Anda di halaman 1dari 19

RADIOLOGI LANJUT 2

TUGAS KELOMPOK
PESAWAT X-ray FLUROSCOPY Merk WANDONG MEDICAL
MODEL FSK 132-1
Bagian POWER SUPPLY dan X-ray ERNIT CIRCUIT

Dosen : Samser Nababan, AMTE, SKM


Disusun Oleh : Kelompok 4
1. Windy Arlin O Nduru
2. Veronika Yulianti Sinaga
3. Sunggu Pakpahan
4. Winni Basrah
5. Wahyudi Trio Putra
6. Yohanes Kalvin Sinaga
7.Basri Habib
8.Wansabarudin Baros
9.Rio Onhart Hutauruk
10.Shandika Rama Yuda

STIKES BINALITA SUDAMA MEDAN


TEKNIK ELEKTROMEDIK
2018/ 2019
A.Pesawat X-Ray Flouroscopy

Fouroscopy adalah suatu alat yang digunakan untuk studi visual


(langsung) dari jatuhnya bayangan laten pada tabir fluoroskopi menjadi
bayangan permanen pada film atau spot film.
Dalam aplikasi medik fluoroscopy digunakan untuk memvisualisasikan
gerakan dari struktur-struktur internal. Seorang radiografer maupun
dokter radiologi dapat mengamati gambaran struktur organ secara
dinamik (real time imaging). Selai itu radiograf dapat pula diambil saat
dilakukannya fluoroscopy (spot film).

Aplikasi penggunaan fluoroscopy biasanya adalah pada pemeriksan


angiografi maupun gastro intestinal study. Pada pemeriksaan fluoroskopi
mA yang digunakan berbeda dengan pemeriksaan radiografi
konvensional. Selama pemeriksaan fluoroskopi berlangsung, tabung sinar-
X dioperasikan tidak lebih dari 50 mAs. Meskipun menggunakan mA yang
kecil, tetapi dosis yang diterima pasien akan lebih besar dibandingkan
dengan pemeriksaan radiografi konvensional. Hal ini disebabkan karena
sinar-X yang diemisikan oleh tabung pada pesawat fluoroskopi
membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan tabung pada
pesawat konvensional.Pengaturan kVp tergantung pada organ yang akan
diperiksa. Ciri-ciri dari fluoroskopi adalah adanya: Automatic Brightness
Control (ABC), Automatic Brightness Stabilization (ABS), atau Automatic
Gain Control (AGC).Keuntungan dari fluoroskopi yaitu meningkatkan
ketajaman gambar yang dihasilkan. Tahap perpendaran diukur dalam
satuan Lambert (L) dan mililambert (mL), dimana 1L = 1000 mL.
Fluoroskopi adalah cara pemeriksaan yang menggunakan sifat tembus
sinar roentgen dan suatu tabir yang bersifat luminisensi bila terkena sinar
tersebut. Fluoroskopi utamanyadiperlukan untuk menyelidiki fungsi serta
pergerakan suatu organ atau sistem tubuh seperti dinamika alat
peredaran darah, misalnya jantung, dan pembuluh darah besar, serta
pernafasan berupa pergerakan diafragma dan aerasi paru-paru. (Sjahriar
Rasad, 1998).
B.Blok Diagram

Jala-jala PLN 220 V Power on/Shut down


AC Powering On Relay Autotrafo Relay Tube
button

HTT

kV Selector mA Selector

Cara Kerja :

Input tegangan masuk dari jala-jala PLN sebesar 220 V AC masuk ke powering on relay,ketika powering
on relay bekerja maka tegangan masuk ke power on/shut down button,saat tekan power on maka
tegangan masuk autotrafo,dari autotrafo melaluiline voltage ke kV dan mA selector,dan juga ke relay
tube,dari relay tube baru masuk ke HTT.

C. Teori Komponen-komponen dalam Rangkaian

1. Kapasitor
Kapasitor (Kondensator) yang dalam rangkaian elektronika dilambangkan
dengan huruf "C" adalah suatu alat yang dapat menyimpan energi/muatan
listrik di dalam medan listrik, dengan cara mengumpulkan
ketidakseimbangan internal dari muatan listrik. Kapasitor ditemukan oleh
Michael Faraday (1791-1867). Satuan kapasitor disebut Farad (F). Satu Farad
= 9 x 1011 cm2 yang artinya luas permukaan kepingan tersebut. Struktur
sebuah kapasitor terbuat dari 2 buah plat metal yang dipisahkan oleh suatu
bahan dielektrik. Bahan-bahan dielektrik yang umum dikenal misalnya udara
vakum, keramik, gelas dan lain-lain. Jika kedua ujung plat metal diberi
tegangan listrik, maka muatan-muatan positif akan mengumpul pada salah
satu kaki (elektroda) metalnya dan pada saat yang sama muatan-muatan
negatif terkumpul pada ujung metal yang satu lagi. Muatan positif tidak
dapat mengalir menuju ujung kutub negatif dan sebaliknya muatan negatif
tidak bisa menuju ke ujung kutub positif, karena terpisah oleh bahan
dielektrik yang non-konduktif. Muatan elektrik ini tersimpan selama tidak ada
konduksi pada ujung-ujung kakinya. Di alam bebas, phenomena kapasitor ini
terjadi pada saat terkumpulnya muatanmuatan positif dan negatif di awan.

1.1 Cara Kerja Kapasitor


Jika muatan positip (+) diberikan pada salah satu plat dan plat yang
lain diberi muatan negatip (-) maka sifat muatan pada kondisi ini akan saling
tarik menarik, tetapi karena adanya lapisan isolasi elektron-elektron itu
tertahan dan tidak akan pernah mengalir, sehingga muatan listrik akan
terjebak pada masing-masing plat dan terserap keseluruh kepingan
plat, kepingan plat membutuhkan waktu untuk mengisi muatan (Charge)
sehingga mencapai tegangan maksimum yang diberikan, dan selama tidak
ada rangkaian konduksi yang dapat menarik atau mengeluarkan muatan
listrik dari kapasitor, muatan listrik akan terus tersimpan pada kapasitor.

1.2 Sifat Kapasitor

Kapasitor bersifat menahan arus DC dan melewatkan arus


AC. Jika dialiri arus DC maka arus akan diserap oleh
kapasitor sehingga mencapai tegangan maksimum power supply (Full
Charge), dan karena dihalangi oleh lapisan isolasi yang bersifat non
konduktif, arus DC tidak akan pernah tembus mengalir pada kapasitor.. Dan
ketika kapasitor dialiri arus AC maka lapisan isolasi dapat ditembus
oleh perubahan elektron dari sinyal ac dengan resistansi yang sangat
kecil bahkan tidak ada resistansi (tanpa tahanan) dan sering digunakan
sebagai kopling pada rangkaian audio.

1.3 Jenis dan Simbol Kapasitor

Non Polar
Adalah jenis kapasitor tanpa polaritas, artinya pemasangan dibolak-balik
tidak masalah. Kapasitor jenis ini umumnya memiliki nilai kapasintansi yang
kecil antara pikofarad dan nanofarad. Contoh kapasitor non polar adalah:
kapasitor keramik, mika, dan polyester.

Bipolar
Adalah jenis kapasitor yang memiliki polaritas positif dan negatif. Hati-hati
saat pemasangan kapasitor jenis ini karena jika dipasang terbalik akan
merusak kapasitor bahkan bisa menimbulkan ledakan. Contoh kapasitor
bipolar adalah: Elektrolit kapasitor (ELKO), dan kapasitor tantalum.

1.4 Variable kapasitor


Kapasitor ini umumnya jenis nonpolar, biasa dipakai untuk penalaan radio
frekuensi pada rangkaian oscilator, contoh kapasitor ini adalah: VARCO
dan kapasitor trimer.
Simbol dan jenis kapasitor

1.5 Nilai Kapasitansi


Michael Faraday adalah penemu kapasitor, mungkin oleh karena itu nama
beliau diabadikan sebagai nilai satuan kapasitor yaitu farad sebagai
penghargaan terhadap hasil penemuannya. Namun nilai farad pada kapasitor
adalah nilai kapasitansi yang sangat besar sehingga untuk
mendukung kebutuhan komponen kapasitor pada rangkaian elektronik
maka dibuatlah nilai yang lebih kecil sebagai berikut:

0,000000000001F = 1pf (piko farad)


0,000000001F = 1nf (nano farad)
0,000001F = 1mf (mikrofarad)

1.6 Rangkaian Seri-Paralel Kapasitor


Rangkaian kapasitor bisa dibuat secara seri atau paralel,sehingga dapat
menghasilkan nilai kapasitansi baru yang tidak ada dipasaran.

Untuk menghitung total kapasitansi rangkaian seri berlaku rumus:


Ctotal (Ct) = 1/C1+1/C2+1/C3

Dan untuk menghitung total kapasitansi rangkaian parallel berlaku rumus:

Ctotal (Ct) = C1+C2+C3

2. Resistor

Resistor merupakan salah satu komponen yang paling sering ditemukan


dalam Rangkaian Elektronika. Hampir setiap peralatan Elektronika
menggunakannya. Pada dasarnya Resistor adalah komponen Elektronika
Pasif yang memiliki nilai resistansi atau hambatan tertentu yang berfungsi
untuk membatasi dan mengatur arus listrik dalam suatu rangkaian
Elektronika. Resistor atau dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan
Hambatan atau Tahanan dan biasanya disingkat dengan Huruf “R”. Satuan
Hambatan atau Resistansi Resistor adalah OHM (Ω). Sebutan “OHM” ini
diambil dari nama penemunya yaitu Georg Simon Ohm yang juga merupakan
seorang Fisikawan Jerman. Untuk membatasi dan mengatur arus listrik dalam
suatu rangkaian Elektronika, Resistor bekerja berdasarkan Hukum Ohm.

2.1 Jenis-jenis Resistor

Pada umumnya Resistor dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis,


diantaranya adalah Fixed Resistor, Variable Resistor, Thermistor dan LDR.

a. Fixed Resistor

Fixed Resistor adalah jenis Resistor yang memiliki nilai resistansinya


tetap. Nilai Resistansi atau Hambatan Resistor ini biasanya ditandai
dengan kode warna ataupun kode Angka.

Bentuk dan Simbol Fixed Resistor :


Yang tergolong dalam Kategori Fixed Resistor berdasarkan Komposisi bahan
pembuatnya diantaranya adalah :

Carbon Composition Resistor (Resistor Komposisi Karbon)

Resistor jenis Carbon Composistion ini terbuat dari komposisi karbon halus
yang dicampur dengan bahan isolasi bubuk sebagai pengikatnya (binder)
agar mendapatkan nilai resistansi yang diinginkan. Semakin banyak bahan
karbonnya semakin rendah pula nilai resistansi atau nilai hambatannya.

Nilai Resistansi yang sering ditemukan di pasaran untuk Resistor jenis


Carbon Composistion Resistor ini biasanya berkisar dari 1Ω sampai 200MΩ
dengan daya 1/10W sampai 2W.

Carbon Film Resistor (Resistor Film Karbon)

Resistor Jenis Carbon Film ini terdiri dari filem tipis karbon yang diendapkan
Subtrat isolator yang dipotong berbentuk spiral. Nilai resistansinya
tergantung pada proporsi karbon dan isolator. Semakin banyak bahan
karbonnya semakin rendah pula nilai resistansinya. Keuntungan Carbon Film
Resistor ini adalah dapat menghasilkan resistor dengan toleransi yang lebih
rendah dan juga rendahnya kepekaan terhadap suhu jika dibandingkan
dnegan Carbon Composition Resistor.

Nilai Resistansi Carbon Film Resistor yang tersedia di pasaran biasanya


berkisar diantara 1Ω sampai 10MΩ dengan daya 1/6W hingga 5W. Karena
rendahnya kepekaan terhadap suhu, Carbon Film Resistor dapat bekerja di
suhu yang berkisar dari -55°C hingga 155°C.
Metal Film Resistor (Resistor Film Logam)

Metal Film Resistor adalah jenis Resistor yang dilapisi dengan Film logam
yang tipis ke Subtrat Keramik dan dipotong berbentuk spiral. Nilai
Resistansinya dipengaruhi oleh panjang, lebar dan ketebalan spiral logam.

Secara keseluruhan, Resistor jenis Metal Film ini merupakan yang terbaik
diantara jenis-jenis Resistor yang ada (Carbon Composition Resistor dan
Carbon Film Resistor).

b. Variabel Resistor

Variable Resistor adalah jenis Resistor yang nilai resistansinya dapat berubah
dan diatur sesuai dengan keinginan. Pada umumnya Variable Resistor terbagi
menjadi Potensiometer, Rheostat dan Trimpot.

Bentuk dan Simbol Variable Resistor :

Potensiometer

Potensiometer merupakan jenis Variable Resistor yang nilai resistansinya


dapat berubah-ubah dengan cara memutar porosnya melalui sebuah Tuas
yang terdapat pada Potensiometer. Nilai Resistansi Potensiometer biasanya
tertulis di badan Potensiometer dalam bentuk kode angka.

Rheostat

Rheostat merupakan jenis Variable Resistor yang dapat beroperasi pada


Tegangan dan Arus yang tinggi. Rheostat terbuat dari lilitan kawat resistif
dan pengaturan Nilai Resistansi dilakukan dengan penyapu yang bergerak
pada bagian atas Toroid.
Preset Resistor (Trimpot)

Preset Resistor atau sering juga disebut dengan Trimpot (Trimmer


Potensiometer) adalah jenis Variable Resistor yang berfungsi seperti
Potensiometer tetapi memiliki ukuran yang lebih kecil dan tidak memiliki
Tuas. Untuk mengatur nilai resistansinya, dibutuhkan alat bantu seperti
Obeng kecil untuk dapat memutar porosnya.

c. Thermistor (thermal resistor)

Thermistor adalah Jenis Resistor yang nilai resistansinya dapat dipengaruhi


oleh suhu (Temperature). Thermistor merupakan Singkatan dari “Thermal
Resistor”. Terdapat dua jenis Thermistor yaitu Thermistor NTC (Negative
Temperature Coefficient) dan Thermistor PTC (Positive Temperature
Coefficient).

Bentuk dan Simbol Thermistor :

d. LDR ( Light Dependent Resistor)

LDR atau Light Dependent Resistor adalah jenis Resistor yang nilai
Resistansinya dipengaruhi oleh intensitas Cahaya yang diterimanya.
Fungsi-fungsi Resistor

Fungsi-fungsi Resistor di dalam Rangkaian Elektronika diantaranya adalah


sebagai berikut :

 Sebagai Pembatas Arus listrik


 Sebagai Pengatur Arus listrik
 Sebagai Pembagi Tegangan listrik
 Sebagai Penurun Tegangan listrik

3. Relay

Relay merupakan komponen elektronika berupa saklar atau switch elektrik


yang dioperasikan secara listrik dan terdiri dari 2 bagian utama yaitu
Elektromagnet (coil) dan mekanikal (seperangkat kontak Saklar/Switch).
Komponen elektronika ini menggunakan prinsip elektromagnetik untuk
menggerakan saklar sehingga dengan arus listrik yang kecil (low power)
dapat menghantarkan listrik yang bertegangan lebih tinggi. Berikut adalah
simbol dari komponen relay.
Fungsi Relay

Seperti yang telah di jelaskan tadi bahwa relay memiliki fungsi sebagai
saklar elektrik, namun jika di aplikasikan ke dalam rangkaian elektronika,
relay memiliki beberapa fungsi yang cukup unik. Berikut beberapa fungsi
saat di aplikasikan ke dalam sebuah rangkaian elektronika.

1) Mengendalikan sirkuit tegangan tinggi dengan menggunakan bantuan


signal tegangan rendah.

2) Menjalankan logic function atau fungsi logika.

3) Memberikan time delay function atau fungsi penundaan waktu.

4) Melindungi motor atau komponen lainnya dari korsleting atau


kelebihan tegangan.

Cara Kerja Relay

Setelah mengetahui pengertian serta fungsi dari relay, anda juga harus
mengetahui cara kerja atau prinsip kerja dari relay. Namun sebelumnya anda
perlu mengetahui bahwa pada sebuah relay terdapat 4 bagian penting yaitu
electromagnet (coil), Armature, Switch Contact Point (saklar) dan spring.
Untuk lebih jelasnya silahkan lihat gambar di bawah ini.

Kontak point relay terdiri dari 2 jenis yaitu:

1) Normally Close (NC) yaitu kondisi awal sebelum diaktifkan akan selalu
berada pada posisi close (tertutup).
2) Normally Open (NO) yaitu kondisi awal sebelum diaktifkan akan selalu
berapa pada posisi open (terbuka).

Berdasarkan gambar diatas, iron core(besi) yang dililitkan oleh kumparan coil
berfungsi untuk mengendalikan iron core tersebut. Ketika kumparan coil di
berikan arus listrik, maka akan timbul gaya elektromagnet sehingga akan
menarik Armature berpindah posisi yang awalnya NC(tertutup) ke posisi
NO(terbuka) sehingga menjadi saklar yang dapat menghantarkan arus listrik
di posisi NO. Posisi Armature yang tadinya dalam kondisi CLOSE akan
menjadi OPEN atau terhubung. Armature akan kembali keposisi CLOSE saat
tidak dialiri listrik. Coil yang digunakan untuk menarik Contact Point ke posisi
CLOSE umunnya hanyak membutuhkan arus llistrik yang relatif kecil.

4. Transistor

Transistor adalah komponen semikonduktor yang memiliki berbagai


macam fungsi seperti sebagai penguat, pengendali, penyearah, osilator,
modulator dan lain sebagainya. Transistor merupakan salah satu komponen
semikonduktor yang paling banyak ditemukan dalam rangkaian-rangkaian
elektronika. Boleh dikatakan bahwa hampir semua perangkat elektronik
menggunakan Transistor untuk berbagai kebutuhan dalam rangkaiannya.
Perangkat-perangkat elektronik yang dimaksud tersebut seperti Televisi,
Komputer, Ponsel, Audio Amplifier, Audio Player, Video Player, konsol Game,
Power Supply dan lain-lainnya.
Transistor pertama kali ditemukan oleh tiga orang fisikawan yang berasal
Amerika Serikat pada akhir tahun 1947 adalah Transistor jenis Bipolar.
Mereka adalah John Bardeen, Walter Brattain, dan William Shockley. Dengan
penemuan tersebut, perangkat-perangkat elektronik yang pada saat itu
berukuran besar dapat dirancang dalam kemasan yang lebih kecil dan
portabel (dapat dibawa kemana-mana). Ketiga fisikawan tersebut
mendapatkan Hadiah Nobel Fisika pada tahun 1956 atas penemuan
Transistor ini. Namun sebelum ketiga fisikawan Amerika Serikat tersebut
menemukan Transistor Bipolar, seorang fisikawan Jerman yang
bernama Julius Edgar Lilienfeld sudah mempatenkan Transistor jenis Field
Effect Transistor di Kanada pada tahun 1925 tetapi Julius Edgar
Lilienfeld tidak pernah mempublikasikan hasil penelitiannya baik dalam
bentuk tulisan maupun perangkat prototype-nya. Pada tahun 1932, seorang
inventor Jerman yang bernama Oskar Heil juga mendaftarkan paten yang
hampir sama di Eropa.
Seiring dengan perkembangannya, Transistor pada saat ini telah dirancang
telah berbagai jenis desain dengan fitur aliran arus dan pengendali yang
unik. Ada jenis Transistor yang berada dalam kondisi OFF hingga terminal
Basis diberikan arus listrik untuk dapat berubah menjadi ON sedangkan ada
jenis lain yang berada dalam kondisi ON hingga harus diberikan arus listrik
pada terminal Basis untuk merubahnya menjadi kondisi OFF. Ada juga
Transistor yang membutuhkan arus kecil dan tegangan kecil untuk
mengaktifkannya namun ada yang hanya memerlukan tegangan untuk
mengoperasikannya. Ada lagi Transistor yang memerlukan tegangan positif
untuk memicu pengendalinya di terminal Basis sedangkan ada Transistor
yang memerlukan tegangan negatif sebagai pemicunya.

Jenis-jenis Transistor
Secara umum, Transistor dapat digolongkan menjadi dua keluarga besar
yaitu Transistor Bipolar dan Transistor Efek Medan (Field Effect Transistor).
Perbedaan yang paling utama diantara dua pengelompokkan tersebut adalah
terletak pada bias Input (atau Output) yang digunakannya. Transistor Bipolar
memerlukan arus (current) untuk mengendalikan terminal lainnya sedangkan
Field Effect Transistor (FET) hanya menggunakan tegangan saja (tidak
memerlukan arus). Pada pengoperasiannya, Transistor Bipolar memerlukan
muatan pembawa (carrier) hole dan electron sedangkan FET hanya
memerlukan salah satunya.
Berikut ini adalah jenis-jenis Transistor beserta :

1. Transistor Bipolar (BJT)

Transistor Bipolar adalah Transistor yang struktur dan prinsip kerjanya


memerlukan perpindahan muatan pembawanya yaitu electron di kutup
negatif untuk mengisi kekurangan electon atau hole di kutub positif. Bipolar
berasal dari kata “bi” yang artinya adalah “dua” dan kata “polar” yang
artinya adalah “kutub”. Transistor Bipolar juga sering disebut juga dengan
singkatan BJT yang kepanjangannya adalah Bipolar Junction Transistor.
Jenis-jenis Transistor Bipolar

Transistor Bipolar terdiri dari dua jenis yaitu Transistor NPN dan Transistor
PNP. Tiga Terminal Transistor ini diantaranya adalah terminal Basis, Kolektor
dan Emitor.

 Transistor NPN adalah transistor bipolar yang menggunakan arus


listrik kecil dan tegangan positif pada terminal Basis untuk
mengendalikan aliran arus dan tegangan yang lebih besar dari Kolektor
ke Emitor.
 Transistor PNP adalah transistor bipolar yang menggunakan arus
listrik kecil dan tegangan negatif pada terminal Basis untuk
mengendalikan aliran arus dan tegangan yang lebih besar dari Emitor
ke Kolektor.
2. Transistor Efek Medan (Field Effect Transistor)

Transistor Efek Medan atau Field Effect Transistor yang disingkat menjadi FET
ini adalah jenis Transistor yang menggunakan listrik untuk mengendalikan
konduktifitasnya. Yang dimaksud dengan Medan listrik disini adalah
Tegangan listrik yang diberikan pada terminal Gate (G) untuk mengendalikan
aliran arus dan tegangan pada terminal Drain (D) ke terminal Source (S).
Transistor Efek Medan (FET) ini sering juga disebut sebagai Transistor
Unipolar karena pengoperasiannya hanya tergantung pada salah satu
muatan pembawa saja, apakah muatan pembawa tersebut merupakan
Electron maupun Hole.

Jenis-jenis Transistor Efek Medan (Field Effect Transistor)

Transistor jenis FET ini terdiri dari tiga jenis yaitu Junction Field Effect
Transistor (JFET), Metal Oxide Semikonductor Field Effect Transistor (MOSFET)
dan Uni Junction Transistor (UJT).

 JFET (Junction Field Effect Transistor) adalah Transistor Efek


Medanyang menggunakan persimpangan (junction) p-n bias terbalik
sebagai isolator antara Gerbang (Gate) dan Kanalnya. JFET terdiri dari
dua jenis yaitu JFET Kanal P (p-channel) dan JFET Kanal N (n-channel).
JFET terdiri dari tiga kaki terminal yang masing-masing terminal
tersebut diberi nama Gate (G), Drain (D) dan Source (S).

 MOSFET (Metal Oxide Semiconductor Field Effect


Transistor) adalah Transistor Efek Medan yang menggunakan Isolator
(biasanya menggunakan Silicon Dioksida atau SiO2) diantara Gerbang
(Gate) dan Kanalnya. MOSFET ini juga terdiri dua jenis konfigurasi yaitu
MOSFET Depletion dan MOSFET Enhancement yang masing-masing
jenis MOSFET ini juga terbagi menjadi MOSFET Kanal-P (P-channel) dan
MOSFET Kanal-N (N-channel). MOSFET terdiri dari tiga kaki terminal
yaitu Gate (G), Drain (D) dan Source (S).

 UJT (Uni Junction Transistor) adalah jenis Transistor yang


digolongkan sebagai Field Effect Transistor (FET) karena
pengoperasiannya juga menggunakan medan listrik atau tegangan
sebagai pengendalinya. Berbeda dengan jenis FET lainnya, UJT
mememiliki dua terminal Basis (B1 dan B2) dan 1 terminal Emitor. UJT
digunakan khusus sebagai pengendali (switch) dan tidak dapat
dipergunakan sebagai penguat seperti jenis transistor lainnya.

5. Autotrafo
Transformator jenis ini hanya terdiri dari satu lilitan yang berlanjut secara
listrik, dengan sadapan tengah. Dalam transformator ini, sebagian lilitan
primer juga merupakan lilitan sekunder. Fasa arus dalam lilitan sekunder
selalu berlawanan dengan arus primer, sehingga untuk tarif daya yang
sama lilitan sekunder bisa dibuat dengan kawat yang lebih tipis
dibandingkan transformator biasa. Keuntungan dari autotransformator
adalah ukuran fisiknya yang kecil dan kerugian yang lebih rendah
daripada jenis dua lilitan. Tetapi transformator jenis ini tidak dapat
memberikan isolasi secara listrik antara lilitan primer dengan lilitan
sekunder.
Selain itu, autotransformator tidak dapat digunakan sebagai penaik
tegangan lebih dari beberapa kali lipat (biasanya tidak lebih dari 1,5 kali).

Autotransformator variabel

skema autotransformator variabel


Autotransformator variabel sebenarnya adalah autotransformator biasa yang
sadapan tengahnya bisa diubah-ubah, memberikan perbandingan lilitan
primer-sekunder yang berubah-ubah.

6. Push Button
Push Button adalah saklar tekan yang berfungsi sebagai pemutus atau penyambung arus listrik dari
sumber arus ke beban listrik. Suatu sistem saklar tekan push button terdiri dari saklar tekan start, stop
reset dan saklar tekan untuk emergency. Push button memiliki kontak NC (normally close) dan NO
(normally open).
Prinsip kerja Push Button adalah apabila dalam keadaan normal tidak ditekan maka kontak tidak
berubah, apabila ditekan maka kontak NC akan berfungsi sebagai stop (memberhentikan) dan kontak NO
akan berfungsi sebagai start (menjalankan) biasanya digunakan pada sistem pengontrolan motor – motor
induksi untuk menjalankan mematikan motor pada industri – industri.

Push button dibedakan menjadi beberapa tipe, yaitu:


a. Tipe Normally Open (NO)

Tombol ini disebut juga dengan tombol start karena kontak akan menutup bila ditekan dan kembali
terbuka bila dilepaskan. Bila tombol ditekan maka kontak bergerak akan menyentuh kontak tetap
sehingga arus listrik akan mengalir.

b. Tipe Normally Close (NC)

Tombol ini disebut juga dengan tombol stop karena kontak akan membuka bila ditekan dan kembali
tertutup bila dilepaskan. Kontak bergerak akan lepas dari kontak tetap sehingga arus listrik akan terputus.

c. Tipe NC dan NO

Tipe ini kontak memiliki 4 buah terminal baut, sehingga bila tombol tidak ditekan maka sepasang kontak
akan NC dan kontak lain akan NO, bila tombol ditekan maka kontak tertutup akan membuka dan kontak
yang membuka akan tertutup

C.Titik Pengukuran

Anda mungkin juga menyukai