Anda di halaman 1dari 55

TUGAS RADIOLOGI

Oleh:
Muty Hardani, S.Ked

Preceptor:
dr. Karyanto, Sp. Rad

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN RAIOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM ABDUL MOELOEK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
DAFTAR PERTANYAAN

1. Sebutkan gambaran skematis dan bagian-bagian dari pesawat rotgen!


2. Jelaskan patofisiologi terjadinya sinar X!
3. Jelaskan proses terjadinya gambar pada foto rotgen!
4. Sebutkan dan jelaskan differential diagnosis lesi opak dan semiopak pada
foto thorax! (minimal 15)
5. Sebutkan dan jelaskan differential diagnosis gambaran radiologi bayangan
luscen pada foto thorax! (minimal 10)
6. Jelaskan mengenai klasifikasi tb dari berbagai sumber dan gambaran
radiologi TB!
7. Jelaskan mengenai patofisiologi dan gambaran radiologi TB pada anak!
8. Jelaskan macam-macam manifestasi klinis metastase paru dan ciri-cirinya!
9. Sebutkan macam-macam kelainan dan ciri-ciri radiologis pada pleura!
10. Sebutkan kelainan jantung dan ciri-ciri kelainan radiologisnya!
1. Sebutkan gambaran skematis dan bagian-bagian dari pesawat rotgen!

Pesawat sinar-X atau pesawat Rontgen adalah suatu alat yang digunakan untuk
melakukan diagnosa medis dengan menggunakan sinar-X. Sinar-X yang
dipancarkan dari tabung diarahkan pada bagian tubuh yang akan didiagnose.
Berkas sinar-X tersebut akan menembus bagian tubuh dan akan ditangkap oleh
film, sehingga akan terbentuk gambar dari bagian tubuh yang disinari.

Sebelum pengoperasian pesawat sinar-X perlu dilakukan setting parameter untuk


mendapatkan sinar-X yang dikehendaki. Parameter-parameter tersebut adalah
tegangan tinggi (kV), arus tabung (mA) dan waktu paparan (s).

Pesawat sinar-X terdiri dari sistem dan subsistem sinar-X atau komponen. Sistem
sinar-X adalah seperangkat komponen untuk menghasilkan radiasi dengan cara
terkendali. Sedangkan subsistem berarti setiap kombinasi dari dua atau lebih
komponen sistem sinar-X. Pesawat sinarX diagnostik yang lengkap terdiri dari
sekurang-kurangnya generator tegangan tinggi, panel kontrol, tabung sinar-X, alat
pembatas berkas, dan peralatan penunjang lainnya.
1.1 Generator
Pesawat sinar-X mempunyai sejumlah komponen yang menata kembali,
mengendalikan, dan dapat menyimpan energi listrik sebelum digunakan ke
tabung sinar-X. Komponen-komponen tersebut secara kolektif dinyatakan
sebagai catu daya atau pembangkit (generator).

Fungsi utama dari generator adalah untuk menjadikan operator dapat


mengendalikan 3 (tiga) parameter kuantifikasi, sebagai berikut: (1) kV, (2)
mA, dan (3) second (s).

Gambar. Generator pesawat sinar-X

Fungsi yang lebih rinci dari generator sebagaimana pada gambar adalah :
1. Menaikkan tegangan listrik (menghasilkan kV);
2. Mengkonversi arus listrik bolak-balik (AC) menjadi arus searah (DC)
3. Mengubah bentuk gelombang (filter);
4. Menyimpan energi (untuk pesawat sinar-X );
5. Mengendalikan tegangan tabung (kilovoltage-kV);
6. Mengendalikan aru s tabung (milliampere-mA); dan
7. Mengendalikan waktu paparan (exposure time).
1.2 Sistem Kontrol
Sistem kontrol berfungsi mengatur dan mengendalikan operasi pesawat sinar-
X dalam menghasilkan kuantitas dan kualitas sinar-X. Kuantitas dan kualitas
sinar-X tergantung pada pengaturan parameter tegangan, arus dan waktu
pencitraan.

Kuantitas dan kualitas sinar-X tergantung dari elektron yang dihasilkan


filamen dan energi sinar-X yang dihasilkan dari pengaturan tegangan
tinggi.Sebelum pesawat sinar-X dioperasikan maka perlu diatur parameter
parameternya antara lain tegangan tabung melalui kVp selector, arus tabung
melalui mA control dan waktu eksposi. melalui timer. Besaran hasil
pengaturan akan ditampilkan di display pada panel kontrol.

Gambar. Blok diagram fungsi control panel sinar-X

Panel kontrol dilengkapi dengan alat yang menunjukkan parameter


penyinaran dan kondisi yang meliputi tegangan tabung, arus tabung, waktu
penyinaran, penyinaran integral dalam miliamper detik (mAs), pemilihan
teknik, persesuaian mekanisme bucky, dan indikator input listrik. Sistem
pengatur (Control Panel) berguna untuk mengatur catu tegangan, arus dan
waktu pencitraan, dimana catu tegangan diatur dengan pengatur tegangan (kV
selektor), arus tabung diatur dengan pengatur arus tabung (mAs kontrol) dan
waktu paparan diatur dengan pengatur waktu eksposi. (timer).
1. Pengatur Tegangan (KV selektor)
Pengaturan tegangan melalui sebuah trafo variabel atau auto
transformator. Keluaran trafo variabel berupa tegangan rendah antara 120
Volt sampai 240 volt. Tegangan hasil seting ini masuk kedalam lilitan
primer trafo HV dan keluarannya dari HV berupa tegangan tinggi yang
siap dimasukkan kedalam tabung. Hasil seting tegangan akan tampil pada
display. Nilai tegangan hasil seting yang ditampilkan pada display
merupakan tegangan kerja tabung untuk menghasilkan sinar-X.
2. Pengatur Arus Tabung (mA kontrol)
Arus yang masuk ke tabung akan memanaskan filamen sehingga
menghasilkan elektron cepat (elektron yang bergerak dari katoda ke
anoda). Besar kecil arus yang masuk harus diatur untuk menentukan
intensitas sinar-X yang dikeluarkan oleh tabung. Arus hasil seting itu akan
menghidupkan filamen dalam tabung yang selanjutnya akanmenghasilkan
elektron.Nilai arus hasil seting yang ditampilkan pada display merupakan
besaran arus tabung untuk menghasilkan sinar-X.
3. Pengatur waktu paparan (timer)
Waktu eksposi. ditentukan oleh timer, pada pesawat sinar-X konvensional
digunakan timer dengan sistem mekanik. Ketepatan sistem mekanik
biasanya kurang karena adanya gesekan gesekan yang menghambat kerja
timer, sehingga tingkat presisinya rendah. Hal ini akan mempengaruhi
hasil sinar-X yang dikeluarkan tabung.

Panel kontrol harus sesuai dengan penyinaran sinar-X secara otomatis,


sesudah beberapa waktu tertentu atau secara otomatis pada keadaan apapun,
dengan menggerakkan kembali panel kontrolnya. Apabila pengatur waktu
yang secara mekanis tersedia, penyinaran yang diulang tidak dimungkinkan
tanpa pengaturan kembali waktu penyinaran. Pengatur waktu (timer) harus
mampu menghasilkan kembali waktu penyinaran yang singkat secara tepat
dengan selang waktu maksimum yang tidak lebih dari 5 detik. Alat penyinaran
harus dibuat sebaik mungkin, sehingga penyinaran tambahan tidak terjadi.
1.3 Tabung Sinar (X-Ray Tube)
Tabung sinar-X adalah ruang hampa yang terbuat dari kaca tahan panas yang
merupakan tempat sinar-X diproduksi. Tabung sinar-X adalah komponen
yang utama yang terdapat pada pesawat sinar-X. Tabung terdiri dari 2 (dua)
komponen, yaitu: (1) wadah tabung (tube casing /housing); dan (2) tabung
bagian dalam (tube insert). Pada Gambar II.4, diperlihatkan model sebuah
tabung sinar X dan bagian-bagiannya.

1. Wadah Tabung
Dinding bagian paling luar tabung disebut rumah tabung terbuat dari
metal, sedangkan bagian dalamnya terbuat dari lapisan timbal (Pb). Fungsi
dinding ini agar dapat menekan radiasi yang tidak dibutuhkan. Pada sisi
kiri dan kanan tube housing dihubungkan dengan soket kabel tegangan
tinggi (40-150 kV) yang menghubungkan generator tegangan tinggi
dengan tabung sinar-X.Pada tube housing juga dibuatkan jendela housing
atau port output sebagai tempat sinar-X keluar. Fungsi X-ray tube housing,
antara lain :
a. Berfungsi sebagai isolasi dan proteksi tube insert dari gangguan
tekanan dari luar.
b. X-ray tube housing di dalamnya berisi oli transformer yang
berfungsi untuk pendingin panas akibat tumbukan elektron dengan
target dan pemisah komponen yang lain dalam tube insert.
c. X-ray tube housing dilapisi lead shielding yang berfungsi untuk
attenuasi radiasi agar tidak keluar dari tabung sinar-X. Tingkat
kebocoran tabung yang diperkenankan adalah 100 mR/jam. Pada
jarak pengukuran 1 mm diukur pada kondisi faktor eksposi yang
paling tinggi berkisar 125-150 kV.

2. Tabung Sinar-X bagian dalam (X-Ray Tube Insert)


Komponen-komponen utama tabung sinar-X bagian dalam (X-Ray Tube
Insert) sebagaimana yang tampak pada gambar 2.4, meliputi:
a. Katoda
Katoda terbuat dari nikel murni dimana celah antara 2 batang katoda
disisipi kawat pijar (filamen) yang menjadi sumber elektron pada
tabung sinar-X. Filamen terbuat dari kawat wolfram (tungsten)
digulung dalam bentuk spiral. Bagian yang mengubah energi kinetik
elektron yang berasal dari katoda adalah sekeping logam wolfram yang
ditanam pada permukaan anoda.
b. Anoda
Anoda atau elektroda positif biasa juga disebut sebagai target jadi
anoda disini berfungsi sebagai tempat tumbukan elektron. Anoda
merupakan sasaran (target) yang akan ditembaki oleh elektron yang
dilengkapi dengan focus (focal spot).

2. Jelaskan patofisiologi terjadinya sinar X!

Pada aplikasinya, penciptaan sinar-X tak lagi mengandalkan mekanisme


tabung crookes, melainkan dengan menggunakan pesawat sinar-X modern.
Pesawat sinar-X modern pada dasarnya membangkitkan sinar-X dengan
membombardir target logam dengan elektron berkecepatan tinggi. Elektron
yang berkecepatan tinggi tentunya memiliki energi yang tinggi, dan
karenanya mampu menembus elektron-elektron orbital luar pada materi
target hingga menumbuk elektron orbital pada kulit k (terdekat dengan inti).
Elektron yang tertumbuk akan terpental dari orbitnya, meninggalkan hole
pada tempatnya semula. Hole yang ditinggalkannya itu akan diisi oleh
elektron dari kulit luar dan proses itu melibatkan pelepasan foton (cahaya
elektromagnetik) dari elektron pengisi tersebut. Foton yang keluar itulah
yang kemudian disebut sinar-X, dan keseluruhan proses terbentuknya sinar-
X melalui mekanisme tersebut disebut mekanisme sinar-X karakteristik.

Adapun mekanisme lain yang mungkin terjadi adalah emisi foton yang
dialami oleh elektron cepat yang dibelokkan oleh inti atom target atas
konsekuensi dari interaksi coulomb antara inti atom target dengan elektron
cepat. Proses pembelokkan ini melibatkan perlambatan dan karenanya
memerlukan emisi energi berupa foton. Tabung yang digunakan adalah
tabung vakum yang di dalamnya terdapat 2 elektroda yaitu anoda dan
katoda. Katoda / filamen tabung Roentgen dihubungkan ke transformator
filamen. Transformator filamen ini akan memberi supply sehingga
mengakibatkan terjadinya pemanasan pada filamen tabung Roentgen,
sehingga terjadi thermionic emission, dimana elektron-elektron akan
membebaskan diri dari ikatan atomnya, sehingga terjadi elektron bebas dan
terbentuklah awan elektron.

Anoda dan katoda dihubungkan dengan transformator tegangan tinggi 10


kV-150 kV. Primer HTT diberi tegangan AC (bolak-balik) maka akan
terjadi garis-garis gaya magnet (GGM) yang akan berubah-ubah bergantung
dari besarnya arus yang mengalir. Akibat dari perubahan garig-garis gaya
magnet ini akan menyebabkan timbulnya gaya gerak listrik (GGL) pada
kumparan sekunder, yang besarnya tergantung dari setiap perubahan fluks
pada setiap perubahan waktu (E = - d Φ / dt). Dari proses ini didapatkanlah
tegangan tinggi yang akan disuplay ke elektroda tabung Roentgen. Elektron-
elektron bebas yang ada disekitar katoda akan ditarik menuju anoda,
akibatnya terjadilah suatu loop (rangkaian tertutup) maka akan terjadi arus
elektron yang berlawanan dengan arus listrik yang kemudian disebut arus
tabung. Pada saat yang bersamaan, elektron-elektron yang ditarik ke anoda
tersebut akan menabrak anoda dan ditahan.

Jika tabrakan elektron tersebut tepat di inti atom disebut peristiwa


breamstrahlung dan apabila menabraknya dielektron dikulit K, disebut K
karakteristik. Akibat tabrakan ini maka terjadi hole-hole karena elektron-
elektron yang ditabrak tersebut terpental. Hole-hole ini akan diisi oleh
elektron-elektron lain. Perpindahan elektron ini akan menghasilkan suatu
gelombang elektromagnetik yang panjang gelombangnya berbeda-beda.
Gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang 0,1 – 1 A° inilah
yang kemudian disebut sinar X atau sinar Roentgen.

Sehingga prosesnya dapat ringkas menjadi berikut:


1) Katoda (filament) dipanaskan (besar dari 20.0000C) sampai menyala
dengan mengalirkan listrik yang berasal dari transformator.
2) Karena panas electron-elektron dari katoda (filamen) terlepas.
3) Sewaktu dihubungkan dengan transformator tegangan tinggi, elektron-
elektron gerakannya dipercepat menuju anoda yang berpusat di focusing
cup.
4) Awan-awan elektron dipaksa untuk dihentikan pada target (sasaran)
sehingga terbentuk panas (99%) dan sinar x (1%)
5) Pelindung (perisai) timah akan mencegah keluarnya sinar x, sehingga
sinar x yang terbentuk hanya dapat keluar melalui jendela.
6) Panas yang tinggi pada target (sasaran) akibat benturan electron
dihilangkan dengan radiator pendingin.
3. Jelaskan proses terjadinya gambar pada foto rotgen!

1) Gambaran laten (pada film rontgent)


a. Apabila objek yang kerapatannya tinggi, bila ditembus sinar X maka
intensifying screen memendarkan fluoresensi sedikit sekali bahkan
hampir tidak ada. Akibatnya perak halogen hampir tidak mengalami
perubahan.
b. Apabila objek yang kerapatannya rendah, fluoresensi tinggi, maka
terjadi perubahan pada perak halogen
2) Gambaran tampak

Gambaran tampak terjadi setelah film sinar X dibangkitkan pada


larutan pembangkit. Gambaran laten setelah masuk pembangkit (cairan
developer) akan menghasilkan gambaran radioopak. Gambaran laten (1b)
bila diproses pada cairan pembangkit akan menimbulkan gambaran
radiolusen. Setelah sinar-x yang keluar dari tabung mengenai dan
menembus obyek yang akan difoto. Bagian yang mudah ditembusi sinar x
(seperti otot, lemak, dan jaringan lunak) meneruskan banyak sinar x
sehingga film menjadi hitam. Sedangkan bagian yang sulit ditembus sinar
x (seperti tulang) dapat menahan seluruh atau sebagian besar sinar x
akibatnya tidak ada atau sedikit sinar x yang keluar sehingga pada film
berwarna putih. Bagian yang sulit ditembus sinar x mengalami
ateonasi yaitu berkurangnya energi yang menembus sinar x, yang
tergantung pada nomor atom, jenis obyek, dan ketebalan. Adapun bagian
tubuh yang mudah ditembus sinar x disebut Radiolusen yang
menyebabkan warna hitam pada film. Sedangkan bagian yang sulit
ditembus sinar x disebut Radioopaque sehingga film berwarna putih. Telah
diketahui bahwa panjang gelombang yang besar yang dihasilkan oleh kV
rendah akan mengakibatkan sinar-x nya mudah diserap. Semakin pendek
panjang gelombang sinar-x (yang dihasilkan oleh kV yang lebih tinggi)
akan membuat sinar-x mudah untuk menembus bahan.

4. Sebutkan diferensial diagnosis dan gambaran radiologi bayangan opak


pada Foto Thoraks (Minimal 15 kasus)

No Diferensial
Gambaran Radiologi
. diagnosis
1. Atelektasis Bayangan lebih suram (densitas
tinggi) pada bagian paru, baik
lobaris, segmental, atau seluruh
paru, dengan penarikan
mediastinum kearah atelektasis,
sedangkan diafragma tertarik
keatas dan sela iga menyempit.
2. Pneumonia Bayangan perselubungan
alveolar homogen berdensitas tinggi pada
non segmental atau segmental,
lobus paru, atau pada sekumpulan
segmen lobus yang berdekatan,
berbatas tegas. Air bronchogram
biasanya ditemukan diantara
daerah konsolidasi.
3. Pneumonia Gambaran bronchial cuffing, yaitu
interstitial penebalan dan edema pada
dinding bronkiolus. Corakan
bronkovaskular meningkat,
hiperaerasi, bercak-bercak infiltrat
dan efusi pleura juga dapat
ditemukan.
4. Schwarte Garis-garis densitas tinggi yang
tidak teratur (fibrosis) atau
kalsifikasi, selain itu sinus
kostofrenikus menjadi tumpul,
biasanya terjadi di lapangan paru
bagian bawah, tetapi juga dapat
terjadi dipuncak paru, tidak
segmental.
5. Abses paru Satu atau multi kavitas berdinding
tebal, dapat pula ditemukan
permukaan udara dan cairan di
dalamnya.Bayangan dengan batas
tidak tegas (irreguler), dinding
granulomatous/radang/jaringan
atelektasis, bila berhubungan
dengan bronkus air fluid level (+),
sering dekat dengan permukaan
pleura (fistula bronchopleura).
6. Sindrom Loffler Bayangan kurang opak, dapat satu
atau ganda, unilateral atau
bilateral. Tipe bayangan tersebut
menempel (patchy in type)
biasanya kurang berbatas tegas.
Densitas homogen biasanya
perifer dan cepat berubah.
7. Pneumonia Densitas berkabut, biasanya di
rheumatik daerah parahiler dan di lapangan
tengah paru. Bayangan ini dapat
menyatu atau bercak yang tidak
rata dan acap kali berhubungan
dengan perubahan basal
menunjukkan kongesti paru.

8. Bronkitis kronik -Bronkitis kronis golongan ringan:


corakan peribronkial yang
ramai/bertambah di bagian basal
paru oleh penebalan dinding
bronkus dan peribronkus.
-Bronkitis kronis golongan sedang
juga disertai emfisema, sedangkan
bronkitis kronis golongan berat
ditemukan hal-hal tersebut diatas
dan disertai cor pulmonale
(komplikasi bronkitis kronis).
9. Efusi pleura Perselubungan homogen
menutupi struktur paru bawah
yang biasanya relative radioopak
dengan permukaan atas
cekung ,berjalan dari lateral atas
kearah medial bawah. Jaringan
paru akan terdorong kearah
sentral/hilus dan kadang
mendorong mediastinum kearah
kontralateral.
10. Mesotelioma
Bayangan padat pada lapangan
(tumor pleura)
paru, dengan permukaan yang
bergelombang (globulated) dan
pembesaran kelenjar hilus.

11. Mediastinitis Pelebaran mediastinum dengan


densitas bertambah.
12. Tuberkulosis paru Bercak berawan disertai kavitas pada kedua lapangan paru.
aktif

13. Tuberkulosis paru Bercak berawan pada kedua


lama aktif lapangan paru atas yang disertai
kavitas, bintik-bintik kalsifikasi,
garis fibrosis yang menyebabkan
retraksi hilus ke atas.

14. Tuberkulosis paru Bintik-bintik kalsifikasi serta garis


lama tenang fibrosis pada kedua lapangan paru
atas.

15. Tuberkulosis Bercak-bercak granuler pada


miliar seluruh lapangan kedua paru
16. Hamartoma Nodul berbentuk bulat atau
bergelombang (globulated)
dengan batas yang tegas.Biasanya
<4 cm dan sering mengandung
kalsifikasi berbentuk bercak-
bercak garis atau gambaran pop
corn.

17. Tumor paru Perselubungan homogen yang


berbatas tegas pada daerah paru.

18. Metastasis paru Gambaran bayangan bulat


berukuran beberapa milimeter
sampai beberapa centimeter,
tunggal (soliter) atau ganda
(multiple), batas tegas yang sering
disebut coin lesion pada kedua
lapangan paru. Bayangan tersebut
dapat mengandung bercak
kalsifikasi. Dapat juga terdapat
pembesaran kelenjar
mediastinum, penekanan trakea,
bronkovaskular kasar unilateral
atau bilateral atau gambaran garis-
garis berdensitas tinggi halus
seperti rambut.
19. Bronkopneumoni Bercak infiltrat pada lapangan
a bawah/tengah paru.

20. Edema paru Perselubungan atau perbercakan


di 2/3 medial (perihilar) kedua
paru (bilateral) yang memberikan
gambaran “bat wings
appearance”.

21. Hidropneumotora Perselubungan homogen pada


ks bagian basal paru yang menutupi
sinus, diafragma, serta batas
jantung disertai hiperlusen
avaskuler pada bagian atasnya
yang meberikan gambaran air
fluid level (+).Jantung sulit dinilai.

22. Asbestosis plak Bayangan berdensitas tinggi


bentuk dapat berupa garis-garis
tipis, bercak noduler dengan
ukuran beberapa mm (1-2mm),
sampai beberapa cm atau
perselubungan paru menyerupai
radang paru, kadang disertai
pembesaran hilus.Biasanya terjadi
di lapangan paru bawah, terutama
paru kiri sekitar parakardial yang
menutupi jantung kiri.
23. Hyalin membran Lesi granuler yang merata di
disease (HMD) seluruh paru, ukuran paru
mengecil, batas pembuluh darah
tidak jelas, dan toraks berbentuk
bel. Pada kasus lebih berat
didapatkan bayangan paru lebih
radioopak, adanya air
bronkogram, dan batas jantung
dan mediastinum yang tidak jelas,
kadang-kadang diperoleh
gambaran ground glass
appearance. Pada keadaan paling
berat ditemukan gambaran white
lung.
24. Sindrom aspirasi Bercak-bercak tersebar di kedua
mekonium paru, kadang disertai atelektasis.

25. Post Tampak bayangan radioopak


Pneumonectomy komplit yang mengisi sebagian
lapang paru (unilateral).
26. Empiema Tampak pemisahan pelura parietal
dan viseral (pleura split) dan
kompresi paru.

27. Siderosis Bayangan noduler dengan


densitas yang lebih tinggi
daripada jaringan fibrotik dan
mempunyai batas tegas; tidak ada
pembesaran kelenjar hilus.
5. Sebutkan diferensial diagnosis dan gambaran radiologi bayangan lusen
pada Foto Thoraks (Minimal 10 kasus)

No Diferensial
Gambaran Radiologi
. Diagnosis
1. Emfisema Toraks berbentuk silindrik.
Bayangan paru lebih radiolusen
pada seluruh paru atau lobaris
ataupun segmental, corakan
jaringan paru tampak lebih jelas,
vascular paru yang relative
jarang.Diafragma letak rendah
dengan bentuk yang datar dan
peranjakan yang
berkurang.Jantung ramping, sela
iga melebar.
2. Bronkiektasis Bronkovaskular yang kasar yang umumnya terdapat di
lapangan bawah paru, atau gambaran garis-garis translusen
yang panjang menuju ke hilus dengan bayangan konsolidasi
sekitarnya akibat peradangan sekunder, kadang-kadang juga
bisa berupa bulatan-bulat antranslusen yang sering dikenal
sebagai gambaran sarang tawon (honey comb
appearance).Bulatan-bulatan ini dapat berukuran besar
(diameter 1-10cm) yang berupa kista-kista translusen dan
kadang-kadang berisi cairan (air fluid level) akibat peradangan
sekunder.
3. Pneumotoraks Bayangan radiolusen yang tanpa
struktur jaringan paru (avascular
pattern) dengan batas paru
berupa garis radioopak tipis
berasal dari pleura viseral.Jika
pneumotoraks luas, akan
menekan jaringan paru kearah
hilus atau paru menjadi
kuncup/kolaps di daerah hilus
dan mendorong mediastinum
kearah kontralateral.Sela iga
menjadi lebih lebar.
4. Flail chest Bayangan udara yang terlihat
akibat kontusio paru.Gambaran
fraktur kosta yang multipel.

5. Kista Paru Tampak hilus normal, corakan


paru bertambah,
rongaluscen/opak berdinding
tipis reguler, soliter/multipel di
kedua lapang paru
6. COPD Thoraks berbentuk
silindrik,diafragma letak rendah
dengan bentuk datar, bayangan
lebih radiolusen, sela iga
melebar, gambaran fibrosis dan
vaskular paru relatif jarang;
corakan jaringan paru tampak
lebih jelas
7. Bula emfisematus terdapat area fokal dengan
gambaran radioluscent yang
dapat dilihat dengan jelas karena
dilapisi oleh sebuah dinding
tipis. Fluid level memungkinkan
adanya infeksi di dalam bula.
Karakteristik dalam foto thoraks
lain ialah paru yang
hiperekspansi dengan pendataran
kedua hemidiafragma.
8. Idiopatik Emfisema dengan hipoplasi
hiperluscent arteri pulmonalis dan gambaran
bronkiektasis; tanpa
penambahan ukuran paru.

9. Stenosis Bayangan radiolusen


pulmonary pada bagian aorta karena
terjadinya ppengecilan
aorta serta arteri
pulmonalis menonjol.
Pembuluh darah paru-
paru berkurang dan
tampak kecil-kecil.
10. Congenital lobar Kondisi ini dapat
emphysema mengenai satu atau lebih
lobus yang mengalami
overdistensi akibat
terkumpulnya udara 
hal ini dapat terjadi
karena adanya defisiensi
segmentall dari kartilago
bronkial yang
mengakibatkan adanya
bronkomalacia sehingga
udara pada bagian distal
terjebak
Bayangan lusen pada
lobus yang terkena
karena udara yang
terkumpul Mediastinal
shift/pergeseran
mediastinum ke arah
paru yang
normal/”sehat”

11. Congenital cystic Bayangan lusen


adenomatoidmalfo menunjukkan adanya
rmation massa kistik
Dapat terjadi pergeseran
mediastinum karena
adanya desakan dari
massa kistik
12. Kavitas pada TB Terdapat bayangan lusen
Paru Aktif seperti lubang yang
berdinding tebal lebih
dari 4mm  area lusen
ini dapat disertai
gambaran air-fluid level
Adanya lesi ini pada TB
menandakan TB paru
aktif
Kavitas timbul akibat
melunaknya nekrosis
perkijuan (sarang keju)
Kavitas merupakan
gambaran udara yang
mengisi ruang dalam
zona konsolidasi paru
atau dalam massa atau
nodul
13. Air Bronchogram Bayangan lusen yang
pada Pneumonia terbentuk dari udara
yang mengisi bronki,
jika bronki itu sendiri
tidak terisi dengan
eksudat inflamasi atau
cairan
14. Kavitas pada Bayangan lusen bulat
Squamous cell dan berdinding tebal
lung carcinoma Dapat terjadi karena
nekrosis yang
disebabkan suatu proses
pada Squamous cell lung
carcinoma

15. Pneumoperitoneu Kontur diafragma kanan


m dan kiri dapat terlihat
jelas
Bayangan lusen terlihat
di bawah diafragma
(ditandai dengan gambar
bintang) karena adanya
udara di rongga
peritoneum

6. Jelaskan Jelaskan mengenai klasifikasi tb dari berbagai sumber dan


gambaran radiologi TB!

Klasifikasi tuberculosis menurut Kementrian RI tahun 2014 :


1) Berdasarkan organ tubuh yang terkena

 Tuberkulosis paru
Tuberkulosis paru adalah tuberculosis yang menyerang jaringan
(parenkim) paru. Tidak termasuk pleura (selaput pleura) dan
kelenjar pada hilus.
 Tuberkulosis Ekstra Paru
Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru,
misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium),
kelenjar lymfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal,
salurankencing, alat kelamin, dan lain-lain.
2) Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis

 Tuberkulosis paru BTA positif

a. Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya


BTA positif
b. 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks
dada menunjukkan gambaran tuberkulosis
c. 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman
TB positif
d. 1 atau lebih specimen dahak hasilnya positif setelah 3
spesimen dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya
BTA negative dan tidak ada perbaikan setelah pemberian
antibiotika non OAT.
 Tuberkulosis paru BTA negative

Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif.

Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi:

a. Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negative

b. Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberculosis

c. Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT

d. Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi

pengobatan
3) Berdasarkan tingkat keparahan penyakit

 TB paru  BTA negative, foto toraks positif dibagi berdasarkan


tingkat keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan.
Bentuk berat bila gambaran foto toraks memperlihatkan gambaran
kerusakan paru yang luas (misalnya proses “far advanced”), dan
atau keadaan umum pasien buruk.
 TB ekstra-paru
Dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya, yaitu:
a. TB ekstra-paru ringan, misalnya: TB kelenjar limfe, pleuritis
eksudativa unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi,
dan kelenjar adrenal.
b. TB ekstra-paru berat, misalnya: meningitis, milier, peritonitis,
pleuritis, eksudativa bilateral, TB tulang belakang, TB usus,
TB saluran kemih, dan alat kelamin.

4) Berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya

 Kasus baru
Pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah
menelan OAT kurang dari satu bulan (4minggu)
 Kasus kambuh (Relaps)
Pasien tuberculosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan
tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan
lengkap, didiagnosis kembali dengan BTA positif (apusan atau
kultur).
 Kasus setelah putus berobat (Default)
Pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih
dengan BTA positif.
 Kasus setelah gagal (failure)
Pasien yang hasil pemeriksaan dahkanya tetap positif.
5) Berdasarkan gambaran radiologis
 TB Primer/aktif

 TB post primer/laten/sekunder

Klasifikasi Gambaran Radiologi


TB Paru Primer  Terdapat penonjolan pada
hilum dekstra
Infeksi TB pertama yang (Hilaradenophaty)
biasanya asimtomatik dan  Memberi gambaran lebih
membaik sendirinya, simtoms pada lobus teratas paru
hanya sebatas gejala prodormal: dibanding lobus bawah
 Cavitasi langka
Gambaran radiologis menjukan
belang opak kecil pada lapang
paru tengah, disertai
limfadenopati hilar unilateral.

Dapat ditemukan
-Skar kalsifikasi kecil pada
parenkim di lapan paru tengah
( Kompleks Ghon)
- Kombinasi fokus Ghon dengan
kalsifikasi di KGB yang terlibat
disebut sebagai kompleks Ranke
- fokus Simon : fokus yang
tertahan di apeks
 Dapat ditemukan efusi
pleura besar asimtomatik

TB Paru Postprimer (TB  Terdapat kavitas pada


Reaktivasi) kedua lobus teratas.
 Terdapat “airspace
Gambaran radiologi yang disesase” pada lingula dan
dicurigai lesi TB inaktif: pada kedua lobus atas
• Fibrotik (panah hitam) Cavitas
• Kalsifikasi
• Schwarte atau penebalan (banyak gambaran lucen)
pleura

Terdapat perubahan progresif


dari bercak opak kecil menjadi
cavitas akibat proses kaseasi
 Kalsifikasi digambarkan
dan liquefikasi. Makin kronis
seperti bintik-bintik kapur
kavitas makin berdinding tebal
Tuberkel dan necrosis caseosa
merupakan tanda

Fibrosis dan kontraksi


merupakan tanda penyembuhan
 Temuan pada foto thorak
ini adalah fibrosis lobus
superior bilateral

Cavitas TBC  Terdapat cavitas dinding


tipis tanpa air-fluid level.
Temuan dimaknai berdasarkan
klinis

Bronkiektasis pada TBC  Tampak gambaran


honeycomb
Dapat terjadi pada primer
maupun post primer, cukup
sering, Biasanya Asimtomatik.
Dapat terjadi karena traksi
adanya fibrosis ataupin infeksi
endobronkial
TB Milier  Tampak nodul ukuran
sekitar 1mm, jika tidak
Dapat pada primer maupun diobati menjadi nodul –
postprimer, umumnya nodul 2-3mm
berkeringat, gambaran
radiologis muncul setelah 1
minggu gejala.

7. Jelaskan patofisiologi dan gambaran radiologi tuberkulosis pada anak!

Paru merupakan port d’entrée lebih dari 98% kasus infeksi Tuberkulosis (TB).

Karena ukurannya yang sangat kecil, kuman TB dalam percik renik (droplet

nuclei) yang terhirup, dapat mencapai alveolus. Masuknya kuman TB ini akan

segera diatasi oleh mekanisme imunologis non spesifik. Makrofag alveolus

akan menfagosit kuman TB dan biasanya sanggup menghancurkan sebagian

besar kuman TB. Akan tetapi, pada sebagian kecil kasus, makrofag tidak

mampu menghancurkan kuman TB dan kuman akan bereplikasi dalam

makrofag. Kuman TB dalam makrofag yang terus berkembang biak, akhirnya

akan membentuk koloni di tempat tersebut. Lokasi pertama koloni kuman TB

di jaringan paru disebut Fokus Primer Gohn.

Dari fokus primer, kuman TB menyebar melalui saluran limfe menuju kelenjar

limfe regional, yaitu kelenjar limfe yang mempunyai saluran limfe ke lokasi

fokus primer. Penyebaran ini menyebabkan terjadinya inflamasi di saluran

limfe (limfangitis) dan di kelenjar limfe (limfadenitis) yang terkena. Jika fokus

primer terletak di lobus paru bawah atau tengah, kelenjar limfe yang akan
terlibat adalah kelenjar limfe parahilus, sedangkan jika fokus primer terletak di

apeks paru, yang akan terlibat adalah kelenjar paratrakeal. Kompleks primer

merupakan gabungan antara fokus primer, kelenjar limfe regional yang

membesar (limfadenitis) dan saluran limfe yang meradang (limfangitis).Waktu

yang diperlukan sejak masuknya kuman TB hingga terbentuknya kompleks

primer secara lengkap disebut sebagai masa inkubasi TB. Masa inkubasi TB

biasanya berlangsung dalam waktu 4-8 minggu dengan rentang waktu antara 2-

12 minggu. Dalam masa inkubasi tersebut, kuman tumbuh hingga mencapai

jumlah 103-104, yaitu jumlah yang cukup untuk merangsang respons imunitas

seluler.

Pada saat terbentuknya kompleks primer, infeksi TB primer dinyatakan telah

terjadi. Hal tersebut ditandai oleh terbentuknya hipersensitivitas terhadap

tuberkuloprotein, yaitu timbulnya respons positif terhadap uji tuberculin.

Selama masa inkubasi, uji tuberculin masih negatif. Setelah kompleks primer

terbentuk, imunitas seluler tubuh terhadap TB telah terbentuk. Pada sebagian

besar individu dengan sistem imun yang berfungsi baik, begitu system imun

seluler berkembang, proliferasi kuman TB terhenti. Namun, sejumlah kecil

kuman TB dapat tetap hidup dalam granuloma. Bila imunitas seluler telah

terbentuk, kuman TB baru yang masuk ke dalam alveoli akan segera

dimusnahkan.

Setelah imunitas seluler terbentuk, fokus primer di jaringan paru biasanya

mengalami resolusi secara sempurna membentuk fibrosis atau kalsifikasi

setelah mengalami nekrosis perkijuan dan enkapsulasi. Kelenjar limfe regional


juga akan mengalami fibrosis dan enkapsulasi, tetapi penyembuhannya

biasanya tidak sesempurna fokus primer di jaringan paru. Kuman TB dapat

tetap hidup dan menetap selama bertahun-tahun dalam kelenjar ini. Kompleks

primer dapat juga mengalami komplikasi yang dapat disebabkan oleh fokus

paru atau di kelenjar limfe regional. Fokus primer di paru dapat membesar dan

menyebabkan pneumonitis atau pleuritis fokal. Jika terjadi nekrosis perkijuan

yang berat, bagian tengah lesi akan mencair dan keluar melalui bronkus

sehingga meninggalkan rongga di jaringan paru (kavitas).

Kelenjar limfe hilus atau paratrakea yang mulanya berukuran normal saat awal

infeksi, akan membesar karena reaksi inflamasi yang berlanjut. Bronkus dapat

terganggu. Obstruksi parsial pada bronkus akibat tekanan eksternal dapat

menyebabkan ateletaksis. Kelenjar yang mengalami inflamasi dan nekrosis

perkijuan dapat merusak dan menimbulkan erosi dinding bronkus, sehingga

menyebabkan TB endobronkial atau membentuk fistula. Massa kiju dapat

menimbulkan obstruksi komplit pada bronkus sehingga menyebabkan

gabungan pneumonitis dan ateletaksis, yang sering disebut sebagai lesi

segmental kolaps-konsolidasi.Selama masa inkubasi, sebelum terbentuknya

imunitas seluler, dapat terjadi penyebaran limfogen dan hematogen. Pada

penyebaran limfogen, kuman menyebar ke kelenjar limfe regional membentuk

kompleks primer. Sedangkan pada penyebaran hematogen, kuman TB masuk

ke dalam sirkulasi darah dan menyebar ke seluruh tubuh. Adanya penyebaran

hematogen inilah yang menyebabkan TB disebut sebagai penyakit sistemik.

Penyebaran hematogen yang paling sering terjadi adalah dalam bentuk

penyebaran hematogenik tersamar (occult hematogenic spread). Melalui cara


ini, kuman TB menyebar secara sporadic dan sedikit demi sedikit sehingga

tidak menimbulkan gejala klinis.

Kuman TB kemudian akan mencapai berbagai organ di seluruh tubuh. Organ

yang biasanya dituju adalah organ yang mempunyai vaskularisasi baik,

misalnya otak, tulang, ginjal, dan paru sendiri, terutama apeks paru atau lobus

atas paru. Di berbagai lokasi tersebut, kuman TB akan bereplikasi dan

membentuk koloni kuman sebelum terbentuk imunitas seluler yang akan

membatasi pertumbuhannya. Fokus potensial di apeks paru disebut sebagai

fokus simon. Bertahun-tahun kemudian, bila daya tahan tubuh pejamu

menurun, fokus TB ini dapat mengalami reaktivasi dan menjadi penyakit TB di

organ terkait, misalnya meningitis, TB tulang, dan lain-lain.

Bentuk penyebaran hematogen yang lain adalah penyebaran hematogenik

generalisata akut (acute generalized hematogenic spread). Pada bentuk ini,

sejumlah besar kuman TB masuk dan beredar dalam darah menuju ke seluruh

tubuh. Hal ini dapat menyebabkan timbulnya manifestasi klinis penyakit TB

secara akut, yang disebut TB diseminata. TB diseminata ini timbul dalam

waktu 2-6 bulan setelah terjadi infeksi. Timbulnya penyakit bergantung pada

jumlah dan virulensi kuman TB yang beredar serta frekuensi berulangnya

penyebaran. Tuberkulosis diseminata terjadi karena tidak adekuatnya system

imun pejamu (host) dalammengatasi infeksi TB, misalnya pada balita.

Tuberkulosis milier merupakan hasil dari acute generalized hematogenic

spread dengan jumlah kuman yang besar. Semua tuberkel yang dihasilkan
melalui cara ini akan mempunyai ukuran yang lebih kurang sama. Istilih milier

berasal dari gambaran lesi diseminata yang menyerupai butur padi-

padian/jewawut (miller seed). Secara patologi anatomik, lesi ini berupa nodul

kuning berukuran 1-3 mm, yang secara histologi merupakan granuloma.Bentuk

penyebaran hematogen yang jarang terjadi adalah protracted hematogenic

spread. Bentuk penyebaran ini terjadi bila suatu fokus perkijuan menyebar ke

saluran vascular di dekatnya, sehingga sejumlah kuman TB akan masuk dan

beredar di dalam darah. Secara klinis, sakit TB akibat penyebaran tipe ini tidak

dapat dibedakan dengan acute generalized hematogenic spread. Hal ini dapat

terjadi secara berulang.


Gambaran Radiologi TB anak
Klasifikasi Gambaran Radiologis
Infeksi TB
Primer Left Upper Lobe
Ghon Focus with
Left Hilar
Lymphadenopathy

Right Hilar
Lymphadenopathy

Infeksi TB Pasien
Laten asimtomatik, tidak
(LTBI) terdapat
abnormalitas pada
foto thorax

Calcified Ghon
Focus
Calcified Right
Hilar Lymph
Nodes
Primary Pulmonary disease
Progressive with cavitation
TB Disease

Right Middle Lobe


infiltrate with right
hilar
lymphadenopathy

Lymphadenopathy
and lung disease
displacing left
main bronchus
Right paratracheal
lymphadenopathy
and cavitary left
lung disease

TB Milier Penyebaran Milier

Post Left apical


Primary cavitary
TB consolidation

Infiltrates in the
left upper lobe
Pleural Enlarged cardiac
Tuberculou shadow with
s pleural effusion
Disease

8. Sebutkan macam-macam manifestasi klinis metastase paru dan ciri-


cirinya!
 Tumor Paru Sekunder (metastase)
Tumor paru adalah suatu kondisi abnormal yang terjadi pada tubuh akibat
terbentuknya suatu lesi atau benjolan pada tubuh, berdasarkan jenisnya
tumor paru dapat dibagi menjadi tumor paru jinak dan tumor paru ganas,
sementara berdasarkan asal tumornya dapat dibagi menjadi tumor paru
primer dan tumor paru sekunder, tumor paru primer merupakan suatu
keadaan tumor paru yang didapatkan dari organ paru itu sendiri sementara
tumor paru sekunder merupakan suatu metastasis tumor paru dari organ
lain. Tumor paru sekunder atau disebut juga tumor metastasis pada paru
merupakan tumor yang sering ditemui pada foto toraks, sekitar tiga puluh
persen (30%) keganasan bermetastasis ke paru. Metastasis soliter
merupakan jenis metastasis pada paru yang sering ditemukan tetapi dalam
menegakkan dignosis nodul soliter sulit untuk ditegakkan diagnosisnya,
dan dalam penegakan diagnosis tumor paru sekunder akan lebih mudah
jika pasien memiliki riwayat tumor di organ lain sebelumnya.

Proses berurutan mulai tumorigenesis, invasi dan metastasis digambarkan


sebagai berikut :
1. Aktivasi onkogen (terjadi transformasi).
2. Proliferasi sel-sel yang bertransformasi.
3. Kemampuan sel tumor untuk menghindar dari immunesurvailence.
4. Suplai nutrisi kepada masa tumor memerlukan pelepasan faktor-faktor
angiogenesis.
5. Invasi lokal dan destruksi komponen-komponen matriks ekstraseluler
dan parenkim.
6. Migrasi sel tumor dari tempat asalnya.
7. Penetrasi sel-sel kanker melalui dinding pembuluh darah .
8. Embolisasi dan penggumpalan sel-sel tumor menuju lokasi baru.
9. Sel-sel tumor berhenti dalam lumen pembuluh darah kecil atau getah
bening.
10. Menembus pembuluh darah dan berkembang di lokasi baru.

 Manifestasi Tumor Paru Sekunder


Gejala pada tumor paru sekunder diantaranya adalah:
1. Batuk terus-menerus
2. Batuk darah atau dahak berdarah
3. Sakit dada
4. Sesak napas
5. Mengi
6. Penurunan berat badan mendadak

 Radiologi Metastasis Tumor Paru


Gambaran radiologi dan CT Scan yang sering ditemukan pada metastasis
kanker paru adalah single atau multiple nodul, yang memiliki gejala tidak
spesifik seperti batuk berdarah dan pernapasan melambat. Metastasis paru
dibagi menjadi 4 tipe diantaranya adalah : nodul, lymphatic spread, tumor
emboli dan tumor endobronkial. Lesi metastasis thoraks yang biasa
ditemukan antara lain:
a) Cysric pulmonary metastases : morfologi atipik dari metastasis
pulmo, yang mana lesi bermanifestasi sebagai lesi kistik yang
berjauhan. Cystic pulmonary metastases merupkana tumor
primer dari colorectal cancer, endometrial stromal carcinoma
dan epiteloif cell carcinoma
b) Cannonball metastases : metastasis pulmo yang ditandai dengan
gambaran lesi besar, berbatas tegas dan bulat, yang tampak
seperti gambaran cannon ball atau envolee de ballons yang
artinya balon. Cannon ball metastases merupakan tumor
primer dari : renal cell carcinoma, choriocarcinoma dan
prostat cancer, synovial carcinoma dan endometrial carcinoma.

c) Cavitating pulmonary metastases : metastases yang


menggambarkan kavitasi, mirip dengan tipe metastase kistik,
tetapi strukturnya lebih tebal. Tumor primer nya meliputi
cervical cancerpancreatic adenocarcinoma dan transitional cell
carcininoma.

d) Coin lesion : lesi pulmoner soliter berbentuk bundar, oval


berbatas tegas dengan ukuran 1-5 cm.

9. Sebutkan ciri-ciri dan kelainan radiologis pada pleura!


a. Efusi Pleura
Pada foto thoraks PA posisi tegak akan dijumpai :
 sudut costofrenikus yang tumpul,
 meniscus sign
 tertutupnya bagian apical
 gambaran opasitas sebagian hemithoraks

(a) Efusi pleura kiri pada foto toraks tampak dari postero anterior dan lateral
(b). Meniscus sign dapat terlihat dari kedua posisi tersebut
b. Pneumothorax
 -Garis pleura yang membentuk tepi paru yang terpisah dari dinding
dada, mediastinum, atau diafragma oleh udara
 -Tidak ada bayangan pembuluh darah di luar garis ini

c. Fibrosis Pleura
 -Penampilannya serupa dengan cairan pleura, tetapi selalu lebih
kecil daripada bayangan asli. Sudut costophrenicus tetap
terobliterasi.
d. Hematotoraks
Gambaran foto rontgen thoraks AP posis supine pada pasien didapatkan
gambaran opak pada sisi paru kiri dan sudut costophrenicus yang
tumpul. Apabila pasien tidak dapat diposisikan berdiri atau tegak lurus
maka rontgen thoraks dengan posisi supine dapat menunjukkan apical
capping dengan cairan melingkupi bagian superior paru-paru. Adanya
gambaran opak pada bagian lateral ekstrapulmoner dapat menunjukkan
adanya cairan pada ruang pleura.

10. Sebutkan ciri-ciri dan kelainan radiologis pada pleura!

Penyakit jantung bawaan dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok besar


berdasarkan pada ada atau tidak adanya sianosis, yang dapat ditentukan
melalui pemeriksaan fisik. Klasifikasi penyakit jantung bawaan menjadi PJB
sianotik dan PJB asianotik tersebut sering dikenal dengan klasifikasi klinis.
Tapi bagi kelainan jantung kongenital yang lebih komplek bentuknya,
klasifikasi segmental mungkin lebih tepat –suatu pendekatan diagnosis
berdasarkan anatomi dan morfologi bagian-bagian jantung secara rinci dan
runut.
Penyakit jantung bawaan asianotik atau non sianotik umumnya memiliki
kelainan yang lebih sederhana dan tunggal sedangkan tipe sianotik biasanya
memiliki kelainan struktur jantung yang lebih kompleks dan bervariasi.
a. ASD
Rontgen dada biasanya menunjukkan temuan non spesifik, seperti
pembesaran atrium kanan, ventrikel kanan, pembuluh darah paru, atrium
kiri, dan segmen proksimal SVC. ASD dapat memberikan gambaran foto
thorax normal dalam tahap awal ketika ASD kecil. Dapat juga
memberikan gambaran tanda-tanda peningkatan aliran paru (peningkatan
aliran paru atau vaskularisasi shunt), pembuluh darah paru membesar,
vaskularisasi upper zone prominen, tanda-tanda akhir dari hipertensi arteri
paru, pembesaran ruang jantung : atrium kanan, ventrikel kanan dengan
catatan atrium kiri normal dalam ukuran dan arkus aorta kecil normal.

Gambar. Gambaran Thoraks PA pada ASD: sedikit peningkatan pada arteri


pulmonalis marking dengan ukuran jantung yang normal. Segmen arteri
pulmonal utama adalah convex
b. Ventricular Septal Defect (VSD)
VSD diklasifikasikan berdasarkan lokasi anatomi atau fisiologisnya. Bila
berdasarkan klasifikasinya, VSD terjadi pada bagian membranous dan
muscular pada septum ventrikel. VSD membranous dapat dibagi menjadi
VSD defek suprakristal, perimembranous, dan malalignment. VSD
muscular dapat terjadi di region inlet atau outlet atau dalam bagian
trabekular septum. VSD secara fisiologinya dibagi berdasarkan ukuran
defek dan resistensi vaskuler relatif dalam sirkulasi sistemik dan pulmonal.
Gradien bertekanan tinggi muncul melewati VSD restriktif kecil, dengan
tekanan arteri pulmoner normal atau sedikit meningkat dan pirau kiri ke
kanan yang dominan. VSD nonrestriktif besar mengakibatkan tekanan
ventrikel kanan dan ventrikel kiri memiliki tekanan yang sama dengan
hipertensi pulmonal (yang disebabkan tidak adanya obstruksi jalur keluar
ventrikel kanan) dan pirau dua arah. VSD yang terkecil (maladie de Roger)
dikarakteristikkan dengan pirau yang tidak signifikan secara hemodinamik,
murmur yang keras, dan risiko menengah-tinggi terhadap kejadian
endokarditis.

Gambar. Foto thorax PA pada pasien VSD


Gambar. Foto thorax PA pada pasien VSD

c. Patent Ductus Arteriosus (PDA)

Tabel 1. Klasifikasi PDA


Perbandingan
Hipertrofi Ventrikel dan Tekanan Arteri Sirkulasi
Tingkat Saturasi Oksigen
Atrium Kiri Pulmonal Pulmonal-
Sistemik
I Tidak ada Normal Normal <1,5
II Minimal 30-60 mmHg Normal 1,5-2,5
>60 mmHg,
Signifikan + hipertrofi
tetapi masih di
III ventrikel kanan yang Kadang sianosis >2,5
bawah tahanan
minimal
sistemik
Lebih tinggi
Hipertrofi biventrikel +
IV daripada tahanan Sianosis <1,5
atrium kiri
sistemik

Gambaran foto toraks PDA tergantung besar kecilnya PDA yang terjadi.
 Bila PDA kecil sekali, gambaran jantung dan pembuluh darah paru
normal
Gambar .Foto Thorak pada pasien dengan PDA kecil

Bila PDA cukup besar, maka gambaran radiologinya:

 Aorta descedens dan arkus tampak normal atau membesar sedikit dan
nampak menonjol pada proyeksi PA
 A. pulmonalis tampak menonjol lebar di samping aorta
 Pembuluh darah paru dan hilus nampak melebar, karena volume darah
yang bertambah
 Pembesaran atrium kiri
 Pembesaran ventrikel kanan dan kiri. Pada orang dewasa, gambaran
radiologi ini tampak jelas, tetapi pada anakanak tidak khas dan sulit
dinilai, karena biasanya jantung anak-anak masilh berbentuk bulat.
Pelebaran pembuluh darah paru untuk sebagian radiografi PA tidak
nampak karena tertutup oleh jantung, terutama di bagian sentral
Gambar.Gambaran radiologi pada pasien dengan PDA cukup besar. Tampak

adanya penonjolan aorta, pembesaran atrium kiri, hipertrofi ventrikel kiri

Bila keadaan telah lanjut dan timbul tanda hipertensi pulmonal, gambaran

radiologinya:

 Pembuluh darah paru bagian sentral melebar.

 Hilus melebar. Pembuluh darah paru perifer berkurang.

 Ventrikel kanan semakin besar karena adanya hipertrofi dan dilatasi.

 Arteri pulmonalis menonjol.

 Aorta descendens lebar dengan arkus yang menonjol.

 Atrium kiri nampak normal kembali. Pembesaran dari arkus aorta di

samping pembesaran a. pulmonalis adalah khas dan dapat dipakai

untuk membedakan PDA dari ASD atau VSD.


Gambar. Gambaran PDA dengan hipertensi pulmonal. Tampak gambaran khas

hipertensi pulmonal, yaitu pulmonary tree (Hilus melebar, pembuluh darah paru

perifer berkurang)

Gambar. Kardiomegali dengan dilatasi Arteri Pulmonal. Terlihat pleothora

pulmonal bilateral/dilatasi pembuluh darah paru/pulmonary tree


Gambar .Terlihat gambaran PDA closure device, terletak pada tempat yang tepat,

kardiomegaly, penebalan kontur arteri pulmonal dan pleothora bilateral

d. Tetralogy of Fallot (TOF)

Gambar . Foto thorax PA pada pasien TOF


Gambar. Foto thorax PA pada pasien TOF

e. Coarctation of Aorta (COA)

Koartasio aorta adalah suatu penyakit jantung bawaan berupa penyempitan

pada arkus aorta distal atau pangkal aorta desendens torakalis, baik diatas

duktus arteriosus (pre-ductal), di depan duktus arteriosus (juxta ductal)

atau dibawah duktus arteriosus (post ductal).

a. Rontgen Thoraks

Gambar. Foto thoraks PA pada pasien koartasio aorta


Gambaran radiologik yang ditemukan pada pasien koartasio aorta

termasuklah pembesaran jantung kiri (hipertrofi ventrikel kiri) yang dinilai

dari peningkatan batas jantung kiri (gambar A). Kardiomegali dinilai dari

peningkatan Cardiothoracic Index yang lebih dari 0.5. Ditemukan juga

dilatasi arteri subklavika kiri (anak panah). Di gambar B, terlihat gambaran

penyempitan di aspek inferior tulang iga akibat dilatasi arteri interkosta

(inferior rib notching: Roesler sign)

Anda mungkin juga menyukai