Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN

CT SCAN (Computer Tomografi Scanning)

Nama Anggota :

Indana Zoelfa 201910490311062


Anisa Husnia 201910490311066
Azzahra Anindya A.P 201910490311068
Giska Anlya 201910490311070
Vivi Andikasari 201910490311072
Nur Azizah Farah Bella 201910490311074
Anni Afifatus Shalihah 201910490311076
Lina Mustafidah E.P 201910490311078
Ayuni Iswara Putri 201910490311082
Andriani Tri Wahyuni
201810490311110

PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2022
A. Definisi
CT Scan ( Computer Tomografi Scanning ) yaitu suatu peralatan diagnostik yang
mempergunakan Sinar x dengan mempergunakan prinsip tomografi untuk
mendapatkan gambaran irisan melintang tubuh.
CT-Scan (Computer Tomography Scanning) merupakan suatu alat penunjang
diagnosis yang mempunyai aplikasi yang universal untuk pemeriksaan seluruh organ
tubuh. Pada CT-Scan tersebut memiliki prosedur pencitraan diagnostik yang
menggunakan kombinasi dari sinar-x dan teknologi komputer untuk menghasilkan
gambar penampang (yang sering disebut iris), baik horisontal maupun vertikal dari
tubuh. Generasi terbaru dari CT-Scan yaitu MSCT-Scan 64 slice (Multi Slice
Computed Tomography Scanning 64 slice) yang mampu menghasilkan gambar secara
detail dari bagian tubuh manusia seperti kepala, pembuluh darah, jantung, otak ,perut,
usus besar dan sebagainya.

B. Dasar Teori Pemeriksaan


Sinar-x adalah salah satu bentuk dari radiasi elektromagnetik dengan panjang
gelombang berkisar antara 10 sampai 0,01 nm dan energinya berkisar antara 120 eV
sampai 120 keV. Sinar-x umumnya digunakan dalam diagnosis gambar medis dan
kristalografi sinar-x
Sinar-x yang digunakan dalam penyinaran medis adalah sinar-x bremsstrahlung.
Sinar ini dapat dihasilkan melalui pesawat sinar-x atau pemercepat zarah yang terdiri
dari tiga bagian utama, yaitu tabung sinar-x, sumber tegangan tinggi dan unit
pengatur. Terjadi radiasi yang dikenal dengan “bremstrahlung” yaitu elektron yang
mendekati atom target (anoda) akan berinteraksi dengan inti atom bahan anoda, maka
elektron mengalami perlambatan akibat adanya gaya tarik elektrostatik antara elektron
dengan inti atom sehingga mengeluarkan radiasi dan bersifat kontinyu

C. Jenis-jenis Pemeriksaan
1. Jenis - jenis CT-Scan
CT scan dibagi menjadi 2 jenis yaitu :
- tanpa kontras : pemeriksaan CT scan tanpa menggunakan tambahan kontras.
Kurang dapat dibedakan dengan jaringan sekitarnya karena mempunyai
densitas yang sama
- dengan kontras : Media kontras mampu membedakan jaringan-jaringan pada
gambar foto polos yang tidak terlihat dalam radiografi biasa.
Media kontras merupakan suatu bahan yang dapat digunakan untuk pemeriksaan
radiologi guna membantu mencitrakan gambar suatu organ tubuh yang lebih baik.
media kontras atau zat kontras dapat diberikan secara diminum (oral) atau dengan
menyuntikkan ke pembuluh darah di lengan pasien.

2. Tipe area yang akan di CT Scan


a. CT Scan Tulang
b. CT Scan Kepala
CT scan kepala adalah pemeriksaan medis yang menggabungkan teknologi
sinar-X dengan sistem komputer untuk menghasilkan gambar berbagai
jaringan dan struktur di dalam kepala, seperti tengkorak, otak, sinus paranasal,
dan rongga mata. CT scan kepala berguna untuk membantu dokter dalam
mendiagnosis suatu kondisi yang terkait dengan cedera atau luka di kepala
sekaligus menentukan rencana pengobatan yang akan digunakan.
c. CT Scan Leher
CT (computed tomography) scan leher adalah prosedur medis yang
menggabungkan peralatan khusus sinar-X dengan pencitraan komputer untuk
membuat model visual cervical spine. Cervical spine adalah bagian tulang
belakang yang berada di leher.
d. CT Scan Tungkai dan Lengan
CT scan pada tungkai atau lengan digunakan untuk melihat kondisi tulang
dan sendi.
e. CT Scan Abdomen
CT scan abdomen adalah suatu pemeriksaan untuk melihat anatomi dan
patologi abdomen dimana hasil scanning berupa gambaran
penampangcrossectional (Nesseth, 2000).
f. CT Scan Dada
CT scan dada digunakan untuk melihat ada tidaknya infeksi pada organ
dalam dada, emboli paru, kanker paru, penyebaran kanker dari organ lain ke
daerah dada, atau masalah pada jantung, kerongkongan (esofagus), dan
pembuluh darah besar (aorta).
g. CT Scan Perut
CT scan pada perut digunakan untuk mendeteksi kista, abses, tumor,
perdarahan, aneurisma, atau benda asing di dalam perut, serta melihat ada
tidaknya pembesaran kelenjar getah bening, divertikulitis, dan radang usus
buntu.
h. CT Scan Panggul
CT scan panggul dapat digunakan untuk mendeteksi gangguan pada rahim,
indung telur, saluran tuba, atau kelenjar prostat.
i. CT Scan Saluran Kemih
Penerapan CT scan pada saluran kemih bermaksud untuk mendeteksi
penyempitan saluran kemih, batu ginjal, batu kandung kemih, dan tumor pada
ginjal atau kandung kemih.
j. CT Scan Tulang Belakang
CT scan pada tulang belakang dilakukan untuk melihat struktur dan celah
tulang belakang, serta memeriksa keadaan saraf tulang belakang.

D. Komponen Dasar CT Scan


Sebuah sistem CT-Scan terdiri dari beberapa komponen. Pada umumnya
terdiri dari:
• Unit pemindai, yang disebut dengan gantri. Didalamnya terdapat sumber sinar-X
dan unit detektor.
• Meja pasien
• Unit komputer pengolah gambar
• Konsol pengendali

Komponen Dasar CT Scan


Dalam CT Scan, dua komponen utama yaitu unit pembangkit sinar-X (atau
tabung), yang berfungsi sebagai sumber sinar-X, dan unit detektor, yang berfungsi
sebagai komponen pendeteksi sinar X, dikemas dalam unit yang berbentuk cincin
yang disebut dengan gantri. Dalam gantri, detektor diletakan pada posisi yang saling
berhadapan dengan sumber sinar-X. Meja pasien terletak pada bagian yang paling
tengah dari gantri.

Konfigurasi tabung sinar X dengan detektor di dalam gantri


Selama pemeriksaan CT scan dilakukan, gantri berputar mengelilingi pasien
dan merekam data proyeksinya. Sinar-X yang menembus tubuh pasien akan
mengalami perlemahan tergantung dari ketebalan dan jenis jaringan. Detektor sinar-X
akan menerima sinar-X yang telah mengalami perlemahan ini dan mengubahnya
menjadi cahaya tampak. Selanjutnya, dioda foto (photo diode) akan mengubah
cahanya ini menjadi sinyal elektronik (analog), yang kemudian diubah kedalam
bentuk sinyal digital oleh rangkaian elektronik detektor yang terintegrasi. Sinyal
digital ini kemudian ditransmisikan melalui serat optik kecepatan tinggi. Gambar
dengan tingkat resolusi yang tinggi kemudian dapat dihasilkan secara real time
dengan perhitungan komputer yang kompleks. Konsol yang terdiri dari papan ketik,
mouse, monitor, dan interkom merepresentasikan antarmuka yang dirancang untuk
banyak fungsi. Konsol ini adalah unit pengendali (control unit) untuk melakukan
seluruh prosedur pemeriksaan dan juga digunakan untuk mengevaluasi hasil
pemeriksaan. Selain itu, untuk meningkatkan alur kerja pemeriksaan CT scan agar
menjadi lebih efisien maka dapat ditambahkan konsol kedua yang berupa stasiun
kerja (workstation) yang dapat melakukan fungsi-fungsi yang sama pada saat yang
bersamaan pula.
Secara garis besar sebuah sistem CT Scan terdiri dari 3 komponen utama,
yaitu:
1. Sistem Pemindaian (Scan System), yang terdiri dari unit distribusi daya listrik,
generator dan tabung sinar-X, detektor dan sistem pengukuran data, sistem
pengendali putaran gantri, sistem pengendali bagian gantri yang tidak
bergerak, sistem meja pasien, dan sistem pendinginan.
2. Sistem Pengolahan Gambar (Imaging System) terdiri dari 3 buah unit
komputer yaitu: sistem komputer rekosntruksi gambar (IRS), sistem komputer
pengendali (ICS), dan sistem komputer untuk melakukan post-processing.
3. Sistem Kontrol/Kendali (Control System) yang terdiri dari beberapa sistem
pengendali mikro yang mengendalikan masing-masing komponen CT Scan
dan seluruh sistem ini bekerja dibawah koordinasi sistem komputer pengendali
(ICS) sebagai pengendali utama.
E. Kelebihan dan Kekurangan CT Scan
Kelebihan dari CT Scan yaitu gambar yang dihasilkan memiliki resolusi yang
baik dan akurat, tidak invasif (tindakan non-bedah), waktu perekaman cepat dan
gambar yang direkonstruksi dapat dimanipulasi dengan komputer sehingga dapat
dilihat dari berbagai sudut. Kekurangan CT Scan yaitu diantaranya paparan radiasi
sinar-X yang digunakan adalah sekitar 4% dari radiasi sinar-X saat melakukan sinar-
X sehingga ibu hamil harus menginformasikan kondisi kehamilannya sebelum
dilakukan pemeriksaan, munculnya artefak (gambar yang seharusnya tidak ada tetapi
direkam) karena hal ini biasanya muncul ketika pasien bergerak selama perekaman,
pasien menggunakan amalgam atau tambalan gigi logam palsu, atau kondisi jaringan
tertentu, dan reaksi alergi terhadap zat kontras digunakan untuk membantu tampilan
gambar.
F. Prosedur CT Scan
1. PEMERIKSAAN CT SCAN HEAD
a. Persiapan pemeriksaan
Tidak ada persiapan khusus bagi penderita, hanya saja instruksi-
instruksi yang menyangkut posisi penderita dan prosedur pemeriksaan harus
diketahui dengan jelas terutama jika pemeriksaan dengan menggunakan media
kontras. Untuk kenyamanan pasien mengingat pemeriksaan dilakukan pada
ruangan ber-AC sebaiknya tubuh pasien diberi selimut
b. Teknik Pemeriksaan
Posisi pasien : Pasien supine diatas meja pemeriksaan dengan posisi
kepala dekat dengan gantry.
Posisi Objek : Kepala hiperfleksi dan diletakkan pada head holder. Kepala
diposisikan sehingga mid sagital plane tubuh sejajar dengan lampu indikator
longitudinal dan interpupilary line sejajar dengan lampu indikator horizontal.
Lengan pasien diletakkan diatas perut atau disamping tubuh. Untuk
mengurangi pergerakan dahi dan tubuh pasien sebaiknya difiksasi dengan
sabuk khusus pada head holder dan meja pemeriksaan. Lutut diberi pengganjal
untuk kenyamanan pasien.

c. Scan Parameter
1) Scanogram : kepala lateral
2) Range : range I dari basis cranii sampai pars petrosum dan range II
dari pars petrosum sampai verteks.
3) Slice Thickness : 2-5 mm ( range I ) dan 5-10 mm ( range II )
4) FOV : 24 cm
5) Gantry tilt : sudut gantry tergantung besar kecilnya sudut yang
terbentuk oleh orbito meatal line dengan garis vertical.
6) 120 kV
7) 250 mA
8) Reconstruction Algorithma : soft tissue
9) Window width : 0-90 HU ( otak supratentorial ); 110-160 HU (otak
pada fossa posterior ); 2000-3000 HU ( tulang )
10) Window Level : 40-45 HU ( otak supratentorial ); 30-40 HU (otak
pada fossa posterior ); 200-400 HU ( tulang )

2. PEMERIKSAAN CT SCAN SINUS PARANASAL


a. Persiapan pemeriksaan
Tidak ada persiapan khusus bagi penderita, hanya saja instruksi-
instruksi yang menyangkut posisi penderita dan prosedur pemeriksaan harus
diketahui dengan jelas terutama jika pemeriksaan dengan menggunakan
media kontras. Untuk kenyamanan pasien mengingat pemeriksaan dilakukan
pada ruangan ber-AC sebaiknya tubuh pasien diberi
Selimut.
b. Teknik Pemeriksaan
Pemeriksaan CT-Scan SPN dengan menggunakan dua jenis potongan ,
yaitu potongan axial dan potongan coronal.
1) Potongan Axial
Posisi pasien : pasien berbaring supine di atas meja pemeriksaan.
Kedua lengan di samping tubuh, kaki lurus ke bawah dan kepala berada
di atas headrest (bantalan kepala ). Posisi pasien diatur senyaman
mungkin.
Posisi objek : kepala diletakkan tepat di terowongan gantry, mid sagital
plane segaris tengah meja. Mid axial kepala tepat pada sumber
terowongan gantry.
2) Potongan Coronal
Potongan coronal merupakan teknik khusus.
Posisi pasien : pasien berbaring prone di atas meja pemeriksaan dengan
bahu diganjal bantal. Kepala digerakkan ke belakang (hiperekstensi)
sebisa mungkin dengan membidik menuju vertikal. Gantry sejajar
dengan tulang-tulang wajah.
Posisi objek : kepala tegak atau digerakkan ke belakang (hiperekstensi)
sebisa mungkin dan diberi alat fiksasi agar tidak bergerak
c. Scan Parameter
1) Scanogram : cranium lateral
2) Slice thickness : axial : 5 mm ,coronal : 3 mm
3) Anatomi Coverage : axial : 5 mm di bawah sinus maksilaris sampai
sinus frontalis , coronal : 5 mm posterior sinus sphenoideus sampai
sinus frontalis
4) Standar algorithma : axial : algorithma tulang , coronal : algorithma
standar
5) 130 kV f. 60 mAs

3. PEMERIKSAAN CT SCAN TEMPORAL BONE (MASTOID)


a. Persiapan pemeriksaan a.Persiapan pasien
Tidak ada persiapan khusus bagi pasien,hanya saja assesoris di
daerah kepala (gigi palsu, anting, penjepit rambut dan lain-lain) yang
menempel pada obyek disingkirkan agar tidak menimbulkan bayangan
artefact.Kemudian pasien dan atau keluarga pasien diberi penerangan
mengenai tujuan dan prosedur pemerikssaan sampai dengan memahami
manfaat dan resiko pemeriksaan yang akan dilakukan .Apabila
memungkinkan pasien diingatkan tentang hal-hal yang tidak boleh
dilakukan selama pemeriksaan berlangsung (bergerak).
b. Teknik Pemeriksaan
Potongan Axial
Posisi pasien : Pasien tidur supine diatas meja pemeriksaan
dengan kepala diatur sedemikian rupa sehingga simetris berada pada
pertengahan gantry.
Posisi objek : Kepala hiper extensi dan diletakkan pada head holder.
Kepala diposisikan sehingga mid sagital plane tubuh sejajar dengan lampu
indicator longitudinal dan interpapillary line sejajar dengan lampu
indicator horisontal. Lengan pasien diletakan diatas perut atau di samping
tubuh. Untuk mengurangi pergerakan dahi dan tubuh pasien sebaiknya
difiksasi bengan sabuk khusus pada head holder dan meja pemeriksaan.
Masukkan data-data pasien dengan memilih protocol pemeriksaan
InnerEarSeq. Insert posisi pasien HeadFirst supine pada registrasi pasien
di komputer kemudian dilanjutkan dengan membuat topogram pada
daerah kepala. Buat garis potongan axial dengan batas bawah cranii
sampai dengan vertex.
c. Scan Parameter
Teknik : High Resolusi CT / kondisi tulang
1) kasus non-tumor/trauma basis cranii: potongan axial dan coronal 2mm
sejajar dengan axis os.petrosum. mencakup seluruh tulang os.petrosum,
tanpa kontras, kondisi tulang (WW dan WL yang tinggi)
2) kasus tumor / infeksi (abses ) potongan axial 2-5mm mencakup seluruh
os.petrosum tanpa dan dengan kontras, kondisi tulang dan soft tissue.
Potongan coronal 2-5mm sebagai tambahan, dalam kondisi tulang dan
soft tissue. Mencakup seluruh os.petrosum dan proses abnormalnya.

4. PEMERIKSAAN CT SCAN NASOPHARYNX


a. Persiapan pemeriksaan a.Persiapan pasien
Tidak ada persiapan khusus bagi penderita, hanya saja instruksi-
instruksi yang menyangkut posisi penderita dan prosedur pemeriksaan harus
diketahui dengan jelas terutama jika pemeriksaan dengan menggunakan media
kontras. Untuk kenyamanan pasien mengingat pemeriksaan dilakukan pada
ruangan ber-AC sebaiknya tubuh pasien diberi selimut
b. Teknik Pemeriksaan
Posisi pasien : Pasien supine diatas meja pemeriksaan dengan
posisi kepala dekat dengan gantry.
Posisi Objek : Kepala hiperfleksi dan diletakkan pada head
holder. Kepala diposisikan sehingga mid sagital plane tubuh sejajar dengan
lampu indikator longitudinal dan interpupilary line sejajar dengan lampu
indikator horizontal. Lengan pasien diletakkan diatas perut atau disamping
tubuh. Untuk mengurangi pergerakan dahi dan tubuh pasien sebaiknya
difiksasi dengan sabuk khusus pada head holder dan meja pemeriksaan. Lutut
diberi pengganjal untuk kenyamanan pasien.
c. Scan Parameter
Nasopharynx: potongan axial 3-5mm, FOV 250mm, kondisi dengan filter agak
tinggi (lebih tinggi dari otak) dan pallatum sampai sinus frontalis, sudut sejajar
pallatum. Tanpa dan dengan kontras bolus, kemudian dilanjutkan dengan
potongan axial 5mm sejajar corpus vertebrae cervicalis dari C2 s/d C6 F.O.V
200mm untuk mencari pembesaran kelenjar. Setelah itu dibuat potongan
coronal 3-5mm, tergantung besar kecilnya kelainan dari choana sampai
cervical vertebrae sejajar dengan dinding posterior nasoprynx F.O.V. 250mm,
potongan coronal kadang perlu dibuat dalam kondisi tulang apabila ada
destruksi basis cranii

5. PEMERIKSAAN CT SCAN ORBITA


a. Persiapan pemeriksaan
Tidak ada persiapan khusus bagi penderita, hanya saja instruksi-
instruksi yang menyangkut posisi penderita dan prosedur pemeriksaan harus
diketahui dengan jelas terutama jika pemeriksaan dengan menggunakan
media kontras. Untuk kenyamanan pasien mengingat pemeriksaan dilakukan
pada ruangan ber-AC sebaiknya tubuh pasien diberi selimut
b. Teknik Pemeriksaan
Atur posisi pasien dalam keadaan supine pada scanning axial,
head first. Tempatkan kepala pada head holder, dagu fleksi dengan nyaman
ke arah dada sehingga OML (Orbito Meatal Line) tegak lurus untuk scan
axial dan supine atau prone pada scanning coronal dengan kepala dan leher
ekstensi dan mengganjal pada holder.
Scannogram dapat dibuat antero posterior (AP) maupun lateral. Scannogram
pada proyeksi AP akan dapat mengevaluasi apakah posisi objek sudah lurus
dan berada di pertengahan. Sedangkan scannogram lateral bermanfaat untuk
menentukan penyudutan gantry.
c. Scan Parameter
1) Volume investigasi : 0,5 cm dari batas bawah sampai 0,5 cm batas atas
rongga orbita.
2) Slice Thickness : 2 mm
3) Pitch : spiral atau pitch = 1,0
4) FOV :dimensi kepala (24 cm) ; pengurangan FOV penting pada evaluasi
patologi
5) Ganty tilt : -6° sampai -10° dari OML atau paralel dengan nerve optic
pada scanning axial ; mengikuti posisi pasien pada scanning coronal.
6) 120 kV
7) 250 mA
8) Rekonstruksi algorithma : high resolution atau standar
9) WW : 140 -300 HU (soft tissue) 2000 – 3000 HU (bone) kurang lebih
4000 HU (khusus window orbita)
10) WL : 30 – 40 HU (soft tissue) 200 – 400 HU (bone) kurang lebih 0 HU
(khusus window orbita)

6. PEMERIKSAAN CT SCAN THORAX


a. Persiapan pemeriksaan a.Persiapan pasien
Tidak ada persiapan khusus bagi penderita, hanya saja instruksi-instruksi
yang menyangkut posisi penderita dan prosedur pemeriksaan harus
diberitahukan dengan jelas. Penderita melepaskan aksesoris seperti kalung,
bra dan mengganti baju dengan baju khusus pasien supaya tidak
menyebabkan timbulnya artefak.
b. Teknik Pemeriksaan
Posisi pasien : Supine diatas meja pemeriksaan dengan posisi
kepala dekat dengan gantry. Posisi objek :
Diatur pasien sehingga Mid Sagital Plane (MSP) tubuh sejajar dengan
lampu indicator longitudinal. Kedua tangan pasien di atas kepala.
Memfiksasi lutut dengan menggunakan body clem. Menjelaskan kepada
pasien untuk inspirasi penuh dan tahan nafas pada saat pemeriksaan
berlangsung.
c. Scan Parameter
1) Scanogram : thorax AP
2) range : Apex paru sampai diafragma
3) slice thickness : 5 – 10 mm
4) FOV : 30 – 50 cm
5) Gantry tilt (0o) tidak ada kemiringan
6) 137 kV, 180 mAs

7. PEMERIKSAAN CT SCAN ABDOMEN (UPPER + LOWER)


a. Persiapan pemeriksaan
1) Satu hari sebelum pemeriksaan pasien hanya boleh makan bubur dan
tidak boleh makan makanan yang banyak mengandung serat.
2) Sebelum pemeriksaan pasien harus periksa ke laboratorium untuk
mengetahui kadar ureum dan kadar kreatinin.
3) Lima belas menit sebelum pemeriksaan pasien minum 10
omnipaque dicampur air satu gelas (200 cc).
4) Malam hari kira-kira jam 20.00 pasien diberi obat pencahar berupa
garam Inggris 30 gr.
5) Pasien dilarang makan sebelum pemeriksaan selesai.

b. Persiapan Alat
1) Unit whole body CT-Scan
2) Processing film
3) Media kontras
4) Spuit 30 cc
5) Kapas alkohol
6) Neadle 21
7) Gelas dan sendok
8) Air minum 200-400 cc
9) Selang kateter anus
10) Obat anti Histamin

c. Pemasukan media kontras


1) Media kontras yang pertama dimasukkan melalui oral dengan
perbandingan 1 : 20 dengan tujuan sebagai marker. Kemudian
pemasukan media kontras yang kedua melalui intravena sesuai aturan.
2) Pemasukan media kontras lewat intravena dengan media kontras
sesuai dengan aturan. Kemudian pemasukan media kontras yang
dicampur dengan air lewat rectal dengan menggunakan catéter.

d. Teknik Pemeriksaan a. Posisi Pasien


1) Supine dengan head first
2) Kedua tangan dikeataskan di samping kepala, diberi selimut dan alat
fiksasi yang telah tersedia
3) Pasien diposisikan sehingga mid sagital plane (MSP) tubuh sejajar
dengan lampu indikator longitudional
4) Ketinggian tubuh pasien diatur dari titik pertemuan lampu indikator
longitudional dan lampu indikator horisontal pada mid axillary line
setinggi diafragma
5) Pasien diinformasikan jangan bergerak saat pemeriksaan berlangsung.

e. Scan parameternya adalah :


1) Scanogram abdomen.
2) Range : 1 range (dari Xiphoideus sampai ke simpisis . pubis)
3) Slice thickness : 10 mm
4) Fov : dipilih sesuai ukuran pasien
5) Gantry Tilf : 00
6) Scanning : 120 kV, 100 mAs
7) Window width : window body ( 280–290HU)
8) Window level : window body(40- 50 HU)

8. PEMERIKSAAN CT SCAN VERTEBRAE LUMBAL


a. Persiapan pemeriksaan
Tidak ada persiapan khusus pada pasien, hanya saja intruksi- intruksi
yang menyangkut posisi penderita dan prosedur pemeriksaan harus
diberitahukan dengan jelas. Untuk kenyamanan pasien, mengingat
pemeriksaan dilakukan diruangan ber-AC sebaiknya tubuh pasien diberi
selimut. Baju yang dikenakan pasien diganti dengan baju khusus pasien agar
tidak menyebabkan timbulnya artefak.
b. Teknik Pemeriksaan
Posisi Pasien : Pasien supine diatas meja pemeriksaan dengan
batas atas objek pada Processus xypoideus, pasien diberi immobilisasi band
agar pasien tidak bergerak.
Posisi obyek : Mid Sagital Plane (MSP) tubuh pasien ditempatkan tepat
ditengah meja pemeriksaan. Kedua tangan ditempatkan diatas kepala,
berpegangan pada handle. Batas atas obyek diatur pada processus xypoidus.
Mid Coronal Plane (MCP) diatur pada garis tengah horizontal pesawat. Batas
bawah obyek diatur pada simfisis pubis. Pasien difiksasi untuk menghindari
gerakan pasien selama pemeriksaan berlangsung. Pasien diberi selimut untuk
kenyamanan mengingat ruang pemeriksaan yang ber-AC dan waktu
pemeriksaan yang lama.
c. Scan Parameter
Scanogram : Side View
Slice Thickness : 5-10mm
Range : Processus xypoideus sampai dengan simpisis pubis FOV : 39 cm
kV : 120
mAs : 200
Rekonstruksi algoritma : High resolution
Window width : 300
Window level : -50 sampai -100

G. Indikasi dan Kontraindikasi


1. Indikasi
a. Mendiagnosis kelainan pada otot & tulang
b. Mendeteksi lokasi tumor, infeksi, penggumpalan darah
c. Mendeteksi luka atau pendarahan pada organ dalam
d. Memandu jalannya suatu prosedur medis, seperti operasi, biopsi dan terapi
radiasi
e. Memantau perkembangan penyakit
f. Mengevaluasi efektivitas pengobatan yang diberikan

2. Kontraindikasi
a. Pasien yang tidak dapat kooperatif terhadap protokol pemeriksaan dan
instruksi menahan nafas
b. Pasien yang terlalu besar untuk muat pada scanner CT
c. Gangguan ginjal, baik ginjal akut manupun penyakit ginjal kronis
d. Hemodinamik tidak stabil dan riwayat hipotensi
e. Riwayat paru reversibel, Misalnya asma
f. Pengganggu rutin inhibitor fosfodiesterase
g. Penyakit kardiovaskuler

H. Cara Membaca CT Scan


A. Otak
1. pasang ct-scan dengan benar, jangan terbalik, lihat antara R/L
2. ct-scan dengan potongan axial/sagittal/coronal
3. identitas Pasien
4. membaca dari luar ke dalam/ dari dalam ke luar ( tapi disarankan dari luar ke dalam ),
membaca dari kanan dahulu baru ke kiri
a. soft tissue : terdapat masa/scalp hematom di regio …
b. bone window : normal/ terdapat fraktur tulang (linear/depressed) di regio..
c. brain window :
- permukaan korteks (terdapat massa hiperdens berbentuk bikonkav
/bulan sabit di regio EDH/SDH
- Parenkim otak (lesi hiperdens / hipodens di regio…dextra/sinistra
- Sulcus gyrus : (normal/sulcus menyempit, gyrus melebar/sulcus gyrus
terlihat sangat jelas

d. Ventrikel : ( normal/melebar/menyempit/terdesak )

DAFTAR PUSTAKA

Sumber gambar : Perron.AD,Portland ME.Blood Can Be Very Bad : CT Interpretation Course Guide

Anda mungkin juga menyukai