Anda di halaman 1dari 7

Prevalensi dan Karakteristik Diastema Anterior Gigi permanen pada Anak

Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan Manggala

NURHAYANI SAFITRI

J111 16 315

DEPARTEMEN ORAL BIOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2016
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Masa remaja merupakan tahap pembentukan identitas diri. Estetika wajah

dan gigi-geligi remaja berperan penting dalam pembentukan konsep diri dan harga

diri. Menurut Kustiawan, penampilan wajah yang tidak menarik mempunyai

dampak yang tidak menguntungkan pada perkembangan psikologis seorang

remaja. Masalah kesehatan gigi dan mulut yang sering dialami para remaja antara

lain karies, maloklusi, gingivitis, stomatitis dan halitosis . Tingkat keparahan

maloklusi pada remaja berdampak pada interaksi sosial, keadaan psikologis, rasa

percaya diri, serta ketidakpuasan akan penampilan 1.

Salah satu maloklusi yang sering terjadi pada remaja ialah diastema .

Diastema merupakan salah satu masalah estetik yang umum terjadi pada periode

gigi bercampur dan periode awal gigi permanen. Periode gigi permanen ditandai

dengan telah erupsinya seluruh gigi permanen kecuali molar ketiga 5 Diastema

dapat didefinisikan sebagai jarak atau ruang antara permukaan proksimal gigi

yang berdekatan yang lebih besar dari 1 mm. Diastema patologis terlihat di antara

gigi insisivus sentral maksila dapat disebut dengan diastema sentral dan disebut

generalized space (multiple diastema) ketika terlihat di antara kelompok gigi di

lengkung rahang.2,3.

Pada penelitian Liu (2013) mengenai prevalensi diastema sentralis pada

917 anak di Taiwan menemukan sekitar 64,6% dimiliki anak umur 6 tahun, 53,2%

umur 7 tahun, 17,1% anak 11 tahun dan tersisa 14,3% pada umur 12 tahun. 5.6

2
Studi yang dilakukan Neeta dkk (2013), melaporkan kejadian diastema pada 900

anak-anak di Nepal dengan rentan umur 1-14 tahun mencapai 26,6%.6 Abdulateef

dkk (2014) menemukan dari 507 pasien yang diteliti dengan umur 13-40 tahun

didapatkan 21,7%.7 Durgesh melakukan penelitian terhadap pasien yang memakai

pesawat ortodonti di Mauritian tahun 2012 melaporkan maloklusi pada

perempuan 65,7% dan laki-laki 34,3%. Hasil penelitian yang dilakukan Diaz dkk

(2006), pada 1.355 anak di Peru yang berumur 0-6 tahun menarik kesimpulan

bahwa ukuran diastema lebih lebar pada anak umur 7-11 bulan, mengecil pada

umur 4 tahun dan sedikit bertambah lebar di umur 5 dan 6 tahun 4. Laki-laki dan

perempuan Asia memiliki angka terbesar dalam penyebaran maloklusi Klas I yaitu

87,9%. Untuk penyebaran maloklusi Klas I dan II lebih banyak pada usia 11-15

tahun sedangkan untuk Klas III disertai multiple diastem lebih banyak pada usia

16-20 tahun.

Penelitian tentang prevalensi maloklusi memiliki hasil yang sangat

beragam. Hal ini juga disebabkan karena adanya perbedaan sampel, tahun dan

negara dilaksanakannya penelitian. Oktavia dalam penelitiannya mengatakan

bahwa prevalensi maloklusi pada remaja SMA di Kota Medan tahun 2007 sebesar

60,5%2. Menurut Musdalifah mengenai Prevalensi letak diastema anterior gigi

permanen menurut suku pada anak sekolah menengah pertama di Kecamatan

Tamalanrea, diastema sentralis lebih banyak terjadi pada suku Makassar dengan

jumlah 48 orang (14,3%) dan paling sedikit pada suku Mandar yaitu 2 orang

(0,6%).

3
Diastema dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu ketidaksesuian

dentoalveolar, frenulum labial yang abnormal, keadaan patologis, penyakit

sistemik, kelainan jumlah gigi, kelainan bentuk gigi, kebiasaan buruk dan

herediter8. Dibuktikan pada penelitian Deepa (2016) yang mengatakan bahwa

perlekatan frenulum yang tinggi merupakan salah satu faktor penyebabnya.

Frenulum merupakan lipatan kecil dari membran mukosa yang mengikat bibir

atau pipi ke prosessus alveolaris dan berfungsi membatasi pergerakan pipi

atau bibir. Frenulum tinggi pada bibir atas terjadi pada permukaan labial anatara

insisvus sentralis maksilla, biasanya disebabkan karena pada saat pertumbuhan

dan perkembangan gigi, frenulum tidak ikut migrasi kea rah apical. adanya

perlekatan ini akan berakibat terjadinya diastema sentralis9.

Pada penelitian sebelumnya, oleh Musdalifah (2018) yaitu mengenai

prevalensi dan karakteristik diastema anterior gigi permanen pada anak sekolah

menengah pertama di kecamatan Tamalanrea . Sedangkan pada penelitian ini,

dengan tujuan yang sama namun lokasi yang berbeda, peneliti ingin

membandingkan apakah ada perbedaan yang signifikan antara suatu lokasi dengan

lokasi lainnya yaitu antara Kecamatan Tamalanrea yang merupakan lokasi

penelitian sebelumnya dengan Kecamatan Manggala.

4
1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana prevalensi diastema anterior gigi permanen rahang atas dan

rahang bawah berdasarkan umur pada anak Sekolah Menengah Pertama di

Kecamatan Manggala?
2. Bagaimana prevalensi diastema anterior gigi permanen rahang atas dan

rahang bawah berdasarkan jenis kelamin pada anak Sekolah Menengah

Pertama di Kecamatan Manggala?


3. Bagaimana prevalensi diastema anterior gigi permanen rahang atas dan

rahang bawah berdasarkan suku pada anak Sekolah Menengah Pertama di

Kecamatan Manggala?
4. Bagaimana gambaran frenulum labialis yang disertai diastema anterior

gigi permanen rahang atas pada anak Sekolah Menengah Pertama di

Kecamatan Manggala?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

1.3.1 Tujuan Umum

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui Prevalensi dan Karakteristik Diastema Anterior Gigi Permanen

pada Anak Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan Manggala.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui prevalensi diastema anterior gigi permanen rahang atas

rahang bawah berdasarkan umur pada anak Sekolah Menengah Pertama di

Kecamatan Manggala
2. Untuk mengetahui prevalensi diastema anterior gigi permanen rahang atas

rahang bawah berdasarkan jenis kelamin pada anak Sekolah Menengah

Pertama di Kecamatan Manggala

5
3. Untuk mengetahui prevalensi diastema anterior gigi permanen rahang atas

rahang bawah berdasarkan suku pada anak Sekolah Menengah Pertama di

Kecamatan Manggala
4. Untuk mengetahui gambaran frenulum labialis yang disertai diastema

anterior gigi permanen rahang atas pada anak Sekolah Menengah Pertama

di Kecamatan Manggala

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian yang dilakukan

adalah untuk memberikan konstribusi sebagai berikut:

1. Memperoleh data yang berhubungan dengan prevalensi dan karakteristik

diastema sentralis dan diastema multiple gigi permanen pada anak Sekolah

Menengah Pertama yang dapat menjadi pengetahuan, baik bagi lingkup

tenaga kesehatan maupun masyarakat umum

2. Sebagai penelitian lanjutan yang dapat menjadi pembanding dari

penelitian sebelumnya mengenai prevalensi dan karakteristik diastema

anterior gigi permanen pada anak Sekolah Menengah Pertama

Daftar Pustaka

1. Arsie RY. Dampak Berbagai Karakteristik Oklusi Gigi Anterior Terhadap


Status Psikososial Remaja Awal [Tesis]. Jakarta: PPDGS Ortodonti FKG
Universitas Indonesia; 2012. p.1-19
2. Mitchell L. An Introduction to Orthodontics. 4 ed. New York: OUP
Oxford; 2013. p. 15-6, 105.
3. Erdemir U, Yildiz E. Esthetic and Functional Management of Diastema:
A Multidisciplinary Approach: Springer International Publishing; 2015. p.
5.

4. Sekowska A, Chalas R. Diastema size and type of upper lip midline


frenulum attachment. J Folia Morphol. 2017; 76(3): 501-4

6
5. Liu JF, Hsu CL, Chen HL. Prevalence of developmental maxillary midline
diastema in Taiwanese children. J Dent Sci. 2013; 8: 21-6
6. Ghimire N, Maharjan IK, Mahato N, Ghimire N, Nepal P. Occurance of
midline diastema among children of different age, sex and race. Open Sci
Repost Dent. 2013; :1-9
7. Abdulateef DS, Ali AJ, Othman NF. The Prevalence and etiology of
maxillary midline diastema among orthodontic patients attending Shorsh
Dental Clinic in Sulaimani City. J Dent Sulaimani. 2014; vol 1: 86-90
8. Erdemir U, Yildiz E. Esthetic and Functional Management of Diastema:
A Multidisciplinary Approach: Springer International Publishing; 2015. p.
5.
9. Akin R, Soesilowati KS. Penatalaksanaan frenektomi dan depigmentasi
gingiva pada regio anterior rahang atas anak perempuan usia 11 Tahun.
MKGK. 2015; 1(1) : 5-8

Anda mungkin juga menyukai