Anda di halaman 1dari 13

DISTRIBUSI ANOMALI GIGI PADA ANAK SDN BOJONGKONENG 1,

CIKUTRA, KOTA BANDUNG

Usulan Penelitian

Destia Utami Affandi


160110110139

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2014
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan kesehatan gigi dan mulut di negara berkembang seperti

Indonesia semakin meningkat. Peningkatan ini seiring berhubungan dengan

meningkatnya angka kelahiran yang menyebabkan peningkatan laju pertumbuhan

penduduk. Kesehatan gigi dan mulut pada anak memiliki peran yang cukup

penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Kesehatan gigi dan mulut

seorang anak yang tidak baik akan mempengaruhi kehidupan dari anak tersebut.

Penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan anak dapat terjadi .

Penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan gigi yang dapat terjadi salah

satunya adalah anomali gigi.

Anomali gigi merupakan suatu kelainan gigi terdiri dari berbagai variasi.

Variasi yang terjadi berupa kelainan jumlah, ukuran, bentuk, struktur gigi, serta

waktu erupsi gigi (White SC, 2009). Menurut J. Ghapanchi, AA Haghneghdar,

Khodadazadeh SH, S. Hagheghdar, 2010 anomali gigi dapat terjadi mungkin

karena faktor genetik ataupun faktor lingkungan. Kelainan yang terjadi akan

memberikan banyak pengaruh pada kehidupan seorang individu baik segi

fungsional maupun psikososial. (Welbury, 2005). Maka dari itu dibutuhkan

penanganan untuk mengatasi anomali gigi.


Penelitian dilakukan di Norwegian untuk mengetahui prevalensi anomali

gigi. Penelitian dilakukan pada anak-anak sekolah dasar dengan usia 12 tahun.

Dari data yang ada yaitu jumlah anak perempuan 273 dan anak laki-laki 227.

Didapatkan hasil bahwa 36.1% anak laki-laki dan 35.2 % anak perempuan

memiliki anomali gigi. Terdiagnosa tipe anomali gigi yang ada adalah agenesis,

taurodontism, pupla stones, mikrodontia, makrodontia, impaksi, akar pendek,

supernumerary, erupsi etropik dan transposisi (Linn Haugland et al, 2013).

Penelitian dilakukan di Iran untuk mengetahui frekuensi dan distribusi

anomali gigi yang terjadi. Menurut data yang diperoleh dari 1000 foto radiografi

panoramik terdiri dari jumlah laki-laki 424 orang dan perempuan 576 orang,

terdapat anomali gigi berupa mikrodontia 3,2%; dilacerations 2,2%; makrodontia

1%; supernumerary 0,8%; fusi dan tarurodontism 0,2% (Maryam Tofangchiha et

al, 2013).

Kota Bandung merupakan Ibu Kota Provinsi Jawa Barat. Menurut data

statistik yang tercatat, terdapat sebanyak sebanyak 937 sekolah dasar yang

tersebar di 30 Kecamatan dengan 151 Kelurahan di Kota Bandung (Portal Resmi

Kota Bandung). SDN Bojongkoneng 1 terletak dijalan Bojongkoneng, Cikutra,

Kelurahan Sukapada Kota Bandung. Menurut data kependudukan yang didapat

bahwa di wilayah kelurahan Sukapada sebanyak 4169 warga memiliki mata

pencaharian pekerja buruh dan sebanyak 1918 warga memiliki mata pencaharian

sebagai pedagang kecil. Dilihat dari data tersebut kemampuan ekonomi warga

daerah tersebut adalah menengah kebawah. Hal tersebut merupakan salah satu
faktor predesposisi yang menyebabkan tingkat anomali gigi ini kemungkinan

cukup tinggi.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti distribusi

anomali bentuk, struktur, dan ukuran gigi pada anak sekolah dasar di SDN

Bojongkoneng 1 Jl Bojongkoneng, Cikutra, Bandung.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan, dapat

diidentifikasikan masalahnya adalah sebagai berikut: berapakah distribusi anomali

gigi pada anak SDN Bojongkoneng 1, Cikutra, Bandung.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud penelitian adalah untuk mengetahui distribusi anomali gigi pada

anak SDN Bojongkoneng 1 Jl Bojongkoneng, Cikutra, Bandung.

Tujuan penelitian adalah untuk mengukur distribusi anomali gigi pada

anak SDN Bojongkoneng 1 Jl Bojongkoneng, Cikutra, Bandung.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut :


1. Memberikan informasi mengenai distribusi anomali gigi pada anak

sekolah dasar

2. Bahan informasi bagi praktisi di bidang kedokteran gigi mengenai

anomali gigi

3. Diharapkan hasil penelitian dapat menjadi data awal untuk penelitian

selanjutnya.

1.5 Kerangka Pemikiran

Anomali adalah penyimpangan suatu bentuk dari standar normalnya,

terutama merupakan akibat defek kongenital (Dorlan, 2003). Salah satu anomali

yang dapat terjadi adalah anomali gigi. Kelainan yang terjadi dapat berupa

jumlah, ukuran, bentuk, struktur jaringan keras gigi, warna serta waktu erupsi.

(Welbury, 2005; Pinkam, 2005). Faktor keturunan, sistemik, trauma, dan lokal

merupakan faktor-faktor yang memicu terjadinya anomali gigi (Pinkam, 2005).

Anomali gigi yang terjadi dapat berbeda-beda karena penyimpangan terjadi pada

tahap pertumbuhan dan perkembangan gigi. Anomali jumlah gigi terjadi pada

tahap inisiasi, anomali berupa bentuk dan ukuran gigi terjadi pada tahap

morfodiferensiasi, anomali struktur gigi terjadi pada tahap histodiferensiasi,

aposisi dan klasifikasi, serta anomali waktu erupsi terjadi pada tahap erupsi gigi

(Cameron, 2003). Sedangkan anomali perubahan warna gigi dapat terjadi karena

faktor pewarnaan intrinsik dan ektrinsik (Pinkam, 2005).


Prevalensi mikrodontia pada gigi sulung berkisar 0,2%-0,5%, sedangkan

pada gigi permanen prevalensinya sekitar 2,5 % untuk gigi individual, dengan

mikrodonsia umum terjadi pada sekitar 0,2 % dari individu. Perbandingan

berdasarkan jenis kelamin wanita lebih sering terkena. Prevalensi makrodontia

pada gigi permanen sekitar 1%. Prevalesi gigi fusi dan germinasi pada gigi sulung

berkisar 0,5%-1,6 dan 0,1%-0,2% pada gigi permanen. Prevalensi amelogensis

imperfekta sekitar 1 dari 14.000 (Welbury, 2005).

Prevalensi makrodontia pada gigi permanen sebanyak 1,1%, sedangkan

mikrodontia sebanyak kurang dari 0,5% pada gigi sulung dan gigi permanen 2%.

Prevalensi gigi fusi sebanyak 2,5% pada gigi sulung dan 0,2% pada gigi

permanen. Prevalensi gigi yang mengalami Talon cusp sebanyak 1-2% pada gigi

permanen. Prevalensi amelogenesis imperfekta 1: 14.000 (Cameron, 2003)

Salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan yang saat ini terjadi di

negara Indonesia adalah masalah kesehatan anak (Aziz Alimul, 2008). Anomali

gigi tidak hanya dapat terjadi pada gigi permanen tetapi dapat pula terjadi pada

gigi sulung (Welbury, 2005). Penelitian untuk mengetahui prevalensi dan

distribusi anomali gigi pada anak-anak sekolah dengan usia 6-15 tahun dilakukan

di India. Hasil yang ditemukan dari 500 anak (290 anak laki-laki dan 210 anak

perempuan) yang diperiksa secara klinis adalah sebanyak dua orang anak yang

memiliki anomali gigi mikrodontia, satu orang anak memiliki anomali gigi talon

cusp, tiga orang anak memiliki anomali gigi mesiodens, 94 orang anak memiliki

anomali gigi hipoplasia (Bangladesh Journal of Medical Science, 2011).

Penelitian dilakukan di Brazil dengan mengambil 523 foto radiograpi panoramik


dari file Orthodontic and Pediatric Dentistry files of Child Clinics of the Science

and Technology Institute of Sao Jose dos Campos of the Sao Paulo State

University dengan kriteria berumur 4-12 tahun. Ditemukan 7 kasus (1,34%)

supernumerary, 47 kasus (8,99%) anodontia, 45 kasus (8,60%) gigi impaksi, 28

kasus (5,35%) dilacerated, dan 7 kasus (1,34%) ankilosis gigi sulung dengan

jumlah anak perempuan yang mengalami anomali gigi lebih banyak sejumlah 76

kasus (56.72%) (Braz Dent Sci, 2013). Kejadian anomali gigi akan memberikan

pengaruh pada fungsional dan psikososial seorang anak yang mengalami anomali

gigi (Welbury, 2005). Berbagai dampak pada fungsional yang dapat terjadi yaitu

terganggunya fungsi dari estetika, pengunyahan dan berbicara. (Machfoedz,

2005). Maka dari itu diperlukan perawatan untuk menangani anomali gigi.

Berbagai perawatan yang dapat dilakukan untuk menangani anomali gigi antara

lain: prostetik, orthodontik, ektraksi, dan restorasi (Cameron, 2003).

1.6 Metodelogi Penelitian

Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif dengan teknik survei. Populasi

diambil di Kelurahan Sukapada dan sempel pada penelitian ini diambil di SDN

Bojongkoneng 1 Jl. Bojongkoneng, Cikutra, Bandung.

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan di SDN Bojongkoneng 1 Jl Bojongkoneng, Cikutra,

Bandung pada bulan November.


BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif dengan teknik survei, yang

sesuai dengan judul penelitian dan bertujuan untuk mengetahui distribusi anomali

gigi pada anak sekolah dasar.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah anak-anak sekolah dasar yang

bersekolah di wilayah Kelurahan Sukapada.

Sampel dalam penelitian diambil dengan menggunakan teknik purposive

sampling yaitu pengambilan sampel secara tidak acak yang dipilih dari anak-anak

sekolah dasar yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti.

Kriteria terdiri dari:

1. Anak-anak yang bersekolah di SDN Bojongkoneng 1 Jl

Bojongkoneng, Cikutra, Kota Bandung.

2. Laki-laki atau perempuan

3. Kooperatif

3.3 Variabel Penelitian


Variabel dalam penelitian ini adalah

1. Anomali gigi

2. Anak sekolah dasar

3.4 Alat dan Bahan Penelitian

Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah:

1. Sarung tangan

2. Masker

3. Senter

4. Kaca mulut

5. Lembar data (informed consent)

6. Kursi

3.5 Prosedur Penelitian

1. Anak diintruksikan untuk duduk dibangku yang disediakan

2. Pengisian informed consent

3. Anak diminta untuk membuka mulut

4. Pemeriksaan klinis terhadap anomali gigi

Dengan karakteristik:

Anomali gigi adalah kelainan gigi yang dapat dilihat secara klinis tanpa

bantuan pemeriksaan radiografis.


Anomali gigi yang terlihat secara klinis:

1. Anomali Ukuran

Kelanian yang terjadi berupa penyimpangan ukuran gigi dari

ukuran normalnya yang dibandingkan dengan gigi yang berdekatan

atau gigi sebelahnya.

1) Makrodonsia

Ukuran gigi lebih besar dari ukuran normalnya.

2) Mikrodonsia

Ukuran gigi lebih kecil dari ukuran normalnya.

3) Fusi

Bergabungnya dua gigi menjadi satu gigi.

2. Anomali Bentuk

Kelainan gigi berupa kelainan bentuk dari bentuk normalnya.

1) Dilaceration

Mahkota gigi terlihat mengalami pembengkokan yang tajam.

2) Talon Cusp

Terdapat penonjolan pada cingulum gigi insisif maksila yang tinggi

dan tajam menyerupai tanduk.

3. Anomali Struktur

Kelainan gigi terjadi berupa hilangnya struktur pembentuk gigi dari

struktur gigi normalnya.

1) Amelogenesis Imperfekta
Pada gigi terdapat groove, pit dan fisur yang kecil pada permukaan

enamel atau adanya guratan guratan pit yang dalam, secara

horizontal pada permukaan gigi.

2) Dentinogenesis Imperfekta

Gigi berwarna biru keabu-abuan atau translusen.

4) Mencatat hasil pemeriksaan

5) Pengolahan data

3.6 Teknik Penyajian Data

Data yang diperoleh kemudian diolah dan disajikan dalam bentuk tabulasi.
DAFTAR PUSTAKA

Aziz, A. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Kebidanan.

Jakarta: Salemba Medika.

Cameron, A.C and Widmer, R. P. 2003. Handbook of Pediatric Dentistry. 2nd

Edition. Edinburgh : Mosby.

Ghapanchi J, Haghnegahdar AA, Kjodadazadeh SH, Haghnegahdar S. A

radiographic and clinical survey of dental anomalies in patients referring to

Shiraz Dental School. Shiraz Univ Dent J 2010;10: 26-31.

Machfoedz, I. 2005. Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut Anak –Anak dan Ibu

Hamil. Edisi ke-I. Yogyakarta. Fitramaya.

Pinkham, J.R., et al. 2005. Pediatric Dentistry: Infancy Trough Adolescence. 4th

Edition. St.Louis: Elsevier Saunders.

Welburry, R., et al. 2005. Pediatric Destistry. 3rd Edition. New York: Oxford

University Prass.

White SC, Pharoah MJ. Oral radiology, principles and interpretation (6th ed). St.

Louis: Mosby 2009: 295.

Anda mungkin juga menyukai