Disusun oleh:
1102015218
Pembimbing:
DAFTAR ISI...........................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................3
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................39
2
BAB I
PENDAHULUAN
Sejak 1972 telah diperkenalkan suatu alat canggih yaitu alat tomogram yang
dikendalikan dengan komputer, yang dikenal sebagai Computerised tomography
(CT). Di Indonesia, CT mulai dipakai pada tahun 1983 di rumah sakit pusat Dr.
Cipto Mangunkusumo dan rumah sakit lainnya.1 Sekarang computerised
tomography (CT) telah diterima sebagai alat diagnostik yang berharga dimana-
mana.
Pemeriksaan CT pada saat ini sudah merupakan kebutuhan rutin, karena hasilnya
lebih baik, dan diagnostik penyakit lebih mudah ditegakkan sehingga penanganan
pasien menjadi lebih cepat dan lebih tepat.1 Tetapi tidak berarti penyuntikan kontras
tidak diperlukan lagi. Bahkan dapat sangat membantu, terutama dalam hal adanya
tumor atau abses otak. Pemberian kontras pada umumnya adalah untuk melihat
apakah ada jaringan yang menyerap kontras banyak, sedikit, ataukah tidak sama
sekali dibandingkan dengan jaringan sehat sekitarnya. Hal ini disebut penyangatan
atau dalam bahasa asing enhancement.2
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Definisi CT
2.1.2. Prinsip CT
4
menyinari pasien dan masing-masing detektor menangkap sisa-sisa sinar X 3 yang
telah menembus pasien, sebagaimana tugas film biasa. Semua data secepat kilat
dikirim ke komputer yang mengolahnya (mengerjakan kalkulasi) secepat kilat pula.
Hasil pengolahan muncul dalam layar TV yang bekerja sebagai monitor. Hasilnya
2
merupakan penampang bagian tubuh yang diputari itu dan disebut scan.
Pemotretan awal atau permulaan dilakukan dengan tabung yang dibiarkan diam,
sedangkan pasien dengan mejanya yang tidak digerakkan. Hasilnya adalah sama
2
dengan foto Röntgen biasa, dan disebut sebagai topogram atau skanogram.
5
otak, dan penyengatan patologis dapat sangat membantu dalam pemeriksaan sken-
2
sken.
Otak terbentuk dari dua jenis sel yaitu glia dan neuron. Glia berfungsi untuk
menunjang dan melindungi neuron, sedangkan neuron membawa informasi dalam
bentuk pulsa listrik yang dikenal sebagai potensi aksi. Mereka berkomunikaasi
dengan neuron yang lain dan keseluruh tubuh dengan mengirimkan berbagai
macam bahan kimia yang disebut neurotransmitter. Neurotransmitter ini dikirimkan
pada celah yang dikenal sebagai sinapsis.
Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang. Otak atau
encephalon adalah sentral supervisori dari sistem syaraf/pusat supervisori dari
system syaraf sentral vertebrata, yang terletak pada kepala.8 Otak dapat dibagi ke
dalam otak besar (cerebrum), batang otak(brainstem), dan otak kecil (cerebellum):2
6
Gambar 1 : Bagian-bagian dari otak
7
Lobus Temporal berada di bagian bawah berhubungan dengan kemampuan
pendengaran, pemaknaan informasi dan bahasa dalam bentuk suara dan terlibat
dalam memori,ucapan, dan indra penciuman.
Lobus Occipital ada di bagian paling belakang, berhubungan dengan
rangsangan visual yang memungkinkan manusia mampu melakukan interpretasi
terhadap objek yang ditangkap oleh retina mata.
Selain dibagi menjadi 4 lobus, cerebrum (otak besar) juga Terdiri atas bagian
kiri dan kanan yang disebut hemispherium Cerebri. Kedua bagian itu terhubung
oleh kabel-kabel saraf di bagian bawahnya. Secara umum, belahan otak kanan
mengontrol sisi kiri tubuh, dan belahan otak kiri mengontrol sisi kanan tubuh.
Otak kanan terlibat dalam kreativitas dan kemampuan artistik. Sedangkan otak kiri
untuk logika dan berpikir rasional.
8
Daerah pendengaran (auditori) terletak pada lobus temporal. Di daerah ini,
kesan atau suara diterima dan di interpretasikan.
Daerah penglihatan (visual) terletak pada ujung lobus oksipital yang
menerima bayangan dan selanjutnya bayangan itu ditafsirkan. Adapun pusat
pengecapan dan pembau terletak di lobus temporal bagian ujung anterior.
4. Diensefalon
Diensefalon (diencephalon, interbrain) adalah bagian otak yang terdiri dari:
Mid-dienchepalic territory
Pretalamus/ ventral thalamus/ subtalamus, terletak dibawah kelenjar
hipotalamus. Nuclei berupa zona incerta, thalamic reticular nucleus, dan
dields of Forel. Pretalamus terpola sinyal SHH dari ZLI dan setelah itu
membuat koneksi yang berbeda-beda ke stratiatum dalam otak depan, ke
thalamus dalam otak kecil, dan ke red nucleus dan substansia nigra dalam
otak tengah. Pretalamus ditengarai mempunyai andil dalam pengendalian
pola konsumsi termasuk defekasi dan kopulasi.
Zona limitan intertalamika (ZLI) yang berfungsi sebagai pusat sinyal
layaknya cerebrum dan sebagai pembatas antara thalamus dan pretalamus.
Thalamus/ dorsal thalamus yang berfungsi antara lain menghubungankan
komunikasi antar belahan otak besar. Hipotalamus merupakan pusat
pengendalian waktu biologis, suhu tubuh dan sekresi hormone dan fungsi
biologis lagin. Hipotalamus terletak didasar otak depan.
5. Otak tengah
Otak tengah (mesencephalon) adalah bagian otak yang mempunyai struktur:
rectum, terdiri dari 2 pasanga colliculi yang disebut corpora quadrigemina,
inferior colliculi, terlibat pada proses pendengaran. Sinyal yang diterima
dari berbagai nucleus batang otak diproyeksikan menuju bagian dari
thalamus yang disebut medial geniculate nucleus untuk diteruskan menuju
korteks pendengeran primer. Superior colliculi, bereperan sebagau awal
proses visual dan pengendalian.
9
6. Otak belakang
Otak belakang myelencephalon, metencephalon, rhamboenchepalon)
meliputi jembatan Varol (pons, pons varolli), medulla oblongata, dan otak
kecil. Ketiga bagian ini membentuk bagian batang otak (brainstem).
Jembatan Varol berisi serabut saraf yang menghubungkan lobus kiri dan
kanan dan otak kecil, serta menghubungkan otak kecil dengan korteks otak
besar.
7. Otak kecil (Cerebellum)
Terletak dibawah Cerebrum dan dibelakang otak. Cerebellum mengontrol
banyak fungsi otomatis otak, diantaranya: mengatur sikap atau posisi tubuh,
mengkontrol keseimbangan, koordinasi otot dan gerakan tubuh. Otak Kecil juga
menyimpan dan melaksanakan serangkaian gerakan otomatis yang dipelajari
seperti gerakan mengendarai mobil, gerakan tangan saat menulis, gerakan
mengunci pintu dan sebagainya.
Jika terjadi cedera pada otak kecil, dapat mengakibatkan gangguan pada
sikap dan koordinasi gerak otot. Gerakan menjadi tidak terkoordinasi, misalnya
orang tersebut tidak mampu memasukkan makanan ke dalam mulutnya atau tidak
mampu mengancingkan baju.9
8. Batang otak (brainstem)
Batang otak (brainstem) berada di dalam tulang tengkorak atau rongga
kepala bagian dasar dan memanjang sampai ke tulang punggung atau sumsum
tulang belakang. Bagian otak ini mengatur fungsi dasar manusia termasuk
pernapasan, denyut jantung, mengatur suhu tubuh, mengatur proses pencernaan,
dan merupakan sumber insting dasar manusia yaitu fight or flight (lawan atau lari)
saat datangnya bahaya.
Batang otak dijumpai juga pada hewan seperti kadal dan buaya. Oleh karena
itu, batang otak sering juga disebut dengan otak reptil. Otak reptil mengatur
“perasaan teritorial” sebagai insting primitif. Contohnya anda akan merasa tidak
nyaman atau terancam ketika orang yang tidak Anda kenal terlalu dekat dengan
anda.
Batang Otak terdiri dari tiga bagian, yaitu:
10
Mesencephalon atau Otak Tengah (disebut juga Mid Brain) adalah bagian
teratas dari batang otak yang menghubungkan Otak Besar dan Otak Kecil. Otak
tengah berfungsi dalam hal mengontrol respon penglihatan, gerakan mata,
pembesaran pupil mata, mengatur gerakan tubuh dan pendengaran.
Medulla oblongata adalah titik awal saraf tulang belakang dari sebelah kiri
badan menuju bagian kanan badan, begitu juga sebaliknya. Medulla mengontrol
funsi otomatis otak, seperti detak jantung, sirkulasi darah, pernafasan, dan
pencernaan.
Pons merupakan stasiun pemancar yang mengirimkan data ke pusat otak
bersama dengan formasi reticular. Pons yang menentukan apakah kita terjaga atau
tertidur.
Sel Glia
Sel glia, atau neoroglia (hanya berada pada susunan saraf pusat) berfungsi
untuk menyangga dan dukungan metabolik terhadap neuron. Ada 2 macam sel glia;
makroglia dan mikroglia. Mikroglia berfungsi sebagai sel fagosit yang
sangat besar jika terjadi infeksi atau kerusakan pada susunan saraf, sedangkan
makroglia berfungsi sebagai penyangga dan fungsi nutritif. Mikroglia ada 4
macam, yaitu Oligodendroglia, sel schwann, sel astrosit, dan sel ependyma.
Bersama-sama mereka dipandang sebagai suatu sistem yang dinamik bermakna
11
fungsional dalam pertukaran metabolik antara neuron sistem saraf pusat
lingkungannya.
Terdapat tiga jenis sel glia, mikroglia, oligodendroglia, dan astrosit.
Mikroglia secara embriologis berasal dari lapisan mesodermal sehingga pada
umumnya tidak diklasifikasikan sebagi sel glia sejati. Mikroglia memasuki SSP
melalui sistem pembuluh darah dan berfungsi sebagai fagosit, membersihkan debris
dan melawan infeksi.
Astrosit
Astrosit merupakan neuroglia terbesar, berbentuk bintang, berinti besar,
bulat atau lonjong, sitoplasmanya mengandung banyak ribosom dan nukleoli
tidak jelas. Astrosit protoplasma terutama terdapat dalam substantia grissea otak
dan medulla spinalis, sedangkan astrosit fibrosa terutama dalam substantia alba.
Kerana banyaknya proses-proses sitoplasma yang luar, astrosit penting sebagai
struktur penyokong dan structural dalam SSP. Fungsi astrosit masih diteliti, bukti-
bukti memperlihatkan sel-sel ini mungkin berperan dalam menghantar impuls dan
transmisi sinaptik dari neuron dan bertndak sebagai saluran penghubung antara
pembuluh darah dan neuron.
Oligodendrosit
Disebut juga oligodendroglia, lebih kecil dari astrosit dengan cabang-
cabang yang lebih pendek dan jumlahnya lebih sedikit. Intinya kecil, lonjong,
sitoplasma lebih padat dengan ribosom bebas dan terikat dalam jumlah besar.
Oligodendrosit terutama terdapat dalam 2 lokasi, di dalam subtansia grissea dan di
antara berkas-berkas akson di dalam substantia alba. Lainnya terletak dalam
posisi perivascular sekitar pembuluh darah. Oligodendroglia dan astrosit
merupakan neuroglia sejati dan berasal dari lapisan embrional ektodermal (sama
seperti neuron). Oligodendroglia berperan dalam pembentukan myelin.
Sel Ependim
Sel ependim berasal dari lapisan dalam tabung neuralis dan
mempertahankan susunan epitel mereka. Sel ependim melapisi rongga otak dan
medulla spinalis dan terendam dalam cairan serebrospinal mengisi rongga-rongga
ini. Meskipun ujung apical sel ependim melapisi rongga tersebut, namun dasarnya
12
tidak seragam dan terdiri dari processus panjang yang meluas dari pusat otak ke
jaringan penyambung perifer, akibatnya procesus sel ependim berjalan diantara
unsur saraf dan merupakan matriks penyokong yang mirip dengan sel glia lainnya.
Sel Schwann
Sel schwann membungkus semua serat saraf dari susunan saraf perifer, dan
meluas sampai perlekatannya masuk atau keluar dari perlekatannya di medulla
spinalis dan batang otak sampai ke ujungnya. Sel schwann memperlihatkan
inti yang heterochromatik, biasanya gepeng, dan terdapar di tengah sel dengan
banyak mitokondria, mikrotubul, dan mikrofilamen.
Otak dilindungi oleh tulang tengkorak dan ditutupi oleh 3 membran yang
disebut meningen. Otak juga dilindungi oleh cairan serebrospinal, yang diproduksi
oleh pleksus khoroideus, yang masuk ke dalam 4 ventrikel dan rongga antara
meningen. Cairan serebrospinal membawa nutrient dari darah ke otak dan
membawa kembali zat-zat yang tidak diperlukan lagi dari otak ke darah. Otak terdiri
dari beberapa tipe sel, setiap tipe mempunyai fungsinya masing-masing. Ketika sel
kehilangan kemampuan untuk mengontrol pertumbuhannya dan sel-sel diluar suatu
massa jaringan disebut Tumor.
13
media mensuplai darah untuk lobus temporalis, parietalis, dan frontalis korteks
serebri. Arteria vertebralis kiri dan kanan berasal dari arteria subklavia
sisi yang sama. Arteri vertebralis memasuki tengkorak
melalui foramen magnum, setinggi perbatasan pons dan medula oblongata.
Kedua arteri ini bersatu membentuk basilaris, arteri basilaris terus berjalan
sampai setinggi otak tengah, dan disini bercabang menjadi dua
membentuk sepasang arteri serebri posterior. Cabang -cabang sistem
vertebrobasilaris ini memperdarahi medula oblongata, pons, serebelum,
otak tengah dan sebagian diensefalon. Arteri serebri posterior dan cabang-
cabangnya memperdarahi sebagian diensefalon, sebagian lobus oksipitalis dan
temporalis, aparatus koklearis dan organ-organ vestibular.
Sistim vena sentral terdiri atas: Aliran vena serebral eksternal atau
superficial dan aliran vena serebral atau profunda. Kedua sistim vena ini
mengalirkan darah ke dalam sinus venosus. Anastomose banyak terjadi antara dua
kelompok ini melalui anyaman pembuluh didalam substansi otak. Dari
sinusvenosus melalui vena emisries darah balik ini diteruskan ke vena ekstrakranial
14
Anatomi Nasofaring
Gambar 4: Nasofaring
Sinus paranasal merupakan salah satu organ tubuh manusia yang sulit
dideskripsikan karena bentuknya sangat bervariasi pada tiap individu. 4 pasang
sinus paranasal mulai dari yang terbesar yaitu sinus maksillaris, sinus frontalis,
sinus ethmoidalis dan sinus sphenoidalis kanan dan kiri. Sinus paranasal merupakan
hasil pneumatisasi tulang-tulang kepala, sehingga terbentuk rongga didalam tulang.
Semua sinus mempunyai muara (ostium) kedalam rongga hidung. Semua sinus
dilapisi oleh epitel saluran pernafasan bersilia yang mengalami modifikasi dan
mampu menghasilkan mucus serta secret yang disalurkan ke dalam rongga hidung.
Pada orang sehat, sinus terutamanya berisi udara. Pada sepertiga tengah dinding
lateral hidung yaitu di meatus media, ada muara-muara saluran dari sinus maksila,
sinus frontal, sinus ethmoidal anterior. Daerah ini rumit dan sempit, dan dinamakan
kompleks ostio-meatal (KOM), terdiri dari infundibulum etmoid yang terdapat
15
dibelakang prosessus uncinatus, resessus frontalis, bulla ethmoid, dan sel-sel
ethmoid anterior dengan ostiumnya dan ostium sinus maksila. Rongga sinus ini
terus berkembang sesuai dengan usia manusia.
Axial Reconstruction
1. Os. Mandibula
2. Margo Supra
orbitalis orbita
dekstra
3. Sinus Frontalis
4. Sinus Maksillaris
5. Processus
Odontoideus
16
Coronal Reconstruction
1. Fissura Orbitalis
Superior
2. Greater wing of
sphenoid
3. Lesser wing of
sphenoid
4. Sinus frontalis
5. Os petrous
Sagital Reconstruction
1. Hard palate
2. Sinus maksillaris
3. Orbita
4. Sinus frontalis
5. Sinus sphenoidalis
6. Fossa pituitari
7. Procesuss
clinoideus
posterior
8. Processus spinosus
(Atlas)
Gambar 6: sinus paranasal 9. Processus spinosus
(Axis)
Gambaran Kepala Axial reconstruction.
1. Sinus Maksillaris
dektra
2. Septum Nasal
3. Sinus Maksillaris
sinistra
4. Nasaofaring
5. Meatus acustikus
eksterna
6. Foramen Magnum
7. Cerebellum
17
1. Arkus
Zygomaticus
2. Septum Nasal
3. Sinus Maksillaris
dekstra
4. Meatus Acusticus
Externa
5. Medulla
6. Cerebellum
1. Globus
2. Sinus
Sphenoidalis
3. Os Temporalis
4. Sel Mastoid
5. Pons
6. Ventrikel 4
7. Hemisphere
cerebellar
1. Sel Ethmoidalis
2. Globus
3. Nervus Opticus
4. Vermis
5. Midbrain
6. Lobus Temporal
18
1. Nukelus Caudatus
2. Kapsula Interna
3. Nukleus Lenticular
4. Sinus Sagitalis
Inferior
5. Sinus Sagitalis
Superior
6. Falx Cerebri
7. Thalamus
8. Ventrikel lateral
9. Corpus Collosum
1. Girus Frontalis
Superior
2. Ventrikel lateralis
dekstra
3. Nucleus caudatus
Coronal reconstruction
1. Lobus Frontalis
2. Muskulus rectus
lateralis
3. Turbinasi Nasalis
4. Sinus Maksillaris
dekstra
19
1. Lobus Frontalis
2. Arkus
Zygomatikum
3. Mandibulla
4. Turbinasi Nasalis
5. Arkus Alveolar
6. Sinus Maksillaris
dekstra
1. Lobus Frontalis
2. Lobus Temporalis
3. Arkus
Zygomaticum
4. Mandibulla
5. Arkus Alveolar
6. Sinus Sphenoidalis
1. Falx Cerebri
2. Lobus Frontalis
3. Corpus Collosum
4. Ventrikel Lateralis
5. Lobus Temporalis
6. Mandibulla
7. Sinus Sphenoidalis
20
1. Falx Cerebri
2. Girus Frontalis
Superior
3. Nukleus Caudatus
4. Ventikel 3
5. Arteri Basilaris
6. Lenticular Nucleus
7. Kapsula Interna
8. Ventrikel Lateralis
1. Girus Frontalis
Superior
2. Sinus Sagitallis
Superior
3. Ventrikel Lateralis
4. Ventikel 3
5. Girus
Temporooccipitalis
1. Falx Cerebri
2. Ventrikel Lateralis
3. Girus
Temporooccipitalis
4. Arteri Vertebralis
5. Sinus Mastoidalis
6. Trunkus Cerebral
21
1. Sinus Sagitallis
Superior
2. Falx Cerebri
3. Fleksus Khoroid
4. Ventrikel 4
5. Cerebellum
6. Tentorium
Cerebelli
7. Sinus Straight
Sagittal reconstruction
1. Globus
2. Lobus Frontalis
3. Fissura Sylvian
4. Lobus Occipitalis
5. Tentorium
Cerebelli
6. Hemesphere
Cerebellum
7. Parahippokampus
1. Sinus Maksillaris
2. Globus
3. Lobus Frontalis
4. Ventrikel lateralis/
fleksus khoroidalis
5. Girus Temporo
Ocipitallis
6. Tentorium
Cerebelli
7. Hemesphere
Cerebellum
22
1. Sinus Sphenoidalis
2. Sinus Maksillaris
3. Nervus Opticus
4. Nukleus Caudatus
5. Ventrikel lateralis
6. Thallamus
7. Tentorium
Cerebelli
8. Hemesphere
Cerebellum
1. Body Plate
2. Fossa Nasalis
3. Sinus Spheoindalis
4. Sella Turcica
5. Ventrikel lateralis
6. Corpus Collosum
7. Vena Cerebral
Internalis
8. Sinus Sagitalis
Inferior
9. Sinus straight
10. Confluens Sinuum
11. Ventrikel 4
12. Hemesphere
Cerebellum
13. Pons
23
1. Orofaring
2. Turbinasi Nasal
3. Lobus Frontalis
4. Corpus Collosum
5. Ventrikel Lateralis
6. Trunkus Cerebellar
7. Lobus Occipital
9. Hemesphere
Cerebellum
1. Tumor otak
2. Kelainan serebrovaskular
3. Trauma kepala
4. Anomali
5. Penyakit-penyakit infeksi
Tumor-tumor supratentorium
Astrositoma
Glioblastoma
Oligodendroglioma
24
Ependioma
Meningioma
Adenoma hipofisis
Pinealoma
Kraniofaringioma
Metastasis
Kista dermoid
Kista epidermoid
Lipoma
Papilloma pleksus koroid
Sarcoma
Tumor-tumor infratentorium:
Medulloblastoma
Ependioma
Astrositoma
Neurinoma
Meningioma
25
1. Astrositoma adalah tumor sel glial yang memiliki tingkat keparahan yang
bervariasi. Paling sering ditemukan pada anak-anak dengan keganasan
rendah, namun jika terjadi pada orang dewasa dan lansia memiliki
keganasan yang lebih tinggi. Pada CT terdapat suatu area hipodens batas
tegas, edema ringan dan efek massa. Pada pemberian media kontras, tak
tampak enhancement atau hanya sedikit enhanchment
26
sel saraf. Sebagian besar ditemukan pada usia dewasa. Memiliki asosiasi
dengan kelainan kromosom. Pada CT scan terdapat kalsifikasi pada lesi dan
pada plain CT tampak area hiperdens oleh kalsifikasi dikelilingi area
hipodens. Kebanyakn tidak enhancement pada pemberian media kontras,
tapi beberapa kasus memberikan enhancement
27
kadang ada bentuk kista adenoma dengan gambaran hipodens. Didaerah
sisterna sprasellar tampak area filling defect terisis tumor tersebut. Jika
tumor cukup besar akan timbul destruksi tulang-tulang sella tursika. Dengan
pemberian media kontras tampak enhanchment yang jelas
28
Gambar 15: Tumor pada pineal body
7. Kraniofaringioma, berasal dari Rathke’s pouch (sisa dari ductus
kraniofaringikus) dan merupakan tumor kongenital. Terjadi pada area otak
yang berdekatan dengan mata atau sekitar bagian bawah otak yang
berdekatan dengan kelenjar pituitar. Kebanyakan tumor ini mengalami
kalsifikasi di daerah suprasellar dan disertai kista. Pada pemberian media
kontras tampak enhancement di daerah parenkim tumor dan dinding kista.
Jika tumor ini cukup besar dan berkembang keatas, bisa menimbulkan
oklusi ventrikel III, foramen Monro dan terjadi dilatasi ventrikel lateralis
29
Gambar 17: gambaran metastasis
9. Kista epidemoid, tumor ini jarang ditemukan, biasanya berlokalisasi di
sudut serebelopontin, fossa serebri media, parasellar dan ventrikel. Pada
plain CT tampak area hipodens, batas tegas dengan nilai absorbs biasanya
sedikit lebih tinggi dari likuor. Kapsul kistanya kadang-kadang mengalami
kalsifikasi. Media kontras tak tampak enhancement.
Tumor-tumor infratentorium
(a) (b)
30
2. Ependyoma, ependyoma berasal dari sel-sel ependim dinding ventrikel
yang mengandung cairan, sering berkalsifikasi. Ependioma dapat menyebar
ke bagian sistem saraf pusat lainnya melalui sirkulasi cairan otak. Pada plain
CT tampak area isodens, tepi regular dan sering disertai kalsifikasi, disertai
hidrosefalus obstruktif. Pada pemberian media kontras tampak
enhancement homogen atau noduler
31
Tumor-tumor pada sistem intraventrikularis
Ependyoma
Subependyoma
Papilloma pleksus koroid
Central neurocytoma
Kista kolloid
Meningioma
Giant cell astrosytoma
32
Gambar 23: Cystic schwanoma
33
Tumor-tumor pada dasar tengkorak
Chordoma
Chondrosarcoma
Esthesioneuroblastoma
Limfoma
Metastasis
Myeloma
Paraganglioma
Sinonasalis karsinoma
34
tandanya hampir sama dengan proses inflamasi daerah hidung dan sinus, sehingga
pasien biasanya datang sudah stadium lanjut. Keganasan ini merupakan tumor yang
sulit untuk di obati sehingga prognosisnya sering buruk. Keadaan ini disebabkan
lokasi anatomi hidung dan sinus paranasal yang berdekatan dengan struktur vital
seperti dasar tengkorak, otak, mata dan arteri karotis.
35
yang letaknya di bawah mastoid dan dibelakang angulus mandibula kemungkinan
adalah karsinoma nasofaring.
Tumor-tumor intrakranial
Tumor-tumor di daerah frontal anterior, jika cukup besar akan mendesak
arteri serebri anterior melewati garis tengah (midline). Pada tumor-tumor puncak
kepala bagian depan, akan terjadi herniasi subfalksial, karena falk serebri yang kaku
sukar tergeser. Tumor-tumor daerah deep frontal, parietal, parietal posterior,
temporal posterior, oksipital memberikan gambaran distal shift. Vena serebri
interna bisa tergeser melewati garis tengah (midline). Vaskularisasi kea rah tumor
berbeda bergantung pada jenis tumor.
Pada tumor-tumor ganas seperti glioblastoma, tampak vaskularisasi
abnormal dan fase arteru dengan ciri khas adanya early filling vein pada fase
arterigram. Pada meningioma terlihat gambaran difus, berbatas tegas dan tumor
pada fase late artery dan jelas pada fase vena. Banyak tumor pada arteriogram
memberikan gambaran avascular (seperti astrositoma). Kebanyakan metastasis
36
avaskular dengan bagian perifernya banyak vaskularisasi abnormal, karena adanya
vascular necrotic center.
Beberapa herniasi yang timbul akibat tumor intracranial, sebagai berikut:
1. Herniasi subfalksial
2. Herniasi unkus
3. Herniasi tonsiler
Ditandai dengan turunnya cabang-cabang tonsiler (arteri tonsilo hemisfer)
dan arteri serebeli inferior posterior melalui foramen magnum.
4. Herniasi tentorium
Masuknya culmen dan declive monticular melalui insisura tentori kea rah
daerah supratentorium ditandai dengan arteri komunikans posterior dan
bagian proksimal arteri serebri posterior melengkung ke atas.
37
BAB III KESIMPULAN
38
DAFTAR PUSTAKA
39