Disusun Oleh :
Perceptor :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
i
KATA PENGANTAR
AssalamualaikumWr. Wb.
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya lah penulis
dapat menyelesaikan refarat dengan tema “Pemeriksaan CT-Scan”. Adapun penulisan makalah
ini merupakan bagian dari tugas Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Bedah di RSUD Dr. H.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Agung S, Sp.BS selaku pembimbing yang telah
meluangkan waktunya dalam menyelesaikan refarat ini. Penulis menyadari banyak sekali
kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun
sangat penulis harapkan demi kesempurnaan laporan kasus ini dan semoga laporan kasus ini
Penulis
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemeriksaan Computed Tomography (CT scan) merupakan salah salah satu modalitas
sekitar 6% dari seluruh modalitas pemeriksaan radiologi, namun memberikan sekitar 41%
dari seluruh dosis radiasi yang diterima oleh total populasi. Pemeriksaan CT scan
mempunyai aplikasi yang universal untuk pemeriksaan seluruh organ tubuh dan memiliki
prosedur pencitraan diagnostic yang menggunakan kombinasi dari sinar-x dan teknologi
komputer untuk menghasilkan gambar irisan baik horisontal maupun vertikal dari tubuh
noinabsorbed yang melewati bagian tertentu dari anatomi manusia. CT-Scan merupakan
alat penunjang diagnosa yang mempunyai aplikasi yang universal untuk pemeriksaan
seluruh organ tubuh, seperti otot dan tulang, tenggorokan, rongga perut, terutama susunan
1
B. Tujuan Pembelajaran
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian CT Scan
Menurut Bontrager (2010), CT Scan merupakan suatu modalitas imaging diagnostic yang
menggunakan gabungan dari sinar x dan komputer untuk mendapatkan citra atau gambar
berupa variasi irisan tubuh manusia. CT Scan dapat digunkan untuk mendiagnosa
kelainan pada organ tubuh mulai dari kepala, leher, rongga dada, rongga perut,, tulang
Computed tomography (CT) adalah bentuk khusus dari tomografi dimana computer
digunkan untuk membuat rekonstruksi matematika dari pesawat tomografi atau slice
(Thayalan,2014).
Ketika sinar x melewati pasien, sinar x mengalami perlemahan dan selanjutnya diukur
oleh detector. Detector mengkonversi foton sinar x menjadi sinyal elektrik atau sinyal
analog yang harus menjadi data digital (numeric) untuk masukan kedalam computer.
numeric dan harus diubah menjadi sinay listrik untuk dapat dilihat pada monitor. Gambar
an data terkait kemudia dikirim ke PACS, dimana ahli radiologi dapat mengambil dan
(Seeram,2008).
3
Gambar 1. Komponen utama CT Scan
System instalasi CT Scan biasanya menggunakan tipe instalasi tetep. Ada jenis CT Scan
mobile namun tidak umum digunakan. Aplikasi dari CT Scan mobile. CT system terdiri
dari 3 komponen utama yaitu, gantry, computer dan operator console. System ini
4
1. Gantry
Gantry terdiri dari tabung sinar x, detector, dan kolimator. Gantry biasanya dapat di
sudutkan hingga 300 diseriap arah seperti yang diperlukan untuk ct scan kepala atau
tulang belakang.
2. Tabung sinar x
Tabung snar x yang digunakan serupa dengan pesawat sinar x konvensional dalam hal
bahwa tabung mampu menahan kapasitas panas tambahan karena kenaikan waktu
paparan.
3. Detektor
4. Kolimator
gambar. CT menggunakan dua kolimator, prepatien kolimator (di tabung sinar x) dan
postpatient (di detector) dengan pembatan bentuk dan pancaran. Prepatien kolimator
D. Terbentuknya Citra
Langkah-langkah terbentuknya citra dari Computet Tomografi (CT) Scan melibatkan tiga
proses yaitu, akuisisi data; rekontruksi gambar; dan dispay gambar, manipulasi,
5
Gambar 3. Alur terbentuknya citra
1. Akuisisi Data
Istilah akuisi data mengacu pada pengukuran kumpulan dari transmisi sinar x yang
diterima pasien. Setelah sinar x melewati pasien, sinar x masuk ke detector elektronik
khusus yang mengukur nilai transmisi, atau nilai atenuasi. Data yang didapat dari
CTscan otak pertama mengguanakan skema akuisisi data dimana tabung sinar x dan
detector bergerak pada garis lurus atau translasi pada kepala pasien, untuk
Setelah itu tabung sinar x dan detector berputar 1 derajat dan memulai lagi bergerak
pada kepala pasien dari kiri ke kanan. Proses ini disebut dengan Scanning, yang
Akuisisi data juga melibatkan konversi sinyal elektrik yang diperoleh dari detector
elektronik yang diubah ke data digital yang dapat diproses oleh computer menjadi
gambar.
6
Gambar 4. Skema akuisisi data
a. Metode konvensional slice by slice atau metode aksial. Prinsipnya, tabung sinar–x
pasien. Saat pengambilan data proyeksi, posisi meja berhenti. Kemudian meja
pasien bergerak untuk menuju posisi kedua dan dilakukan proses scanning
b. Metode spiral atau helical. Pada metode ini tabung sinar–X bergerak mengelilingi
pasien yang juga bergerak. Pada metode ini, berkas sinar-x membentuk pola
spiral atau helical. Data untuk rekonstruksi citra pada setiap slice diperoleh
dengan interpolasi. Teknik ini memiliki kelebihan dalam waktu yang relatif cepat.
7
2. Rekonstruksi Gambar
Setelah pengukuran data transmisi yang dikumpulkan oleh detector, data tersebut
Secara umum computer merupakan pusat dari proses CT scan, hal ini melibatkan
8
3. Display gambar, manipulasi penyimpanan, dan perekam
Setelah pada computer telah melakukan proses rekonstruksi citra, hasil rekonstruksi
dapat ditampilkan dan direkam untuk melihat berikutnya dan disimpan untuk analisis
ulang. Tampilan monitor yang dipasang di meja control memungkinkan teknolog dan
Manipulasi gambar atau pengolahan citra digital telah menjadi popular di CT dan
banyak paket perangkat lunak computer sekarang tersedia. Gambar dapat diubah
melalui manipulasi gambar untuk membuat lebih mudah dibaca oleh radiolog.
koronal,sagittal dan paraksial. Selain itu, gambar juga bias dikenakan operasi
manipulasi sekala abu-ab dan proses gambar 3D. Gambar dapat direkam kemudian
disimpan dalam beberapa bentuk arsip. Gambar biasanya direkam pada film karena
skala keabuannya yang luas. Gambar CT dapat disimpan pada tape magnetic.
E. Prosedur Pemeriksaan CT
Sebagai tahap persiapan, pasoen harus berpuasa antara 4-6 jam sebelum pemeriksaan.
Pemotretan awal dilakukan dengan tabung yang dibiarkan diam, sedangkan pasien dalam
posisi supine dengan meja tidak digerakkab. Hasilnya adalah sama dengan foto rotgen
biasa dan disebut dengan topogram atau skenogram. Skenogram ini dibuat unutk
memprogramkan potongan-potongan mana saja yang akan dibuat. Kemudian satu per
satu dibuat scannya menurut program tersebut. Dalam hal ini pasien tetap diam di tempat
9
sehingga arah scan dapat ditentukan dengan tepat, sedangkan tabung detektornya
(generasi III) atau tabung (generasi IV) memutari pasien (Kertoleksono, 2008).
Media kontras IV dapat diinjeksikan ke dalam vena perifer atau central melalui infus.
Jumlah dan waktu penyuntikan kontras tergantung pada kebutuhan klinis dan teknik
pemeriksaan (single slice atau spiral CT). Dosis kontras yang diberikan adalah 1-2,5
Media kontras intrathecal misalnya iotrolan (isovis) dan biasanya dimasukan dengan
10
G. Posisi Pasien
Gunakan selimut
11
H. Window Level
a) Window jaringan
b) Window Tulang
Bila densitas lesi lebih tinggi dari jaringan normal sekitarnya (putih)
b) Isodensity
Pada kasus trauma CT brain image harus diprint dengan 2 window (bone and blood
window). Bone window untuk memperlihatkan fraktur dan blood window untuk
memperlihatkan perdarahan.
12
I. Tata Cara Pembacaan CT Scan Kepala
Petunjuk Umum
2. Menentukan CT Scan dengan atau tanpa kontras, biasanya kasus cedera kepala tanpa
Petunjuk Khusus
Scalp→Tulang→parenkim.
2. Pada pembacaan Scalp, mencari adanya chephal hematom, dan tentukan dengan tepat
3. Pada pembacaan Tulang, mencari adanya tanda fraktur, impresi atau linier, bedakan
perdarahan, yang diperhatikan adalah ketebalan hematom pada slice yang paling
tebal, pengukuran volume = jumlah slice x tebal x panjang 2 semua ukuran dalam
cm, yang di foto CT Scan biasanya mm, dikonversi menjadi cm. Pergeseran/midline
Shift dapat dihitung dengan menarik garis lurus dari crista galli ke Protuberansia
5. Mencari tanda patah tulang basis, terlihat dari adanya fraktur pada os.sphenoid,
6. Menetukan tanda edema otak, dapat terlihat dari adanya 3 hal yaitu:
13
a. Melihat sistem ventrikel yang ada
7. Kesimpulan hasil pembacan, disebutkan dari yang paling memiliki arti klinis penting
14
Gambar 7. Head CT—Normal anatomy: (A) posterior fossa; (B) low cerebellum.
Gambar 8. Head CT—Normal anatomy: (A) high pons; (B) cerebral penducles
15
Gambar 9. Head CT—Normal anatomy: (A) high midbrain level; (B) basal ganglia
region.
Gambar 10. Normal anatomy: (A) lateral ventricles; (B) upper cortex.
16
J. Gambaran Abnormal CT Scan Kepala
Gambar 11. CT scan appearance of central nervous system hemorrhage: (A) acute;
17
Gambar 13. CT appearance of subarachnoid hemorrhage: (A) blood fi lling the
18
Gambar 15. CT scan appearance of tumor with edema and midline shift.
Gambar 16. CT scan appearance of a large left middle cerebral artery stroke. The
hypodense brain is the infarcted region. Note midline shift from left to right.
19
Gambar 17. CT appearance of abnormal ventricles.
Gambar 18. CT appearance in bone pathology: (A) linear skull fracture; (B)
20
PENUTUP
A. Simpulan
Dari hasil pemaparan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
gabungan dari sinar x dan komputer untuk mendapatkan citra atau gambar berupa
21
DAFTAR PUSTAKA
Andrew D Peron. 2014. How to read head CT scan. Injuries to bones and organ.
Kertoleksono S. 2008. Tomografi komputer: radiologi diagnostic. Edisi ke-2. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.
Seeram, Euclid. 2009. Computed Tomography, Physical, Principles, Clinical Applications, and
Thayalan, K. 2014. The Physics of Radiology and Imaging. New Dehli: Jaypee Brothers Medical
22