Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH HUKUM FORENSIK

PERANAN ILMU DIGITAL FORENSIK TERHADAP


PENANGANAN BUKTI INFORMASI ELEKTRONIK DALAM
PERKARA PIDANA

Disusun Oleh:
Rifat Fansyuri Datau
092114653005

Program Magister Ilmu Forensik


Sekolah Pascasarjana
Universitas Airlangga
Surabaya
2021
Peranan Ilmu Digital Forensik Terhadap Penanganan Bukti Informasi
Elektronik Dalam Perkara Pidana

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah Subhanahu Wa

Ta’ala, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penyusun

sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul: “Peranan Ilmu

Digital Forensik Terhadap Penanganan Bukti Informasi Elektronik

Dalam Perkara Pidana”

Penyusun menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat

bantuan dan tuntunan Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan tidak lepas dari bantuan

berbagai pihak untuk itu dalam kesempatan ini penyusun menghaturkan rasa

hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang

membantu dalam pembuatan makalah ini.

Penyusun menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih

dari jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun

demikian, penyusun telah berupaya dengan segala kemampuan dan

pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh

karenanya, penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima

masukan,saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini.

Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi

seluruh pembaca.

Surabaya, Januari 2022

Penulis

Makalah Peranan Ilmu Digital Forensik Terhadap Penanganan Bukti Informasi Elektronik
Dalam Perkara Pidana 1
Peranan Ilmu Digital Forensik Terhadap Penanganan Bukti Informasi
Elektronik Dalam Perkara Pidana

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... 1

DAFTAR ISI ................................................................................................. 2

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 3

1.1 LATAR BELAKANG ................................................................... 3

1.2 RUMUSAN MASALAH ............................................................... 5

1.3 TUJUAN PENULISAN ................................................................. 5

BAB II ISI ..................................................................................................... 6

2.1 METODE ........................................................................................ 6

2.2 TEORI SISTEM PEMBUKTIAN................................................... .6

2.3 PERAN ILMU DIGITAL FORENSIK ........................................... .8

2.4 KEDUDUKAN BUKTI ELEKTRONIK DALAM UNDANG-

UNDANG ....................................................................................... .9

2.5 KEDUDUKAN BUKTI ELEKTRONIK DALAM PERKARA

PIDANA KHUSUS ......................................................................... .11

2.6 KEDUDUKAN BUKTI ELEKTRONIK DALAM RUU

KUHAP ........................................................................................... .12

BAB III KESIMPULAN ............................................................................... .14

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... .15

Makalah Peranan Ilmu Digital Forensik Terhadap Penanganan Bukti Informasi Elektronik
Dalam Perkara Pidana 2
Peranan Ilmu Digital Forensik Terhadap Penanganan Bukti Informasi
Elektronik Dalam Perkara Pidana

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada era modern saat ini teknologi memiliki perkembangan yang sangat

cepat dibanding dengan yang lainnya. Perkembangan yang sangat cepat ini

membuat teknologi diibaratkan sebagai pisau yang bermata dua, yang artinya

memiliki manfaat baik dan akibat buruk tergantung pengguna teknologi itu

sendiri. Sistem keamanan jaringan sangat diperlukan di era perkembangan

teknologi yang begitu cepat ini, sehingga dapat menekan angka kejahatan di

dunia maya atau yang biasa disebut cybercrime. Barang bukti pada tindak

kejahatan cybercrime dibedakan menjadi dua bagian, yaitu barang bukti digital

dan barang bukti elektronik.

Kejahatan dengan menggunakan barang bukti elektronik ini merupakan

bukti nyata bahwa kejahatan pada saat ini semakin hari semakin meningkat.

Peningkatan tersebut merupakan suatu masalah baru di lingkungan masyarakat

yang harus mendapatkan perhatian lebih dari petugas/penyidik ataupun

pemerintah. Perhatian tersebut bisa dengan mengawali menciptakan keamanan

bagi masyarakat dalam menjelajahi dunia maya atau yang biasa disebut dengan

kegiatan bermedia sosial1.

1Siregar,
M., & Pakpahan, Z. (2018). Kewenangan Mengajukan Pra Peradilan Atas Penetapan Tersangka Di Tinjau Dari
Segi Hukum. Jurnal Ilmiah Advokasi, 6(2), 34-54. doi:https://doi.org/10.36987/jiad.v6i2.249

Makalah Peranan Ilmu Digital Forensik Terhadap Penanganan Bukti Informasi Elektronik
Dalam Perkara Pidana 3
Peranan Ilmu Digital Forensik Terhadap Penanganan Bukti Informasi
Elektronik Dalam Perkara Pidana

Setelah dengan memberikan rasa aman dan nyaman bagi masyarakat

dalam berkegiatan di dunia maya, Polri dalam hal ini penyidik harus dapat

memberikan hukuman kepada orang yang menyalahgunakan perkembangan

teknologi ini dengan melakukan tindak pidana. Dengan perkembangan teknologi

yang begitu pesat, proses penyelidikan ataupun penyidikan tindak pidana pada

masa sekarang, juga mengalami kemajuan. Salah satu kemajuan dalam hal

penyelidikan ataupun penyidikan tindak pidana adalah dengan menggunakan

perkembangan ilmu pengetahuan seperti peran dari ilmu forensik 2.

Ilmu forensik sendiri pada masa sekarang telah mengalami banyak

perkembangan dalam hal bagian-bagian ilmu forensik. Bagian-bagian dari ilmu

forensik didapatkan melalui perkembangan ilmu pengatahuan dan juga dari

masalah-masalah yang timbul dalam masyarakat. Seperti contoh pada

perkembangan ilmu kedokteran, ada yang disebut dengan kedokteran forensik,

odontologi forensik yang merupakan perkembangan dari ilmu kedokteran gigi.

Perkembangan dari ilmu alam seperti kimia forensik, biologi forensik, dan juga

fisika forensik. Selanjutnya jika dilihat dari masalah yang timbul di masyarakat

dengan adanya perkembangan teknologi informasi, salah satu bagian dari ilmu

forensik yaitu digital forensik yang mengatasi tindak perkara pidana pada

kejahatan yang memakai bukti elektronik maupun bukti digital.

2Rachmad, Andi. (2019). Peranan Laboratorium Forensik Dalam Mengungkap Tundak Pidana Pada Jurnal Ilmiah
“Advokasi” Vol 09 No. 01 Maret 2021

Makalah Peranan Ilmu Digital Forensik Terhadap Penanganan Bukti Informasi Elektronik
Dalam Perkara Pidana 4
Peranan Ilmu Digital Forensik Terhadap Penanganan Bukti Informasi
Elektronik Dalam Perkara Pidana

Oleh sebab itu, dalam mengatasi masalah seperti kejahatan di dunia maya,

maka diperlukan peranan ahli digital forensik dalam melakukan penanganan bukti

informasi elektronik sehingga dapat dipakai dalam perkara pidana sesuai dengan

ketentuan dan hukum yang berlaku atau yang mengacu pada Kitab Undang-

Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).

1.2 Rumusan Masalah

Dari penjelasan pada latar belakang tersebut, maka penulis dapat mengambil

beberapa persoalan atau permasalahan yang dihadapi, yaitu :

- Sejauh apa peran ahli digital forensik dalam mendukung sistem

pembuktian perkara pidana?

- Sejauh apa peran bukti informasi elektronik bisa digunakan sebagai alat

bukti yang sah dalam perkara pidana?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan ini yaitu untuk mengetahui dan menerapkan

pentingnya tinjauan berdasarkan pandangan hukum terhadap persoalan

pemanfaatan teknologi informasi, dikarenakan dengan pendekatan hukum,

persoalan tentang pemanfaatan teknologi tersebut bisa dilakukan dengan secara

maksimal.

Makalah Peranan Ilmu Digital Forensik Terhadap Penanganan Bukti Informasi Elektronik
Dalam Perkara Pidana 5
Peranan Ilmu Digital Forensik Terhadap Penanganan Bukti Informasi
Elektronik Dalam Perkara Pidana

BAB II

ISI
2.1 Metode
Metode dalam penulisan makalah ini yaitu dengan cara penjelasan

deskriptif melalui pendekatan studi literatur atau yang biasa disebut dengan

literatur review. Studi literatur ini dilaksanan dengan cara mengumpulkan

beberapa literatur/rujukan dari tulisan, artikel, jurnal, buku, maupun rujukan

hukum di Indonesia seperti Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana

(KUHAP) atau rujukan hukum pidana yaitu Kirab Undang-undang Hukum

Pidana (KUHP).

2.2 Teori Sistem Pembuktian


Menurut Andi Hamzah salah satu bagian dari ketertiban hukum di Indonesia

yaitu dengan mewujudkan tujuan dari hukum acara pidana. Sedangkan tujuan

hukum acara pidana itu sendiri yaitu dengan semaksimal mungkin mencari

kebenaran-kebenaran materiil3.

Dalam arti yuridis pembuktian berarti memberikan argumen yang cukup

kepada hakim yang memimpin persidangan perkara pada saat itu, yang bertujuan

meyakinkan hakim atas kebenaran perkara yang diajukan. Dengan kata lain,

pembuktian bisa diartikan sebagai cara yang dilakukan oleh pihak yang berperkara

di dalam persidangan yang mempunyai nilai kebenaran terhadap suatu peristiwa

dan juga memiliki argumen yang dapat meyakinkan hakim (Yuyun, Yuliana,

2002:7).
3Hamzah, Andi. 2004. Hukum Acara Pidana Indonesia. Edisi Revisi. Jakarta: Sinar Grafika.

Makalah Peranan Ilmu Digital Forensik Terhadap Penanganan Bukti Informasi Elektronik
Dalam Perkara Pidana 6
Peranan Ilmu Digital Forensik Terhadap Penanganan Bukti Informasi
Elektronik Dalam Perkara Pidana

Ada empat (4) hal yang diuraikan tentang sistem pembuktian dalam hukum

acara pidana menurut Reda Mantovani (2008, Hal: 38)4, yaitu :

- Pertama yaitu conviction-in time, yang memiliki arti bahwa pada sistem

pembuktian ini pengambil keputusan atas bersalahnya seorang terdakwa

hanya tergantung pada penilaian hakim tersebut. Pada sistem

pembuktian ini keyakinan hakim dalam menentukan seseorang bersalah

atau tidak terdapat pada penilaiannya sendiri, tidak jarang dari beberapa

bukti yang diajukan di dalam persidangan tidak menjadi penilaian

kepada hakim melainkan hakim langsung mengambil kesimpulan dari

keyakinannya sendiri berdasarkan apa yang dia yakini.

- Kedua yaitu conviction-rasionee, pada sistem yang kedua ini tidak jauh

berbeda dengan sistem yang pertama, tetapi dalam menentukan salah

tidaknya seorang terdakwa selain keyakinan hakim perbedannya yaitu

dalam keyakinannya tersebut harus memiliki alasan-alasan yang jelas

dalam mengambil keputusan.

- Ketiga yaitu sistem pembuktian menurut undang-undang secara positif,

artinya dalam sistem pembuktian ini pengambilan keputusan

berdasarkan bukti yang diatur di dalam Undang-Undang yang berlaku.

Sistem ini sangat bertentangan dengan apa yang ada pada sistem

pembuktian yang pertama, karena pada sistem pembuktian ini

keyakinan hakim tidak menjadi bagian dalam pengambilan keputusan,

melainkan dengan bukti-bukti yang jelas.

4Manthovani, Reda. 2006. Problematika dan Solusi Penanganan Kejahatan Cyber di Indonesia. Jakarta: PT. Malibu

Makalah Peranan Ilmu Digital Forensik Terhadap Penanganan Bukti Informasi Elektronik
Dalam Perkara Pidana 7
Peranan Ilmu Digital Forensik Terhadap Penanganan Bukti Informasi
Elektronik Dalam Perkara Pidana

- Sedangkan yang keempat yaitu sistem pembuktian menurut undang-

undang secara negatif, yang berarti gabungan dari sistem conviction-in

time dan sistem pembuktian menurut undang-undang positif. Dengan

berarti sistem ini dalam mengambil keputusan bersalahnya seseorang

berdasarkan keyakinan hakim dan juga berdasarkan bukti yang diatur di

dalam undang-undang.

2.3 Peran Ilmu Digital Forensik


Pengungkapan kasus oleh penyidik dalam proses penyelidikan ataupun

proses penyidikan tidak banyak menemukan kendala-kendala seperti kasus yang

ditemukan merupakan kasus yang sulit diselesaikan dengan berbagai macam

kendala yang didapatkan di lapangan. Kendala-kendala tersebut didasarkan pada

kemampuan yang dimiliki oleh penyidik yang menangani kasus tersebut kurang

ataupun tidak didapatkan pada waktu pendidikan.

Maka dari itu pada masa sekarang instansi penyidik banyak yang telah

berkerja sama dengan tenaga-tenaga ahli yang memiliki kemampuan atau ilmu

pengetahuan yang dapat menangani kasus-kasus khusus yang sulit tersebut. Salah

satu ilmu pengetahuan yang telah berkembang pada era moderen saat ini yaitu

ilmu digital forensik. Ilmu digital forensik sangat berperan dalam mengungkap

kasus-kasus khusus yang berkaitan dengan kejahatan di dunia maya atau yang

biasa disebut dengan cybercrime. Kejahatan ini juga sering melibatkan barang

bukti digital dan barang bukti elektronik yang oleh penyidik polisi masih kurang

pengetahuan tentang bagaimana cara menangani bukti-bukti tersebut.

Makalah Peranan Ilmu Digital Forensik Terhadap Penanganan Bukti Informasi Elektronik
Dalam Perkara Pidana 8
Peranan Ilmu Digital Forensik Terhadap Penanganan Bukti Informasi
Elektronik Dalam Perkara Pidana

Peran ahli digital forensik juga dalam membantu penyidik dalam membantu

penyidikan dan penyelidikan terhadap bukti informasi elektronik yang diatur dalam

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 yang merupakan perubahan dari Undang-

Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU

ITE). Menurut UU ITE, yang dimaknai dengan transaksi elektronik yaitu “dokumen

elektronik yang dibuat, diteruskan, dikirim, diterima, dan disimpan dalam bentuk

analog, digital, elektromagnetik, optikal, atau sejenisnya yang dapat dilihat,

ditampilkan, dan di dengar melalui komputer atau sistem elektronik lainnya, namun

tidak terbatas tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, huruf, angka, tanda,

kode, akses, simbol, atau perforasi yang memiliki makna dan arti yang dapat

dipahami oleh yang mampu memahaminya” 5.

2.4 Kedudukan Bukti Elektronik Dalam Undang-Undang


Sejarah bukti informasi elektronik dalam hukum di Indonesia melalui cukup

panjang perjalanan seiring perkembangan teknologi masuk ke Indonesia.

Tepatnya pada tahun 2008 seiring dengan perkembangan teknologi yang begitu

pesat dan maraknya kejahatan cybercrime, hukum di Indonesia mengeluarkan

undang-undang yang mengatur tentang barang bukti informasi elektronik yaitu

pada Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi

Elektronik yang dikenal pada saat ini dengan sebutan UU ITE.

5Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas UndangUndang Nomor 11 Tahun 2008 Informasi dan
Transaksi Elektronik.

Makalah Peranan Ilmu Digital Forensik Terhadap Penanganan Bukti Informasi Elektronik
Dalam Perkara Pidana 9
Peranan Ilmu Digital Forensik Terhadap Penanganan Bukti Informasi
Elektronik Dalam Perkara Pidana

Tetapi di tahun sebelum 2008, undang-undang atau hukum yang mengatur

tentang bukti elektronik juga sudah ada, tetapi diatur secara terpisah pada

beberapa undang-undang. Seperti contoh yang berada pada Undang-Undang

Tentang Tindak Pidana korupsi yaitu Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001

Pasal 26A yang menyebutkan bahwa alat bukti yang sah dalam bentuk petunjuk

seperti “alat bukti lain yang berupa informasi yang diucapkan, dikirim, diterima,

atau disimpan secara elektronik dengan alat optik atau yang serupa dengan itu...” 6.

Pada Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 disebutkan tentang definisi

informasi elektronik adalah “satu atau sekumpulan data elektronik, termasuk

tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, electronic

data inchargce (EDI), surat elektronik (email), telegram, teleks, telecopy, atau

sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses, simbol, atau perforasi yang telah

diolah yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu

memahaminya (Pasal 1)”.

Kemudian bukti informasi elektronik tersebut bisa digunakan sebagai alat

bukti yang sah, ini diatur di dalam Pasal 5 dari UU Nomor 11 Tahun 2008 ayat 1

sampai ayat 4 yang menyebutkan bahwa “Informasi Elektronik dan/atau dokumen

Elektronik dan/atau hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah7”.

6Pasal 26A Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Tindak Pidana Korupsi.
7Pasal 5 ayat 1 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

Makalah Peranan Ilmu Digital Forensik Terhadap Penanganan Bukti Informasi Elektronik
Dalam Perkara Pidana 10
Peranan Ilmu Digital Forensik Terhadap Penanganan Bukti Informasi
Elektronik Dalam Perkara Pidana

Sedangkan syarat-syarat bukti informasi elektronik bisa digunakan sebagai

alat bukti yang sah di dalam persidangan diatur pada Pasal 6 UU Nomor 11 Tahun

2008 yang berbunyi “Dalam hal ini terdapat ketentuan lain selain yang diatur pada

Pasal 5 ayat (4) yang mensyaratkan bahwa suatu informasi harus berbentuk

tertulis atau asli, Informasi Elektronik dan/atau dokumen Elektronik dianggap sah

sepanjang informasi yang tercantum di dalamnya dapat diakses, ditampilkan,

dijamin keutuhannya, dan dapat dipertanggungjawabkan sehingga menerangkan

suatu keadaan”8.

2.5 Kedudukan Bukti Elektronik Dalam Pidana Khusus


Secara umum dalam penyelenggaraan tata cara hukum di Indonesia, Kitab

Undang-Undang Hukum Acara Pidana atau yang biasa disebut dengan KUHAP

merupakan acuan dalam menyelenggarakan ataupun bisa disebut mengawasi tata

cara hukum yang berlaku di Indonesia. Dimana acuan Hukum Acara Pidana di

Indonesia sendiri termasuk sangat tua karena masih mengacu pada Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1981. Berdasarkan dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun

1981 bahwa alat bukti hanya terbatas pada “keterangan saksi, keterangan ahli,

surat, petunjuk, dan keterangan terdakwa”9. Jadi bukti informasi elektronik tidak

dapat dipakai atau dijadikan sebagai alat bukti pada tindak pidana umum.

8Pasal 6 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
9Pasal 184 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana.

Makalah Peranan Ilmu Digital Forensik Terhadap Penanganan Bukti Informasi Elektronik
Dalam Perkara Pidana 11
Peranan Ilmu Digital Forensik Terhadap Penanganan Bukti Informasi
Elektronik Dalam Perkara Pidana

Oleh karena itu untuk membuat bukti informasi elektronik bisa dijadikan

sebagai alat bukti yang sah di dalam persidangan, maka bukti informasi elektronik

ini dibuat menjadi alat bukti yang bersifat khusus yang nantinya akan dipakai pada

tindak pidana khusus juga. Kasus-kasus ini bersifat khusus karena memuat aturan-

aturan atau undang-undang yang mengatur alat bukti khusus seperti alat bukti

informasi elektronik ini bisa digunakan, seperti contoh kasus Tindak Pidana

Korupsi, tindak pidana Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE), Pornografi, atau

juga Tindak Pidana Kepabeanan.

2.6 Kedudukan Bukti Elektronik Dalam RUU KUHAP


Seperti yang kita ketahui bahwa alat bukti informasi elektronik tidak dapat

dipakai pada tindak pidana umum yang diatur pada Kitab Undang-Undang Hukum

Acara Pidana yang tidak mencatumkan alat bukti elektronik sebagai alat bukti

yang dapat dipakai, tetapi diatur dalam tindak pidana khusus seperti Tindak

Pidana Korupsi, Tindak Pidana ITE, dan lain-lain. Karena keterbatasan tersebut,

maka dari itu diperlukan adanya perubahan pada KUHAP tentang alat bukti

elektronik tersebut.

Pembaharuan terhadap Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

(KUHAP) ini dirancang pada Rancangan Undang-Undang tentang Kitab Undang-

Undang Hukum Acara Pidana (RUU KUHAP) pada draft Tahun 2008. Sedangkan

bukti elektronik terdapat pada draft RUU KUHAP tersebut diatur pada pasal 177

Ayat (1) huruf (c) menjelaskan bahwa “alat bukti yang sah mencakup a) barang

bukti, b) surat-surat, c) bukti elektronik, d) keterangan ahli, e) keterangan saksi, f)

keterangan terdakwa, g) dan penilaian hakim”. Sedangkan penjelasan dalam draft

Makalah Peranan Ilmu Digital Forensik Terhadap Penanganan Bukti Informasi Elektronik
Dalam Perkara Pidana 12
Peranan Ilmu Digital Forensik Terhadap Penanganan Bukti Informasi
Elektronik Dalam Perkara Pidana

Rancangan Undang-Undang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (RUU

KUHAP) menjelaskan secara detail perubahan pada draft tersebut. Pada draft

RUU KUHAP ini yang mendapatkan penjelasan lebih rinci dari yang lainnya

merupakan alat bukti elektronik yang diatur pada huruf (c), menjelaskan bahwa

“yang dimaksud dengan bukti elektronik adalah informasi yang diucapkan,

diterima, atau disimpan secara elektronik dengan alat optik atau yang serupa

dengan itu, termasuk setiap rekaman data atau informasi yang dapat dilihat,

dibaca, dan/atau didengar yang dapat dikeluarkan dengan atau tanpa bantuan suatu

sarana baik tertuang di atas kertas, benda fisik apapun selain kertas maupun yang

terekam secara elektronik yang berupa tulisan, gambar, peta, rancangan, foto,

huruf, tanda, angka, atau perforasi yang memiliki makna” 10.

10Draft RUU Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana Pasal 177 Ayat (1) huruf (c)

Makalah Peranan Ilmu Digital Forensik Terhadap Penanganan Bukti Informasi Elektronik
Dalam Perkara Pidana 13
Peranan Ilmu Digital Forensik Terhadap Penanganan Bukti Informasi
Elektronik Dalam Perkara Pidana

BAB III

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dalam pembahasan pada makalah kali ini

yaitu, peran dari perkembangan ilmu pengetahuan yang salah satunya merupakan

ilmu forensik berdampak besar pada penangan perkara pidana di Indonesia.

Sebagai salah satu contoh dari cabang ilmu forensik yaitu peran digital forensik

dalam menangani kejahatan yang melibatkan atau memakai informasi elektronik

dalam melakukan kejahatan lebih khusus kejahatan di dunia maya atau yang

biasa disebut cybercrime. Peran ahli digital forensik sangat membantu dalam

menangani kasus-kasus berupa kasus yang melibatkan bukti informasi

elektronik, seperti dengan mengungkap kasus pencemaran nama baik, kasus

peretasan web, kasus pinjaman online dan kasus-kasus lainnya.

Dengan perkembangan ini, alat bukti informasi elektronik dapat dipakai

sebagai alat bukti yang sah di dalam hukum Indonesia, tetapi masih sebatas pada

tindak pidana khusus seperti contoh Tindak Pidana Korupsi, Tindak Pidana

Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE), Pornografi, dan lainnya. Ini

dikarenakan pada tindak pidana umum landasan Hukum di Indonesia masih

mengacu pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 (KUHAP). Tetapi

pemerintah telah merancang pembaharuan untuk menambahkan bukti informasi

elektronik ini pada KUHAP dalam Rancangan Undang-Undang (RUU) sebagai

alat bukti yang sah, sehingga kedepannya alat bukti informasi elektronik ini akan

bisa dipakai pada semua tindak pidana umum maupun yang khusus.

Makalah Peranan Ilmu Digital Forensik Terhadap Penanganan Bukti Informasi Elektronik
Dalam Perkara Pidana 14
Peranan Ilmu Digital Forensik Terhadap Penanganan Bukti Informasi
Elektronik Dalam Perkara Pidana

DAFTAR PUSTAKA

Arini, K., & Sujarwo, H. (2021). Kedudukan Saksi Ahli Dalam Pesidangan

Perkara Pidana. Jurnal Studi Al-Quran Dan Hukum 7(1)

Jalinur & Darlius. (2021). Pengelolaan Dokumen Dalam Perspektif Digital

Forensik. Jurnal Perpustakaan Dan Ilmu Informasi. 2(2).

Iscandar, O. (2021). Peranan Ilmu Forensik Dalam Pengungkapan Tindak Pidana

KDRT Yang Dilakukan Istri Terhadap Suami (Studi Kasus Putusan No.

1550/Pid.Sus/2015/Pn.Mks). Jurnal KRTHA Bhayangkarai. 15(1).

Hakim, P., & Siregar, R. (2021). Peranan Saksi Ahli Forensik Dalam Peneteapan

Tersangka Tindak Pidana Pembunuhan (Studi Polres Labuanbatu).

Jurnal Ilmiah “Advokasi”. 9(1).

Hasanah, U., & Monita, Y. (2020). Sidik Jari Sebagai Pendukung Alat Bukti

Dalam Proses Penyidikan Perkara Pidana. Jurnal Of Criminal Law. 1(3).

Rachmad, Andi. (2019). Peranan Laboratorium Forensik Dalam Mengungkap

Tundak Pidana Pada Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol 09 No. 01 Maret 2021

Siregar, M., & Pakpahan, Z. (2018). Kewenangan Mengajukan Pra Peradilan Atas

Penetapan Tersangka Di Tinjau Dari Segi Hukum. Jurnal Ilmiah Advokasi,

6(2), 34-54. doi:https://doi.org/10.36987/jiad.v6i2.249

Manthovani, Reda. 2006. Problematika dan Solusi Penanganan Kejahatan Cyber

di Indonesia. Jakarta: PT. Malibu

Hamzah, Andi. 2004. Hukum Acara Pidana Indonesia. Edisi Revisi. Jakarta: Sinar

Grafika.

Makalah Peranan Ilmu Digital Forensik Terhadap Penanganan Bukti Informasi Elektronik
Dalam Perkara Pidana 15
Peranan Ilmu Digital Forensik Terhadap Penanganan Bukti Informasi
Elektronik Dalam Perkara Pidana

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas UndangUndang

Nomor 11 Tahun 2008 Informasi dan Transaksi Elektronik.

Pasal 26A Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Tindak Pidana Korupsi.

Pasal 5 ayat 1 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan

Transaksi Elektronik.

Pasal 6 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi

Elektronik.

Pasal 184 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara

Pidana.

Draft RUU Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana Pasal 177 Ayat (1) huruf
(c)

Makalah Peranan Ilmu Digital Forensik Terhadap Penanganan Bukti Informasi Elektronik
Dalam Perkara Pidana 16

Anda mungkin juga menyukai