Anda di halaman 1dari 25

PEMERIKSAAN CT SCAN

Disusun Oleh :

Gusti Ngurah P Pradaya, S.Ked

Muty Hardani, S.Ked

Reffilia Irfa, S.Ked

Vinnyssa Anindita, S.Ked

Perceptor :

dr. Agung Sulistiono, Sp. BS

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH

RSUD DR.H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2018

i
KATA PENGANTAR

AssalamualaikumWr. Wb.

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya lah penulis

dapat menyelesaikan refarat dengan tema “Pemeriksaan CT-Scan”. Adapun penulisan makalah

ini merupakan bagian dari tugas Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Bedah di RSUD Dr. H.

Abdoel Moeloek Provinsi Lampung.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Agung S, Sp.BS selaku pembimbing yang telah

meluangkan waktunya dalam menyelesaikan refarat ini. Penulis menyadari banyak sekali

kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun

sangat penulis harapkan demi kesempurnaan laporan kasus ini dan semoga laporan kasus ini

dapat bermanfaat bagi pembaca.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Bandar Lampung, Maret 2017

Penulis

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemeriksaan Computed Tomography (CT scan) merupakan salah salah satu modalitas

pemeriksaan di bidang radiologi. Pemeriksaan CT scan meskipun hanya menyumbang

sekitar 6% dari seluruh modalitas pemeriksaan radiologi, namun memberikan sekitar 41%

dari seluruh dosis radiasi yang diterima oleh total populasi. Pemeriksaan CT scan

mempunyai aplikasi yang universal untuk pemeriksaan seluruh organ tubuh dan memiliki

prosedur pencitraan diagnostic yang menggunakan kombinasi dari sinar-x dan teknologi

komputer untuk menghasilkan gambar irisan baik horisontal maupun vertikal dari tubuh

manusia (Buls et al., 2006).

Computed Tomography menggunakan detektor special untuk mengukur sinar x

noinabsorbed yang melewati bagian tertentu dari anatomi manusia. CT-Scan merupakan

alat penunjang diagnosa yang mempunyai aplikasi yang universal untuk pemeriksaan

seluruh organ tubuh, seperti otot dan tulang, tenggorokan, rongga perut, terutama susunan

saraf pusat yang meliputi kepala dan tulang belakang,.

1
B. Tujuan Pembelajaran

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

1. Mengetahui desinisi dari Computed Tomography (CT) Scan

2. Untuk mengetahui prinsip kerja CT Scan

3. Mengetahui langkah-langkah terbentuknya citra pada CT Scan

4. Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan CT Scan

5. Untuk mengetahui tata cara pembacaan CT Scan

6. Untuk mengetahui gambaran normal CT Scan

7. Untuk mengetahui gambaran Abnormal CT Scan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian CT Scan

Menurut Bontrager (2010), CT Scan merupakan suatu modalitas imaging diagnostic yang

menggunakan gabungan dari sinar x dan komputer untuk mendapatkan citra atau gambar

berupa variasi irisan tubuh manusia. CT Scan dapat digunkan untuk mendiagnosa

kelainan pada organ tubuh mulai dari kepala, leher, rongga dada, rongga perut,, tulang

belakang, dan anggota tubuh lainnya.

Computed tomography (CT) adalah bentuk khusus dari tomografi dimana computer

digunkan untuk membuat rekonstruksi matematika dari pesawat tomografi atau slice

(Thayalan,2014).

B. Prinsip kerja CT Scan

Ketika sinar x melewati pasien, sinar x mengalami perlemahan dan selanjutnya diukur

oleh detector. Detector mengkonversi foton sinar x menjadi sinyal elektrik atau sinyal

analog yang harus menjadi data digital (numeric) untuk masukan kedalam computer.

Computer lalu melakukan proses rekonstruksi. Gambar direkonstruksi dalam bentuk

numeric dan harus diubah menjadi sinay listrik untuk dapat dilihat pada monitor. Gambar

an data terkait kemudia dikirim ke PACS, dimana ahli radiologi dapat mengambil dan

mengintepretasikannya. Setelah itu gambar dapat disimpan pada kaset magnetic

(Seeram,2008).

3
Gambar 1. Komponen utama CT Scan

C. Komponen system CT Scan

System instalasi CT Scan biasanya menggunakan tipe instalasi tetep. Ada jenis CT Scan

mobile namun tidak umum digunakan. Aplikasi dari CT Scan mobile. CT system terdiri

dari 3 komponen utama yaitu, gantry, computer dan operator console. System ini

termasuk system yang sangat kompleks.

Gambar 2. Komponen eksternal CT Scan

4
1. Gantry

Gantry terdiri dari tabung sinar x, detector, dan kolimator. Gantry biasanya dapat di

sudutkan hingga 300 diseriap arah seperti yang diperlukan untuk ct scan kepala atau

tulang belakang.

2. Tabung sinar x

Tabung snar x yang digunakan serupa dengan pesawat sinar x konvensional dalam hal

contruksi dan operasinya. Namun terdapat modifikasi desain untuk memastikan

bahwa tabung mampu menahan kapasitas panas tambahan karena kenaikan waktu

paparan.

3. Detektor

Detector mentransmisikan sinar x menjadi cahaya lalu di konversi menjadi energy

listrik dan kedalam sinyal digital.

4. Kolimator

Kolimator digunakan untuk mengurangi dosis pasien, dan meningkatkan kualitas

gambar. CT menggunakan dua kolimator, prepatien kolimator (di tabung sinar x) dan

postpatient (di detector) dengan pembatan bentuk dan pancaran. Prepatien kolimator

menunjukkan ketebalan irisan.

D. Terbentuknya Citra

Langkah-langkah terbentuknya citra dari Computet Tomografi (CT) Scan melibatkan tiga

proses yaitu, akuisisi data; rekontruksi gambar; dan dispay gambar, manipulasi,

penyimpanan, perekaman (Seeram,2008).

5
Gambar 3. Alur terbentuknya citra

1. Akuisisi Data

Istilah akuisi data mengacu pada pengukuran kumpulan dari transmisi sinar x yang

diterima pasien. Setelah sinar x melewati pasien, sinar x masuk ke detector elektronik

khusus yang mengukur nilai transmisi, atau nilai atenuasi. Data yang didapat dari

pengukuran transmisi dicatat untuk memenuhi syarat pada proses rekonstruksi.

CTscan otak pertama mengguanakan skema akuisisi data dimana tabung sinar x dan

detector bergerak pada garis lurus atau translasi pada kepala pasien, untuk

mengumpulkan sejumlah pengukuran trasnmisi saat bergerak dari kiri ke kanan.

Setelah itu tabung sinar x dan detector berputar 1 derajat dan memulai lagi bergerak

pada kepala pasien dari kiri ke kanan. Proses ini disebut dengan Scanning, yang

diulang hingga 180 derajat.

Akuisisi data juga melibatkan konversi sinyal elektrik yang diperoleh dari detector

elektronik yang diubah ke data digital yang dapat diproses oleh computer menjadi

gambar.

6
Gambar 4. Skema akuisisi data

Metode akuisisi data CT scan ada dua, yaitu :

a. Metode konvensional slice by slice atau metode aksial. Prinsipnya, tabung sinar–x

dan detektor bergerak mengelilingi pasien dan mengumpulkan data proyeksi

pasien. Saat pengambilan data proyeksi, posisi meja berhenti. Kemudian meja

pasien bergerak untuk menuju posisi kedua dan dilakukan proses scanning

berikutnya. Demikian seterusnya.

b. Metode spiral atau helical. Pada metode ini tabung sinar–X bergerak mengelilingi

pasien yang juga bergerak. Pada metode ini, berkas sinar-x membentuk pola

spiral atau helical. Data untuk rekonstruksi citra pada setiap slice diperoleh

dengan interpolasi. Teknik ini memiliki kelebihan dalam waktu yang relatif cepat.

7
2. Rekonstruksi Gambar

Setelah pengukuran data transmisi yang dikumpulkan oleh detector, data tersebut

akan dikirim ke computer untuk pengolahan. Computer tersebut menggunakan teknik

matematika special untuk merekonstruksi gambar CT kedalam jumlah terbatas dari

step yang disebut degngan reconstruction algorithms.

Secara umum computer merupakan pusat dari proses CT scan, hal ini melibatkan

minicomputer dan terkait mikroprosesor untuk melakukan fungsi tertentu. Pada

beberapa CT Scan, array prosesor melakukan perihtungan kecepatan tinggi dan

mikroprosesor melakukan pelakasanaan gambar.

Gambar 5. Skema rekonstruksi gambar

8
3. Display gambar, manipulasi penyimpanan, dan perekam

Setelah pada computer telah melakukan proses rekonstruksi citra, hasil rekonstruksi

dapat ditampilkan dan direkam untuk melihat berikutnya dan disimpan untuk analisis

ulang. Tampilan monitor yang dipasang di meja control memungkinkan teknolog dan

radiologist untuk memanipulasi, menyimpan dan merekam gambar.

Manipulasi gambar atau pengolahan citra digital telah menjadi popular di CT dan

banyak paket perangkat lunak computer sekarang tersedia. Gambar dapat diubah

melalui manipulasi gambar untuk membuat lebih mudah dibaca oleh radiolog.

Misalnya, gambaran transversal axial dapat diformat ulang menjadi bagian

koronal,sagittal dan paraksial. Selain itu, gambar juga bias dikenakan operasi

pengolahan gambar lainnya seperti penghalusan gambar, enchancement edge,

manipulasi sekala abu-ab dan proses gambar 3D. Gambar dapat direkam kemudian

disimpan dalam beberapa bentuk arsip. Gambar biasanya direkam pada film karena

skala keabuannya yang luas. Gambar CT dapat disimpan pada tape magnetic.

E. Prosedur Pemeriksaan CT

Sebagai tahap persiapan, pasoen harus berpuasa antara 4-6 jam sebelum pemeriksaan.

Pemotretan awal dilakukan dengan tabung yang dibiarkan diam, sedangkan pasien dalam

posisi supine dengan meja tidak digerakkab. Hasilnya adalah sama dengan foto rotgen

biasa dan disebut dengan topogram atau skenogram. Skenogram ini dibuat unutk

memprogramkan potongan-potongan mana saja yang akan dibuat. Kemudian satu per

satu dibuat scannya menurut program tersebut. Dalam hal ini pasien tetap diam di tempat

9
sehingga arah scan dapat ditentukan dengan tepat, sedangkan tabung detektornya

(generasi III) atau tabung (generasi IV) memutari pasien (Kertoleksono, 2008).

F. Teknik Pemberian Kontras

1). Secara intravena

Media kontras IV dapat diinjeksikan ke dalam vena perifer atau central melalui infus.

Jumlah dan waktu penyuntikan kontras tergantung pada kebutuhan klinis dan teknik

pemeriksaan (single slice atau spiral CT). Dosis kontras yang diberikan adalah 1-2,5

ml/kgBB, diinjeksikan dalam flow rate 0,7-4 ml/deteik (Hosten, 2002).

2). Secara Intrathecal

Media kontras intrathecal misalnya iotrolan (isovis) dan biasanya dimasukan dengan

cara pungsi lumbal dalam pemeriksaan mielografi, diikuti dengan CT scan

(postmyelographic CT). atau secara langsung dalam pemeriksaan CT mielografi (atau

cisternografi) (Hosten, 2002).

10
G. Posisi Pasien

Topogram Examination Patient Positioning

 Gunakan head holder

 Pasien supine, head first

Axial  Dagu sedikit fleksi

lateral topogram/  Kedua tangan disamping tubuh atau


Axial brain
scout diatas dada

(to include entire head)  Gunakan alat fiksasi dan immobilisasi

 Pastikan bahwa pasien merasa nyaman.

Gunakan selimut

 Gunakan head holder

Coronal  Pasien prone, head first, dengan leher

lateral topogram/ ekstensi

scout Coronal brain  Kedua tangan disamping tubuh

(to include entire head)  Gunakan alat fiksasi dan immobilisasi

 Pastikan bahwa pasien merasa

nyaman. Gunakan selimut

11
H. Window Level

CT-Scan Kepala dapat dibuat dalam 2 window level :

a) Window jaringan

Untuk melihat hematoma intra dan ekstrakranial

b) Window Tulang

Untuk melihat fraktur neurocranium maupun vicerocranium

Sedangkan densitas lesi dibagi atas :

a) High density (hiperdens)

Bila densitas lesi lebih tinggi dari jaringan normal sekitarnya (putih)

b) Isodensity

Bila densitas lesi sama dengan jaringan sekitarnya

c) Low density (hipodens)

Bila densitas lesi lebih rendah dari jaringan sekitarnya (hitam).

Pada kasus trauma CT brain image harus diprint dengan 2 window (bone and blood

window). Bone window untuk memperlihatkan fraktur dan blood window untuk

memperlihatkan perdarahan.

12
I. Tata Cara Pembacaan CT Scan Kepala

Petunjuk Umum

1. Memastikan Foto yang akan dibaca adalah Foto CT Scan kepala.

2. Menentukan CT Scan dengan atau tanpa kontras, biasanya kasus cedera kepala tanpa

kontras. 3. Menentukan dengan tepat identitas pasien,diagnosa, jam dan tanggal

pembuatan sesuai dengan pasien yang ada.

Petunjuk Khusus

1. Membaca CT Scan dari lapisan luar kepala menuju ke lapisan dalam,

Scalp→Tulang→parenkim.

2. Pada pembacaan Scalp, mencari adanya chephal hematom, dan tentukan dengan tepat

bagian mana yang terkena.

3. Pada pembacaan Tulang, mencari adanya tanda fraktur, impresi atau linier, bedakan

dengan garis sutura yang ada.

4. Pada pembacaan parenkim, mencari adanya perdarahan epidural, subdural,

contusional, intraserebral, intraventrikel, hidrochepalus. Pada pengukuran adanya

perdarahan, yang diperhatikan adalah ketebalan hematom pada slice yang paling

tebal, pengukuran volume = jumlah slice x tebal x panjang 2 semua ukuran dalam

cm, yang di foto CT Scan biasanya mm, dikonversi menjadi cm. Pergeseran/midline

Shift dapat dihitung dengan menarik garis lurus dari crista galli ke Protuberansia

oksipitalis interna, tegak lurus dengan septum pellucidum.

5. Mencari tanda patah tulang basis, terlihat dari adanya fraktur pada os.sphenoid,

os.petrosa,os.paranasalis dan perdarahan sinus.

6. Menetukan tanda edema otak, dapat terlihat dari adanya 3 hal yaitu:

13
a. Melihat sistem ventrikel yang ada

b. Melihat sistem sisterna, terutama sisterna basalis

c. Melihat adanya perbedaan lapisan white matter dan grey matter

7. Kesimpulan hasil pembacan, disebutkan dari yang paling memiliki arti klinis penting

diikuti oleh hal yang lain

I. Gambaran Normal CT Scan Kepala

Gambar 6. CT scan windowing: (A) brain; (B) blood; (C) bone.

14
Gambar 7. Head CT—Normal anatomy: (A) posterior fossa; (B) low cerebellum.

Gambar 8. Head CT—Normal anatomy: (A) high pons; (B) cerebral penducles

15
Gambar 9. Head CT—Normal anatomy: (A) high midbrain level; (B) basal ganglia

region.

Gambar 10. Normal anatomy: (A) lateral ventricles; (B) upper cortex.

16
J. Gambaran Abnormal CT Scan Kepala

Gambar 11. CT scan appearance of central nervous system hemorrhage: (A) acute;

(B) subacute; (C) chronic.

Gambar 12. CT appearance of blood of differing etiologies: (A) epidural hematoma;

(B) subdural hematoma; (C) intraparenchymal and intraventricular hematomas.

17
Gambar 13. CT appearance of subarachnoid hemorrhage: (A) blood fi lling the

suprasellar cistern; (B) blood filing the sylvian cistern.

Gambar 14. CT appearance of increased intracranial pressure: A, normal

intracranial pressure; (B) elevated intracranial pressure

18
Gambar 15. CT scan appearance of tumor with edema and midline shift.

Gambar 16. CT scan appearance of a large left middle cerebral artery stroke. The

hypodense brain is the infarcted region. Note midline shift from left to right.

19
Gambar 17. CT appearance of abnormal ventricles.

Gambar 18. CT appearance in bone pathology: (A) linear skull fracture; (B)

depressed, comminuted skull fracture; (C) basilar skull fracture.

20
PENUTUP

A. Simpulan

Dari hasil pemaparan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut:

1. CT Scan merupakan suatu modalitas imaging diagnostic yang menggunakan

gabungan dari sinar x dan komputer untuk mendapatkan citra atau gambar berupa

variasi irisan tubuh manusia.

2. CT Scan dapat mengambarkan abnormalitas pada system saraf pusat.

21
DAFTAR PUSTAKA

Andrew D Peron. 2014. How to read head CT scan. Injuries to bones and organ.

Bontrager, Kenneth L. 2010. Textbook of Radigraphic Positioning and Related Anatomy

Seventh Edition. Missouri: Mosby Inc.

Hosten N, Liebig T. 2002. CT of the head and spine. Thieme. Stuttgart.

Kertoleksono S. 2008. Tomografi komputer: radiologi diagnostic. Edisi ke-2. Jakarta: Balai

Penerbit FKUI.

Seeram, Euclid. 2009. Computed Tomography, Physical, Principles, Clinical Applications, and

Quality Control, Third Edition. Missouri: Saunders Elsevier.

Thayalan, K. 2014. The Physics of Radiology and Imaging. New Dehli: Jaypee Brothers Medical

Publiser (P) Ltd.

22

Anda mungkin juga menyukai