Anda di halaman 1dari 19

Prinsip Dasar Foto Rontgen

Untuk pembuatan foto Rontgen yang baik, ada beberapa hal yang

harus diperhatikan yaitu perlengkapan untuk membuat radiografi,

jenis pemeriksaan dan posisi pemeriksaan, pengetahuan tentang

pesawat Rontgen, pengetahuan kamar gelap, dan proses terjadinya

gambaran radiografi.

Pada pembuatan radiografi diperlukan beberapa perlengkapan

antara lain film Rontgen, alat proteksi, alat fiksasi, marker, dan

beberapa peralatan lainnya.Jenis pemeriksaan yang dipilih untuk

tulang yaitu pemeriksaan Rontgen tanpa kontras. Posisi pemotretan

pada servikalis, pada umumnya dilakukan pada posisi erect (tegak).

Hal tersebut berguna untuk melihat deretan dan stabilitas ligamen,

juga untuk menunjukkan kurvatura dari penderita.Kecuali pada pasien dengan trauma yang
mengharuskan dalam posisi recumbent/supine

(tidur telentang). Sementara itu, untuk foto thorakolumbal, lebih sering

pasien dalam posisi recumbent, kecuali untuk pemeriksaan rangkaian

skoliosis maka diperlukan posisi erect.

Kelebihan dan Aplikasi Klinis Foto Rontgen

Pada umumnya, foto Rontgen menjadi pilihan pertama untuk

melakukan screening. Hal ini dilakukan karena biayanya relatif

terjangkau dibandingkan sarana radiologi yang lain. Akan tetapi, foto

Rontgen memiliki keterbatasan pada penggambaran yang kurang bisa

menunjukkan perbedaan organ sehingga dalam pelaksanaannya harus

ditunjang dengan sarana yang lain.

Prinsip Dasar Mielografi

Mielografi merupakan pemeriksaan radiografi alternatif dengan

menggunakan fluoroskopi. Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat

kelainan pada kanalis spinalis, diskus intervertebralis, atau radiks saraf.

Kelainan tersebut antara lain dapat berupa:


1. Herniasis diskus

2. Stenosis spinal (penyempitan kanalis spinalis)

3. Adanya tumor.

Pemeriksaan mielografi pada umumnya dengan menggunakan

kontras iopamiro yang larut dalam air dan mempunyai osmolalitas

yang rendah untuk mengurangi efek samping, misalnya mual, sakit

kepala, vertigo, dan lain sebagainya.

4.2 Prosedur Pemeriksaan Mielografi

Prosedur pemeriksaan mielografi terdiri atas persiapan, pelaksanaan

pemeriksaan, kemudian perawatan setelah pemeriksaan.

Kelebihan dan Aplikasi Klinis Mielografi

Apakah kelebihan pemeriksaan mielografi dibandingkan dengan

pemeriksaan radiologi lainnya? Hasil pencitraan mielografi cukup

baik untuk memperlihatkan perbedaan struktur pada kanalis spinalis. Tapi, pertimbangannya adalah
pemeriksaan mielografi memerlukan

proses invasif. Sejak pemeriksaan radiografi menggunakan CT dan

MRI mengalami perkembangan, penggunaan mielografi konvensional

menjadi sangat jarang dilakukan. Saat ini, MRI dan CT menjadi pilihan

utama untuk memeriksa kelainan di kanalis spinalis untuk menggantikan

peran mielografi. Namun demikian, pemeriksaan mielografi masih

digunakan di beberapa tempat

Computed Tomografi (CT) tulang belakang lumbal

merupakan pemeriksaan radiologi yang menggabungkan

teknik sinar X dengan pemanfaatan komputer untuk

memperoleh informasi anatomi irisan melintang tulang belakang

lumbal (Kertoleksono, 2008).

5.1 Prinsip Dasar CT

Sinar X adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis

dengan gelombang radio, panas, cahaya, dan sinar ultraviolet (UV)

tetapi dengan panjang gelombang yang sangat pendek. Karena


panjang gelombang yang sangat pendek tersebut maka sinar X dapat

menembus benda-benda (Rochman, 2008). Komponen CT terdiri atas circular scanning gantry yang
merupakan

tabung sinar X dan detektor, meja penderita, generator sinar X, dan

unit komputer pengolah data. Pada CT, komputer digunakan untuk

menggantikan film kaset dan kamar gelap difungsikan dengan cairan-

cairan pengembang serta fiksirnya seperti foto sinar X biasa. Tabung

Rontgen dan kumpulan detektor berada di dalam suatu wadah yang disebut gantry. Di tengah-
tengah gantry terdapat lubang yang

berfungsi untuk memasukkan atau menggeser meja beserta pasien

dengan motor-motornya.

Mulai pesawat CT generasi ketiga, gantry dapat dimiringkan ke

belakang atau ke depan, masing-masing maksimal sampai kemiringan

20o

sehingga tidak hanya penampang tegak saja yang dapat dibuat

melainkan juga scanning miring dengan sudut yang dikehendaki. Baik

tabung Rontgen maupun detektor-detektor bergerak 360o

memutari

pasien sebagai objek yang ditempatkan di antaranya. Selama bergerak

memutar tersebut, tabung menyinari pasien dan masing-masing

detektor menangkap sisa-sisa sinar X yang telah menembus pasien

sebagaimana tugas film biasa. Semua data secepat kilat dikirim ke

komputer yang mengolahnya (untuk mengerjakan kalkulasi) dengan

secepat kilat pula. Hasil pengolahan muncul dalam layar TV yang

bekerja sebagai monitor. Hasilnya merupakan penampang bagian

tubuh yang diputar dan disebut scan. Gambar yang dibentuk dapat

merupakan potongan aksial, koronal, dan sagital. Pada pesawat CT

dapat diambil gambar dengan selisih ketebalan mencapai 1 mm

sehingga dapat dilihat 2 daerah yang berhimpitan menjadi struktur

yang terpisah satu sama lain dengan jelas. Namun, pengambilan

gambar dengan interval ketebalan yang tipis akan menimbulkan noise

level (Kertoleksono, 2008).


Penilaian densitas dalam gambar CT dikenal dengan istilah

hiperdens, hipodens, dan isodens. Hiperdens menunjukkan

gambaran putih, hipodens memberikan gambaran hitam dan

isodens memberikan gambaran yang sama dengan organ sekitarnya.

Perbedaan densitas tersebut tergantung pada perbedaan daya serap

organ tubuh terhadap sinar X. Oleh karena itu, dibuatlah penomoran

image dengan satuan HU (Hounsfield Unit). Semakin tinggi nilai HU

maka densitas gambar semakin tinggi. Beberapa zat telah ditetapkan

nilai HU-nya, misalnya densitas air adalah 0 HU dan udara adalah -1000

HU (Kertoleksono, 2008).

Berikut ini akan dijelaskan nilai HU pada beberapa zat.

5.2 Indikasi Pemeriksaan CT

Bagaimana indikasi dari pemeriksaan CT scan tulang belakang? Berikut

ini adalah penjelasannya (Hosten, 2002).

5.2.1 Herniasi Diskus Intervertebralis

CT sering digunakan untuk mengevaluasi adanya protrusi diskus

intervertebralis atau herniasi pada nerve root, cauda equine fibers

atau sumsum tulang belakang. Indikasi ini sering terjadi pada vertebra

lumbal dibandingkan dengan servikal maupun thorakal.

5.2.2 Fraktur dan Trauma Lain

Pada beberapa center, spiral CT digunakan untuk skrening awal pada

penderita dengan trauma terutama untuk mengevaluasi kepala, leher,

dan abdomen. Pada trauma spinal, kelainan pertama dan penting yang

harus diperhatikan yaitu adanya fraktur corpus vertebra.

5.2.3 Massa Intraspinal

Tujuan utama diagnosa CT pada kasus massa intraspinal yaitu untuk

menentukan level dari massa dan mendiskripsikan gambaran dari massa tersebut. Penambahan
kontras intravena direkomendasikan

untuk membantu penegakan diagnosa.


Risiko Pemeriksaan CT Scan

Risiko pemeriksaan CT scan terdiri atas risiko terhadap paparan radiasi

sinar X dan risiko reaksi alergi terhadap pemakaian kontras. CT scan

memberikan paparan sinar X lebih besar daripada foto Rontgen biasa.

Penggunaan sinar X dan CT scan secara berkali-kali dapat meningkatkan

risiko terkena kanker. Akan tetapi, risiko dari sekali pemeriksaan CT

scan adalah kecil. Seseorang yang memiliki riwayat alergi terhadap

pemakaian kontras, sebelumnya harus berhati-hati bila akan menjalani

pemeriksaan CT scan dengan kontras. Pada umumnya, kontras yang

digunakan secara intravena mengandung iodin (Kertoleksono, 2008).

Kelebihan dan Aplikasi Klinis Pemeriksaan

CT Scan

CT scan paling baik bila digunakan dalam mengevaluasi tulang,

khususnya tulang yang mempunyai elemen posterior misalnya

pada tulang belakang yang meliputi lateral mass, faset, lamina, dan

prosessus spinosus. Waktu yang digunakan untuk scanning jauh lebih

cepat daripada MRI sehingga sangat bermanfaat untuk mengevaluasi

organ tubuh yang bergerak seperti paru. Selain itu, juga bermanfaat

pada pasien trauma yang bersifat akut (Lange, 1989).

Pada tulang belakang, CT scan sangat bermanfaat dalam

mengevaluasi kasus seperti fraktur, subluksasi, herniated disk, tumor,

dan arthropathy seperti rheumatoid arthritis dan osteoarthritis

(Lange, 1989).

Prinsip Dasar CT Mielografi

Mielografi konvensional dengan foto X-ray dan CT mielografi memiliki

prinsip umum yang hampir sama. CT mielogram merupakan prosedur

diagnostik yang dikerjakan setelah kontras diinjeksikan dalam rongga

sub arachnoid.

Mielografi yang baik akan menggambarkan rongga subarachnoid

dengan jelas, tidak hanya korda spinalis, namun juga kornu medularis,
serabut saraf, dan selubung sarafnya dapat terdefinisi dengan

baik. Bagian lain yang juga tampak adalah vaskuler spinal, ligamen

dentikulata, dan septa arachnoid.

CT scan dapat membantu mendiagnosa berbagai kelainan spinal,

termasuk herniasi diskus, stenosis spinal, tumor, dan fraktur tulang

belakang. Modalitas ini bagus untuk menunjukkan jaringan yang

keras, seperti tulang. Sementara itu, mielografi atau mielogram adalah

media diagnostik dengan kontras yang disuntikkan ke dalam cairan

serebrospinal. Setelah disuntikkan, kontras akan mewarnai kanalis

spinalis , korda spinalis, dan serabut saraf selama proses pencitraan.

Ketika CT scan dan mielografi digabungkan maka akan tampak

gambaran tulang dan jaringan saraf di daerah spinal (Moulton, 2013).

Kontras larut air yang digunakan diaplikasikan secara intratechal

dan telah memiliki lisensi, bersifat non neurotoxic, tidak menimbulkan

epilepsi, dan nontoksik terhadap arachnoid. Contoh kontras jenis ini

misalnya iohexol (Sutton, 2003).

Pada sebuah penelitian tentang tingkat akurasi diagnosa pasien

dengan kecurigaan herniasi segmen lumbal diperoleh angka sebagai

berikut. Pemeriksaan mielografi (81%), CT mielografi (84%), dan MRI

sebesar (94%) (Janssen dkk, 1994). Namun, dalam penelitian lain

disebutkan tingkat akurasi dan spesifisitas neuroimaging terhadap

diagnosa HNP dan spinal stenosis adalah sebagai berikut. Untuk CT

mielografi memiliki akurasi paling baik untuk diagnosa HNP sebesar76,4% dan sensitifitas 77,8%,
sedangkan mielografi memiliki spesifisitas

tertinggi 89,2%. Untuk diagnosa stenosis spinal, CT mielografi dan MRI

memiliki akurasi dan sensitifitas yang seimbang yaitu akurasi 85,3%

dan sensitivitas 87,2%. Sementara itu, mielografi memiliki spesifisitas

tertinggi yaitu sebesar 88,9% (Bischoff, 2003).

Salah satu kelebihan yang dimiliki CT mielografi dibandingkan

MRI adalah sensitifitas yang tinggi terhadap masalah pada foramen

karena dapat mendiferensiasi tulang dan jaringan lunak dengan


baik, sedangkan pada MRI sering ditemui false negatif dalam deteksi

kompresi serabut saraf di bagian foramen (kurangnya kemampuan

menggambarkan diskus foramen dan osteofit) (Birchall dkk, 2003).

Beberapa pusat kesehatan menggabungkan kedua teknik ini untuk

proses diagnostik. Menurut Modic dkk., akurasi MRI dalam mendeteksi

pasien spondilitis cervical dengan radikulopati sebesar 74%, CT

mielografi sebesar 85%, dan jika keduanya digabungkan akurasinya

mencapai 90% (Modic, 1986).

Indikasi CT Mielografi

MRI merupakan pencitraan pertama yang digunakan sebagai

pemeriksaan untuk mengevaluasi spinal cord dan radiks saraf.

Namun pada beberapa kondisi, mielografi dan atau CT mielografi

diindikasikan misalnya untuk pasien yang tidak dapat dilakukan

menggunakan teknik MRI atau pada pasien yang sebelumnya pernah

dipasang plat pada tulang belakangnya sehingga plat logam tersebut

dapat menyebabkan distorsi dari gambar. Sebagai tambahan, pada

beberapa kasus, CT mielografi dapat memberikan gambaran lebih jelas

daripada MRI. CT mielografi memberikan hasil yang sama dengan MRI.

Bedanya, pada CT mielogram, pasien mengalami radiasi, sedangkan

pada MRI, pasien tidak mengalami radiasi. Pada CT mielogram juga

lebih invasi karena kontras yang dimasukkan dapat menimbulkan

ketidaknyamanan tersendiri sehingga pada sebagian besar kondisi,

MRI lebih menjadi pilihan.

CT mielografi paling sering digunakan untuk mendeteksi kelainan

pada spinal cord, kanalis spinalis, dan radiks saraf serta pembuluh darah

yang mensuplai spinal cord, termasuk untuk beberapa hal berikut ini.

~ Untuk menunjukkan apakah herniasi dari diskus intervertebra

menekan spinal cord atau radiks saraf.

~ Menunjukkan kondisi yang sering menyertai degenerasi dari tulang

dan jaringan lunak di sekitar kanalis spinalis (spinal stenosis–


kanalis spinalis menyempit akibat jaringan di sekeliling mengalami

pembesaran akibat adanya osteofit dan penebalan dari ligamen

di sekitar).

~ Adanya kelainan kongenital seperti meningocele (spina bifida),

meningomielocele (penonjolan di bagian medula spinalis dan

membran pembungkusnya) melalui tulang di kanal spinalis.

Adanya kelainan ini ditutupi oleh membran transparan tipis yang

dapat mengeras dan lembab.

~ Untuk membantu mendeteksi arachnoiditis atau trauma pada

jaringan saraf tulang belakang.

CT mielografi juga dapat digunakan untuk mengakses kondisi

berikut, yaitu suatu kondisi dimana teknik MRI tidak dapat dilakukan

(atau sebagai tambahan dari MRI ketika MRI tidak dapat memberikan

informasi yang cukup) yang meliputi:

Tumor yang mengenai tulang belakang, meningens, radiks

saraf atau spinal cord.

• Infeksi pada tulang belakang, diskus intervertebralis,

meningens, dan jaringan lunak di sekeliling.

• Inflamasi membran arachnoid yang menutupi spinal cord.

• Lesi spinal yang disebabkan oleh penyakit atau trauma.

6.4 Kontra Indikasi CT Mielografi

Penggunaan pencitraan dengan CT mielografi dapat menimbulkan

kontra indikasi, menimbulkan kerugian, dan memiliki keterbatasan

seperti yang akan dijelaskan berikut ini.

6.4.1 Kontra Indikasi Penggunaan Imaging CT Mielografi

Terdapat beberapa kontra indikasi yang harus diperhatikan pada

pencitraan menggunakan CT mielografi ini yaitu pada kondisi berikut

ini.

~ Ibu hamil, karena hal ini dapat menyebabkan paparan radiasi yang

dapat membahayakan janin sang ibu.

~ Pemanjangan PT dan PTT (normal: 10–12 detik), trombosit di


bawah 50.000.

~ Terjadinya alergi kontras.

6.4.2 Kerugian Penggunaan Imaging CT Mielografi

Sebuah teknologi selain mempunyai keunggulan, tapi di sisi lain

terkadang juga dapat menimbulkan kerugian, tidak terkecuali pada

penggunaan CT mielografi. Berikut ini merupakan beberapa kerugian

yang ditimbulkan akibat penggunaan CT mielografi.

~ Adanya paparan radiasi (pada penggunaan MRI, pasien tidak

mengalami paparan radiasi).

~ Menimbulkan nyeri kepala yang parah akibat leak cairan

serebrospinal (biasanya mulai 2-3 hari setelah prosedur

dikerjakan).

~ Reaksi alergi terhadap kontras.

~ Infeksi, perdarahan, maupun cidera saraf.

6.4.3 Keterbatasan Penggunaan Imaging CT Mielografi

Beberapa keterbatasan pencitraan menggunakan CT mielografi yaitu:

~ Tidak dapat dikerjakan apabila sisi injeksi mengalami infeksi.

~ Injeksi kontras akan sulit bila terdapat kelainan struktur tulang

belakang.

Secara prinsip, Magnetic Resonance Imaging (MRI)

merupakan pemeriksaan imaging yang menggunakan

bahan hidrogen dan interaksinya dengan kedua medan

magnet eksternal dan gelombang radio untuk menghasilkan gambaran

yang detail dari tubuh manusia. Pada awalnya, MRI dikenal dengan

nama NMR, yang merupakan kepanjangan dari Nuclear Magnetic

Resonance. Namun, nama ini akhirnya diubah karena konotasi negatif

dari kata “nuklir”. Akan tetapi, pada dasarnya prinsip dasar keduanya

adalah sama.
Pada MRI, gambar diperoleh dari partikel nuklir (khususnya

hidrogen). Selain itu, juga diperlukan medan magnet yang kuat.

Kekuatan medan magnet yang digunakan untuk MRI terukur dalam unit

Tesla. Satu Tesla setara dengan 10.000 Gauss. Medan magnet di bumi

kurang lebih 0,5 Gauss. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa 1

Tesla mempunyai medan magnet kurang lebih 20.000 kali lebih kuat

daripada medan magnet bumi. Medan magnet yang dihasilkan oleh

alat ini akan memberikan instruksi pada proton yang ada di nukleus

hidrogen. Pada keadaan normal, proton akan berada dalam arah atau

letak yang acak. Namun, saat diberikan medan magnet maka proton

akan menempatkan diri pada kutub medan magnet. Kemudian akan

dikirimkan radio frekuensi yang akan menyebabkan vibrasi dari proton.

Sinyal radio yang dihasilkan akan direkam dan direkonstruksi menjadi

gambaran jaringan (Schild, H.H., 1990; Westbrook, 1998).

MRI merupakan metode pemeriksaan diagnostik yang

menghasilkan gambaran potongan tubuh manusia dengan

menggunakan medan magnet tanpa menggunakan sinar X. Prinsip

dasar pemeriksaan ini adalah inti atom yang bergetar dalam medan

magnet. Proton merupakan inti atom hidrogen yang memiliki daya

magnet yang apabila ditembakkan dan berada pada medan magnet

berfrekuansi tinggi maka proton tersebut akan bergetar dan bergerak

searah secara berulang-ulang. Gerakan itulah yang ditangkap dan

diproses komputer. Metode ini digunakan karena manusia memiliki

konsentrasi atom hidrogen yang cukup tinggi (70%) dalam tubuhnya.

Untuk menghasilkan gambar dari proton, minimum diperlukan tenaga

medan magnet sebesar 0,064 Tesla sampai 3 Tesla (Brown, et all, 1995).

7.1 Prinsip Dasar MRI

Bagaimana prosedur umum untuk melakukan pemeriksaan MRI?

Berikut ini penjelasannya.

1. Pada awalnya, pasien diposisikan dalam scanner.


2. Medan magnetik pada scanner (biasanya 1 atau 1,5 Tesla)

mensejajarkan proton di dalam tubuh pasien pada aksis

longitudinal sejajar medan magnet.

3. Dikirimkan pulsa elektromagnetik ke dalam scanner sehingga

menyebabkan reorientasi dari proton (biasanya 90° terhadap

medan eksternal), selanjutnya pulsa dihentikan dan proton akan

kembali relaks.

4. Pada saat proton sudah sejajar dan relaks maka dipancarkan signal

radio frekuensi yang ditangkap oleh antena pada scanner.

5. Signal akan diproses menggunakan komputer dengan program

software yang digunakan untuk menghasilkan gambar dari

multiple organ pada potongan orthogonal (A. Jay Khanna,2002).

Indikasi Pemeriksaan MRI

Berikut ini merupakan beberapa indikasi pemeriksaan MRI pada tulang

belakang.

z Untuk melihat anatomi dan deretan tulang belakang.

z Mendeteksi kelainan kongenital pada tulang belakang dan medula

spinalis.

z Menilai masalah akibat penyakit yang mengenai diskus

intervertebralis (degeneratif, herniasi) dan kelainan sendi

intervertebralis. Keduanya merupakan penyebab tersering nyeri punggung dan sciatica (nyeri
punggung yang menjalar hingga ke

tungkai).

z Menilai progresifitas dari infeksi atau tumor pada daerah tulang

belakang dan di sekitarnya serta melihat perluasannya pada tulang

belakang, medula spinalis maupun jaringan di sekitarnya.

z Menilai penyebab kompresi pada medula spinalis dan saraf.

z Membantu perencanaan prosedur pembedahan, seperti pada

kasus dekompresi saraf yang terjepit atau fusi spinal.

z Memantau perkembangan tulang belakang setelah tindakan

operasi, seperti kemungkinan adanya infeksi dan bekas luka.


z Untuk memandu pada injeksi steroid dalam upaya meredakan

nyeri punggung.

z Menyelidiki kemungkinan penyebab nyeri punggung, misalnya

fraktur kompresi (Brown, et all., 1995; Jay Khanna, 2002).

7.6 Keuntungan dan Risiko Pemeriksaan MRI

Penggunaan suatu teknologi, selain ada faktor yang menguntungkan,

biasanya ada sisi negatif lain yang ditimbulkan oleh alat tersebut, tidak

terkecuali penggunaan MRI. Lalu, apakah keuntungan menggunakan

MRI dan risiko apa yang ditimbulkannya?

7.6.1 Keuntungan Pemeriksaan MRI

Berikut ini akan dijelaskan beberapa keuntungan penggunaan MRI.

z MRI merupakan pencitraan dengan menggunakan teknik yang

non-invasif serta tidak menggunakan radiasi ionisasi.

z Gambaran yang diperoleh pada MRI tulang belakang terlihat lebih

jelas dan lebih detail dibandingkan gambaran yang diperoleh

apabila menggunakan metode imaging yang lain. Detailnya

gambaran ini membuat MRI sangat bernilai dalam penegakan

diagnosis dini serta evaluasi berbagaivmacam kondisi pada tulang

belakang seperti kelainan kongenital, infeksi, tumor, maupun

trauma.

z MRI sangat baik untuk mendeteksi saraf.

z MRI dapat digunakan untuk menemukan kelainan yang mungkin

tertutup oleh gambaran tulang pada pemeriksaan imaging yang lain.

z Kontras material yang digunakan pada pemeriksaan MRI

kemungkinan lebih kecil mengakibatkan reaksi alergi jika dibandingkan dengan kontras material
iodin untuk pemeriksaan

foto polos maupun CT scan.

z MRI sangat berguna untuk mengevaluasi cedera pada medula

spinalis, terutama sangat membantu untuk penegakan diagnosis

kompresi akut pada medula spinalis ketika temuan klinis

menunjukkan adanya paralisis.


z MRI dapat mendeteksi secara dini temuan kecil pada kolumna

vertebralis yang mungkin menunjukkan stadium awal dari infeksi

atau tumor. Prosedur ini lebih sensitif dibandingkan CT scan untuk

mengevaluasi tumor, abses, dan massa jaringan lunak di sekitar

medula spinalis.

z MRI merupakan teknik pencitraan pilihan untuk mengevaluasi

kemungkinan komplikasi akibat pembedahan yang meliputi

perdarahan, jaringan parut, infeksi, dan gambaran terjadinya

herniasi kembali dari diskus intervertebralis (Brown, et al., 1995;

Jay Khanna, 2002).

7.6.2 Risiko Pemeriksaan MRI

Pada dasarnya, hampir tidak ada risiko pada pemeriksaan MRI jika

pelaksanaannya telah mengikuti prosedur yang telah ditetapkan.

Namun, ada beberapa kemungkinan yang merugikan akibat dilaku-

kannya prosedur ini antara lain karena pemeriksaan MRI ini

membutuhkan waktu yang cukup lama. Dengan demikian, pada pasien

yang tidak kooperatif dan pasien anak yang tidak bisa diam dalam

waktu yang lama maka dibutuhkan sedasi. Apabila digunakan sedasi

masih mungkin muncul efek akibat penggunaan obat-obat anestesi

tersebut, maka harus selalu dilakukan monitoring tanda-tanda vital

untuk meminimalisasi risiko. MRI menggunakan medan magnetik kuat

sehingga penggunaan benda-benda logam yang bersifat feromagnetik

harus ditanggalkan dan pada pasien yang menggunakan alat implantasi

medis berbahan logam di dalam tubuhnya juga merupakan kontra

indikasi dari pemeriksaan ini. Hal ini dapat menimbulkan gangguan

fungsi dari alat implantasi tersebut dan juga gangguan pada gambaran

MRI-nya karena dapat menimbulkan artefak. Pada pemeriksaan MRI

untuk kasus-kasus tertentu juga dibutuhkan penggunaan kontras

gadolinium untuk lebih memperjelas adanya kemungkinan kelainan

patologis (Chakeres, et al., 1992). Pada pasien dengan riwayat alergi, ketika diinjeksikan kontras

material maka dapat muncul reaksi alergi dengan berbagai variasi


gejala mulai dari ringan yang dapat dengan mudah dikontrol dengan

pemberian pengobatan hingga reaksi alergi berat yang dapat

menimbulkan shok anafilaktik. Selain itu, pemberian kontras material

juga dapat menyebabkan gangguan nefrogenik, terutama pada pasien-

pasien dengan fungsi ginjal yang menurun. Pemberian kontras pada ibu

menyusui menurut American College of Radiology (ACR) dan European

Society of Urogenital Radiology dianggap aman dan diperbolehkan

untuk melanjutkan memberikan ASI kepada bayi setelah pemberian

kontras gadolinium (Brown, et al., 1995).

Daftar Pustaka

------, 2013. Index of/Video. Available: http://www.cdrnyc.com/video/

Myelogram%20Equipment.jpg. [Accessed 29 Juli 2013].

Adam Greenspan. 2004. Orthopedic Imaging a Practical Approach,

Fourth Edition, USA: William & Wilkins a Waverly Company.

Bahman Roudsari,et all., 2010. Lumbar Spine MRI for Low Back Pain:

Indications and Yield. American Roentgen Ray Society. AJR:195,

September.

Block Note, 2013. Prinsip Dasar CT Scanner. Available: http://gonna

befine23.blogspot.com/ [Accessed 28 Juli 2013].

Brown, M.A., & Semelka, R.C, 1995. MRI Basic Principles and

Applications. Wiley-Liss, A John Wiley & Sons Inc. Publication,

Chapters 1,2,&3.

Chakeres, D.W. & Schmalbrock, 1992. Fundamentals of Magnetic

Resonance Imaging. Williams & Wilkins: Baltimore, Section II.

Children’s Orthopedics Patient Guides. 2013. A Patient’s Guide to Back

Pain in Children. Available: http://www.orthopediatrics.com/

docs/Guides/back_pain.html [Accessed 29 Juli 2013].

Chordoma Presenting as a “Cold” Lesion on Bone Scintigraphy

[Internet]. Available from: http://www.med.harvard.edu/JPNM/


BoneTF/Case19/WriteUp19.html

Claudia Krisch, 2007. Applied Radiological Anatomy for Medical

Students Section 4 The Head, Neck, and Vertebral Column, New

York: Cambridge University Press.

Davagnanam, I., Nikoubashman, O., Shanahan, P.2013. Teaching

Neuroimages: Nontraumatic Spinal CSF Leak on CT Myelography

in Patients with Low-Pressure Headache. Available: http//www.

neurology.org/content/75/22/e89.full.pdf. [Accessed 13 Juni

2013]

Development Lab., 2013. Functional Magnetic Resonance Imaging

(fMRI) Studies for Children. Available: http://bdl.uoregon.edu/

Participants/participants.php?page=mri_kids [Accessed 29 Juli

2013].

Dorwart R.H., Degroot J., Sauerland E.K., 1992. Computed Tomography

of the Lumbosacral Spine: Normal Anatomy, Anatomic Variants

and Pathologic Anatomy. Radio Graphics Volume 2 Number 4.

Drugs Information Online, 2013. Definition of C1-C7 (Cervical

Vertebrae). Available: http://drugline.org/medic/term/c1-c7-

cervical-vertebrae/ [Accessed 28 Juli 2013].

Envision Radiology. 2013. Myelogram Procedures. Available: http://

www.envrad.com/services-myelogram.html [Accessed 29 Juli

2013].

Fontaine, Suzaine dkk., 2002. CAR Standards and Guidelines for

Myelography. Available: http://www.radiology.org. [Accessed 10

Juni 2013].

Hansberger H., Osborn A., MacDonald, Ross. 2006. Diagnostic and

Surgical Imaging Anatomy. Canada: Amirsys Inc.

HealthHub, From Cleveland Clinic. 2013. Diseases and Conditions,

Myelography. Available: http://my.clevelandclinic.org/disorders/

myelography/hic_myelography.aspx [Accessed 28 Juli 2013].

Helms C.A., Vogler J.B., Hardy D.C., 1987. CT of the Lumbar Spine:
Normal Variants and Pitfalls. Radiographics Volume 7 Number 2.

Hosten N, Liebig T., 2002. CT of the Head and Spine. Thieme. Stuttgart.

Imaging Service. 2013. Myelography. Available: http://www.

gmcimaging.org/general-imaging/myelography [Accessed 29 Juli

2013].

Imaginis. Clinical Uses of Nuclear Medicine. 2013. Bone Scanning.

Available: http://www.imaginis.com/nuclear-medicine/clinical-

uses-of-nuclear-medicine-2. [Accessed 29 Juli 2013].

Informasi Seputar Nuklir. 2012. Dokter Fadil Nasir dan Kamera Gamma

Dual Head SPECT. Available: http://www.infonuklir.com/read/

detail/418/dokter-fadil-nasir-dan-kamera-gamma-dual-head-

spect#.UhJJsH-B-ho. [Accessed 29 Juli 2013].

Inside Radiology. 2013. Myelogram. Available: http://www.insidera-

diology.com.au/pages/view.php?T_id=104#.UhJBrX-B-ho.

[Accessed 29 Juli 2013].

Jay Khanna, 2002. Magnetic Resonance Imaging of The Cervical Spine.

Current Techniques and Spectrum o

Jindal, Gaurav, 2011. Normal Spinal Anatomy on Magnetic Resonance

Imaging. Philadelphia, USA: Elsevier Inc.

John V. Basmajian & Charles E. Slonecker, Grant, 1995. Metode Anatomi

Berorientasi pada Klinik, Edisi Kesebelas, Alih Bahasa oleh dr.

Surya, dkk., Jakarta.

Juan M., 1996. Traveras, Neuroradiology Third Edition, USA: William&

Wilkins a Waverly Company.

Kapur V. 2009. Better Understanding of CT Myelography.

Available:http://www.neuroocean.com/neuroradiology/ct-

myelography.php. [Accessed 13 Juni 2013].

Kenneth L, Bontrager, 2001. Texbook of Radiographic Positioning and

Related Anatomy, Fifth Edition, USA: Mosby.

Kertoleksono S. 2008. Tomografi Komputer. Radiologi Diagnostik

Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.


Kompasiana. 2011. Tulang Belakang dan Postur Tubuh. Available:http://

kesehatan.kompasiana.com/medis/2011/07/04/tulang-belakang-

dan-postur-tubuh-376248.html. [Accessed 27 Juli 2013].

Lisle, D.A. 2012. Imaging for Students Fourth Edition. Brisbane: Hodder

Arnold.

Magnet Lab. National High Magnetic Field Laboratory. 2013.MRI:

A Guided Tour Available:http://www.magnet.fsu.edu/education/

tutorials/magnetacademy/mri/fullarticle.html. [Accessed 29 Juli

2013].

Makes D. 1987. Prinsip Dasar dan Teknik Pemeriksaan dengan CT Scan,

Jakarta: Balai Pustaka FKUI.

Moore K.L., Dalley A.F., Agur A.M., 2010. Clinically Oriented Anatomy

6th Edition.Philadelphia: Lippincott William and Wilkins.

Mulyono Siswono, Artikel: Pemanfaatan MRI sebagai Sarana Diagnosa

Penderita, Media Litbang Kesehatan, Volume XIV No. 3 Tahun

2004.

Myelography [Internet]. Available from: http://my.clevelandclinic.org/

disorders/myelography/hic_myelography.aspx

Myelography [Internet]. Available from: http://sehati.org/index/

patientresources/ diagnosticprocedures/myelography.html

Neuroocean. 2013. CT Myelography. Available:http://neuroocean.

com/neuroradiology/ct-myelography.php. [Accessed 29 Juli 2013].

Norbert Boos, 2008. Spinal Disorders Fundamentals of Diagnosis and

Treatment.New York: Springer-Verlag Berlin Heidelberg.

Online Medical Encyclopedia University of Rochester Medical Center

[Internet]. Myelogram. Available from: http://www.urmc.

rochester.edu/encyclopedia/content.aspx?ContentTypeID=92&C

ontentID=P07670

Pierre-Jerome C, et all., 2000. MRI of the Spine and Spinal Cord:

Imaging Techniques, Normal Anatomy, Artifacts, and Pitfalls.

Journal of Manipulative & Physiological Therapeutics, Vol. 23,


Issue 7, September 1, 2000.

Pradip R. Ratel, Lecur. 2007. Note Radiologi Edisi Kedua, Jakarta:

Erlangga Medical Series.

Prokop M. 2001. Spiral and Multislice Computed Tomography of The

Body. Germany: Thieme.

Purwatiwidiastuti. 2011. Apa Sich Nyeri Punggung Itu. Available:

http://Purwatiwidiastuti.wordpress.com/2011/01/ 25/apa-sich-

nyeri-punggung-itu/ [Accessed 28 Juli 2013].

Rachman, M.D. 2008.Segi-segi Fisika Radiologi dan Radiografi.

Radiologi Diagnostik Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Radiographic Imaging of Musculoskeletal Neoplasia: Bone Scintigraphy

[Internet]. Available from: http://www.medscape.com/

viewarticle/409049_3

Radiology [Internet]. Available from: http://radiology.web.id/

Rasyad Sjahriar, 2005. Radiologi Diagnostik Edisi Kedua, Jakarta: Balai

Penerbit FK UI.

Ryan S., McNicholas M., Eustace S. 2004. Anatomy for Diagnostic

Imaging.2nd Edition. Philadelphia: Saunders.

Satyanegara. Ilmu Bedah Saraf [Internet]. PT Gramedia Pustaka Utama;

[Cited 2013 Oct 18]. Available from: http://books.google.com/

books?id=YmUwVAPSX1MC&pgis=1

Scott D. Haldeman, 2002. An Atlas of Back Pain the Encyclopedia of

Visual Medicine Series, UK: The Parthenon Publishing Group.

Schild, H.H., 1990. MRI Made Easy.Well Almost. Schering AG Berlin/

Bergkamen.

Sebastian Lange, 1989. Cerebral and Spinal Computerized Tomography,

West Germany: Schering AG.

Southbendclinic. 2013. Step 2: Know Your Back Anatomy.

Available: http://www.southbendclinic.com/adam/mens%20

center/28/000409.htm [Accessed 28 Juli 2013].

Suratun, SKM, Heryati, S.Kp, M.Kes, Manurung S, et al. Klien Gangguan


Sistem Muskuloskeletal sAK [Internet]. EGC; [cited 2013 Oct

18]. Available from: http://books.google.com/books?id=PUjw-

sEgCSEC&pgis=1.

Texas Instruments. 2013. CT Scanner. Block Diagram. Available: http://

www.ti.com/solution/ct_scanner [Accessed 29 Juli 2013].

The Journal of Musculoskeletal Medicine. 2009 Jun 7 [cited 2013 Oct

18]; Managing Degenerative Lumbar Spinal Stenosis. Available

from: http://www.musculoskeletalnetwork.com/nervous-system-

diseases/content/article/1145622/1420201.

Thomas N. Byrne.2000. Diseases of the Spine and Spinal Cord, Oxford

University Press.

Turbosquid. 2013. Thorax. Available: http://www.turbosquid.com/3d-

models/maya-thorax-bones-anatomy/641400 [Accessed 28 Juli

2013].

UW Madicine. Department of Radiology. 2013. Scoliosis. Available:

http://www.rad.washington.edu/academics/academic-sections/

msk/teaching-materials/online-musculoskeletal-radiology-book/

scoliosis [Accessed 28 Juli 2013].

Vitriana. 2001. Aspek Anatomi dan Biomekanik Tulang Lumbosakral

dalam Hubungannya dengan Nyeri Punggung. Jakarta: Rehabilitasi

Medik FKUI/RSCM.

Walter B. Greene, M.D., 2006. Greene: Netter›s Orthopaedics, 1st

Edition, OrthoCarolina Charlotte, North Carolina. Elsevier,

Philadelphia.

Westbrook, C & Kaut C, 1998. MRI in Practice, Second Edition, Blackwell

Science.

What is Nuclear Medicine [Internet]. Available from: http://www.snm.

org/index.cfm?PageID=3106.

Wikipedia, Ensiklopedia Bebas. 2013. Tulang Punggung. Available:

http://id.wikipedia.org/wiki/Tulang_punggung [Accessed 27 Juli

2013].

Anda mungkin juga menyukai