Anda di halaman 1dari 26

REFERAT RADIOLOGI

CT SCAN KEPALA DAN GAMBARAN TRAUMA KEPALA

Diajukan guna melengkapi tugas kepaniteraan klinik Ilmu Radiologi


Bagian Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung

Disusun oleh :
Nugraha Wirawan
30101507520

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2019

1
BAB I

PENDAHULUAN

CT-Scan Kepala adalah suatu pemeriksaan radiologi dengan menggunakan


alat CT-Scan baik dengan atau tanpa menggunakan media kontras guna mengetahui
kelainan atau penyakit di daerah kepala (cranium). Pada pemeriksaan ct scan kepala
non kontras dilakukan dengan dua tahapan yaitu pertama plan scanning kepala
dibuat dengan posisi tabung detektor berada di samping kepala pasien yang
berbaring terlentang. Kemudian di buatlah scan slice per slice menurut program,
barulah dalam hal ini pasien diatas meja pemeriksaan bergerak sesuai dengan
gerakan tabung detektor berputar mengelilingi sambil exposed.
CT-scan saat ini paling banyak digunakan untuk melihat potongan
penampang lintang dari susunan syaraf pusat (otak) manusia. Seperti halnya pada
diagnostik sinar-X konvensional, CT-scan ini juga kurang baik untuk pemeriksaan
bagian/organ tubuh yang bergerak. Sehingga sampai saat ini CT-scan lebih banyak
digunakan untuk pemeriksaan bagian kepala. Dengan dilakukannya teknik
pemeriksaan CT – Scan maka hasil gambaran radiograf akan memberikan informasi
yang lebih jelas yang tidak didapat pada foto rontgen konvensional biasa.
Kelainan patologi yang dapat dilihat melalui CT-Scan kepala adalah Tumor
otak, Kelainan Cerebrovaskular, Anomali, Penyakit Infeksi, Atrofi serebral /
penyakit degeneratif.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1. CT-SCAN
1.1.1. Definisi CT-Scan
Computerized tomography (CT) adalah suatu teknik tomografi sinar
X dimana pancaran sinar X melewati sebuah potongan aksial yang tipis dari
berbagai tujuan terhadap pasien.
CT-Scan merupakan perpaduan antara teknologi sinar-x, komputer
dan televisi sehingga mampu menampilkan gambar anatomis tubuh
manusia dalam bentuk irisan atau slice.
CT Scan kepala atau pemindaian cranial adalah teknologi
pemindaian tomografi terkomputasi dengan atau tanpa menggunakan media
kontras yang berfungsi untuk mengetahui kelainan atau penyakit di daerah
kepala (cranium).
1.1.2. Komponen Dasar CT-Scan
CT-Scan mempunyai dua komponen utama yaitu scan unit dan operator
konsul. Scan unit biasanya berada didalam ruang pemeriksaan sedangkan
operator konsul letaknya terpisah dalam ruang kontrol.
Scan unit terdiri dari dua bagian yaitu gentry dan couch (meja pemeriksaan).
A. Gentry
Didalam CT-Scan, pasien berada di atas meja pemeriksaan dan meja
tersebut bergerak menuju gentry. Gentry ini terdiri dari beberapa
perangkat yang keberadaannya sangat diperlukan untuk menghasilkan
suatu gambaran, perangkat keras tersebut antara lain tabung sinar-x,
kolimator dan detector.
1. Tabung Sinar-x
Berdasarkan strukturnya, tabung sinar-x sangat mirip dengan tabung
sinar-x konvensional namun perbedaannya terletak pada
kemampuannya untuk menahan panas dan output yang tinggi.
2. Kolimator

3
Kolimator berfungsi untuk mengurangi radiasi hambur membatasi
jumlah sinar-x yang sampai ke tubuh pasien serta untuk
meningkatkan kualitas gambaran. Tidak seperti pada pesawat
radiografi konvensional, CT-Scan menggunakan dua buah
kolimator. Kolimator pertama diletakkan pada rumah tabung sinar-
x yang disebut pre-pasien kolimator. Dan kolimator kedua
diletakkan diantara pasien dan detector yang disebut pre-detektor
kolimator atau post pasien kolimator.
3. Detektor
Selama eksposi berkas sinar-x (foton) menembus pasien dan
mengalami perlemahan (atenuasi). Sisa-sisa foton yang telah ter-
atenuasi kemudian ditangkap oleh detector. Detector memiliki dua
tipe, yaitu detektorsolide state dan detektor isian gas.

B. Couch (Meja Pemeriksaan)


Meja pemeriksaan merupakan tempat untuk memposisikan pasien.
Meja ini biasanya terbuat dari fiber karbon. Dengan adanya bahan ini
maka sinar-x yang menembus pasien tidak terhalangi jalannya untuk
menuju ke detector. Meja ini harus kuat dan kokoh mengingat
fungsinya untuk menopang tubuh pasien selama meja bergerak
kedalam gentry.
Konsul tersedia dalam beberapa variasi. Model yang lama msih
menggunakan dua sistem konsul yaitu untuk pengoperasian CT-Scan
sendiri dan untuk perekaman dan percetakan gambar. Model yang baru
sudah memakai sistem satu konsul dimana banyak memiliki kelebihan
dan fungsi. Bagian dari sistem konsul yaitu: sistem control, sistem
pencetak gambar, dan sistem perekam gambar.

1. Sistem Kontrol

4
Pada bagian ini petugas dapat mengontrol parameter-parameter yang
berhubungan dengan beroperasinya CT-Scan seperti pengaturan kV,
mA, waktu scanning, ketebalan irisan (slice thicknes), dan lain-lain.
Juga dilengkapi dengan keyboard untuk memasukkan data pasien
dan pengontrolan fungsi tertentu pada komputer.
2. Sistem Pencetakan Gambar
Setelah gambaran CT-Scan diperoleh, gambaran tersebut
dipindahkan ke dalam bentuk film. Pemindahan ini dengan
menggunakan kamera multiformat. Cara kerjanya yaitu kamera
merekam gambaran di monitor dan memindahkannya ke dalam film.
Tampilan gambar di film dapat mencapai 2-24 gambar tergantung
ukuran filmnya (biasanya 8x10 inchi atau 14x17 inchi).
3. Sistem Perekaman Gambar
Merupakan bagian penting yang lain dari CT-Scan. Data-data pasien
yang telah ada disimpan dan dapat dipanggil kembali dengan cepat.

Gambar 1. Gantry dan Couc

1.1.3. Prosedur Pemeriksaan CT-Scan


Pemotretan awal atau permulaan dilakukan dengan tabung yang
dibiarkan diam, sedangkan pasien dengan mejanya yang tidak digerakkan.

5
Hasilnya adalah sama dengan foto Röntgen biasa, dan disebut sebagai
topogram atau skanogram.
Skanogram ini dibuat untuk memogramkan potongan-potongan
mana saja yang akan dibuat. Kemudian satu per satu dibuat scan-nya
menurut program tersebut. Dalam hal inilah pasien tetap diam di tempat,
sehingga arah scan dapat ditentukan dengan tepat, sedangkan tabung-
detektornya (generasi ketiga) atau tabung (generasi keempat) memutari
pasien.
Prosedur CT dapat dijalankan dengan atau tanpa menggunakan
kontras. Maksud pemberian kontras pada umumnya adalah untuk melihat
apakah ada jaringan, yang menyerap kontras banyak, sedikit, ataukah tidak
sama sekali, dibandingkan dengan jaringan sehat sekitarnya. Hal ini biasa
disebut dengan penyangatan atau dalam bahasa asing enhancement.
Penyangatan dapat dibagi atas penyangatan normal dan penyangatan
patologis. Umpamanya setelah suntikan terjadi penyangatan normal pada
hepar, limpa, ginjal, dan pankreas. Penyangatan patologis dapat sangat
membantu dalam pemeriksaan scaning.
1.1.4. Risiko Pemeriksaan CT-Scan
Risiko terhadap pemeriksaan CT-Scan terdiri dari risiko terhadap
paparan radiasi sinar X dan risiko reaksi alergi terhadap pemakaian kontras.
CT-Scan memberikan paparan sinar X yang lebih besar daripada foto
Röntgen biasa. Penggunaan sinar X dan CT-Scan yang berkali-kali dapat
meningkatkan risiko terkena kanker. Akan tetapi, risiko dari sekali
pemeriksaan CT-Scan adalah kecil. Seseorang yang mempunyai riwayat
alergi terhadap pemakaian kontras sebelumnya harus berhati-hati bila akan
menjalani prosedur pemeriksaan CT-Scan dengan kontras. Umumnya
kontras yang digunakan untuk penggunaan melalui vena mengandung
iodine.
1.1.5. Manfaat CT-Scan
Alat ini dapat digunakan untuk mendiagnosis dan memonitor beragam
kondisi kesehatan yaitu:

6
 Melakukan diagnosis kelainan otot dan tulang, seperti tumor atau
retak pada tulang.
 Menentukan lokasi tumor, infeksi, atau bekuan darah.
 Memandu prosedur medis ketika melakukan operasi, biopsi, atau
terapi radiasi.
 Mendeteksi dan memonitor kondisi dan penyakit tertentu, seperti
kanker, sakit jantung, nodul pada paru-paru, dan massa pada hati.
 Mencari tahu cedera atau pendarahan internal.
2.2 CT Scan Kepala
CT-Scan Kepala adalah suatu pemeriksaan radiologi dengan
menggunakan pesawat CT-Scan baik dengan atau tanpa menggunakan
media kontras guna mengetahui kelainan atau penyakit di daerah kepala
(cranium). Pada pemeriksaan ct scan kepala non kontras dilakukan dengan
dua tahapan yaitu pertama plan scanning kepala dibuat dengan posisi tabung
detektor berada di samping kepala pasien yang berbaring terlentang.
Kemudian di buatlah scan slice per slice menurut program, barulah dalam
hal ini pasien diatas meja pemeriksaan bergerak sesuai dengan gerakan
tabung detektor berputar mengelilingi sambil exposed
TEHNIK PEMERIKSAAN

a. Posisi pasien
Pasien supine diatas meja pemeriksaan dengan posisi kepala dekat dengan gantry.

b. Posisi Objek
Kepala hiperfleksi dan diletakkan pada head holder. Kepala diposisikan sehingga mid
sagital plane tubuh sejajar dengan lampu indikator longitudinal dan interpupilary line
sejajar dengan lampu indikator horizontal. Lengan pasien diletakkan diatas perut atau
disamping tubuh. Untuk mengurangi pergerakan dahi dan tubuh pasien sebaiknya
difikasasi dengan sabuk khusus pada head holder dan meja pemeriksaan. Lutut diberi
pengganjal untuk kenyamanan pasien.

7
Gambar 2. Posisi pasien pada pemeriksaan CT-scan kepala

c. Gambar yang dihasilkan dalam pemeriksaan CT-scan kepala pada umumnya:


1) Potongan Axial I
Merupakan bagian paling superior dari otak yang disebut hemisphere. Kriteria
gambarnya adalah tampak :
a) Bagian anterior sinus superior sagital
b) Centrum semi ovale (yang berisi materi cerebrum)
c) Fissura longitudinal (bagian dari falks cerebri)
d) Sulcus
e) Gyrus
f) Bagian posterior sinus superior sagital

Gambar 3. Posisi Irisan Otak

8
Gambar 4. Gambar Irisan CT-Scan dan Jaringan Otak

2) Potongan Axial IV
Merupakan irisan axial yang ke empat yang disebut tingkat medial ventrikel.
Kriteria gambarnya tampak :
a) Anterior corpus collosum
b) Anterior horn dari ventrikel lateral kiri
c) Nucleus caudate
d) Thalamus
e) Ventrikel tiga
f) Kelenjar pineal (agak sedikit mengalami kalsifikasi)
g) Posterior horn dari ventrikel lateral kiri

Gambar 5. Posisi Irisan otak

9
Gambar 6. Irisan CT-Scan dan Jaringan Otak

3) Potongan Axial V
Menggambarkan jaringan otak dalam ventrikel medial tiga. Kriteria gambar yang
tampak :
a) Anterior corpus collosum
b) Anterior horn ventrikel lateral kiri
c) Ventrikel tiga
d) Kelenjar pineal
e) Protuberantia occipital interna

Gambar 7. Posisi Irisan Otak

10
Gambar 8. Irisan CT-Scan dan Jaringan Otak

4) Potongan Axial VII


Irisan ke tujuh merupakan penggambaran jaringan dari bidang orbita. Struktur
dalam irisan ini sulit untuk ditampakkan dengan baik dalam CT-scan. Modifikasi-
modifikasi sudut posisi kepala dilakukan untuk mendapatkan gambarannya adalah
tampak :
a) Bola mata / occular bulb
b) Nervus optic kanan
c) Optic chiasma
d) Lobus temporal
e) Otak tengah
f) Cerebellum
g) Lobus oksipitalis
h) Air cell mastoid
i) Sinus ethmoid dan atau sinus sphenoid

Gambar 9. Posisi Irisan Otak

11
Gambar 10. Irisan CT-Scan dan Jaringan Otak

Indikasi Pemeriksaan CT kepala


Primer:
a. Trauma kepala akut
b. Suspek perdarahan intracranial akut
c. Penyakit vascular obstruktif/ vasculitis (termasuk
penggunaan CT angiografi dan atau venografi
d. Evaluasi aneurisme
e. Deteksi atau evaluasi kalsifikasi
f. Evaluasi post operasi imediet akibat tumor, perdarahan
intracranial atau lesi perdarahan
g. Lesi vaskuler yang diobati atau tidak diobati
h. Suspek malfungsi shunt atau shunt revisi
i. Perubahan status mental
j. Tekanan intracranial yang meningkat
k. Sakit kepala
l. Deficit neurologis akut
m. Suspek infeksi intracranial
n. Suspek hidrosefalus
o. Lesi kongenital (makrocefali, mikrocefali dan
craniosinostosis)
p. Evaluasi penyakit psikiatrik
q. Herniasi otak
r. Suspek tumor atau massa, abses
s. Metastasis otak

12
Sekunder:
a) Bila MRI tidak tersedia atau kontraindikasi atau bila CT lebih
dianjurkan untuk digunakan.
b) Diplopia
c) Disfungsi saraf kranial
d) Kejang
e) Apnea
f) Sinkop
g) Ataksia
h) Suspek penyakit neurodegenerative
i) Disfungsi neuroendokrin
j) Ensefalitis
k) Keracunan obat
l) Dysplasia kortikal dan abnormalitas migrasi atau
abnormalitas morfologi otak.

3. Anatomi dan Fisiologis

A. KULIT KEPALA

Gambar 3. Lapisan Kulit Kepala

Lapian Kulit Kepala jika diurut dari luar ke dalam biasa disingkat
dengan SCALP, yang merupakan singkatan dari :

13
 Skin atau kulit
 Connective Tissue atau jaringan penyambung
 Aponeurosis atau galea aponeurotika, merupakan jaringan ikat
yang berhubungan langsung dengan tulang tengkorak
 Loose areolar tissue atau jaringan penunjang longgar,
Merupakan tempat yang biasa terjadinya perdarahan subgaleal
(hematom subgaleal) pada trauma/benturan kepala.
 Perikranium, merupakan lapisan yang membungkus dan
berhubungan langsung dengan permukaan luar tulang tengkorak.

B. TULANG TENGKORAK
Terdiri atas Kalvarium dan basis kranii. Rongga tengkorak dasar dibagi
3 fosa :
 Fosa Anterior, yaitu tempat lobus frontalis
 Fosa Media, yaitu tempat lobus temporalis
 Fosa Posterior, yaitu tempat batang otak bawah dan serebelum

C. MENINGEN
Meningen merupakan selaput yang membungkus otak dan sumsum
tulang belakang. Fungsi meningia yaitu melindungi struktur saraf halus
yang membawa pembuluh darah dan cairan sekresi (cairan
serebrospinal), dan memperkecil benturan atau getaran. Meningen
terdiri atas 3 lapisan, yaitu :
a. Duramater (Lapisan sebelah luar)
Duramater adalah selaput keras pembungkus otak yang berasal dari
jaringan ikat tebal dan kuat, dibagian tengkorak terdiri dari selaput
tulang tengkorak dan duramater propia di bagian dalam. Duramater
pada tempat tertentu mengandung rongga yang mengalirkan darah
vena dari otak, rongga ini dinamakan sinus longitudinal superior
yang terletak diantara kedua hemisfer otak. Sinus sagitalis superior
mengalirkan darah vena ke sinus transverses dan sinus sigmoideus.

14
Arteri-arteri meningea terletak pada ruang epidural, dimana yang
sering mengalami cedera adalah arteri meningea media yang
terletak pada fosa temporalis dapat menimbulkan perdarahan
epidural.
b. Arachnoid (Lapisan tengah)
Arachnoid adalah membran impermeabel halus, tipis, dan
transparan yang meliputi otak dan terletak diantara piamater di
sebelah dalam dan duramater di sebelah luar. Arachnoid berbentuk
seperti jaring laba-laba. Antara arachnoid dan piameter terdapat
ruangan berisi cairan yang berfungsi untuk melindungi otak bila
terjadi benturan. Baik arachnoid dan piameter kadang-kadang
disebut sebagai leptomeninges.
Lapisan arachnoid mempunyai 2 (dua) bagian, yaitu suatu lapisan
yang berhubungan dengan duramater dan suatu sistem trabekula
yang menghubungkan lapisan tersebut dengan piamater. Ruangan
di antara trabekula membentuk ruang subarachnoid yang berisi
cairan serebrospinal dan sama sekali dipisahkan dari ruang
subdural. Pada beberapa daerah, arachnoid menembus duramater,
dengan membentuk penonjolan yang membentuk trabekula di
dalam sinus venous duramater. Bagian ini dikenal dengan vilus
arachnoidalis yang berfungsi memindahkan cairan serebrospinal
ke darah sinus venous.
c. Piamater (Lapisan sebelah dalam)
Merupakan membran yang sangat lembut dan tipis. Lapisan ini
melekat pada kortek serebri. Piamater mengandung sedikit serabut
kolagen dan membungkus seluruh permukaan sistem saraf pusat
dan vaskula besar yang menembus otak. Cairan serebro spinal
bersirkulasi diantara arachnoid dan piameter dalam ruang
subarahnoid. Perdarahan di tempat ini akibat pecahnya aneurysma
intra cranial.

15
D. OTAK
Otak merupakan suatu organ tubuh yang sangat penting karena
merupakan pusat dari semua organ tubuh, bagian dari saraf sentral yang
terletak di dalam rongga tengkorak (kranium) yang dibungkus oleh
selaput otak yang kuat. Otak terdiri dari otak besar (cerebrum), otak
kecil (cerebellum), dan batang otak (Trunkus serebri). Besar otak orang
dewasa kira-kira 1300 gram, 7/8 bagian berat terdiri dari otak besar

Gambar 4. Cerebrum dan Cerebellum

a. Otak besar (cerebrum)


Otak besar adalah bagian terbesar dari otak dan terdiri dari dua
hemispherium cerebri yang dihubungkan oleh massa substansia
alba yang disebut corpus callosum. Setiap hemisfer terbentang dari
os frontale sampai ke os occipitale, diatas fossa cranii anterior,
media, dan posterior, diatas tentorium cerebelli. Hemisfer
dipisahkan oleh sebuah celah dalam, yaitu fossa longitudinalis
cerebri, tempat menonjolnya falx cerebri.
Otak mempunyai 2 permukaan, permukaan atas dan permukaan
bawah. Kedua lapisan ini dilapisi oleh lapisan kelabu (substansia
grisea) yaitu pada bagian korteks serebral dan substansia alba yang
terdapat pada bagian dalam yang mengandung serabut saraf.

16
Fungsi otak besar yaitu sebagai pusat berpikir (kepandaian),
kecerdasan dan kehendak. Selain itu otak besar juga
mengendalikan semua kegiatan yang disadari seperti bergerak,
mendengar, melihat, berbicara.
b. Otak kecil (cerebellum)
Otak kecil terletak dibawah otak besar. Terdiri dari dua belahan
yang dihubungkan oleh jembatan varol, yang menyampaikan
rangsangan pada kedua belahan dan menyampaikan rangsangan
dari bagian lain. Fungsi otak kecil adalah untuk mengatur
keseimbangan tubuh serta mengkoordinasikan kerja otot ketika
bergerak.
c. Batang Otak
Batang otak terdiri dari :
1. Diensefalon
Bagian batang otak paling atas terdapat diantara serebellum
dengan mesensefalon, kumpulan dari sel saraf yang terdapat
dibagian depan lobus temporalis terdapat kapsula interna
dengan sudut menghadap kesamping. Diensefalon ini berperan
dalam proses vasokonstriksi (memperkecil pembuluh darah),
respiratorik (membantu proses pernafasan), mengontrol
kegiatan refleks, dan membantu pekerjaan jantung.
2. Mesensefalon
Atap dari mesensefalon terdiri dari empat bagian yang menonjol
ke atas, dua di sebelah atas disebut korpus kuadrigeminus
superior dan dua disebelah bawah disebut korpus
kuadrigeminus inferior. Mesensefalon ini berfungsi sebagai
pusat pergerakan mata, mengangkat kelopak mata, dan memutar
mata.

3. Pons varoli

17
Pons varoli merupakan bagian tengah batang otak dan arena itu
memiliki jalur lintas naik dan turun seperti otak tengah. Selain
itu terdapat banyak serabut yang berjalan menyilang
menghubungkan kedua lobus cerebellum dan menghubungkan
cerebellum dengan korteks serebri.
4. Medula Oblongata
Medula oblongata merupakan bagian dari batang otak yang
paling bawah yang menghubungkan pons varoli dengan medulla
spinalis. Medulla oblongata memiliki fungsi yang sama dengan
diensefalon.

E. VENTRIKEL OTAK

Sistem ventrikel otak dan kanalis sentralis.


a. Ventrikel lateralis
Ada dua, terletak didalam hemispherii telencephalon.
Kedua ventrikel lateralis berhubungan denga ventrikel III
(ventrikel tertius) melalui foramen interventrikularis
(Monro)
b. Ventrikel III (Ventrikel Tertius)
Terletak pada diencephalon. Dinding lateralnya dibentuk
oleh thalamus dengan adhesio interthalamica dan
hypothalamus. Recessus opticus dan infundibularis
menonjol ke anterior, dan recessus suprapinealis dan
recessus pinealis ke arah kaudal.Ventrikel III
berhubungan dengan ventrikel IV melalui suatu lubang
kecil, yaitu aquaductus Sylvii (aquaductus cerebri).
c. Ventrikel IV (Ventrikel Quartus)
Membentuk ruang berbentuk kubah diatas fossa
rhomboidea antara cerebellum dan medulla serta
membentang sepanjang recessus lateralis pada kedua
sisi. Masing- masing recessus berakhir pada foramen

18
Luschka, muara lateral ventrikel IV. Pada perlekatan
vellum medullare anterior terdapat apertura mediana
Magendie
d. Kanalis sentralis medula oblongata dan medula spinalis
.Saluran sentral korda spinalis: saluran kecil yang
memanjang sepanjang korda spinalis, dilapisi sel-sel
ependimal. Diatas, melanjut ke dalam medula oblongata,
dimana ia membuka ke dalam ventrikel IV.

4. Kelainan pada CT- Scan Kepala


4.1 TRAUMA
4.1.1 Gambaran CT-Scan pada Trauma Kepala
A. Fraktur Tulang Kepala (Fraktur Basis Cranii)
Fraktur pada dasar tengkorak seringkali sukar dilihat. Fraktur dasar
tengkorak (basis kranii) biasanya memerlukan pemeriksaan CT Scan
dengan teknik “Jendela Tulang” (bone window) untuk mengidentifikasi
garis frakturnya. Fraktur dasar tengkorak yang melintang kanalis
karotikus dapat mencederai arteri karotis (diseksi, pseuoaneurisma
ataupun trombosis) perlu dipertimbangkan untuk dilakukan
pemeriksaan angiography cerebral.

19
Gambar 5. Non-depressed Fracture dan Depressed Fracture

Tanda suspek fraktur basis cranii:


 Brill hematoma / racoon’s eyes / hematom periorbita
 Battle’s sign / Hematom retroauricula
 Otorrhea / Rhinorrea

B. Perdarahan Epidural
Hematoma epidural didefinisikan sebagai perdarahan ke dalam ruang
antara duramater, yang tidak dapat dipisahkan dari periosteum
tengkorak dan tulang yang berdekatan. Hematoma epidural biasanya
dapat dibedakan dari hematoma subdural dengan bentuk bikonveks
dibandingkan dengan crescent-shape dari hematoma subdural. Selain
itu, tidak seperti hematoma subdural, hematoma epidural biasanya tidak
melewati sutura. Hematoma epidural sangat sulit dibedakan dengan
hematoma subdural jika ukurannya kecil. Dengan bentuk bikonveks
yang khas,elips, gambaran CT scan pada hematoma epidural tergantung
pada sumber perdarahan, waktu berlalu sejak cedera, dan tingkat
keparahan perdarahan. Karena dibutuhkan diagnosis yang akurat dan
perawatan yang cepat, diperlukan pemeriksaan CT scan dengan cepat
dan intervensi bedah saraf

20
Gambar 6. Perdarahan Epidural

Gambar diatas terlihat peningkatan kepadatan (hiperdens) di daerah


lenticular pada CT Scan aksial non kontras di wilayah parietalis kanan.
Ini biasanya terjadi akibat pecahnya arteri meningeal media.

C. Perdarahan Subdural
Sebelum CT-scan dan teknologi pencitraan magnetik (MRI), hematoma
subdural didiagnosis hanya berdasarkan efek massa, yang digambarkan
sebagai perpindahan dari pembuluh darah pada angiogram atau sebagai
kalsifikasi kelenjar hipofisis pada foto polos kepala. Munculnya CT
scan dan MRI telah menjadi pilihan diagnosik rutin bahkan untuk
perdarahan kecil.
Pada fase akut, hematoma subdural muncul berbentuk bulan sabit,
ketika cukup besar, hematoma subdural menyebabkan pergeseran garis
tengah. Pergeseran dari gray matter-white matter junction merupakan
tanda penting yang menunjukkan adanya lesi.

21
Gambar 7. Perdarahan Subdural

Jika ditemukan hematoma subdural pada CT scan, penting untuk


memeriksa adanya cedera terkait lainnya, seperti patah tulang
tengkorak, kontusio intra parenkimal, dan darah pada subaraknoid.
Adanya cedera parenkim pada pasien dengan hematoma subdural
adalah faktor yang paling penting dalam memprediksi hasil klinis
mereka.

D. Perdarahan subarakhnoid
Pada CT scan, perdarahan subaraknoid (SAH) terlihat mengisi ruangan
subaraknoid yang biasanya terlihat gelap dan terisi CSF di sekitar otak.
Rongga subaraknoid yang biasanya hitam mungkin tampak putih di
perdarahan akut. Temuan ini paling jelas terlihat dalam rongga
subaraknoid yang besar.

22
Gambar 8. Perdarahan Subarakhnoid

Ketika CT scan dilakukan beberapa hari atau minggu setelah


perdarahan awal, temuan akan tampak lebih halus. Gambaran putih
darah dan bekuan cenderung menurun, dan tampak sebagai abu-abu.
Sebagai tambahan dalam mendeteksi SAH, CT scan berguna untuk
melokalisir sumber perdarahan.

E. Perdarahan Intracerebral

Perdarahan intraserebral biasanya disebabkan oleh trauma terhadap


pembuluh darah, timbul hematoma intraparenkim dalam waktu ½-6
jam setelah terjadinya trauma. Hematoma ini bisa timbul pada area
kontralateral trauma. Pada CT scan sesudah beberapa jam akan tampak
daerah hematoma (hiperdens), dengan tepi yang tidak rata.

23
Gambar 9. Perdarahan Intracerebral

F. Perdarahan Intraventricular
Perdarahan intraventrikular merupakan penumpukan darah pada
ventrikel otak. Perdarahan intraventrikular selalu timbul apabila terjadi
perdarahan intraserebral. Pada perdarahan intraventrikular akan terlihat
peningkatan densitas dari gambaran CT scan kepala. Jika terlambat
ditangani, perdarahan intraventrikular akan menyebabkan terjadinya
ventrikulomegali pada sistem ventrikel (hidrosefalus) dari gambaran
CT scan.

Gambar 10. Perdarahan Intraventrikular

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Aliah A, Kuswara F F, Limoa A, Wuysang G. Gambaran umum tentang


gangguan peredaran darah otak dalam Kapita selekta neurology cetakan
keenam editor Harsono. Gadjah Mada university press, Yogyakarta. 2012.
Hal: 81-115.
2. Glioblastoma multiform . Di akses tanggal 27 Agustus 2017 di
http://www.physio-pedia.com/Glioblastoma_Multiforme
2. Hansen J.T, Netter H.s, Netter’s Clinical Anatomy 2nd Edition. Sauders
Elsevier 2010. Head and Neck.Page 349-377.
3. Hassmann KA. Stroke Ischemic. [Online]. 2010 May 1st available from:
http://emedicine.medscape.com/article/793904-followup
4. Kennedy.B . Astrositoma. Akses tanggal 28 Agustus 2017 di
http://emedicine.medscape.com/article/283453-overview#a0101
Yogyakarta
5. Kestle JR, Cambrin-Riva J, Wellons JC, Kulkarni AV, et al. A standardized
protocol to reduce cerebrospinal fluid shunt infection: The Hydrocephalus
Clinical Research Network Quality Improvement Initiative. J neurosurg
[Internet]. Jul 2011 [cited 2017 AUG 28]; 8(1): 22-29. Available from:
http://thejns.org/doi/full/10.3171/2011.4.PEDS10551
6. Mardjono, Mahar. Mekanisme gangguan vaskuler susunan saraf dalam
Neurologi klinis dasar edisi Kesebelas. Dian Rakyat. 2006. Hal: 270-93.
7. Melo JR, de Melo EN, de Vasconcellos AG, Pacheco P. Congenital
hydrocephalus in the northeast of Brazil: epidemiological aspects, prenatal
diagnosis, and treatment. Child Nerv Syst [internet]. 2013 [cited 2017
AUG28]. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23609898
8. National Institute of Neurosurgical Disorders and Stroke [internet].
Bethesda: National Institutes of Health; 2013 [cited 2017 AUG 28].
Availablefrom:
http://www.ninds.nih.gov/disorders/hydrocephalus/hydrocephalus.htm

25
9. Price, A. Sylvia. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit edisi
4. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2011 Hal: 966-71.
10. Yadav YR, Parihar V, Pande S, Namdev H, Agarwal M. Endoscopic third
ventriculostomy. J Neurosci Rural Pract [Internet]. 2012 May-Aug [cited
2017 AUG 28]; 3(2): 163–173. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3409989/

26

Anda mungkin juga menyukai