendirian hidup (Yusuf, 2012: 27).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa mahasiswa ialah seorang peserta didik
berusia 18 sampai 25 tahun yang terdaftar dan menjalani pendidikannnya di perguruan tinggi
baik dari akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas. Sedangkan dalam
penelitian ini, subyek yang digunakan ialah dua mahasiswa yang berusia 23 tahun dan masih
tercatat sebagai mahasiswa aktif.
B. Definisi Korupsi
Korupsi berasal dari bahasa Latin: corruption dari kata kerja corrumpere berarti busuk,
rusak, menggoyahkan, memutar balik, menyogok. Menurut Transparency International adalah
perilaku pejabat publik, baik politikus/ politisi maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar
dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan
menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, korupsi secara harfiah berarti: buruk,
rusak, suka memakai barang (uang) yang dipercayakan padanya, dapat disogok (melalui
kekuasaannya untuk kepentingan pribadi). Adapun arti terminologinya, korupsi adalah
penyelewengan atau penggelapan (uang negara atau perusahaan) untuk kepentingan pribadi atau
orang lain
Sementara, disisi lain, korupsi (corrupt, corruptie, corruption) juga bisa bermakna
kebusukan, keburukan, dan kebejatan. Definisi ini didukung oleh Acham yang mengartikan
korupsi sebagai suatu tindakan yang menyimpang dari norma masyarakat dengan cara

3
memperoleh keuntungan untuk diri sendiri serta merugikan kepentingan umum. Intinya, korupsi
adalah menyalahgunakan kepercayaan yang diberikan publik atau pemilik untuk kepentingan
pribadi. Sehingga, korupsi menunjukkan fungsi ganda yang kontradiktif, yaitu memiliki
kewenangan yang diberikan publik yang seharusnya untuk kesejahteraan publik, namun
digunakan untuk keuntungan diri sendiri.
Korupsi merupakan kejahatan yang dilakukan dengan penuh perhitungan oleh mereka yang
justru merasa sebagai kaum terdidik dan terpelajar. Korupsi juga bisa dimungkinkan terjadi pada
situasi dimana seseorang memegang suatu jabatan yang melibatkan pembagian sumber-sumber
dana dan memiliki kesempatan untuk menyalahgunakannya guna kepentingan pribadi. Nye
mendefinisikan korupsi sebagai perilaku yang menyimpang dari tugas formal sebagai pegawai

C. Tindakan Mahasiswa yang Berpotensi Menumbuhkan Budaya Korupsi


Sebenarnya mahasiswa itu sendiri juga pernah melakukan korupsi, bahkan sudah jadi sebuah
kebudayaan para Agent of Change sedari dulu tanpa mereka sadari ataupun memang sengaja
mereka lakukan, namun biasanya yang dilakukan mahasiswa masih tergolong korupsi yang
masih kecil, Macam-macam tindakan mahasiswa yang tergolong termasuk korupsi, yaitu;
Pertama, contoh budaya ketidakjujuran mahasiswa adalah perilaku mencontek, maka teman yang
di contek tentunya telah ´terampas´ keadilan dan kemampuannya. Ketika mahasiswa yang di
contek belajar sejak siang hingga malam, tetapi penyontek yang kerjaannya main, bermalas
malasan, dengan gampangnya mencuri hasil kerja keras temannya. Mencontek akan
menghilangkan rasa percaya diri mahasiswa. Bila kebiasaan tersebut berlanjut maka percaya diri
akan kemampuan diri menjadi luntur, sehingga semangat belajar jadi hilang.
Kedua, perilaku ketidakjujuran mahasiswa adalah fenomena plagiasi yang selalu menjadi
momok bagi pendidikan di Indonesia. Terungkapnya kasus plagiasi di bebarapa perguruan
tinggi, menjadi tolok ukur bagi kualitas pendidikan. Tindakan copy paste seakan menjadi ritual
wajib dalam memenuhi tugas dari dosen. Mahasiswa bahkan peneliti ditengarai banyak yang
melakukan tindakan plagiat ini.
Ketiga, perilaku ketidakjujuran mahasiswa adalah titip absensi. Absensi yang ditandatangani
mahasiswa sering disalahgunakan. Titip absen merupakan kecurangan yang kerap kali dilakukan
oleh oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Dengan maksud tetap dianggap hadir

4
dalam presensi walaupun tidak dating dalam perkuliahan. Perilaku seperti ini jelas
menggambarkarkan sebuah tindakan demoral di kalangan mahasiswa.
Ketidakjujuran meskipun kecil seperti ini jelas akan mengikis integritas mahasiswa hingga
bukan tindak mungkin kelak mahasiswa akan berani menggadaikan integritasnya untuk sesuatu
yang lebih besar, karena hal-hal besar dimulai dari kebiasaan-kebiasaan kecil yang dilakukan.
Seperti halnya para pejabat yang berani melakukan korupsi, disebabkan oleh hilangnya integritas
diri karena terbiasa melakukan pelanggaran-pelanggaran kecil yang yang dianggap sepele.
Kejujuran merupakan barang langka di Indonesia. Banyak orang pintar yang lulus perguruan
tinggi, tapi sangat langka orang pintar yang jujur.
Persoalan ketidakjujuran tersebut merupakan suatu hal yang mengkhawatirkan dan perlu
perhatian serius. Dan apabila budaya ketidakjujuran mahasiswa seperti mencontek, plagiasi, titip
absen, dll tidak segera diberantas, maka perguruan tinggi akan menjadi bagian dari ´pembibitan´
moral yang dekstruktif di Indonesia.

IV. PENUTUP
Akar dari masalah korupsi di Indonesia adalah murni dari faktor ketidakjujuran pada waktu
menjadi mahasiswa. Semangat inovasi dan etos kerja para mahasiswa menunjukkan grafik yang
menghawatirkan. Indikatornya sederhana, terdapat beberapa contoh budaya ketidakjujuran
mahasiswa misalnya, mencontek, plagiasi (penjiplakan karya tulis) dan titip absen. Orientasi
belajar mahasiswa di perguruan tinggi adalah hanya untuk mendapatkan nilai tinggi dan gelar,
artinya lebih banyak kemampuan kognitif daripada afektif dan psikomotorik, inilah yang
membuat mahasiswa mengambil jalan pintas atau melakukan praktek ketidakjujuran.

V. DAFTAR PUSTAKA
J.E Sahetapy. 2011. Amburadulnya Integritas. Komisi Hukum Nasional RI. Jakarta:
Shoim Muhammad, 2009, Laporan Penelitian Individual (Pengaruh Pelayanan Publik
Terhadap Tingkat Korupsi pada Lembaga Peradilan di Kota Semarang), Pusat Penelitian
IAIN Walisongo Semarang.
Sujinal Arifin, 2009, Menyontek : Penyebab dan Penanggulangannya,
http://sujinalarifin.wordpress.com/2009/06/09/menyontek-penyebab-dan-
penanggulangannya/, 23 November 2019.

Anda mungkin juga menyukai