Anda di halaman 1dari 9

PAPER HUKUM ACARA PERDATA

KEABSAHAN & KEKUATAN HUKUM BUKTI ELEKTRONIK

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Acara Perdata

Disusun Oleh :
ANNISA RIZKY
NIM : 20410872

Dosen Pengampu :
Bambang Sutiyoso S.H., M.Hum

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA


FAKULTAS HUKUM
TAHUN 2023
KEABSAHAN & KEKUATAN HUKUM BUKTI ELEKTRONIK

A. LATAR BELAKANG
Dalam era digital saat ini, penggunaan teknologi informasi dan komunikasi
semakin meluas. Salah satu aspek yang terpengaruh adalah sistem hukum dan keadilan.
Dalam proses hukum, bukti menjadi elemen kunci untuk memperkuat atau menentang
argumen yang diajukan oleh para pihak yang terlibat. Dulu, bukti yang diajukan dalam
kasus hukum sebagian besar bersifat fisik, seperti dokumen tertulis, rekaman audio, atau
barang bukti lainnya. Namun, dengan kemajuan teknologi, bukti elektronik menjadi
semakin relevan. Bukti elektronik merujuk pada segala bentuk informasi yang
dihasilkan, dikirim, atau disimpan dalam format digital. Ini bisa mencakup email,
pesan teks, rekaman suara digital, foto digital, video, dan berbagai jenis dokumen
elektronik lainnya. Keabsahan dan kekuatan hukum bukti elektronik telah
menjadi isu penting dalam sistem hukum di seluruh dunia. Namun, sebelum
membahas keabsahan dan kekuatan hukum bukti elektronik, penting untuk
memahami aspek hukum yang terkait.
Banyak negara telah mengadopsi undang-undang yang mengatur
penggunaan bukti elektronik dalam sistem hukum mereka. Beberapa negara
memiliki undang-undang khusus tentang bukti elektronik, sementara yang lain
mengatur penggunaan bukti elektronik dalam undang-undang yang lebih umum
tentang bukti. Undang-undang ini bertujuan untuk mengakui dan mengatur bukti
elektronik sehingga dapat diterima dan digunakan secara sah dalam proses
hukum.
Keabsahan dan kekuatan hukum bukti elektronik menjadi penting
karena ada beberapa masalah yang berkaitan dengan bukti ini. Pertama, bukti
elektronik dapat diubah atau dimanipulasi dengan mudah tanpa jejak yang jelas.
Kedua, keaslian bukti elektronik seringkali sulit dibuktikan karena sulit untuk
menentukan sumber asli dari informasi elektronik. Ketiga, masalah kepercayaan
mungkin muncul karena banyak orang masih lebih percaya pada bukti fisik
daripada bukti elektronik.
Dalam mengatasi masalah ini, undang-undang harus menjamin
keabsahan dan kekuatan hukum bukti elektronik. Beberapa prinsip dan asas yang
penting dalam konteks ini meliputi Asas Kebendaan yaitu bukti elektronik harus
dianggap sebagai benda bukti yang sah seperti bukti fisik. Prinsip ini menyiratkan
bahwa bukti elektronik harus dapat diidentifikasi, dipisahkan, dan disimpan
secara aman. Asas Keotentikan merupakan keaslian dan integritas bukti
elektronik harus dijamin. Ini berarti bahwa bukti elektronik harus bisa dibuktikan
sebagai asli dan tidak diubah atau dimanipulasi. Asas Keterlacakan yang mana
bukti elektronik harus dapat dilacak secara menyeluruh, sehingga jejak digital
yang berkaitan dengan pembuatan, pengiriman, dan penyimpanan bukti
elektronik dapat ditelusuri dan diverifikasi. Asas Keandalan yaitu keandalan
bukti elektronik harus dijamin. Ini melibatkan penggunaan teknologi yang aman
dan prosedur yang tepat untuk mengumpulkan, mengamankan, dan menyajikan
bukti elektronik. Asas Kehati-hatian, para pihak yang terlibat dalam proses
hukum harus menjaga kehati-hatian dalam mengumpulkan, mengamankan, dan
menggunakan bukti elektronik. Ini mencakup penggunaan metode yang sah untuk
memperoleh bukti elektronik, serta perlindungan privasi dan keamanan data yang
terkait dan terakhir Asas Kesetaraan yaitu erlakuan yang sama harus diberikan
kepada bukti elektronik dan bukti fisik dalam proses hukum. Tidak boleh ada
diskriminasi terhadap bukti elektronik hanya karena bentuknya yang digital.

B. PERMASALAHAN
Berdasarkan latar belakang diatas, beberapa rumusan masalah yang dapat diambil
adalah sebagai berikut :
a. Urgensi dan Pengertian Bukti Elektronik.
b. Macam & Keabsahan Bukti Elektronik
c. Kekuatan hukum bukti elektronik.

C. ANALISA HUKUM
a. Urgensi dan Pengertian Bukti Elektronik
Dalam era digital yang terus berkembang pesat, penggunaan teknologi
informasi dan komunikasi telah mempengaruhi berbagai aspek kehidupan,
termasuk sistem hukum. Dalam konteks ini, bukti elektronik menjadi sangat
penting dalam proses hukum. Urgensi bukti elektronik dapat dilihat dari
beberapa aspek pertama keberlanjutan teknologi yang mana teknologi terus
berkembang dengan cepat, dan penggunaan bukti elektronik menjadi semakin
umum. Dalam kehidupan sehari-hari, kita menggunakan banyak aplikasi dan
platform digital untuk berkomunikasi, bertransaksi, dan menyimpan informasi.
Oleh karena itu, pengakuan dan penggunaan bukti elektronik yang sah sangat
penting untuk memastikan bahwa sistem hukum dapat beradaptasi dengan
perkembangan teknologi dan mencapai keadilan yang seimbang. Kedua,
kecepatan dan efisiensi yang mana bukti elektronik memiliki keunggulan
dalam hal kecepatan dan efisiensi dibandingkan dengan bukti fisik. Dengan
menggunakan bukti elektronik, proses pengumpulan, penyajian, dan evaluasi
bukti dapat dilakukan secara lebih cepat dan efisien. Misalnya, pengiriman
dokumen elektronik melalui email atau penggunaan rekaman suara digital
dapat menghemat waktu yang berharga dalam proses hukum. Dalam kasus
yang melibatkan volume besar data elektronik, penggunaan algoritma dan
teknik analisis data dapat membantu menyaring dan memproses bukti dengan
lebih efisien. Ketiga keterjangkauan dan aksesibilitas, bukti elektronik juga
dapat menjadi lebih terjangkau dan mudah diakses daripada bukti fisik.
Dengan adanya penyimpanan data dalam format digital, bukti elektronik dapat
disimpan dengan biaya yang lebih rendah dan dapat diakses dengan cepat.
Selain itu, aksesibilitas bukti elektronik memungkinkan pihak yang terlibat
dalam proses hukum, baik itu pihak yang membela maupun pihak yang
dituduh, untuk lebih mudah mengumpulkan, menyajikan, dan mengevaluasi
bukti elektronik yang relevan.
Keempat kemudahan pengarsipan dan pencarian dalam kasus hukum,
seringkali diperlukan penelusuran dan pengumpulan bukti yang terkait dengan
periode waktu yang panjang atau volume data yang besar. Bukti elektronik
memberikan kemudahan dalam pengarsipan dan pencarian. Dengan
menggunakan sistem pengarsipan elektronik yang baik, bukti elektronik dapat
diorganisir dengan rapi, dikelompokkan berdasarkan kategori, dan dapat dicari
dengan cepat menggunakan kata kunci atau filter tertentu. Hal ini membantu
mempercepat proses pengumpulan dan penelusuran bukti yang relevan dalam
proses hukum. Kelima keaslian dan integritas, bukti elektronik dapat diperkuat
dengan langkah-langkah keamanan dan tanda tangan digital yang dapat
memberikan keaslian dan integritas pada bukti tersebut. Melalui penggunaan
kriptografi dan metode keamanan lainnya, bukti elektronik dapat dilindungi
dari manipulasi atau perubahan yang tidak sah. Dalam hal ini, metode
otentikasi dan verifikasi yang kuat dapat digunakan untuk memastikan bahwa
bukti elektronik mempertahankan integritasnya selama proses pengumpulan,
penyimpanan, dan penyajian. Keenam bukti digital forensik, bkti elektronik
juga memungkinkan penggunaan teknik forensik digital yang kompleks untuk
mendapatkan informasi yang tersembunyi atau dihapus dari perangkat
elektronik. Dalam kasus kejahatan komputer atau peretasan, bukti elektronik
dapat memberikan jejak digital yang penting untuk mengungkap pelaku dan
memperkuat tuntutan hukum. Bukti digital forensik dapat mencakup analisis
metadata, pemulihan data yang dihapus, dan penggunaan teknik lainnya untuk
mengungkap informasi yang relevan dalam proses hukum.
Dalam rangka menghadapi urgensi bukti elektronik, penting untuk
mengembangkan regulasi dan kebijakan hukum yang relevan. Negara-negara
telah mengadopsi undang-undang dan peraturan yang mengatur penggunaan,
keabsahan, dan kekuatan hukum bukti elektronik. Melalui kerangka hukum
yang tepat, bukti elektronik dapat diakui sebagai bukti sah dan dapat
digunakan dengan keyakinan dalam proses hukum. Penting juga untuk terus
mengembangkan teknologi dan metode analisis bukti elektronik yang lebih
maju untuk memastikan kehandalan dan validitasnya dalam sistem hukum.
Dalam konteks hukum, penggunaan bukti elektronik harus diatur
dengan undang-undang yang relevan. Undang-undang tersebut harus
memastikan keabsahan dan kekuatan hukum bukti elektronik serta mengatur
tata cara pengumpulan, penyimpanan, dan penyajian bukti elektronik dalam
proses hukum. Banyak negara telah mengadopsi undang-undang yang
mengatur penggunaan bukti elektronik, baik dalam undang- undang umum
tentang bukti maupun dalam undang-undang khusus tentang bukti elektronik.
Dengan demikian, urgensi bukti elektronik terletak pada potensi dan
keunggulan yang ditawarkan oleh teknologi digital dalam mempercepat proses
hukum, meningkatkan keadilan, dan memberikan aksesibilitas yang lebih luas
bagi semua pihak yang terlibat dalam proses hukum.
Bukti Elektronik merujuk pada bukti yang dihasilkan atau disajikan
dalam bentuk digital atau elektronik. Dalam era digital ini, bukti elektronik
telah menjadi bagian integral dari proses hukum dan digunakan dalam
berbagai konteks, termasuk peradilan, arbitrase, atau proses penyelesaian
sengketa lainnya. Bukti elektronik dapat berupa berbagai jenis data atau
informasi yang disimpan dalam format elektronik, seperti dokumen digital,
pesan teks, email, rekaman suara atau video digital, data transaksi elektronik,
atau elemen-elemen lain yang dapat digunakan untuk membuktikan fakta atau
kejadian dalam suatu kasus. Pentingnya bukti elektronik terletak pada
kehandalan dan efisiensi yang ditawarkannya. Dalam era digital, penggunaan
bukti elektronik memungkinkan akses yang cepat dan mudah terhadap
informasi yang relevan. Proses pengumpulan dan penyajian bukti elektronik
juga dapat lebih efisien dibandingkan dengan bukti fisik tradisional. Bukti
elektronik juga dapat disimpan dan dicari dengan lebih efektif menggunakan
teknologi pengarsipan dan pencarian elektronik.
Namun, penggunaan bukti elektronik juga memiliki tantangan dan
risiko tersendiri. Keaslian dan integritas bukti elektronik menjadi isu kritis
dalam konteks ini. Dalam dunia digital, manipulasi atau perubahan bukti
elektronik dapat terjadi dengan relatif mudah tanpa jejak yang jelas. Oleh
karena itu, perlindungan keaslian dan integritas bukti elektronik sangat penting
untuk menjaga kepercayaan dan keandalan dalam sistem hukum. Untuk
mengatasi tantangan ini, regulasi dan kebijakan hukum yang mengatur
penggunaan dan pengelolaan bukti elektronik telah dikembangkan di berbagai
negara. Undang-undang ini bertujuan untuk memastikan keabsahan dan
kekuatan hukum bukti elektronik, serta menetapkan standar dan prosedur yang
harus diikuti dalam pengumpulan, penyimpanan, dan penyajian bukti
elektronik dalam proses hukum.

c. Macam dan Keabsahan Bukti Elektronik


Dalam konteks bukti elektronik, terdapat berbagai macam jenis bukti
yang dapat dihasilkan atau disajikan dalam bentuk digital atau elektronik.
Macam-macam bukti elektronik ini mencakup berbagai jenis data atau
informasi yang dapat digunakan untuk membuktikan atau mendukung fakta
dalam proses hukum. Berikut ini adalah beberapa macam bukti elektronik
yang umum ditemukan:
1. Dokumen Digital
Dokumen digital merupakan salah satu jenis bukti elektronik yang paling
umum. Ini termasuk dokumen seperti PDF, Word, Excel, PowerPoint, atau
format lain yang dapat digunakan untuk menyimpan informasi tertulis.
Dokumen digital dapat mencakup kontrak, perjanjian, faktur, surat
elektronik, atau dokumen-dokumen lain yang relevan dalam konteks kasus
hukum tertentu.
2. Pesan Teks dan Pesan Instan
Pesan teks dan pesan instan yang dikirim melalui aplikasi atau platform
komunikasi seperti WhatsApp, Telegram, atau WeChat juga dapat menjadi
bukti elektronik yang penting dalam proses hukum. Pesan-pesan ini dapat
memberikan informasi penting tentang percakapan, perjanjian, atau
transaksi yang terjadi antara pihak-pihak yang terlibat.
3. Email
Email adalah bentuk komunikasi elektronik yang umum digunakan dalam
lingkungan bisnis dan pribadi. Email dapat berisi informasi penting tentang
transaksi, perjanjian, atau komunikasi antara pihak-pihak yang terlibat
dalam kasus hukum. Isi email, tanggal pengiriman, dan data metadata
lainnya dapat menjadi bukti elektronik yang signifikan.
4. Rekaman Audio dan Rekaman Video Digital: Rekaman audio atau video
digital dapat menjadi bukti elektronik yang kuat dalam kasus-kasus yang
melibatkan kejadian atau percakapan tertentu. Rekaman ini dapat mencakup
percakapan telepon, rekaman video dari CCTV, atau rekaman lain yang
dapat memberikan bukti visual atau auditori tentang suatu kejadian.
5. Data Transaksi Elektronik: Dalam konteks transaksi elektronik seperti
commerce atau perbankan online, data transaksi elektronik dapat menjadi
bukti elektronik yang penting. Data ini mencakup informasi tentang
pembelian, pembayaran, atau aktivitas keuangan lainnya yang dapat
membantu dalam membuktikan atau mendukung klaim atau tindakan dalam
proses hukum.
6. Metode Analisis Forensik Digital: Bukti elektronik juga dapat terkait
dengan metode analisis forensik digital. Ini mencakup proses
mengumpulkan dan menganalisis bukti elektronik dari perangkat digital
seperti komputer, ponsel pintar, atau perangkat lainnya. Analisis forensik
digital dapat menghasilkan bukti elektronik seperti data yang dipulihkan
dari perangkat yang telah dihapus atau informasi tentang aktivitas pengguna
yang relevan dalam kasus hukum.

Keabsahan bukti elektronik merupakan faktor penting dalam


penggunaannya dalam proses hukum. Keabsahan merujuk pada kekuatan atau
validitas bukti elektronik sebagai alat untuk membuktikan fakta atau kejadian
dalam kasus hukum. Untuk memastikan keabsahan bukti elektronik, beberapa
aspek perlu diperhatikan:
1. Otoritas: Keabsahan bukti elektronik terkait dengan otoritasnya. Bukti
elektronik harus berasal dari sumber yang sah dan dapat
dipertanggungjawabkan. Penting untuk memverifikasi apakah bukti tersebut
diperoleh dari sumber yang berwenang dan dapat diandalkan.
2. Keaslian: Keaslian bukti elektronik menjadi pertimbangan kritis dalam
menentukan keabsahannya. Dalam lingkungan digital, manipulasi atau
pemalsuan bukti elektronik dapat terjadi dengan mudah. Oleh karena itu,
penting untuk memastikan bahwa bukti tersebut tidak diubah atau
dimanipulasi dan benar-benar mencerminkan keadaan aslinya.
3. Integritas: Integritas bukti elektronik berkaitan dengan keutuhan dan
keotentikannya. Bukti harus tetap utuh dan tidak mengalami perubahan
yang tidak sah. Dalam lingkungan digital, metode keamanan seperti tanda
tangan digital atau enkripsi dapat digunakan untuk menjaga integritas bukti
elektronik.
4. Penyimpanan dan Keandalan: Keabsahan bukti elektronik juga tergantung
pada cara penyimpanan dan keandalannya. Bukti elektronik harus disimpan
dengan aman dan dilindungi dari kerusakan atau kehilangan yang dapat
mengurangi keandalannya. Penting untuk memastikan bahwa bukti
elektronik dapat dipulihkan dan diakses dengan benar saat dibutuhkan.
5. Rantai Kepemilikan: Keabsahan bukti elektronik dapat diperkuat melalui
dokumentasi yang jelas tentang rantai kepemilikan. Informasi tentang siapa
yang memiliki atau mengendalikan bukti elektronik dari awal hingga
disajikan dalam proses hukum penting untuk memastikan integritas dan
keabsahan bukti.

c. Kekuatan Hukum Bukti Eelektronik


Dalam era digital yang semakin maju, penggunaan bukti elektronik
telah menjadi aspek penting dalam sistem hukum. Namun, kekuatan hukum
bukti elektronik perlu dipertimbangkan dengan seksama agar dapat diterima
secara hukum dan digunakan sebagai alat untuk membuktikan atau
mendukung fakta dalam proses hukum. Untuk memahami kekuatan hukum
bukti elektronik, ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan seperti
Undang-Undang yang Berlaku Keberlakuan dan kekuatan hukum, bukti
elektronik ditentukan oleh undang-undang yang berlaku di suatu yurisdiksi.
Setiap negara mungkin memiliki peraturan dan ketentuan hukum yang
mengatur penggunaan, pengumpulan, penyimpanan, dan pengesahan bukti
elektronik. Undang-undang ini dapat mencakup persyaratan khusus, metode
otentikasi, tanda tangan digital, atau prosedur tertentu yang harus dipatuhi.
Penting bagi pihak yang terlibat dalam proses hukum untuk memahami dan
mematuhi undang-undang yang berlaku agar bukti elektronik dapat diterima
dan memiliki kekuatan hukum.
Kepatuhan terhadap persyaratan hukum, kekuatan hukum bukti
elektronik juga bergantung pada tingkat kepatuhan terhadap persyaratan
hukum yang ditetapkan. Persyaratan ini mungkin mencakup penggunaan tanda
tangan digital, metode otentikasi, sertifikat digital, atau prosedur tertentu yang
harus diikuti dalam pengumpulan, penyimpanan, atau pengesahan bukti
elektronik. Jika bukti elektronik tidak memenuhi persyaratan ini, kekuatan
hukumnya dapat dipertanyakan atau ditolak. Oleh karena itu, penting untuk
memastikan bahwa proses pengumpulan dan pengolahan bukti elektronik
dilakukan dengan mematuhi persyaratan hukum yang berlaku. Keandalan dan
kebenaran, kekuatan hukum bukti elektronik juga terkait dengan keandalan
dan kebenaran bukti tersebut. Bukti elektronik harus dapat diandalkan dan
memadai untuk membuktikan atau mendukung fakta atau kejadian dalam
kasus hukum. Keandalan dapat diperkuat melalui metode keamanan, audit
trail, atau sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Selain itu, bukti
elektronik harus juga memenuhi kriteria kebenaran dalam arti bahwa bukti
tersebut harus memperlihatkan keadaan yang sebenarnya atau kejadian yang
sesungguhnya. Integritas bukti elektronik juga penting, sehingga perubahan
atau manipulasi yang tidak sah tidak terjadi. Keaslian dan integritas, keaslian
dan integritas bukti elektronik menjadi faktor penting dalam menentukan
kekuatan hukumnya. Keaslian mengacu pada keaslian atau ke benaran bukti
tersebut, yaitu bahwa bukti tersebut tidak palsu atau diubah dengan sengaja.
Keaslian dapat diperkuat melalui penggunaan tanda tangan digital, enkripsi,
atau metode verifikasi lainnya. Integritas bukti elektronik merujuk pada
keutuhan dan keotentikan bukti tersebut. Bukti elektronik harus tetap utuh dan
tidak mengalami perubahan yang tidak sah selama proses penyimpanan,
pengiriman, atau pengolahan. Pembuktian tambahan, Dalam beberapa kasus,
bukti elektronik mungkin perlu didukung oleh bukti tambahan untuk
meningkatkan kekuatan hukumnya. Pembuktian tambahan ini dapat mencakup
saksi ahli, bukti fisik, dokumentasi lain, atau testimoni yang dapat
memvalidasi atau memperkuat bukti elektronik yang disajikan. Bukti
elektronik dapat menjadi bagian penting dalam rangkaian bukti yang
diperlukan untuk membentuk sebuah argumen yang kuat dalam proses hukum.
DAFTAR PUSTAKA

Ardiyanto, M. (2017). Keabsahan Bukti Elektronik dalam Proses Peradilan Pidana. Jurnal
Dinamika Hukum, 17(3), 356-369.
Ariyani, D., & Arifin, Z. (2018). Urgensi Pengaturan Bukti Elektronik dalam Hukum Acara
Pidana Indonesia. Jurnal Hukum Administrasi Negara, 6(1), 45-58.
Munir, A. (2016). Bukti Elektronik dalam Proses Hukum Pidana. Jurnal Hukum &
Pembangunan, 46(2), 289-312.
Nugraha, B. D., & Hartono, A. (2017). Keabsahan Bukti Elektronik dalam Sistem Peradilan
Pidana di Indonesia. Jurnal Ilmiah Sosial dan Humaniora, 11(1), 37-49.
Prabowo, S. W. (2018). Keabsahan Bukti Elektronik dalam Sistem Peradilan Pidana di
Indonesia. Jurnal Hukum & Pembangunan, 48(2), 320-342.
Rianto, A. B., & Purwanto, R. E. (2019). Bukti Elektronik dalam Proses Peradilan Pidana di
Indonesia. Jurnal Hukum Acuity, 3(2), 177-191.

Anda mungkin juga menyukai