FORENSIC
AURA SAFITRI AZARIA
D W I YA N T I H A N A F A D I L L A H
PENDAHULUAN (BAB 1)
• Teknologi komputer masuk ke Indonesia dan mulai dikenal luas di tahun 1980-an, banyak orang
pada saat itu ingin menjadi seorang ahli programming
• munculnya jaringan internet yang semakin luas memudahkan untuk saling terhubung melalui
jaringan – jaringan yang semakin banyak. Di dalam ilmu jaringan, terdapat komputer yang
digunakan sebagai server dan ada juga komputer yang dikenal sebagai client.
• Komputer server digunakan untuk menyimpan database yang memiliki informasi yang siginifikan.
Sedangkan komputer client digunakan oleh pengguna jaringan untuk mengakses informasi-
informasi yang berguna.
• Pengaturan database secara benar memerlukan spesialisasi komputer lain yaitu information
management. Bidang spesialisasi information management sering dikaitkan dengan spesialisasi
information security.
• Ketika database-database yang ada di server menyimpan banyak informasi yang penting dan
berharga, hal tersebut dapat mengundang kejahatan yaitu cracker.
• Hacker adalah orang yang memiliki keahlian di bidang penetration testing dan menggunakan
keahlian tersebut untuk mencari titik-titik kelemahan dari suatu sistem untuk perbaikan sistem
tersebut.
• Cracker adalah orang yang menggunakan informasi tersebut untuk mengeksploitasi lebih dalam
demi kepentingan pribadi secara ilegal.
• digital forensic adalah aplikasi bidang bidang ilmu pengetahuan dan teknologi komputer untuk
kepentingan pembuktian hukum (pro justice) yang dalam hal ini adalah untuk membuktikan
kejahahatan berteknologi tinggi atau computer crime secara ilmiah (scientific) hingga bisa
mendapatkan bukti - bukti digital yang dapat digunakan untuk menjerat pelaku kejahatan
tersebut.
• Di Indonesia, dibentuk DFAT (Digital Forensic Analyst Team) yakni investigator yang bertugas
mencari, mengumpulakn, hingga mempertanggungjawabkan di pengadilan bukti kejahatan digital.
FAKTOR
• Manajemen
YANG MEMENGARUHI
-pemimpin yang memiliki keinginan kuat dalam perkembangan digital forensic seperti penyiapan kualitas
sumber daya manusia dan pengadaan hardware/software yang dapat diimplementasikan.
• Prosedur
- Standard Operating Procedure (SOP) untuk memastikan bahwa proses pemeriksaan dan analisis barang
bukti elektronik dan digital sudah sesuai dengan prinsip-prinsip dasar digital forensic secara internasional
sehingga output pemeriksaan yang berupa temuan-temuan digital dapat diterima sebagai alat bukti hyukum
yang sah di persidangan.
• Sumber Daya Manusia
- Peralatan yang canggih akan dapat bermanfaat dan menghasilkan output yang maksimal jika sumber daya
manusia dapat menggunakan peralatan tersebut secara professional dan berkompetensi tinggi. Untuk
mendapatkan kualitas sumber daya manusia yang professional, maka pengguna diharuskan mendapatkan
pelatihan-pelatihan (yang bersifat professional certificate) secara kontinu maupun Pendidikan formal lainnya.
• Hardware/Software
- alat yang dibutuhkan oleh analisis forensic dan investigator dalam melaksanakan tugasnya untuk memeriksa
dan menganalisis barang bukti digital/elektronik.
PRINSIP DASAR DAN PROSEDUR (BAB 2)
• Prinsip dasar dan prosedur dalam digital forensic memegang peranan penting untuk
mengarahkan pemeriksaan digital forensik dilakukan secara benar. Salah satu acuan yang
digunakan para profesional digital forensik yakni prinsip dasar yang dikeluarkan oleh Association
of Chief Police Officers (ACPO) sebagai berikut :
1. Sebuah lembaga penegak hukum dan/atau petugasnya dilarang mengubah data digital yang
tersimpan dalam suatu media penyimpanan elektronik yang selanjutnya akan dibawa dan
dipertanggungjawabkan di pengadilan.
2. Untuk seseorang yang merasa perlu untuk mengakses data-data digital yang tersimpan di
media penyimpanan barang bukti, maka orang tersebut harus benar-benar jelas
kompetensinya dan dapat menjelaskan relevansi dan implikasi dari tindakan-tindakan yang ia
lakukan selama pemeriksaan dan analisis barang bukti tersebut.
3. Seharusnya ada catatan teknis dan praktis terhadap langkah-langkah yang diterapkan terhadap
media penyimpanan barang bukti selama pemeriksaan dan analisis berlangsung, sehingga ketika
barang bukti tersebut diperiksa oleh pihak ketiga maka seharusnya pihak ketiga tersebut akan
mendapatkan hasil yang sama dengan hasil yang telah dilakukan oleh investigator/analis forensik
sebelumnya.
4. Seseorang yang bertanggung jawab terhadap investigasi kasus maupun pemeriksaan dan analisis
barang bukti elektronik harus dapat memastikan bahwa proses yang berlangsung sesuai dengan
hukum yang berlaku dan prinsip-prinsip dasar sebelumnya (prinsip 1,2, dan 3) dapat diaplikasikan
dengan baik.
KLASIFIKASI DIGITAL FORENSIC
• Computer Forensic : pemeriksaan terhadap jenis bukti berkaitan dengan files recovery.
• Mobile Forensic: informasi digital yang tersimpan pada hp/smartphone. Contoh : call logs,
history chat
• Audio Forensic : rekaman suara kepentingan voice recognition.
• Video Forensic : rekaman video (Rekaman CCTV)
• Image Forensic : file-file gambar
• Cyber forensic : pemeriksaan dan analisis yang berhubungan dengan internet atau jaringan
komputer seperti LAN.
PROSEDUR PENANGANAN AWAL DI TKP
• Persiapan : sebelum melakukan penggeledahan TKP, investigator mempersiapkan peralatan dan
dokumen yang harus dilengkapi.
• Preserving (memelihara dan mengamankan data) : untuk menjamin agar data-data yang
dikumpulkan tidak berubah.
• Collecting (mengumpulkan data) : untuk mendukung proses penyidikan dalam rangka pencarian
barang bukti
.
• Confirming (menetapkan data) : yang berhubungan dengan kasus terjadinya.
• Identifying (mengenali data) : untuk melakukan proses identifikasi terhadap data-data yang
sudah ada agar memastikan bahwa data tersebut memang asli sesuai dengan yang terdapat pada
tempat kejadian perkara.
PENANGANAN DI LABORATORIUM
• Administrasi penerimaan : mencatat secara detail seluruh bukti temuan pada log book.
• Investigasi : pemeriksaan secara komprehensit untuk mendapatkan data digital yang sesuai dengan
investigasi, artinya analisis forensik harus mendapatkan gambaran fakta kasus yang lengkap dari
investigator, sehingga apa yang dicari dan akhirnya ditemukan oleh analisis forensic adalah sama
(matching) seperti yang diharapkan oleh investigator untuk pengembanagan investigasinya
• Analisis (meneliti data) : setelah mendapatkan data yang sesuai fakta, proses selanjutnya yaitu
dilakukan analisis untuk dapat membuktikan kejahatan yang dilakukan.
• Laporan : pencatatan terhadap data-data hasil temuan dan hasil analisis sehingga nantinya data
tersebut dapat dipertanggungjawabkan atau dapat direkonstruksi ulang (jika diperlukan) atas
temuan barang bukti tersebut.
BAB 3
UNDANG – UNDANG ITE :
TINJAUAN PERSPEKTIF
FORENSIK DAN HUKUM
Oleh karena kejahatan yang dilakukan berhubungan dengan
teknologi komputer seiring dengan perkembangan pesat maka hukum
yang ada juga seharusnya mengatur sejauh mana batasan yang
berkaitan dengan teknologi tersebut. Untuk itu pada tahun 2008
dikeluarkanlah secara resmi Undang – Undang Nomor 11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, yang biasa disebut dengan
Undang – Undang ITE.
PENGERTIAN INFORMASI ELEKTRONIK
DAN DOKUMEN ELEKTRONIK
Menurut UU ITE Pasal 1, informasi elektronik adalah satu atau sekumpulan data
elektronik, termasuk tetapi tidak pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, electronic data
interchange (EDI), surat elektronik, telegram, teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf, tanda, angka,
kode akses, symbol, atau porforasi yang telah diolah yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh
orang yang mampu memahaminya.
Syarat utama agar sesuatu digolongkan sebagai informasi elektronik adalah harus
merupakan satu atau sekumpulan data elektronik yang telah diolah dan memiliki arti. Data
elektronik adalah data diginal yang bersumber dari perangkat elektonik yang berbasis komputasi.
ALAT BUKTI HUKUM