Anggota : 1. Amalia Devi 2. Ambiyo Budiman 3. Bhismo Prasetyo 4. Egi Herliansyah 5. Hasepta Murfayesi 6. Riza Alisha Sibua 7. Rivaldi Puala Yuka 8. Rizka Sekar Kinasih 9. Yutika Adnindya
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kapi panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya pada kelompok kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan PBL (Problem Based Learning) Sistem Muskuloskeletal modul dasar ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhamma SAW, keluarga serta pengikutnya hingga akhir zaman. Amin. Laporan ini kami buat dengan tujuan untuk memenuhi tugas yang wajib dilakukan setelah selesai membahas kasus PBL. Pembuatan laporan ini pun bertujuan agar kita bisa mengetahui serta memahami dasar muskuloskeletal. Terimakasih kami ucapkan kepada tutor kami Dr. Yusnam yang telah membantu kami dalam kelancaran pembuatan laporan ini. Terimakasih juga kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam mencari informasi, mengumpulkan data, dan menyelesaikan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kelompok kami pada khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Laporan kami bukanlah laporan yang sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangatlah kami harapkan untuk menambah kesempurnaan laporan kami.
Tim Penyusun
BAB I PENDAHULUAN
1.1LATAR BELAKANG
Sistem musculoskeletal meliputi tulang persendian otot, tendon dan bursa. Struktur tulang dan jaringan ikat menyusun kurang lebih 25% berat badan. Struktur tulang memberikan perlindungan terhadap organ-organ penting dalam tubuh seperti jantung, paru, otak. Tulang berfungsi juga memberikan bentuk serta tempat melekatnya otot sehingga tubuh kita dapat bergerak, disamping itu tulang berfungsi sebagai penghasil sel darah merah dan sel darah putih ( tempatnya disumsum tulang ). Melalui modul ini, mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan peran kinerja Dasar alat gerak dalam mencapai kinerja manusia yang optimal ditinjau dari segi struktur anatomi, histology, fisiologi, dan biokimia. Sebelum menggunakan modul ini, tutor dan mahasiswa harus membaca tujuan dan sasaran pembelajaran sehingga diharapkan diskusi tidak menyimpang dari tujuan, dan dapat dicapai kompetensi minimal yang diharapkan. Peren tutor dalam mengarahkan tutorial sangat penting. Bahan untuk diskusi bisa diperoleh dari bahan bacaan yang tercantum pada daftar pustaka pendukung. Kemungkinan seorang ahli dapat memberikan kuliah dalam pertemuan konsultasi antara kelompok mahasiswa peserta diskusi dengan ahli yang bersangkutan.
1.2TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah selesai mempelajari modul ini, mahasiswa mampu menjelaskan tentang penyebab, patomekanisme, gambaran klinik, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan dan pencegahan dari penyakit-penyakit yang dapat mengakibatkan terjadinya nyeri pada ekstremitas.
2. Mampu menjelaskan mekanisme nyeri pada ekstremitas akibat sindroma jebakan 3. Mampu menjelaskan penyebab terjadinya sindroma jebakan 4. Mampu membedakan jenis dan bagian saraf yang mengalami jebakan 5. Mampu menjelaskan gejala dan tanda-tanda klinik sindroma jebakan 6. Mampu menjelaskan pemeriksaan penunjang sindroma jebakan 7. Mampu menjelaskan penanganan sindroma jebakan
menjaditerganggukarenatakbisamencucidanmenggosokselamasakit.
2.3 Pertanyaan
1. Jelaskan mekanisme nyeri pada kasus tersebut! 2. Jelaskan topografi pada kasus! 3. Faktor faktor apa saja yang menyebabkan nyeri ekstremitas? 4. Bagaimana gejala gejala dan tanda klinik dari sindroma jebakan ? 5. Mengapa pada kasus ini, nyeri disertai rasa kesemutan? 6. Apa hubungan antara nyeri, rasa terbakar, dan kesemutan pada kasus?
7. Mengapa rasa terbakar terasa pada pergelangan tangan pada malam hari dan berkurang saat digosok - gosokkan? 8. Bagaimana terapi sindroma jebakan? 9. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari kasus tersebut?? 10. Bagaimana pencegahan dari kasus tersebut? 11. Jelaskan DD skenario !
Topografi pada kasus Saraf medianus dibentuk oleh radix superior [ radix lateralis ] dari fasciculus lateralis dan radix inferior [ radix medialis ] dari fasciculus medialis, berada di sebelah lateral arteria axillaris. Dibentukolehserabut-serabutsarafyangberpusatpadamedullaspinalis segmental C 5 Thoracal 1. Sepanjangbrachiumn.medianusberjalanberdampingandenganarteriabrachialis,
mula-mulaberada di sebelah lateral, lalumenyilang di sebelahventralarteriatersebutkirakirapadapertengahanbrachium; selanjutnyamemasukifossacubitidanberada di sebelah medial arteriabrachialis. Di daerahbrachiumnervus di ini tidakmemberipercabangan.
Memasukidaerahantebrachiumn.medianusberada
antarakeduacaputm.pronatorteres,
berjalanke distal di bagian medial antebrachium, olehkarena itu disebutnervusmedianus, berada di sebelahprofundam.flexordigitorumsublimis. Memberikanramimuscularesuntuk : m.pronatorteres m.palmarislongus m.flexorcarpiradialis m.flexordigitorumsuperficialis.
danmempersarafim.flexorpollicislongus, lateralism.flexordigitorumprofundusdanm.pronatorquadratus.
menujukepergelangantangandanterbagimenjadiramusmedialisdanramuslateralis. Ramusmedialismempersarafikulitmanusdanmegadakananastomosedenganramuspalmarisnervi
6
dantendom.flexorcarpiradialis [disebelah lateral], kemudianberjalandidalamcanaliscarpi, melekatpadafaciesprofundaligamentumcarpitransversum. Di tempattersebutseringkalin.medianusterjepitdanmemberi The carpal Tunnel distal Syndrome.Sesaatsetelahmeninggalkantepi
m.opponenspollicisdanm.flexorpollicisbrevis.
buahnervi digitales palmares communes (= nervi digitales volarescommunes), masingmasingbercabanglagimembentuknervi digitales palmares proprii . Nervus digitalis palmariscommunis I bercabang tiga membentuknervi digitales palmares proprii, yangmasing-masingberjalanmenujukepadakeduasisiibujari, sertasisi lateral jari II. Nervus digitalis palmariscommunis II bercabang dua menujukesisi medial jari II dansisi lateral jari III [masing-masingdisebutnervus digitalis palmarisproprius]. Nervus digitalis palmariscommunis III memberi dua cabangnervi digitales palmares proprii, menujukesisi medial jari III dansisi lateral jari IV. Innervasi ini seringdisebutinnervasikulit 3 jaribagian lateral. Nn.digitales palmares communesmempersarafijugam.lumbricalis I, II dan III.
Pada Manus, terdapat : o FASCIA MANUS yg membungkus MANUS o APONEUROSIS PALMARIS penebalan fascia manus pada volar manus o LIG. CARPI TRANSVERSARUM (=RETINACULUM FLEXORUM) - Membentuk CANALIS CARPII bersama sulcus carpii - Dilewati Vagina tendineum otot-otot flexor antebrachium M.flexor carpi radialis M.flexor poll. Longus M. flexor digit sublimis M.flexor digit profundus Dan N.MEDIANUS
Rongga karpal dibatasi oleh dinding kaku yang dibentuk oleh tulang dan sendi carpal serta ligamentum carpal transversum (fleksor retinakulum) yang tebal. Terowongan carpal dibatasi oleh tulang distal radius, lunatum, dan capitatum di sisi dorsal; tulang skaphoid, jaringan fibrous untuk terowongan fleksorcarpiradialis di sisi radial; tulang triquetrum dan ligamentum pisohamatum di sisi ulnar; ligamentum carpal tranversum yang tebal membentang dari tulang pisiform ke skaphoid-trapezoid di sisi polar. Carpal tunnel berisi ligamentum fleksor digitorum superfisialis dan profundus, flexor pollicis longus, dan n. medianus yang lebih ke radial.
3.
Nama
: Amalia Devi
4.
5.
Nama
6.
Nama: Riza Alisha Rasa terbakar terasa pada pergelangan tangan pada malam hari dan berkurang saat digosok gosokkan
Gejala klinis yang pertama kali timbul dan paling sering serta mudah dikenali oleh
pasien adalah parestesi, hipestesi atau seperti terbakar pada daerah palmar tangan yang dipersarafi nervus medianus yaitu ibu jari, jari telunjuk, jari tengah dan sebagian sisi radial jari manis. Gangguan sensorik itu paling terasa pada jari tengah dan jari telunjuk, sedangkan pada ibu jari kurang terasa. Kadang kala gejala tersebut hanya terasa pada satu jari tetapi lebih sering terasa pada seluruh bagian tangan. Pasien dapat terbangun pada tengah malam atau dini hari karena nyeri pada tangan (brachialgia paresthetica nocturna atau
eksaserbasi nokturnal). Nyeri terjadi karena penekanan terus-menerus pada nervus medianus akibat posisi sewaktu tidur atau mungkin berhubungan dengan bendungan vena. Gerak fleksi-ekstensi yang berulang-ulang seperti misalnya mencuci, menyapu, menggosok dan pekerjaan rumah tangga lainnya akan menimbulkan atau memperhebat gejala klinisnya. Setelah lanjut maka gejala klinis memperlihatkan gangguan cabang motorik nervus medianus, berupa kelemahan, kekakuan, kecanggungan gerak ibu jari dan jari telunjuk serta akhirnya atrofi otot thenar. Disfusi otonom atau aktivitas simpatetik yang berlebih (fenomen Raynaud) dapat dijumpai yaitu perubahan warna jari-jari tangan yang progresif mulai dari pucat kemudian sianosis dan akhirnya kemerahan bila terkena hawa dinggin.
11
Pada umumnya gejala klinis itu bilateral, tetapi yang pertama kali terkena dan lebih berat adalah tangan yang dominan.
Tekanan yang berulang-ulang dan lama pada n.Medianus akan menyebabkan tekanan intrafasikuler meninggi. Keadaan ini menyebabkan perlambatan aliran vena. Kongesti ini lama-lama akan mengganggu nutrisi intrafasikuler, selanjutnya terjadi anoksia yang akan merusak endotel dan menimbulkan kebocoran protein sehingga terjadi edema epineural. Hipotesa ini dapat menerangkan keluhan yang sering pada Sindroma jebakan yaitu berupa rasa nyeri dan sembab terutama malam hari, yang akan berkurang setelah tangan yang bersangkutan digosok-gosokkan atau diurut, mungkin karena perbaikan dari gangguan vaskuler ini. Dengan menggosokan tangan atau mengurut tangan maka akan membantu perbaikan sementara pada aliran darah. Karena posisi pergelangan tangan dan mengurangi gerakan repetitif. Tapi hal ini atau rasa nyerinya hilang bersifat sementara saja. Kesimpulan Nervus medianus, ketika melaui terowongan carpal (Carpal Tunnel) dipergelangan tangan. Manifestasi dari sindroma ini adalah nyeri & kesemutan.Umumnya keluhan timbul berangsur-angsur, tetapi yang lebih spesifik. yaitu rasa nyeri di tangan yang biasanya timbul di malam hari, rasa tebal-tebal dan kesemutan biasanya pada jari 1, 2, 3 & setengah jari ke 4, kadangkadang rasa nyeri dapat terasa sampai lengan atas & leher tetapi hanya terbatas distal di pergelangan tangan saja, jari-jari tangan & pergelangan bengkak dan kaku, gerakan jari-jari kurang terampil dalam melakukan aktivitas rumah tangga seperti mencuci,
memasak, menggosok dan keluhan otot telapak tangan mengecil & makin lama makin ciut. Permasalahn yang timbul akibat carpal tunnel syndrome antara lain permasalahan kapasitas fisik berupa keterbatasan gerak, nyeri, penurunan kekuatan otot fleksor, ekstensor, radial deviasi & ulnar deviasi wrist dextra seperti kesulitan mencuci, menyiapkan minuman (memasak), & menggenggam benda / barang dengan erat.
Referensi :
12
Sylvia A.price.patofisiologi konsep klinis penyakit.edisi 6 Atlas sobotta ekstremitas atas. Ganong, W.F., 2005.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 22, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
7.
b. Terapi operatif.
13
Tindakan operasi pacta STK disebut neurolisis nervus medianus pada pergelangan tangan. Operasi hanya dilakukan pacta kasus yang tidak mengalami perbaikan dengan terapi konservatif atau hila terjadi gangguan sensorik yang berat atau adanya atrofi otot-otot thenar. Pada STK bilateral biasanya operasi pertama dilakukan pada tangan yang paling nyeri walaupun dapat sekaligus dilakukan operasi bilateral. Penulis lain menyatakan bahwa tindakan operasi mutlak dilakukan bila terapi konservatif gagal atau bila ada atrofi otot-otot thenar, sedangkan indikasi relatif tindakan operasi adalah hilangnya sensibilitas yang persisten. Biasanya tindakan operasi STK dilakukan secara terbuka dengan anestesi lokal, tetapi sekarang telah dikembangkan teknik operasi secara endoskopik. Operasi endoskopik memungkinkan mobilisasi penderita secara dini dengan jaringan parut yang minimal, tetapi karena terbatasnya lapangan operasi tindakan ini lebih sering menimbulkan komplikasi operasi seperti cedera pada saraf. Beberapa penyebab STK seperti adanya massa atau anomali maupun tenosinovitis pacta terowongan karpal lebih baik dioperasi secara terbuka.
2. Terapi terhadap keadaan atau penyakit yang mendasari STK Keadaan atau penyakit yang mendasari terjadinya STK harus ditanggulangi, sebab bila tidak dapat menimbulkan kekambuhan STK kembali. Pada keadaan di mana STK terjadi akibat gerakan tangan yang repetitif harus dilakukan penyesuaian ataupun pencegahan. Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya STK atau mencegah kekambuhannya antara lain: Usahakan agar pergelangan tangan selalu dalam posisi netral. Perbaiki cara memegang atau menggenggam alat benda. Gunakanlah seluruh tangan dan jari-jari untuk menggenggam sebuah benda, jangan hanya menggunakan ibu jari dan telunjuk. Batasi gerakan tangan yang repetitif. Istirahatkan tangan secara periodik. Kurangi kecepatan dan kekuatan tangan agar pergelangan tangan memiliki waktu untuk beristirahat. Latih otot-otot tangan dan lengan bawah dengan melakukan peregangan secara teratur.
Di samping itu perlu pula diperhatikan beberapa penyakit yang sering mendasari terjadinya STK seperti: trauma akut maupun kronik pada pergelangan tangan dan daerah sekitarnya, gagal ginjal, penderita yang sering dihemodialisa,myxedema akibat hipotiroidi, akromegali akibat tumor hipofise, kehamilan atau penggunaan pil kontrasepsi, penyakit kolagen vaskular, artritis, tenosinovitis, infeksi pergelangan
14
tangan, obesitas dan penyakit lain yang dapat menyebabkan retensi cairan atau menyebabkan bertambahnya isi terowongan karpal.
Prognosis Carpal Tunnel Syndrome Pada kasus STK ringan, dengan terapi konservatif umumnya prognosa baik. Secara umum prognosa operasi juga baik, tetapi karena operasi hanya dilakukan pada penderita yang sudah lama menderita STK penyembuhan post operatifnya bertahap. Perbaikan yang paling cepat dirasakan adalah hilangnya rasa nyeri yang kemudian diikuti perbaikan sensorik. Biasanya perbaikan motorik dan otot- otot yang mengalami atrofi baru diperoleh kemudian. Keseluruhan proses perbaikan STK setelah operasi ada yang sampai memakan waktu 18 bulan. Bila setelah dilakukan tindakan operasi, tidak juga diperoleh perbaikan maka dipertimbangkan kembali kemungkinan berikut ini: 1. Kesalahan menegakkan diagnosa, mungkin jebakan/tekanan terhadap nervus medianus terletak di tempat yang lebih proksimal. 2. Telah terjadi kerusakan total pada nervus medianus. 3. Terjadi STK yang baru sebagai akibat komplikasi operasi seperti akibat edema, perlengketan, infeksi, hematoma atau jaringan parut hipertrofik. Komplikasi yang dapat dijumpai adalah kelemahan dan hilangnya sensibilitas yang persisten di daerah distribusi nervus medianus. Komplikasi yang paling berat adalah reflek sympathetic dystrophy yang ditandai dengan nyeri hebat, hiperalgesia, disestesia dan ganggaun trofik. Sekalipun prognosa STK dengan terapi konservatif maupun operatif cukup baik ,tetapi resiko untuk kambuh kembali masih tetap ada. Bila terjadi kekambuhan, prosedur terapi baik konservatif atau operatif dapat diulangi kembali.
8.
antaratendonfleksordanretinakulumfleksor.
adalahkanaliskarpal
15
(carpal
tunnel).
Penyempitanolehlemakataucairan
di
sekelilingnyamenekansarafmedianus,
munculahkesemutan.
Bisaterjadiakibatkomplikasikehamilan, obesitas, diabetes melitus, rematik. Gejalagejalameliputinyeripada tangan yangkadangmenyebarkelenganatas. Nyerimakinberat di malamhari. Gejalamenjadiparaholehkerja manual yangberatsepertimencuci,
tes
Penderita diminta mengibas-ibaskan tangan atau menggerak-gerakkan jari-jarinya. Bila keluhan berkurang atau menghilang akan menyokong diagnosa STK. Harus diingat bahwa tanda ini juga dapat dijumpai pada penyakit Raynaud.
b) Thenar wasting. Pada inspeksi dan palpasi dapat ditemukan adanya atrofi otot-otot thenar.
16
c) Menilai kekuatan dan ketrampilan serta kekuatan otot secara manual maupun dengan alat dinamometer. Penderita diminta untukmelakukanabduksimaksimal palmar Di
laluujungjaridipertemukandenganujungjarilainnya. nilaijugakekuatanjepitanpadaujungjari-jaritersebut.
Ketrampilan/ketepatandinilaidenganmemintapenderitamelakukangerakanyangr umitsepertimenulisataumenyulam. d) Wrist extension test. Penderita melakukan ekstensi tangan secara maksimal, sebaiknya dilakukan serentak pada kedua tangan sehingga dapat dibandingkan. Bila dalam 60 detik timbul gejala-gejala seperti STK, maka tes ini menyokong diagnosa STK. e) Phalen's test. pada pemeriksaan jebakan nervus medianus, melakukan hiperfleksi pada pergelangan tangan dengan mempertemukan kedua punggung tangan. Pada paseien yang menderita carpal Tunnel Syndrome, akan terasa nyeri yang sangat hebat. Penderitamelakukanfleksi tangan secaramaksimal. Bila dalamwaktu 60 detiktimbulgejalaseperti STK, tes ini tes menyokongdiagnosa. ini
Beberapapenulisberpendapatbahwa sangatsensitifuntukmenegakkandiagnosaSTK.
17
f) Torniquet test Dilakukan pemasangan torniquet dengan menggunakan tensimeter di atas siku dengan tekanan sedikit di atas tekanan sistolik. Bila dalam 1 menit timbul gejala seperti STK, tes ini menyokong diagnosa.
g) Tinel's sign Dapat pada pemeriksaan nervus medianus dengan melakukan penekanan pada pertengahan ligamentum carpi transversum (volare). Tinels test postif jika timbul nyeri yang berarti terdapat penjepitan saraf. Pada pemeriksaan nervus ulnaris, penekanan dilakukan pada sulcus nervi ulnaris yatu di bagian posterior epicondylus medialis humeri. Jika positif jebakan nervus ulnaris, akan terasa nyeri yang hebat dan menjalar sepanjang perjalanan nervus ulnaris. Pada pemriksaan Jebakan nervus radialis, penekanan dilakukan pada bagian proksimal dari processus styloideus os radii. Tes ini mendukung diagnosa bila timbul parestesia atau nyeri pada daerah distribusi nervus medianus kalau dilakukan perkusi pada terowongan karpal dengan posisi tangan sedikit dorsofleksi.
18
h.) Pressure test i. Nervus medianus ditekan di terowongan karpal dengan menggunakan ibu jari. Bila dalam waktu kurang dari 120 detik timbul gejala seperti STK, tes ini menyokong diagnosa. ii. Luthy's sign (bottle's sign). iii. Penderita diminta melingkarkan ibu jari dan jari telunjuknya pada botol atau gelas. Bila kulit tangan penderita tidak dapat menyentuh dindingnya dengan rapat, tes dinyatakan positif dan mendukung diagnosa. i) Pemeriksaan sensibilitas. yakni dengan pemeriksaan sensibilitas dari daerah yang dipersarafi oleh nervus medianus, ervus radialis. Dan nervus ulnaris. Adanya kekurang sensitifan pada pemeriksaan (dapat dengan menkan menggunakan benda tajam/tumpul) mengarahkan kita kepada jebakan nervus mana yang dialami. Bila penderita tidak dapat membedakan dua titik (two-point discrimination) pada jarak lebih dari 6 mm di daerah nervus medianus, tes dianggap positif dan menyokong diagnosa.
19
j) Pemeriksaan fungsi otonom Diperhatikan apakah ada perbedaan keringat, kulit yang kering atau licin yang terbatas pada daerah innervasi nervus medianus. Bila ada akan mendukung diagnosa STK. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah: a. Pemeriksaan neurofisiologi (elektrodiagnostik) Pemeriksaan EMG dapat menunjukkan adanya fibrilasi, polifasik, gelombang positif dan berkurangnya jumlah motor unit pada otot-otot thenar. Padabeberapakasustidakdijumpaikelainanpadaototototlumbrikal. EMG bisa normal pada 31 % kasus STK. Kecepatan Hantar Saraf (KHS). Pada 15-25% kasus, KHS bisa normal. Pada yang lainnya KHS akan menurun dan masa laten distal (distal latency) memanjang, menunjukkan adanya gangguan pada konduksi safar di pergelangan tangan. Masa laten sensorik lebih sensitif dari masa laten motorik. b. Pemeriksaan radiologi Pemeriksaan sinar X terhadap pergelangan tangan dapat membantu melihat apakah ada penyebab lain seperti fraktur atau artritis. Foto polos leher berguna untuk menyingkirkan adanya penyakit lain pada vertebra. USG, CT scan dan MRI dilakukan pada kasus yang selektif terutama yang akan dioperasi c. Pemeriksaan laboratorium Bila etiologi STK belum jelas, misalnya pada penderita usia muda tanpa adanya gerakan tangan yang repetitif, dapat dilakukan beberapa pemeriksaan seperti kadar gula darah , kadar hormon tiroid ataupun darah lengkap.(8)
20
9.
21
2. Tarik tangan perlahan ke arah upplred, menyamping ke dalam, rasakan regangan pada pergelangan tangan.
3. Tarik tangan perlahan menyamping keluar menjauhi ibu jari, rasakan regangan sisi tengah pergelangan tangan.
4. Posisi duduk, letakkan tangan pada kursi, arahkan telapak tangan ke belakang kemudian tekan perlahan, rasakan regangan ototnya.
22
5. Posisi duduk letakkan tangan pada kursi, dibalik dan tengadah, lalu tekan perlahan, rasakan regangan ototnya.
Seolah berkesinambungan, latihan peregangan tersebut mutlak dibarengi dengan pembenahan posisi duduk. Jadi, bagi kita yang bekerja dengan menggunakan komputer atau laptop, segera perbaiki cara dalam mengetik. Perlu diingat, sikap tubuh dalam mengetik berpengaruh besar dalam mencegah timbulnya penyakit sindroma terowongan karpal. Berikut ini perbandingan sikap tangan yang benar dan salah saat mengetik di keyboard dan menggunakan mouse:
23
Posisi tangan pada mouse komputer Perbandingan sikap tubuh yang benar dan salah sewaktu berada di depan komputer:
Postur kerja yang baik sangat penting untuk mencegah STK, contohnya pada pengetik dan pengguna komputer. Operator keyboard seharusnya duduk dengan tulang belakang bersandar pada kursi dengan bahu rileks, siku ada di samping tubuh dan pergelangan lurus. Kaki menginjak lantai pada footrest. Materi yang diketik berada pada ketinggian mata sehingga leher tidak perlu menunduk saat bekerja. Usahakan leher lentur dan kepala tegak untuk mempertahankan sirkulasi dan fungsi saraf pada lengan dan tubuh. Buruknya desain perabot kantor adalah penyumbang utama terhadap postur buruk. Kursi harus dapat diatur tingginya dan mempunyai sandaran. Latihan berguna bagi pekerja yang bekerja dengan gerak berulang. Latihan pada tangan dan pergelangan tangan yang sederhana selama 4-5 menit setiap jam dapat membantu mengurangi risiko berkembangnya/mencegah STK. Peregangan dan latihan isometrik dapat memperkuat otot pergelangan tangan dan tangan, leher serta bahu, sehingga memperbaiki
24
aliran darah pada daerah tersebut. Latihan harus dimulai dengan periode pemanasan yang pendek disertai periode istirahat dan bila mungkin menghindari peregangan berlebihan pada otot tangan dan jari-jari. Memberlakukan periode istirahat saat bekerja dan memodifikasi pekerjaan dapat membantu memecahkan permasalahan STK. Pemakaian alat pelindung diri berupa sarung tangan khusus yang terbuat dari karet elastis, agar dapat menyangga dan membatasi pergerakan pergelangan tangan.
10.
muskulusabduktorpollicislongus
ekstensorpollicisbrevis,
biasanyaakibatgerakantangan yang repetitif. Gejalanyaadalah rasa nyeri dan nyeritekanpadapergelangantangan di dekatibujari. KHS normal. Finkelstein's test : palpasiototabduktoribujaripadasaatabduksipasifibujari, nyeribertambah. positif bila
25