“SCALLOPED TONGUE”
Oleh:
INTAN SYAFUTRI 19100707360804095
Dosen Pembimbing
Dr. drg. Dhona Afriza, M. Biomed
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ”Scalloped Tongue” untuk
memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan kepanitraan klinik modul 3 Lesi Jaringan
Lunak Mulut (Variasi Normal) dapat diselesaikan.
Dalam penulisan Laporan Kasus penulis menyadari, bahwa semua proses yang telah
dilalui tidak lepas dari bimbingan. Selaku dosen pembimbing, bantuan, dan dorongan yang
telah diberikan berbagai Dr. drg. Dhona Afriza, M. Biomed pihak lainnya. Untuk itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu.
Penulis juga menyadari bahwa laporan kasus ini belum sempurna sebagaimana
mestinya, baik dari segi ilmiah maupun dari segi tata bahasanya, karena itu kritik dan saran
sangat penulis harapkan dari pembaca.
Akhir kata penulis mengharapkan Allah SWT melimpahkan berkah-Nya kepada kita
semua dan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat serta dapat memberikan sumbangan
pemikiran yang berguna bagi semua pihak yang memerlukan.
Penulis
HALAMAN PENGESAHAN
Disetujui Oleh
Dosen Pembimbing
3. Umur : 24 Tahun
6. Pekerjaan : Mahasiswa
7. Agama : Islam
Tindakan yang
Hari/tanggal Kasus Operator
dilakukan
1. Anamnesa
3. Diagnosa
BAB I
PENDAHULUAN
Lidah merupakan organ yang paling mudah diakses dari rongga mulut. Gangguan
maupun lesi pada lidah mulai menjadi perhatian utama dalam kesehatan umum pasien. Lidah
adalah organ yang kompleks pada dasarnya otot tertutup oleh epitel dan melakukan banyak
fungsi seperti menelan, bicara dan persepsi sensasi termasuk karakteristik rasa, perubahan
termal, rangsang nyeri dan sensasi umum dan membantu dalam perkembangan rahang.
Fungsi tersebut dapat dipengaruhi oleh perubahan lingkungan mulut dan perubahan ekstrim
Banyak kondisi yang dijumpai pada lidah termasuk kedalam istilah “anomali lidah”.
Beberapa kelainan tersebut tidak menunjukkan gambaran yang berarti yang cukup sering
terjadi sehingga dapat dianggap sebagai suatu variasi normal. Beberapa kelainan
menunjukkan kondisi klinis kelainan mayor atau berat pada lidah, dan terdapat
beberapa kasus dapat membantu untuk menentukan sejumlah kelainan akibat faktor
genetic dan membuktikan bahwa kelainan pada lidah dapat disebabkan oleh kelainan
Terdapat beberapa studi yang menyangkut lesi di lidah, salah satu kondisi yang
penting untuk diselidiki adalah scalloped tongue (Puspita dkk., 2010). Penelitian Dewi (2018)
kelamin, jumlah scalloped tongue lebih banyak pada perempuan (69,04%) dibandingkan laki-
laki (30,96%). Berdasarkan usia, jumlah scalloped tongue terbanyak pada rentang usia 20-24
tahun (71,13%). Berdasarkan letak lesi, jumlah scalloped tongue ditemukan terbanyak pada
bilateral lidah (88,98%) dan paling sedikit pada ujung lidah (0,29%).
Scalloped tongue atau sering dikenal denan crenated tongue, lingua indentata, pie
crust tongue, crenulated tonguea dalah suatu keadaan yang ditandai oleh lekukan-lekukan
pada tepi lateral lidah (Matto, 2017). Tekanan abnormal dari gigi-gigi pada lidah mencetak
pola tertentu, yang tampak sebagai oval-oval cekung yang dibatasi tepi seperti kerang yang
putih dan menimbul. Keadaan tersebut biasanya bilateral, tetapi dapat unilateral atau
terisolasi pada daerah dimana lidah berkontak erat dengan gigi-gigi. Penyebabnya meliputi
keadaan-keadaan yang dapat menyebabkan tekanan abnormal pada lidah seperti gesekan dari
lidah terhadap gigi dan diastema, kebiasaan menjulurkan lidah, mengisap lidah, clenching
atau lidah yang membesar dan sering terjadi pada pasien yang bruxism (Aizpurua dkk., 2011;
Scalloped tongue adalah suatu keadaan yang ditandai oleh lekukan-lekukan pada tepi
lateral lidah. Tekanan abnormal dari gigi-gigi pada lidah mencetak pola tertentu, yang tampak
sebagai oval-oval cekung yang dibatasi tepi seperti kerang yang putih dan menimbul.
Keadaan tersebut biasanya bilateral, tetapi dapat unilateral atau terisolasi pada daerah dimana
lidah berkontak erat dengan gigi-gigi. Penyebabnya meliputi keadaan-keadaan yang dapat
menyebabkan tekanan abnormal pada lidah seperti gesekan dari lidah terhadap gigi dan
diastema, kebiasaan menjulurkan lidah, mengisap lidah, clenching atau lidah yang membesar
(laskaris, 2014).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Scalloped tongue adalah kelainan yang sering ditemukan yang ditandai oleh indentasi
pada tepi lateral lidah. Kondisi ini disebabkan oleh tekanan abnormal (misalnya, dari
penyedot) dalam mulut pasien yang mempunyai kebiasaan menggerenyot atau bruksisme.
Biasanya lesi bersifat bilateral,tetapi dapat juga unilateral atau terisolasi pada region, yaitu
lidah berkontak erat dengan gigi-geligi. Tekanan abnormal pada lidah menimbulkan cetakan
dengan pola yang khas yang tampak berupa bentuk oval yang terdepresi, yang kadang-
kadang dikelilingi oleh tepi menonjol, berkelok-kelok dan berwarna putih (laskaris, 2014).
2.2 Etiologi
Scalloped tongue dapat terbentuk dikarenakan oleh satu atau lebih penyebab sebagai berikut:
1. Makroglossia
Adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan lidah yang membesar secara
abnormal.Makroglossia dapat disebabkan oleh hipertrofi otot-otot lidah seperti pada kasus
sindrom Bechwit-Wiedemann, kista, dan tumor jinak pada lidah. Scalloped tongue dapat
terjadi karena lidah yg mengalami makroglossia berdesakan dengan gigi geligi di lateral
maupun anteriornya. Tekanan lidah terhadap gigi dalam waktu lama akan membuat teraan
penderitanya sangat sering berkontak rapat dan saling menekan dengan gigi-
tulang dan badan menjadi lebih besar dari normal.4 Pasien dengan akromegali
menerus berkontak dengan gigi. Kondisi ini menjadi sebab terbentuknya scalloped
tongue.
2.3 Perawatan
membutuhkan perawatan khusus. Bila scalloped tongue terjadi karena faktor kebiasaan
menjulurkan atau menghisap lidah, maka menghilangkan kebiasaan tersebut dapat menjadi
pilihan perawatan.Lina alba yang mencolok pada mukosa bukal, suatu temuan yang sering
menyertai scallop tongue, disebabkan oleh tekanan intraoral negative yang berhubungan
dengan mengisap lidah pada orang yang mempunyai kebiasaan clenching atau bruksisme
(laskaris, 2014).
BAB III
LAPORAN KASUS
Seorang pasien laki-laki berusia 24 tahun datang ke bagian Oral Medicine Rumah Sakit Gigi
dan Mulut Baiturrahmah dengan keluhan bagian kiri dan kanan lidahnya berlekuk lekuk
sehingga tidak nyaman dilihat. Pasien mengalami ini sejak 5 tahun, kondisi ini terlihat sekali
pada bagian samping lidah.
Gambar 1. Gambaran klinis Lidah Pasien tampak samping sisi kanan
Gambar 1. Gambaran klinis Lidah Pasien tampak samping sisi kir
A. Anamnesis
Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan terdapat lekukan-lekukan pada lidah. Pasien tidak merasa
sakit.
Keluhan Tambahan
Pasien mengeluh terdapat lekukan-lekukan di sisi kanan dan kiri lidahnya, pasien
menyadarinya sejak 5 tahun yang lalu saat berkaca melihat kondisi mulutnya, pasien tidak
mengeluh sakit, tetapi khawatir terhadap hal tersebut dan pasien belum pernah memberi
Pasien pernah melakukan perawatan gigi yaitu perawatan penambalan pada gigi regio 37
Pasien tidak mengalami penyakit sistemik, namun pasien pernah dirawat dirumah sakit
karena mengalami kondisi usus buntu dan dilakukan pengobatan dengan operasi sekitar 1
Riwayat Sosial-Pekerjaan
Pasien memiliki kebiasaan menekan lidah ke gigi, menghisap lidah, merokok selama 8
tahun dan sekarang sudah berhenti sejak 1 tahun yang lalu serta pasien mengalami gangguan
pada sendi temporomandibular (sendi rahang) sehingga membuat pasien sulit untuk
Wajah : Simetri
Bibir : Normal
Mata : Normal
Hidung : Normal
mengunyah, bicara, dan menelan), dan tidak mempunyai tujuan fungsional. Contohnya
adalah bruxism, dan kebiasaan-kebiasaan lain seperti menggigit-gigit kuku, pensil, bibir,
mengunyah satu sisi, tongue thrust, dan bertopang dagu. Aktivitas yang paling berat dan
sering menimbulkan masalah adalah bruxism, termasuk clenching dan grinding. Bruxism
adalah mengerat gigi atau grinding terutama pada malam hari, sedangkan clenching adalah
mempertemukan gigi atas dan bawah dengan keras yang dapat dilakukan pada siang ataupun
malam hari. Pasien yang melakukan clenching atau grinding pada saat tidur sering
melaporkan adanya rasa nyeri pada sendi rahang dan kelelahan pada otot-otot wajah saat
bangun tidur.
Frenulum : Normal
Palatum : Normal
lekukan berbentuk kulit kerang, lebarnya kurang lebih mengikuti lebar kontur gigi
konsistensinya kenyal sama seperti jaringan lidah sekelilingnya. warnanya sama dengan
warna lidah di sekelilingnya, pasien tidak merasakan sakit saat dipalpasi dan adanya ulser
Uvula : Normal
Tonsil : Normal
Kebersihan mulut :Sedang
car
18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28
48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38
Keterangan :
36 : Karies Superfisialis
38 : Karies Superfisialis
46 : Karies Superfisialis
47 : Karies Superfisialis
48 : Karies Superfisialis
E. Pemeriksaan Penunjang
F. Diagnosa
G. CIRI KLINIS
Karena pasien memiliki kebiasaan menekan lidah ke gigi, menghisap lidah, merokok
selama 8 tahun dan sekarang sudah berhenti sejak 1 tahun yang lalu serta pasien mengalami
gangguan pada sendi temporomandibular (sendi rahang) sehingga membuat pasien sulit untuk
I. DIAGNOSA BANDING
Frictional keratosis
J. GAMBAR
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada kasus ini, penegakan diagnosa dilakukan dengan pemeriksaan subjektif dan
seperti bentuk kerang pada sisi kanan dan kiri lidahnya. Pasien menyadarinya sejak 8 tahun
kanan dan kiri, lekukan tersebut berbentuk seperti kulit kerang, lebarnya mengikuti kontur
gigi, konsistensinya kenyal sama seperti konsistensi jaringan lidah sekelilingnya. warnanya
sama dengan warna lidah di sekelilingnya, pasien tidak merasakan sakit saat dipalpasi.
Dari pemeriksaan subjektif dan objektif, dapat ditegakkan diagnosa kasus ini adalah
Crenated/Scalloped tongue . Scalloped tongue pada pasien disebabkan oleh kebiasaan pasien
menjulurkan atau menghisap lidah dan ada gangguan pada sendi temporomandibular.
Rencana perawatan pasien ini meliputi kontrol plak (edukasi, motivasi, instruksi) serta
memberi penjelasan kepada pasien bahwa keadaan ini tiaklah berbahaya, tidak memerlukan
perawatan khusus, hanya dipastikan saat kontrol, apakah terdapat perubahan bentuk, ukuran,
warna, dan konsistensi dari lekukan-lekukan di sisi lidah tersebut ataukah tetap seperti
semula.
Gangguan TMJ
Etiologi dari trauma itu sendiri terbagi atas 2 yaitu makro trauma dan mikro
trauma.tekanan yang berlebihan akan menyebaban gangguan fungsional pada bagian tersebut
Makro trauma
Tekanan yang terjadi secara langsung pada bagian yang mengalami kerusakan yang
menyebabkan perubahan pada bagian diskus dan kondilaris secara langsung.makro trauma
dapat juga terjadi ketika gigi bersamaan atau dapat juga menyebabkan perubahan pada
kondilus dengan fossa ketika mulut di buka. Trauma besar yang tiba-tiba dan mengakibatkan
Mikro trauma
Dimana trauma ini merubah posisi diskus dan kondilus secara perlahan-lahan.Trauma
ringan tapi berulang dalam jangka waktu yang lama, seperti bruxism dan clenching. Kedua
hal tersebut dapat menyebabkan microtrauma pada jaringan yang terlibat seperti gigi, sendi
Kondisi oklusi
Dulu oklusi selalu dianggap sebagai penyebab utama terjadinya TMD, namun akhir-
Stress emosional
stres emosional. Pusat emosi dari otak mempengaruhi fungsi otot. Hipotalamus, sistem
retikula, dan sistem limbik adalah yang paling bertanggung jawab terhadap tingkat emosional
individu. Stres sering memiliki peran yang sangat penting pada TMD. Stres adalah suatu tipe
energi. Bila terjadi stres, energi yang timbul akan disalurkan ke seluruh tubuh. Pelepasan
asma, sakit jantung dan atau peningkatan tonus otot kepala dan leher. Dapat juga terjadi
peningkatan aktivitas otot non fungsional seperti bruxism atau clenching yang merupakan
bicara, dan menelan), dan tidak mempunyai tujuan fungsional. Contohnya adalah bruxism,
dan kebiasaan-kebiasaan lain seperti menggigit-gigit kuku, pensil, bibir, mengunyah satu
sisi, tongue thrust, dan bertopang dagu. Aktivitas yang paling berat dan sering menimbulkan
masalah adalah bruxism, termasuk clenching dan grinding. Bruxism adalah mengerat gigi
atau grinding terutama pada malam hari, sedangkan clenching adalah mempertemukan gigi
atas dan bawah dengan keras yang dapat dilakukan pada siang ataupun malam hari. Pasien
yang melakukan clenching atau grinding pada saat tidur sering melaporkan adanya rasa
nyeri pada sendi rahang dan kelelahan pada otot-otot wajah saat bangun tidur.
Rencana Perawatan
Fase I (Etiotropi)
Kontrol plak, DHE
Fase II (Bedah)
Tidak dilakukan
Diagnosa banding
Frictional keratosis
Definisi
Lesi putih yang disebabkan karena adanya tekanan dalam mulut dan
pipi dan lidah.Friksional keratosis biasanya tidak menyebabkan adanya gejala,lesi putih
tersebut biasanyatidak ganas. Secara umum, dua kali lebih banyak penderita friksional
Etiologi
- Kebiasaan menggigit pipi, mengunyah pipi, thrusting lidah, atau menghisap mukosa.
- Permukana gigi yang fraktur atau tidak rata yang mempengaruhi jaringan
lunakdisekitarnya.
- Terkadang, lesi keratosis friksional mungkin terjadi sebagai akibat dari gesekan
- Penyikatan gigi yang tidak benar dan alat bantu kebersihan mulut yang lain
- Kebiasaan pengunyahan pipi, juga dikenal sebagai morsicatio buccarum sehingga lesi
putih menyebar. Bercak putih ini berhubungan dengan kebiasaan oral kronis yang
Gambaran klinis
- Permukaan lesi mungkin terlihat tidak teratur dan terasa kasar pada lidah
- Paling sering mengenai bibir, lateral lidah, bukal mukosa dari garis oklusal dan daerah
edentulous
tepi lateral lidah. Keadaan tersebut biasanya bilateral tetapi dapat unilateral atau terisolasi
pada daerah dimana lidah berkontak erat dengan gigi-geligi.penampakan umum scalloped
tongue adalah berupa lekukan pada lateral atau anterior lidah yang bersesuaian dengan
lekukan-lekukan gigi. Pada kasus ini, diagnosa scalloped tongue akibat kebiasaan pasien
menjulurkan dan menghisap lidah serta ada gangguan pada sendi temporomandibular.
Rencana perawatan pasien ini meliputi kontrol plak (edukasi, motivasi, instruksi) serta
memberi penjelasan kepada pasien bahwa lekukan tersebut bukan suatu kelainan sehingga
pasien tidak perlu melakukan perawatan khusus, hanya dilakukan pengamatan untuk
Langlais, Robert P., dkk, 2013. Atlas Berwarna: Kelainan Rongga Mulut yang Lazim.
Jakarta: Hipokrates. Pages 44-45
Prada, Carlos E., dkk, 2012. Genetic Causes of Macroglossia: Diagnostic Approach.
Pediatrics Journal 2012;129;e431.
US Department of Health and Human Services, 2008. Acromegaly: National Endocrine and
Metabolic Disease Information Service. NIH Publication no. 08-3924
Aizpurua, J.L.D.L.H., Esperanza, D.a., Roy, L.A., Juan, M.J. 2011. Sleep bruxism.
conceptual review and update. Med Oral Patol Oral Cir Bucal.Vol. 16, no. 2.
Dewi, R. T. 2018. Prevalensi crenated tongue dan keterlibatan malposisi gigi pada pasien di
departemen ilmu penyakit mulut Rsgm Ugm Prof. Soedomo Tahun 2011-2015. Skripsi.
Universitas Gadjah Mada.
Khozeimeh, F dan Rasti, G. 2006. The prevalence of tongue abnormalities among the school
children in Borazjan, Iran. Dental Research Journal. Vol. 3, No.1.
Puspita, P., Goeno, S., Dewi, A. 2010. Sebaran geographic tongue pada mahasiswa fakultas
kedokteran gigi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Mutiara Medika. Vol. 10, no. 2, hal:
116-122.