Anda di halaman 1dari 39

REFERAT

CT SCAN TUMOR DI KEPALA

Disusun oleh:

Septira Arindya maharani

1102015218

Pembimbing:

dr Kesuma Mulyawan, Sp.Rad

KEPANITRAAN KLINIK BAGIAN RADIOLOGI

RSUD KOTA CILEGON

PERIODE NOVEMBER- DESEMBER 2019


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...........................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................4

2.1. Computerized Tomography (CT) .....................................................................4

2.1.1. Definisi CT.....................................................................................................4

2.1.2. Prinsip CT .....................................................................................................4

2.1.3. Prosedur Pemeriksaan CT-Scan.....................................................................5

2.2 Anatomi Kepala Dasar ......................................................................................6

2.3 Gambaran CT Scan Kepala Normal ................................................................16

2.4 Gambaran CT Scan Kepala Abnormal ............................................................24

BAB III KESIMPULAN......................................................................................38

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................39

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejak 1972 telah diperkenalkan suatu alat canggih yaitu alat tomogram yang
dikendalikan dengan komputer, yang dikenal sebagai Computerised tomography
(CT). Di Indonesia, CT mulai dipakai pada tahun 1983 di rumah sakit pusat Dr.
Cipto Mangunkusumo dan rumah sakit lainnya.1 Sekarang computerised
tomography (CT) telah diterima sebagai alat diagnostik yang berharga dimana-
mana.

Pemeriksaan CT pada saat ini sudah merupakan kebutuhan rutin, karena hasilnya
lebih baik, dan diagnostik penyakit lebih mudah ditegakkan sehingga penanganan
pasien menjadi lebih cepat dan lebih tepat.1 Tetapi tidak berarti penyuntikan kontras
tidak diperlukan lagi. Bahkan dapat sangat membantu, terutama dalam hal adanya
tumor atau abses otak. Pemberian kontras pada umumnya adalah untuk melihat
apakah ada jaringan yang menyerap kontras banyak, sedikit, ataukah tidak sama
sekali dibandingkan dengan jaringan sehat sekitarnya. Hal ini disebut penyangatan
atau dalam bahasa asing enhancement.2

CT terhadap pemeriksaan kepala sangat bermanfaat. Dimana, pada CT dapat


memperlihatkan dengan jelas kelainan- kelainan organ kepala dan ekstensinya.
Beberapa garis penting yang harus diketahui yaitu: Orbitomeatal line (OM line),
Anthropological base line (German plane)/ Reid base line (infraorbito meatal line),
dan supraorbito meatal line (SM line). Pemberian media kontras untuk melihat
adanya enhancement dipergunakan untuk menilai pembuluh darah, meningen,
parenkim otak.2 Tumor kepala merupakan salah satu tumor yang sangat sulit untuk
dideteksi. Berbeda dengan jenis tumor lainnya yang mudah diraba ketika mulai
mendesak jaringan disekitarnya. Pemeriksaan menggunakan CT sangat membantu
dalam penegakan diagnostik serta penanganan menjadi lebih cepat.2

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Computerized Tomography (CT)

2.1.1. Definisi CT

Computerized tomography (CT) adalah suatu teknik tomografi sinar X dimana


pancaran sinar X melewati sebuah potongan aksial yang tipis dari berbagai tujuan
terhadap pasien.3

2.1.2. Prinsip CT

Sinar X adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan


gelombang radio, panas, cahaya, dan sinar ultraviolet, tetapi dengan panjang
gelombang yang sangat pendek. Karena panjang gelombang yang sangat pendek
itu, maka sinar X dapat menembus benda-benda.4

Pada CT, komputer dikerahkan untuk menggantikan peranan film-kaset dan


peranan kamar gelap dengan cairan-cairan developer serta fiksirnya seperti pada
foto sinar X biasa. Tabung Röntgen dan kumpulan detektor berada dalam suatu
wadah yang disebut gantry. Di tengah-tengah gantry tersedia lubang, yang
berfungsi untuk dapat memasukkan atau menggeser meja beserta pasien dengan
2
motor.

Mulai pesawat CT generasi ketiga, gantry dapat dimiringkan ke belakang atau ke


0
depan, masing-masing maksimal sampai 20 , sehingga tidak hanya penampang
tegak saja yang dapat dibuat, melainkan juga scan miring dengan sudut yang
2
dikehendaki.

Baik tabung Röntgen maupun detektor-detektor bergerak memutari pasien sebagai


0
obyek yang ditempatkan diantaranya, 360 . Selama bergerak memutar itu, tabung

4
menyinari pasien dan masing-masing detektor menangkap sisa-sisa sinar X 3 yang
telah menembus pasien, sebagaimana tugas film biasa. Semua data secepat kilat
dikirim ke komputer yang mengolahnya (mengerjakan kalkulasi) secepat kilat pula.
Hasil pengolahan muncul dalam layar TV yang bekerja sebagai monitor. Hasilnya
2
merupakan penampang bagian tubuh yang diputari itu dan disebut scan.

2.1.3 Prosedur Pemeriksaan CT-Scan

Pemotretan awal atau permulaan dilakukan dengan tabung yang dibiarkan diam,
sedangkan pasien dengan mejanya yang tidak digerakkan. Hasilnya adalah sama
2
dengan foto Röntgen biasa, dan disebut sebagai topogram atau skanogram.

Skanogram ini dibuat untuk memogramkan potongan-potongan mana saja yang


akan dibuat. Kemudian satu per satu dibuat scan-nya menurut program tersebut.
Dalam hal inilah pasien tetap diam di tempat, sehingga arah scan dapat ditentukan
dengan tepat, sedangkan tabung-detektornya (generasi ketiga) atau tabung (generasi
keempat) memutari pasien.2

Skanogram kepala dibuat dengan posisi tabung-detektor berada disamping kepala


pasien yang berbaring terlentang. Dengan demikian hasilnya seperti foto tengkorak
biasa lateral, kemudian dibuatlah sken-sken menurut program (garis-garis yang
direncanakan) barulah dalam hal ini pasien diam dan tabung detektor berputar
mengelilingi pasien sambil memotret.

Prosedur CT dapat dijalankan dengan atau tanpa menggunakan kontras. Maksud


pemberian kontras pada umumnya adalah untuk melihat apakah ada jaringan, yang
menyerap kontras banyak, sedikit, ataukah tidak sama sekali, dibandingkan dengan
jaringan sehat sekitarnya. Hal ini biasa disebut dengan penyangatan atau dalam
2
bahasa asing enhancement.

Penyangatan dapat dibagi atas penyangatan normal dan penyangatan patologis.


Penyengatan sangat membantu umpanyanya dalam hal adanya tumor atau abses

5
otak, dan penyengatan patologis dapat sangat membantu dalam pemeriksaan sken-
2
sken.

2.2 Anatomi Kepala Dasar

Otak manusia adalah struktur pusat pengaturan yang memiliki volume


sekitar 1350 cc dan terdiri atas 100 juta sel saraf atau neuron. Otak mengatur dan
mengkordinasi sebagian besar, gerakan, perilaku dan fungsi tubuh homeostasis
seperti detak jantung, tekanan darah, keseimbangan cairan tubuh dan suhu tubuh.
Otak bertanggung jawab atas fungsi seperti pengenalan emosi, ingatan,
pembelajaran motorik dan segala bentuk pembelajaran lainnya.

Otak terbentuk dari dua jenis sel yaitu glia dan neuron. Glia berfungsi untuk
menunjang dan melindungi neuron, sedangkan neuron membawa informasi dalam
bentuk pulsa listrik yang dikenal sebagai potensi aksi. Mereka berkomunikaasi
dengan neuron yang lain dan keseluruh tubuh dengan mengirimkan berbagai
macam bahan kimia yang disebut neurotransmitter. Neurotransmitter ini dikirimkan
pada celah yang dikenal sebagai sinapsis.

Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang. Otak atau
encephalon adalah sentral supervisori dari sistem syaraf/pusat supervisori dari
system syaraf sentral vertebrata, yang terletak pada kepala.8 Otak dapat dibagi ke
dalam otak besar (cerebrum), batang otak(brainstem), dan otak kecil (cerebellum):2

6
Gambar 1 : Bagian-bagian dari otak

1. Cerebrum (Otak Besar)


Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak manusia yang juga disebut dengan
nama Cerebral Cortex, Forebrain atau Otak Depan. Cerebrum membuat manusia
memiliki kemampuan berpikir, analisa, logika, bahasa, kesadaran, perencanaan,
memori dan kemampuan visual. Kecerdasan intelektual atau IQ Anda juga
ditentukan oleh kualitas bagian ini. Cerebrum terbagi menjadi empat bagian yang
disebut Lobus. Bagian lobus yang menonjol disebut gyrus dan bagian lekukan yang
menyerupai parit disebut sulcus. Keempat Lobus tersebut masing-masing adalah:
Lobus Frontal, Lobus Parietal, Lobus Occipital dan Lobus Temporal.
Lobus Frontal merupakan bagian lobus yang ada dipaling depan dari Otak
Besar. Lobus ini berhubungan dengan kemampuan membuat alasan, kemampuan
gerak, kognisi, perencanaan, penyelesaian masalah, memberi penilaian, kreativitas,
kontrol perasaan, kontrol perilaku seksual dan kemampuan bahasa secara umum.6
Lobus Parietal merupakan bagian tengah otak, lobus parietalis membantu
seseorang untuk mengidentifikasi objek dan memahami hubungan spasial (dimana
tubuh seseorang dibandingkan dengan benda-benda di sekitar orang tersebut).
Lobus parietalis juga terlibat dalam interpretasi rasa sakit dan sentuhan pada tubuh

7
Lobus Temporal berada di bagian bawah berhubungan dengan kemampuan
pendengaran, pemaknaan informasi dan bahasa dalam bentuk suara dan terlibat
dalam memori,ucapan, dan indra penciuman.
Lobus Occipital ada di bagian paling belakang, berhubungan dengan
rangsangan visual yang memungkinkan manusia mampu melakukan interpretasi
terhadap objek yang ditangkap oleh retina mata.
Selain dibagi menjadi 4 lobus, cerebrum (otak besar) juga Terdiri atas bagian
kiri dan kanan yang disebut hemispherium Cerebri. Kedua bagian itu terhubung
oleh kabel-kabel saraf di bagian bawahnya. Secara umum, belahan otak kanan
mengontrol sisi kiri tubuh, dan belahan otak kiri mengontrol sisi kanan tubuh.
Otak kanan terlibat dalam kreativitas dan kemampuan artistik. Sedangkan otak kiri
untuk logika dan berpikir rasional.

2. Korteks otak besar


Korteks otak beasar (cerebral cortex, grey matter) merupakan lapisan tipis
berwarna abu-abu yang terdiri dari 133 miliar neuron yang masing-masing
tersambung ke sekitar 10.000 sinapsis, 1 mm2 terdapat kurang lebih 1 miliar
sinapsis. Terdapat 6 laoisan korteks, neurokorteks/ isokorteks, arcikorteks,
paleokorteks, allokorteks yang brlipat-lipat sehingga permukannya menjadi
lebih luas dengan ketebalan 2-4 mm. lapisan korteks terdapat berbagai
macam pusat saraf yang mengendalikan ingatan, perhatian, persepsi,
pertimbangan, bahasa dan kesadaran.
3. Ganglia dasar
Ganglia dasar (basal ganglia, white matter) merupakan lapisan yang
berwarna putih. Lapisan banyak mengandung serabut saraf, yaitu dendrit
dan neurit. Didepan celah tengah (sulkus sentralis) terdapat daerah motor
yang berfungsi mengatur gerakan sadar. Bagian paling bawah pada korteks
motor tersebut mempunyai hubungan dengan kemampuan bicara.
Daerah anterior pada lobus frontalis berhubungan dengan kemampuan
berpikir, di posterior sulkus sentralis merupakan daerah sensori, pada daerah
ini berbagai sifat perasaan dirasakan kemudian ditafsirkan.

8
Daerah pendengaran (auditori) terletak pada lobus temporal. Di daerah ini,
kesan atau suara diterima dan di interpretasikan.
Daerah penglihatan (visual) terletak pada ujung lobus oksipital yang
menerima bayangan dan selanjutnya bayangan itu ditafsirkan. Adapun pusat
pengecapan dan pembau terletak di lobus temporal bagian ujung anterior.
4. Diensefalon
Diensefalon (diencephalon, interbrain) adalah bagian otak yang terdiri dari:
Mid-dienchepalic territory
Pretalamus/ ventral thalamus/ subtalamus, terletak dibawah kelenjar
hipotalamus. Nuclei berupa zona incerta, thalamic reticular nucleus, dan
dields of Forel. Pretalamus terpola sinyal SHH dari ZLI dan setelah itu
membuat koneksi yang berbeda-beda ke stratiatum dalam otak depan, ke
thalamus dalam otak kecil, dan ke red nucleus dan substansia nigra dalam
otak tengah. Pretalamus ditengarai mempunyai andil dalam pengendalian
pola konsumsi termasuk defekasi dan kopulasi.
Zona limitan intertalamika (ZLI) yang berfungsi sebagai pusat sinyal
layaknya cerebrum dan sebagai pembatas antara thalamus dan pretalamus.
Thalamus/ dorsal thalamus yang berfungsi antara lain menghubungankan
komunikasi antar belahan otak besar. Hipotalamus merupakan pusat
pengendalian waktu biologis, suhu tubuh dan sekresi hormone dan fungsi
biologis lagin. Hipotalamus terletak didasar otak depan.
5. Otak tengah
Otak tengah (mesencephalon) adalah bagian otak yang mempunyai struktur:
rectum, terdiri dari 2 pasanga colliculi yang disebut corpora quadrigemina,
inferior colliculi, terlibat pada proses pendengaran. Sinyal yang diterima
dari berbagai nucleus batang otak diproyeksikan menuju bagian dari
thalamus yang disebut medial geniculate nucleus untuk diteruskan menuju
korteks pendengeran primer. Superior colliculi, bereperan sebagau awal
proses visual dan pengendalian.

9
6. Otak belakang
Otak belakang myelencephalon, metencephalon, rhamboenchepalon)
meliputi jembatan Varol (pons, pons varolli), medulla oblongata, dan otak
kecil. Ketiga bagian ini membentuk bagian batang otak (brainstem).
Jembatan Varol berisi serabut saraf yang menghubungkan lobus kiri dan
kanan dan otak kecil, serta menghubungkan otak kecil dengan korteks otak
besar.
7. Otak kecil (Cerebellum)
Terletak dibawah Cerebrum dan dibelakang otak. Cerebellum mengontrol
banyak fungsi otomatis otak, diantaranya: mengatur sikap atau posisi tubuh,
mengkontrol keseimbangan, koordinasi otot dan gerakan tubuh. Otak Kecil juga
menyimpan dan melaksanakan serangkaian gerakan otomatis yang dipelajari
seperti gerakan mengendarai mobil, gerakan tangan saat menulis, gerakan
mengunci pintu dan sebagainya.
Jika terjadi cedera pada otak kecil, dapat mengakibatkan gangguan pada
sikap dan koordinasi gerak otot. Gerakan menjadi tidak terkoordinasi, misalnya
orang tersebut tidak mampu memasukkan makanan ke dalam mulutnya atau tidak
mampu mengancingkan baju.9
8. Batang otak (brainstem)
Batang otak (brainstem) berada di dalam tulang tengkorak atau rongga
kepala bagian dasar dan memanjang sampai ke tulang punggung atau sumsum
tulang belakang. Bagian otak ini mengatur fungsi dasar manusia termasuk
pernapasan, denyut jantung, mengatur suhu tubuh, mengatur proses pencernaan,
dan merupakan sumber insting dasar manusia yaitu fight or flight (lawan atau lari)
saat datangnya bahaya.
Batang otak dijumpai juga pada hewan seperti kadal dan buaya. Oleh karena
itu, batang otak sering juga disebut dengan otak reptil. Otak reptil mengatur
“perasaan teritorial” sebagai insting primitif. Contohnya anda akan merasa tidak
nyaman atau terancam ketika orang yang tidak Anda kenal terlalu dekat dengan
anda.
Batang Otak terdiri dari tiga bagian, yaitu:

10
Mesencephalon atau Otak Tengah (disebut juga Mid Brain) adalah bagian
teratas dari batang otak yang menghubungkan Otak Besar dan Otak Kecil. Otak
tengah berfungsi dalam hal mengontrol respon penglihatan, gerakan mata,
pembesaran pupil mata, mengatur gerakan tubuh dan pendengaran.
Medulla oblongata adalah titik awal saraf tulang belakang dari sebelah kiri
badan menuju bagian kanan badan, begitu juga sebaliknya. Medulla mengontrol
funsi otomatis otak, seperti detak jantung, sirkulasi darah, pernafasan, dan
pencernaan.
Pons merupakan stasiun pemancar yang mengirimkan data ke pusat otak
bersama dengan formasi reticular. Pons yang menentukan apakah kita terjaga atau
tertidur.

Gambar 2: Potongan medial otak dan batang otak

Sel Glia
Sel glia, atau neoroglia (hanya berada pada susunan saraf pusat) berfungsi
untuk menyangga dan dukungan metabolik terhadap neuron. Ada 2 macam sel glia;
makroglia dan mikroglia. Mikroglia berfungsi sebagai sel fagosit yang
sangat besar jika terjadi infeksi atau kerusakan pada susunan saraf, sedangkan
makroglia berfungsi sebagai penyangga dan fungsi nutritif. Mikroglia ada 4
macam, yaitu Oligodendroglia, sel schwann, sel astrosit, dan sel ependyma.
Bersama-sama mereka dipandang sebagai suatu sistem yang dinamik bermakna

11
fungsional dalam pertukaran metabolik antara neuron sistem saraf pusat
lingkungannya.
Terdapat tiga jenis sel glia, mikroglia, oligodendroglia, dan astrosit.
Mikroglia secara embriologis berasal dari lapisan mesodermal sehingga pada
umumnya tidak diklasifikasikan sebagi sel glia sejati. Mikroglia memasuki SSP
melalui sistem pembuluh darah dan berfungsi sebagai fagosit, membersihkan debris
dan melawan infeksi.
Astrosit
Astrosit merupakan neuroglia terbesar, berbentuk bintang, berinti besar,
bulat atau lonjong, sitoplasmanya mengandung banyak ribosom dan nukleoli
tidak jelas. Astrosit protoplasma terutama terdapat dalam substantia grissea otak
dan medulla spinalis, sedangkan astrosit fibrosa terutama dalam substantia alba.
Kerana banyaknya proses-proses sitoplasma yang luar, astrosit penting sebagai
struktur penyokong dan structural dalam SSP. Fungsi astrosit masih diteliti, bukti-
bukti memperlihatkan sel-sel ini mungkin berperan dalam menghantar impuls dan
transmisi sinaptik dari neuron dan bertndak sebagai saluran penghubung antara
pembuluh darah dan neuron.
Oligodendrosit
Disebut juga oligodendroglia, lebih kecil dari astrosit dengan cabang-
cabang yang lebih pendek dan jumlahnya lebih sedikit. Intinya kecil, lonjong,
sitoplasma lebih padat dengan ribosom bebas dan terikat dalam jumlah besar.
Oligodendrosit terutama terdapat dalam 2 lokasi, di dalam subtansia grissea dan di
antara berkas-berkas akson di dalam substantia alba. Lainnya terletak dalam
posisi perivascular sekitar pembuluh darah. Oligodendroglia dan astrosit
merupakan neuroglia sejati dan berasal dari lapisan embrional ektodermal (sama
seperti neuron). Oligodendroglia berperan dalam pembentukan myelin.
Sel Ependim
Sel ependim berasal dari lapisan dalam tabung neuralis dan
mempertahankan susunan epitel mereka. Sel ependim melapisi rongga otak dan
medulla spinalis dan terendam dalam cairan serebrospinal mengisi rongga-rongga
ini. Meskipun ujung apical sel ependim melapisi rongga tersebut, namun dasarnya

12
tidak seragam dan terdiri dari processus panjang yang meluas dari pusat otak ke
jaringan penyambung perifer, akibatnya procesus sel ependim berjalan diantara
unsur saraf dan merupakan matriks penyokong yang mirip dengan sel glia lainnya.
Sel Schwann
Sel schwann membungkus semua serat saraf dari susunan saraf perifer, dan
meluas sampai perlekatannya masuk atau keluar dari perlekatannya di medulla
spinalis dan batang otak sampai ke ujungnya. Sel schwann memperlihatkan
inti yang heterochromatik, biasanya gepeng, dan terdapar di tengah sel dengan
banyak mitokondria, mikrotubul, dan mikrofilamen.
Otak dilindungi oleh tulang tengkorak dan ditutupi oleh 3 membran yang
disebut meningen. Otak juga dilindungi oleh cairan serebrospinal, yang diproduksi
oleh pleksus khoroideus, yang masuk ke dalam 4 ventrikel dan rongga antara
meningen. Cairan serebrospinal membawa nutrient dari darah ke otak dan
membawa kembali zat-zat yang tidak diperlukan lagi dari otak ke darah. Otak terdiri
dari beberapa tipe sel, setiap tipe mempunyai fungsinya masing-masing. Ketika sel
kehilangan kemampuan untuk mengontrol pertumbuhannya dan sel-sel diluar suatu
massa jaringan disebut Tumor.

Sirkulasi darah otak

Otak menerima 17 % curah jantung dan menggunakan 20 % konsumsi


oksigen total tubuh manusia untuk metabolisme aerobiknya. Otak diperdarahi oleh
dua pasang arteri yaitu arteri karotis interna dan arteri vertebralis. Dan
dalam rongga kranium, keempat arteri ini saling berhubungan dan
membentuk system anastomosis, yaitu sirkulus wilisi. Arteri karotis interna dan
eksterna bercabang dari arteri karotis komunis kira kira setinggi rawan
tiroidea. Arteri karotis interna masuk ke dalam tengkorak dan bercabang
kira-kira setinggi kisma optikum, menjadi arteri serebri anterior dan media.
Arteri serebri anterior memberi suplai darah pada struktur -struktur
seperti nukleus kaudattus dan putamen basa l ganglia, kapsula interna,
korpus kolosum dan bagian-bagian (terutama medial) lobus frontalis dan parietalis
serebri, termasuk kortes somestetik dan korteks motorik. Arteri serebri

13
media mensuplai darah untuk lobus temporalis, parietalis, dan frontalis korteks
serebri. Arteria vertebralis kiri dan kanan berasal dari arteria subklavia
sisi yang sama. Arteri vertebralis memasuki tengkorak
melalui foramen magnum, setinggi perbatasan pons dan medula oblongata.
Kedua arteri ini bersatu membentuk basilaris, arteri basilaris terus berjalan
sampai setinggi otak tengah, dan disini bercabang menjadi dua
membentuk sepasang arteri serebri posterior. Cabang -cabang sistem
vertebrobasilaris ini memperdarahi medula oblongata, pons, serebelum,
otak tengah dan sebagian diensefalon. Arteri serebri posterior dan cabang-
cabangnya memperdarahi sebagian diensefalon, sebagian lobus oksipitalis dan
temporalis, aparatus koklearis dan organ-organ vestibular.

Sistim vena sentral terdiri atas: Aliran vena serebral eksternal atau
superficial dan aliran vena serebral atau profunda. Kedua sistim vena ini
mengalirkan darah ke dalam sinus venosus. Anastomose banyak terjadi antara dua
kelompok ini melalui anyaman pembuluh didalam substansi otak. Dari
sinusvenosus melalui vena emisries darah balik ini diteruskan ke vena ekstrakranial

Gambar 3: Lingkaran arteri pada dasar otak

14
Anatomi Nasofaring

Nasofaring merupakan lubang sempit yang terdapat pada belakang rongga


hidung. Bagian atap dan dinding belakang dibentuk oleh basis sphenoid, bassis
occiput, dan ruas pertama tulang belakang. Bagian depan berhubungan dengan
rongga hidung melalui koana. Orificium dari tuba eustachian berada pada dinding
samping dan pada bagian depan dan belakang terdapat ruangan berbentuk koma
yang disebut dengan torus tubarius. Bagian atas dan samping torus tubarius
merupakan reses dari nasofaring yang disebut dengan fossa rosenmuller.
Nasofaring berhubungan dengan orofaring pada bagian pallutum mole.

Gambar 4: Nasofaring

Anatomi Sinus Paranasal

Sinus paranasal merupakan salah satu organ tubuh manusia yang sulit
dideskripsikan karena bentuknya sangat bervariasi pada tiap individu. 4 pasang
sinus paranasal mulai dari yang terbesar yaitu sinus maksillaris, sinus frontalis,
sinus ethmoidalis dan sinus sphenoidalis kanan dan kiri. Sinus paranasal merupakan
hasil pneumatisasi tulang-tulang kepala, sehingga terbentuk rongga didalam tulang.
Semua sinus mempunyai muara (ostium) kedalam rongga hidung. Semua sinus
dilapisi oleh epitel saluran pernafasan bersilia yang mengalami modifikasi dan
mampu menghasilkan mucus serta secret yang disalurkan ke dalam rongga hidung.
Pada orang sehat, sinus terutamanya berisi udara. Pada sepertiga tengah dinding
lateral hidung yaitu di meatus media, ada muara-muara saluran dari sinus maksila,
sinus frontal, sinus ethmoidal anterior. Daerah ini rumit dan sempit, dan dinamakan
kompleks ostio-meatal (KOM), terdiri dari infundibulum etmoid yang terdapat

15
dibelakang prosessus uncinatus, resessus frontalis, bulla ethmoid, dan sel-sel
ethmoid anterior dengan ostiumnya dan ostium sinus maksila. Rongga sinus ini
terus berkembang sesuai dengan usia manusia.

Gambar 5: Sinus paranasal

2.3 Gambaran CT Scan Kepala Normal 6

Gambaran Sinus Paranasal

Axial Reconstruction

1. Os. Mandibula
2. Margo Supra
orbitalis orbita
dekstra
3. Sinus Frontalis
4. Sinus Maksillaris
5. Processus
Odontoideus

16
Coronal Reconstruction

1. Fissura Orbitalis
Superior
2. Greater wing of
sphenoid
3. Lesser wing of
sphenoid
4. Sinus frontalis
5. Os petrous

Sagital Reconstruction

1. Hard palate
2. Sinus maksillaris
3. Orbita
4. Sinus frontalis
5. Sinus sphenoidalis
6. Fossa pituitari
7. Procesuss
clinoideus
posterior
8. Processus spinosus
(Atlas)
Gambar 6: sinus paranasal 9. Processus spinosus
(Axis)
Gambaran Kepala Axial reconstruction.

1. Sinus Maksillaris
dektra
2. Septum Nasal
3. Sinus Maksillaris
sinistra
4. Nasaofaring
5. Meatus acustikus
eksterna
6. Foramen Magnum
7. Cerebellum

17
1. Arkus
Zygomaticus
2. Septum Nasal
3. Sinus Maksillaris
dekstra
4. Meatus Acusticus
Externa
5. Medulla
6. Cerebellum

1. Globus
2. Sinus
Sphenoidalis
3. Os Temporalis
4. Sel Mastoid
5. Pons
6. Ventrikel 4
7. Hemisphere
cerebellar

1. Sel Ethmoidalis
2. Globus
3. Nervus Opticus
4. Vermis
5. Midbrain
6. Lobus Temporal

18
1. Nukelus Caudatus
2. Kapsula Interna
3. Nukleus Lenticular
4. Sinus Sagitalis
Inferior
5. Sinus Sagitalis
Superior
6. Falx Cerebri
7. Thalamus
8. Ventrikel lateral
9. Corpus Collosum

1. Girus Frontalis
Superior
2. Ventrikel lateralis
dekstra
3. Nucleus caudatus

Gambar 7: Kepala potongan axial

Coronal reconstruction

1. Lobus Frontalis
2. Muskulus rectus
lateralis
3. Turbinasi Nasalis
4. Sinus Maksillaris
dekstra

19
1. Lobus Frontalis
2. Arkus
Zygomatikum
3. Mandibulla
4. Turbinasi Nasalis
5. Arkus Alveolar
6. Sinus Maksillaris
dekstra

1. Lobus Frontalis
2. Lobus Temporalis
3. Arkus
Zygomaticum
4. Mandibulla
5. Arkus Alveolar
6. Sinus Sphenoidalis

1. Falx Cerebri
2. Lobus Frontalis
3. Corpus Collosum
4. Ventrikel Lateralis
5. Lobus Temporalis
6. Mandibulla
7. Sinus Sphenoidalis

20
1. Falx Cerebri
2. Girus Frontalis
Superior
3. Nukleus Caudatus
4. Ventikel 3
5. Arteri Basilaris
6. Lenticular Nucleus
7. Kapsula Interna
8. Ventrikel Lateralis

1. Girus Frontalis
Superior
2. Sinus Sagitallis
Superior
3. Ventrikel Lateralis
4. Ventikel 3
5. Girus
Temporooccipitalis

1. Falx Cerebri
2. Ventrikel Lateralis
3. Girus
Temporooccipitalis
4. Arteri Vertebralis
5. Sinus Mastoidalis
6. Trunkus Cerebral

21
1. Sinus Sagitallis
Superior
2. Falx Cerebri
3. Fleksus Khoroid
4. Ventrikel 4
5. Cerebellum
6. Tentorium
Cerebelli
7. Sinus Straight

Gambar 8: Kepala gambaran coronal

Sagittal reconstruction

1. Globus
2. Lobus Frontalis
3. Fissura Sylvian
4. Lobus Occipitalis
5. Tentorium
Cerebelli
6. Hemesphere
Cerebellum
7. Parahippokampus

1. Sinus Maksillaris
2. Globus
3. Lobus Frontalis
4. Ventrikel lateralis/
fleksus khoroidalis
5. Girus Temporo
Ocipitallis
6. Tentorium
Cerebelli
7. Hemesphere
Cerebellum

22
1. Sinus Sphenoidalis
2. Sinus Maksillaris
3. Nervus Opticus
4. Nukleus Caudatus
5. Ventrikel lateralis
6. Thallamus
7. Tentorium
Cerebelli
8. Hemesphere
Cerebellum

1. Body Plate
2. Fossa Nasalis
3. Sinus Spheoindalis
4. Sella Turcica
5. Ventrikel lateralis
6. Corpus Collosum
7. Vena Cerebral
Internalis
8. Sinus Sagitalis
Inferior
9. Sinus straight
10. Confluens Sinuum
11. Ventrikel 4
12. Hemesphere
Cerebellum
13. Pons

23
1. Orofaring
2. Turbinasi Nasal
3. Lobus Frontalis
4. Corpus Collosum
5. Ventrikel Lateralis
6. Trunkus Cerebellar
7. Lobus Occipital
9. Hemesphere
Cerebellum

Gambar 9: Kepala gambaran sagittal

2.4 Gambaran CT Scan Kepala Abnormal


Kelainan- kelainan jaringan otak pada CT Scan kepala terbagi atas:

1. Tumor otak

2. Kelainan serebrovaskular

3. Trauma kepala

4. Anomali

5. Penyakit-penyakit infeksi

6. Atrofi serebral atau penyakit-penyakit degenerative

Tumor-tumor supratentorium

Tumor supratentorium yang sering ditemukan adalah:

 Astrositoma
 Glioblastoma
 Oligodendroglioma

24
 Ependioma
 Meningioma
 Adenoma hipofisis
 Pinealoma
 Kraniofaringioma
 Metastasis

Tumor yang jarang ditemukan, seperti:

 Kista dermoid
 Kista epidermoid
 Lipoma
 Papilloma pleksus koroid
 Sarcoma

Tumor-tumor infratentorium:

 Medulloblastoma
 Ependioma
 Astrositoma
 Neurinoma
 Meningioma

Klasifikasi tumor berdasarkan sel glia

Tumor pada sel Glial Tumor pada non glial Metastase


Astrositoma Meningioma Paru-paru
Oligodendroglioma Schwannoma Payudara
Pituitari Melanoma
Pineal Renal
limpoma Colon

25
1. Astrositoma adalah tumor sel glial yang memiliki tingkat keparahan yang
bervariasi. Paling sering ditemukan pada anak-anak dengan keganasan
rendah, namun jika terjadi pada orang dewasa dan lansia memiliki
keganasan yang lebih tinggi. Pada CT terdapat suatu area hipodens batas
tegas, edema ringan dan efek massa. Pada pemberian media kontras, tak
tampak enhancement atau hanya sedikit enhanchment

Gambar 10: Low grade astricytoma


2. Glioblastoma multiforme adalah tumor sel glial dimana derajat keganasan
glioblastoma multiforme sangat tinggi dibandingkan dengan tumor-tumor
otak primer. Pada CT scan tampak gambaran densitas campuran disertai
edema dan efek massa yang luas. Pada pemberian media kontras tampak
enhancement berbentuk cincin dengan area hipodens di sentral. Derajat
enhanchment nya tinggi, tapi cincin ireguler dan dinding tidak uniform

Gambar 11: Glioblastoma multiforme dengan kalsifikasi


3. Oligodendroglioma: Tumor otak yang biasanya terjadi pada otak besar
bagian frontalis dan temporalis dan parietalis otak, yang mengganggu
pembentukan selaput myelin yang berfungsi menghantarkan impuls pada

26
sel saraf. Sebagian besar ditemukan pada usia dewasa. Memiliki asosiasi
dengan kelainan kromosom. Pada CT scan terdapat kalsifikasi pada lesi dan
pada plain CT tampak area hiperdens oleh kalsifikasi dikelilingi area
hipodens. Kebanyakn tidak enhancement pada pemberian media kontras,
tapi beberapa kasus memberikan enhancement

Gambar 12: Oligodendroglioma dengan kalsifikasi


4. Meningioma, insidens meningioma lebih tinggi dibanding dengan tumor
serebri lainnya pada orang dewasa dan berjenis kelamin perempuan. Tumor
ini menyerang jaringan selaput otak pada otak kecildan otak besar dengan
tingkat keganasan yang dapat meningkat. Jika sudah berkembang menjadi
ganas pada grade ke III maka dapat menyebab dengan cepat dan akan lebih
sulit penatalaksanaanya. Pada plain CT tampak area hiperdens homogen
berbatas tegas, tepi smooth melekat pada dura, kadang-kadang disertai
kalsifikasi dan destruksi tulang. Pada pemberian media kontras tampak
enhancment yang homogen (keniakan +- 20 H.U.) disekitar tumor terdapat
area hipodens (edema)

Gambar 13: Meningioma dengan kalsifikasi


5. Adenoma Hipofisis, adenoma hipofisis terdiri atas adenoma kromofob
(terbanyak), adenoma eosinofilik, adenoma basofilik. Pada plain CT tampak
area sedikit hiperdens atau isodens, berbatas tegas didaerah sella. Kadang-

27
kadang ada bentuk kista adenoma dengan gambaran hipodens. Didaerah
sisterna sprasellar tampak area filling defect terisis tumor tersebut. Jika
tumor cukup besar akan timbul destruksi tulang-tulang sella tursika. Dengan
pemberian media kontras tampak enhanchment yang jelas

Gambar 14: pituitary adenoma, terdapat lesi hiperdens di daerah hipofisis

6. Pinealoma, tumor ini sesungguhnya tidak berasal dari parenkim glandula


pinealis, tapi merupakan bentuk anomali teratoma atipikal. Tumor yang
berasal dari glandula pinealis adalah pineoblastoma dan pineositoma. Jenis
tumor ini bermula pada kelenjar pineal yang berdekatan dengan pusat otak
dengan tingkat keganasan bervariasi. Tumor yang ganas berpotensi
menyebar ke tulang belakang dan mengganggu sekresi hormone melatonin
yang mengatur siklus terjaga dan tertidur.
Pada plain CT scan tampak area sedikit hiperdens di bagian posterior
ventrikel III, tepi berbenjol-benjol. Bagian posterior ventrikel III mengalami
obstruksi dan ventrikel lateralis mengalami dilatasi. Pada pemberian media
kontras tampak enhancement yang homogen

28
Gambar 15: Tumor pada pineal body
7. Kraniofaringioma, berasal dari Rathke’s pouch (sisa dari ductus
kraniofaringikus) dan merupakan tumor kongenital. Terjadi pada area otak
yang berdekatan dengan mata atau sekitar bagian bawah otak yang
berdekatan dengan kelenjar pituitar. Kebanyakan tumor ini mengalami
kalsifikasi di daerah suprasellar dan disertai kista. Pada pemberian media
kontras tampak enhancement di daerah parenkim tumor dan dinding kista.
Jika tumor ini cukup besar dan berkembang keatas, bisa menimbulkan
oklusi ventrikel III, foramen Monro dan terjadi dilatasi ventrikel lateralis

Gambar 16: Kraniofaringioma dengan kalsifikasi


8. Metastasis, metastasis ini bisa terjadi soliter atau multiple. Tumor tersebut
berasal dari kanker primer yang berasal dari bagian tubuh lainnya, terutama
paru, payudara, kolon, ginjal, ataupun kulit. Pada plain CT tampak beberapa
area agak hiperdens dengan edema (hipodens) di sekelilingnya. Pada
pemberian media kontras tampak enhancement berbentuk nodul atau ring
like (metastasis besar).

29
Gambar 17: gambaran metastasis
9. Kista epidemoid, tumor ini jarang ditemukan, biasanya berlokalisasi di
sudut serebelopontin, fossa serebri media, parasellar dan ventrikel. Pada
plain CT tampak area hipodens, batas tegas dengan nilai absorbs biasanya
sedikit lebih tinggi dari likuor. Kapsul kistanya kadang-kadang mengalami
kalsifikasi. Media kontras tak tampak enhancement.

Tumor-tumor infratentorium

1. Meduloblastoma merupakan tumor otak yang sering ditemui pada anak-


anak didaerah posterior velum medularis dan ventrikel IV. Pada plain CT
tampak area hiperdens atau isodens di daerah fossa posterior bagian medial,
bentuk noduler, batas agak tegas, sedikit berbenjol. Hidrosefalus internus
selalu ditemukan. Pada pemberian media kontras tampak enhancement yang
homogen.

(a) (b)

Gambar 18: (a) Medulloblastoma tanpa kontras menunjukan peningkatan


densitas di midline pada fossa posterior (b) Medulloblastoma dengan kontras
terdapat enhancement yang homogen dan difus

30
2. Ependyoma, ependyoma berasal dari sel-sel ependim dinding ventrikel
yang mengandung cairan, sering berkalsifikasi. Ependioma dapat menyebar
ke bagian sistem saraf pusat lainnya melalui sirkulasi cairan otak. Pada plain
CT tampak area isodens, tepi regular dan sering disertai kalsifikasi, disertai
hidrosefalus obstruktif. Pada pemberian media kontras tampak
enhancement homogen atau noduler

Gambar 19: Ependyoma pada area prepontine dan telah masuk ke


foramen magnum
3. Neurinoma akustik, berasal dari sel Schwann dan nervus vestibularis di
meatus akustikus internus. Merupakan tumor jinak berkapsul yang terutama
didapat pada orang dewasa. Pada plain CT tampak area isodens atau
hiperdens di daerah sudut serebelopontin dengan edema perifocal ringan.
Ventrikel IV terdesak disertai hidrosefalus internus bila tumor cukup besar.
Meatus akustikus internus melebar. Pada pemberian media kontras tampak
enhancement yang homogen atau berbentuk cincin.

Gambar 20: Neurinoma akustik dengan kalsifikasi

31
Tumor-tumor pada sistem intraventrikularis
 Ependyoma
 Subependyoma
 Papilloma pleksus koroid
 Central neurocytoma
 Kista kolloid
 Meningioma
 Giant cell astrosytoma

Gambar 21: Giant cell astrosytoma di ventrikel III dengan kalsifikasi

Gambar 22: Tumor pada ventrikel IV


Tumor-tumor pada cerebello pontin angle
 Schwannoma
 Meningioma
 Epidermoid
 Arachnoid cyst
 Paraganglioma
 Metastasis

32
Gambar 23: Cystic schwanoma

Tumor-tumor pada daerah sella dan parasellar


 Pituitary adenoma
 Kraniofaringioma
 Meningioma
 Rathke’s cyst
 Chiasmatic glioma
 Dermoid
 Epidermoid
 Germinoma
 Schwannoma
 Metastasis

Gambar 24: Kraniofaringioma DD astrocytoma DD meningioma

33
Tumor-tumor pada dasar tengkorak
 Chordoma
 Chondrosarcoma
 Esthesioneuroblastoma
 Limfoma
 Metastasis
 Myeloma
 Paraganglioma
 Sinonasalis karsinoma

Gambar 25: Chordoma DD Metastasis DD Chondrosarkoma

Gambar 26: Paraganglioma

Tumor Sinus Paranasal


Tumor hidung dan sinus paranasal merupakan tumor yang jarang ditemukan dan
sampai saat ini diagnosis dan pengobatannya merupakan tantangan. Gejala dan

34
tandanya hampir sama dengan proses inflamasi daerah hidung dan sinus, sehingga
pasien biasanya datang sudah stadium lanjut. Keganasan ini merupakan tumor yang
sulit untuk di obati sehingga prognosisnya sering buruk. Keadaan ini disebabkan
lokasi anatomi hidung dan sinus paranasal yang berdekatan dengan struktur vital
seperti dasar tengkorak, otak, mata dan arteri karotis.

Gambar 27:Tumor sinus paranasal dekstra


Tumor nasofaring
Karsinoma nasofaring adalah jenis kanker yang tumbuh di rongga belakang hidung
dan belakang langit-langit rongga mulut. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor
etiologi seperti merokok, alkoholisme, genetic, polusi, asap pembakaran, konsumsi
makanan yang dibakar, makanan yang diawetkan dengan cara diasinkan, siasap
ataupun formalin dan adanya Epsteinbar virus (EBV) atau virus yang ditemukan
didaerah nasofaring yang berhubungan langsung dengan kanker nasofaring. Gejala
yang sering ditimbulkan yaitu gejala awal antara lain telinga berdenging, terasa
penuh dan kemampuan pendengaran yang menurun, hidung terasa tersumbat karena
pilek yang kronik hingga terdapat lendir yang bercampur dengan darah, dan gejala
lanjut yang dialami oleh pasien adalah sakit kepala kronik, mata juling atau
diplopia, nyeri wajah, wajah kebas, dan munculnya benjolan dileher yang semakin
lama semakin membesar namun tidak menimbulkan nyeri. Setiap tumor dileher

35
yang letaknya di bawah mastoid dan dibelakang angulus mandibula kemungkinan
adalah karsinoma nasofaring.

Gambar 28: Tumor nasofaring dengan keluhan nyeri kepala kronik

Tumor-tumor intrakranial
Tumor-tumor di daerah frontal anterior, jika cukup besar akan mendesak
arteri serebri anterior melewati garis tengah (midline). Pada tumor-tumor puncak
kepala bagian depan, akan terjadi herniasi subfalksial, karena falk serebri yang kaku
sukar tergeser. Tumor-tumor daerah deep frontal, parietal, parietal posterior,
temporal posterior, oksipital memberikan gambaran distal shift. Vena serebri
interna bisa tergeser melewati garis tengah (midline). Vaskularisasi kea rah tumor
berbeda bergantung pada jenis tumor.
Pada tumor-tumor ganas seperti glioblastoma, tampak vaskularisasi
abnormal dan fase arteru dengan ciri khas adanya early filling vein pada fase
arterigram. Pada meningioma terlihat gambaran difus, berbatas tegas dan tumor
pada fase late artery dan jelas pada fase vena. Banyak tumor pada arteriogram
memberikan gambaran avascular (seperti astrositoma). Kebanyakan metastasis

36
avaskular dengan bagian perifernya banyak vaskularisasi abnormal, karena adanya
vascular necrotic center.
Beberapa herniasi yang timbul akibat tumor intracranial, sebagai berikut:
1. Herniasi subfalksial
2. Herniasi unkus
3. Herniasi tonsiler
Ditandai dengan turunnya cabang-cabang tonsiler (arteri tonsilo hemisfer)
dan arteri serebeli inferior posterior melalui foramen magnum.
4. Herniasi tentorium
Masuknya culmen dan declive monticular melalui insisura tentori kea rah
daerah supratentorium ditandai dengan arteri komunikans posterior dan
bagian proksimal arteri serebri posterior melengkung ke atas.

37
BAB III KESIMPULAN

Computerized tomography (CT) adalah suatu teknik tomografi sinar X dimana


pancaran sinar X melewati sebuah potongan aksial yang tipis dari berbagai tujuan
terhadap pasien. Sinar X adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis
dengan gelombang radio, panas, cahaya, dan sinar ultraviolet, tetapi dengan
panjang gelombang yang sangat pendek. Karena panjang gelombang yang sangat
pendek itu, maka sinar X dapat menembus benda-benda.

CT terhadap pemeriksaan kepala sangat bermanfaat. Dimana, pada CT dapat


diperoleh gambaran- gambaran yang tidak mungkin dengan rontgen biasa. Tumor
kepala merupakan salah satu tumor yang sangat sulit untuk dideteksi. Berbeda
dengan jenis tumor lainnya yang mudah diraba ketika mulai mendesak jaringan
disekitarnya. Sehingga pemeriksaan menggunakan CT sangat membantu dalam
penegakan diagnostik serta penanganan menjadi lebih cepat dan tepat.

38
DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas G, Budyatmoko B. 2005. Radiologi Diagnostik Edisi 2. Bab 3;


Perkembangan Mutakhir Pencitraan Diagnostik (Diagnostic Imaging).
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
2. Kartoleksono S. 2005. Radiologi Diagnostik Edisi 2. Bab 19; Tomografi
Komputer. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
3. Prokop M. 2001 Spiral and Multislice Computed Tomography of the Body.,
Chapter 1; Principle of CT, Spiral CT, and Multislice CT. Germany:
Thieme.
4. Rachman M.D. 2005. Radiologi Diagnostik Edisi 2. Bab 4; Segi-Segi Fisika
Radiologi dan Radiografi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
5. Snell RS. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. alih bahasa,
Liliana Sugiharto ; Editor Bahasa Indonesia, Huriawati Hartanto. Ed 6.
Jakarta : EGC
6. http://w-radiology.com/abdominal_ct.php
7. Weed, MC, Longmuir RA, Thurtell MJ. 3013. Pituitary Adenoma causing
Compression of the Optic Chiasma. Ophthalmology and Visual Sciences.
University of IOWA Health Care
https://webeye.ophth.uiowa.edu/eyeforum/cases/177-pituitary-
adenoma.htm
8. Wegener OH. 1992. Whole Body Computed Tomography. Ed 2. Wiley
Blackwell Publisher
9. Fertikh D, 2015. Medulloblastoma imaging. Medscape/ Radiology.
https://emedicine.medscape.com/article/341527-overview
10. https://sardjito.co.id/2019/07/17/jangan-anggap-remeh-kanker-nasofaring/
11. Wu Xue Z, Xiang L, Rong JF, He HL, Li. 2016. Nasopharyngeal carcinoma
with headaches as the main symptom: A potential diagnostic pitfall.
Department of Oncology, Affiliated Hospital of Luzhou Medical College,
Luzhou, Sichuan, China. Journal of Cancer Research and Therapeutics. Vol
12 Hal: 209-214 http://www.cancerjournal.net/article.asp?issn=0973-
1482;year=2016;volume=12;issue=1;spage=209;epage=214;aulast=Wu
12. Carrau RL, Myers EN. Neoplasms of the Nose and Paranasal Sinuses In:
Bayley BJ, Calhoun KH, eds. Head and Neck Surgery-Otolaryngology,
3thed. Vol.2. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins: 2001.0. 1247-65
13. Armiyanto. Keganasan Hidung dan Sinus Paranasal. In: THT FKUI.
Penanganan Muthakhir Kasis Telinga Hidung Tenggorok. Jakarta: THT
FKUI: 2003.p. 60-78

39

Anda mungkin juga menyukai