Disusun Oleh:
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat
dan hidayah-Nya penyusun diberikan kemudahan dalam menyusun makalah alat bukti
dan barang bukti digital. Tidak lupa penyusun juga mengucapkan banyakterima kasih
atas bantuan Bapak Mitra Unik,S.Kom.,M.Kom. sebagai dosen mata kuliah Hukum
Siber dan mahasiswa lainya yang telah memberikan sumbangan baik motivasi
maupun pikirannya. Penyusun mengharapkan makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca maupun penyusun. Tujuan dari
pembuatan makalah ini yaitu untuk menambah pengetahuan penyusun dan pembaca
serta memenuhi tugas mata kuliah Hukum Siber dengan topik alat bukti dan barang
bukti digital.
Penyusun menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan
dan kesalahan, baik dalam sistematika penyusunan, maupun dalam isi makalah. Untuk
itu, kritik dan saran sangat diharapkan demi perbaikan penyusunan di masa
mendatang.
Penyusun
Reyhan Verdynata
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................... 2
2.2 Profil Alat Bukti Digital dalam Kasus Kejahatan Siber ...................................... 7
BAB IV KESIMPULAN............................................................................................. 16
4.1 Kesimpulan........................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................. 18
3
BAB I
PENDAHULUAN
menganalisa dan atau menyebarkan informasi merupakan hal yang sudah lazim
mengakses apa saja yang dibutuhkan baik mengenai informasi, transaksi, dan
4
dengan bukti elektronik, antara lain pencemaran nama baik, pembunuhan yang
1. Apa yang dimaksud dengan Alat Bukti dan Barang Bukti Digital?
5
BAB II
PEMBAHASAN
yang digunakan untuk mendukung atau menyangkal teori tentang bagaimana suatu
berbagai jenis informasi seperti teks, gambar, audio, dan vid eo.
Adapun bukti digital menurut Don Mason dalam presentasinya yang berjudul
Digital Evidence and Computer Forensics, bukti digital merupakan Informasi dari
nilai pembuktian yang disimpan atau ditransmisikan dalam bentuk biner dan dapat
diandalkan di pengadilan.
Jika kita melihat dari beberapa definisi yang diutarakan oleh pakar, maka kita
dapat mengambil kesimpulan bahwa bukti digital adalah informasi yang tersimpan
atau terdistribusikan dalam komputer atau dalam bentuk digital yang bisa
dijadikan sebagai bukti dalam persidangan. Informasi tersebut dapat berupa text,
gambar, audio, video yang bisa kita temukan pada harddrive computer, ponsel atau
6
2.2 Profil Alat Bukti Digital dalam Kasus Kejahatan Siber
dari hasil pembuktian dapat diketahui benar atau tidaknya suatu dakwaan atau
tuntutan tersebut dengan menunjuk pada alat bukti. Alat bukti adalah segala
sesuatu yang ada hubungannya dengan suatu perbuatan, dimana dengan alat-alat
keyakinan hakim atas kebenaran adanya suatu tindak pidana yang telah dilakukan
a. KUHAP.
Dalam sistem pembuktian yang dianut dalam KUHAP Pasal 183 KUHAP
apabila dengan sekurang- kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh
keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar- benar terjadi dan bahwa terdakwa lah
penting dalam menangani kejahatan siber, hal ini perlu menjadi catatan sebab bukti
7
elektronik telah menjadi media perantara baru bagi pelaksanaan suatu tindak
kejahatan.
Alat bukti petunjuk merupakan otoritas penuh dan subjektivitas hakim yang
pembuktian sebagai suatu petunjuk haruslah menghubungkan alat bukti yang satu
dengan yang lain. Penilaian atas kekuatan pembuktian suatu petunjuk dalam setiap
satu sama lain atas perbuatan yang terjadi. Selain itu, keadaan-keadaan tersebut
berhubungan satu sama lain dengan kejahatan yang terjadi dan berdasarkan
pengamatan hakim yang diperoleh dari keterangan saksi, surat dan keterangan
terdakwa.
memperhatikan mengenai alat bukti digital yang digunakan oleh pelaku dalam
Pengadilan. Dari alat bukti digital tersebut yang nantinya juga akan menentukan
apakah perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa benar bersalah menurut hukum.
8
Contoh Alat bukti digital yang dapat digunakan adalah :
1. Laptop
2. Email
3. CD
5. Smartphone
7. Flashdisk
8. Data
11. SMS
yang memenuhi persyaratan formil dan persyaratan materiil yang diatur dalam
Barang bukti dapat dikatakan alat bukti digital karena berbentuk Informasi
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang sesuai dengan kriteria Pada Pasal
1 angka 1 dan angka 4 Undang-Undang No. 11 tahun 2008 yang meliputi tulisan,
suara, gambar, peta, rancangan, foto, electronic data interchange (EDI), surat
tanda, angka, Kode Akses, simbol, atau perforasi yang telah diolah yang memiliki
arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya dan bentuk
9
ditampilkan, dan/atau didengar melalui Komputer atau Sistem Elektronik,
termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto
atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, Kode Akses, simbol atau perforasi yang
memiliki makna atau arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu
memahaminya, yang dalam putusan diatas merupakan alat bukti yang mempunyai
kedudukan untuk menjelaskan suatu tindak cyber crime yang mungkin dilakukan
oleh tersangka, sehingga alat bukti digital ini memperjelas fakta yang terjadi
10
BAB III
LAPORAN AKTIVITAS
Jawaban:
11
keterangan di atas sumpah atau yang biasa disebut delik Sumpah
Palsu/Keterangan Palsu:
Ayat 1:
Ayat 2:
“Jika keterangan palsu di atas sumpah diberikan dalam perkara pidana dan
merugikan terdakwa atau tersangka yang bersalah diancam dengan pidana
penjara paling lama tujuh tahun.”
c. Keterangan itu harus palsu (tidak benar) dan kepalsuan ini diketahui oleh
pemberi keterangan.
12
dengan kebenaran, akan tetapi akhirnya keterangan ini tidak benar, dengan lain
perkataan, jika ternyata ia tidak mengenal sesungguhnya mana yang benar,
maka ia tidak dapat dihukum. Menyembunyikan kebenaran itu belum berarti
suatu keterangan palsu. Suatu keterangan palsu itu menyatakan keadaan lain
dari pada keadaan yang sebenarnya dengan dikehendaki (disengaja).
3. Dengan adanya sanksi yang berat atas pelanggaran suatu hak cipta, maka
seseorang harus lebih berhati-hati dalam menggunakan hak cipta milik orang
lain dalam karya ciptaannya, dalam hal ini terdapat beberapa cara untuk
menghindari pelanggaran suatu hak cipta diantaranya:
• Mengajukan permintaan izin secara tertulis dari Pemegang hak cipta berisi
informasi spesifik tentang karya yang akan digunakan dan bagaimana
penggunaanya dan tentunya mendapatkan izin pemegang hak cipta secara
tertulis.
• Mencantumkan sumber karya tulis untuk pengutipan karya tulis, dapat
dicantumkan dalam teks, di catatan kaki dan di akhir karya tulis dengan
informasi sekurang-kurangnya terdiri atas nama Pencipta, judul atau nama
ciptaan, dan nama penerbit jika ada.
• Memberikan kompensasi atas karya cipta berbayar sesuai yang ditetapkan oleh
pemegang hak cipta.
• Menggunakan karya cipta Bebas Lisensi (Creative Common License) yang
bisa digunakan dengan legal disitus-situs penyedia karya cipta gratis yang
berlisensi Creative Commons. Namun perlu untuk diperhatikan juga apakah
situs tersebut mempersyaratkan pemberian atribut atau suatu prosedur tertentu
dalam menggunakan karya ciptaannya, jika iya maka penggunaannya harus
mengikuti prosedur tersebut.
13
4. Sanksi pertama, seseorang bisa saja diancam dengan hukuman pidana kurungan
untuk waktu yang cukup lama. Menurut undang-undang yang telah ditetapkan
oleh Negara, seorang tersangka pelaku pencucian uang ini mendapat hukuman
maksimal 15 tahun kurungan badan. Sanksi kedua, pelaku juga diancam dengan
hukuman denda. Menurut undang-undang yang telah ditetapkan oleh
pemerintah, denda maksimal pelaku money laundry ini mencapai 2 miliar
rupiah. Hakim berhak menetapkan denda maksimal jika pelaku pernah
mendekam di penjara untuk kasus yang sama.
5. Menurut Pasal 72 Undang-Undang Hak Cipta, bagi mereka yang dengan sengaja
atau tanpa hak melanggar Hak Cipta orang lain dapat dikenakan pidana penjara
paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00
(satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah). Selain itu,
beberapa sanksi lainnya adalah:
14
deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa
mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
7. Data forgery adalah data pemalsuan atau dalam dunia cybercrime Data Forgery
merupakan kejahatan dengan memalsukan data pada dokumen-dokumen
penting yang tersimpan sebagai scripless document melalui Internet. Contoh
Kejahatan kartu kredit yang dilakukan lewat transaksi online, Data Forgery
Pada E-Banking, dll
15
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Dalam pembuktian pidana tidak mengenal pembuktian bebas. Hakim
memiliki hak untuk menilai alat bukti yang dihadirkan dalam persidangan. Hakim
harus berdasarkan 2 alat bukti yang sah diatur dalam pasal 183 KUHAP. Sehingga
keterangan saksi dan saksi ahli, juga pergeseran surat dan petunjuk dari
merupakan alat bukti hukum yang sah berupa informasi elektronik dan/atau
dalam mengambil putusan. Serta sebagai pelengkap alat bukti surat seperti yang
16
Transaksi Elektronik. Sehingga dalam pemrosesan alat bukti digital harus di jaga
keaslian alat bukti tersebut untuk meminimalisir berubahnya alat bukti digital
Putusan yang didapat penulis di lapangan, belum ada pemrosesan alat bukti yang
sesuai prosedur, alat bukti digital yang dihadirkan di persidangan telah di explore
oleh saksi ahli sebelumnya, sehingga mengurangi keaslian dari sebuah alat bukti
itu sendiri, padahal dalam Undang-Undang No. 11 tahun 2008 pada Pasal 43 ayat
17
DAFTAR PUSTAKA
18
diakses pada 14 April 2018 dari website https://
media.neliti.com/media/publications/122959-ID-none.pdf/
Cahyo Handoko, 2016, “Kedudukan Alat Bukti Digital dalam Pembuktian Cyber
crime di Pengadilan”, Jurisprudence, Vol.6 (1) diakses pada 15 April 2018
dari http://journals. ums.ac.id/index.php/jurisprudence/article/
Johan Wahyudi, “Dokumen Elektronik sebagai Alat Bukti pada Pembuktian di
Pengadilan”, perspektif, Vol XVII (2), diakses pada 13 April 2018 dari
http://jurnal-perspektif.org/ article/view/
Ramiyanto, “Bukti Elektronik Sebagai Alat Bukti Yang Sah Dalam Hukum
Acara Pidana”, 2017, jurnal hukum dan peradilan, Vol.6, No.3, diakses
pada 15 April 2018, dari website : http://scholar.google.co.id
Sahuri Lasmadi, “pengaturan Alat Bukti Dalam Tindak Pidana Dunia Maya”,
Jurnal Ilmu Hukum, 2014, Diakses pada 5 Juni 2018 dari website online
–journal.unja.ac.id
Dista Amalia Arifah, “Kasus Cybercrime Indonesia”, 2011, Jurnal Bisnis dan
Ekonomi, Vol.18, No.2 diakses pada 5 Juni 2018, dari Website
https://media.neliti.com
19