Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PROBLEM BASED LEARNING

“BLOK SISTEM SARAF DAN INDRA”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK VI
Tutor : dr. Kaidah Irma Setyarini

1. Almendo Steven Hong Sitorus 20180811014004


2. Delvia Angel Entama 20180811014019
3. Desi Dwi L. Ronsumbre 20180811014020
4. Flora B. Thoba 20170811014021
5. Ida Febriani 20180811014030
6. Muhammad .R.D.L. The 20180811014039
7. Nurcahyani Apaseray 20180811014012
8. Ruth Novia Y. L Msiren 20170811014043
9. Sheylla Nanda Todingbua 20180811014049

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Blok Sistem Saraf Dan
Indra.

Tujuan pembuatan Laporan Blok Komunikasi Efektif pada skenario ini adalah untuk
mengetahui lebih dalam tentang Komunikasi Efektif dan peraturan-peraturan yang memuat
tentang Komunikasi Efektif.

Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
laporan ini dapat diselesaikan pada waktunya terlebih khusus kepada dr kaida yang telah
membimbing kami dalam dalam berdiskusi dan menyelesaikan makalah ini.

Kami sangat menyadari bahwa dalam pengerjaan laporan ini jauh dari sempurna, baik
dari segi penyusunan, bahasa, ataupun penulisannya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun, khususnya dari dosen dan para pembaca guna menjadi
acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk menjadi lebih baik di masa yang akan datang.

Jayapura, 7 September 2019

Tim Penyusun

Blok Sistem Saraf dan Indra i


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i


DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .......................................................................................................................... iv
DAFTAR FIGURE ......................................................................................................................... v
SKENARIO .................................................................................................................................... 6
STEP I KLARIFIKASI TERMINOLOGI ..................................................................................... 7
STEP II MENDEFINISIKAN MASALAH................................................................................... 8
STEP III CURAH PENDAPAT KEMUNGKINAN HIPOTESIS ................................................. 9
STEP IV MENGANALISA MASALAH ..................................................................................... 10
STEP V MEMFORMULASIKAN TUJUAN BELAJAR ............................................................ 11
STEP VI BELAJAR MANDIRI ................................................................................................... 12
KESIMPULAN ............................................................................................................................. 36
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 37

Blok Sistem Saraf dan Indra ii


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Cerebrum.................................................................................................................................... 12
Gambar 2 Area Wernicke dan Area Broca ................................................................................................. 13
Gambar 3 Jaringan Saraf ............................................................................................................................. 14
Gambar 4 Jalur Sinaps ................................................................................................................................ 16
Gambar 5 Jalur Korteks .............................................................................................................................. 19
Gambar 6 Afasia ......................................................................................................................................... 31

Blok Sistem Saraf dan Indra iii


DAFTAR TABEL

Table 1 Perbandingan Memori Jangka Pendek dan Memori Jangka Panjang ............................................ 24

Blok Sistem Saraf dan Indra iv


DAFTAR FIGURE

Figure 1 Mekanisme Memori Jangka Pendek Sampai Jangka Panjang ...................................................... 25


Figure 2 Possible Pathways For Long Term Potentiation ........................................................................... 27

Blok Sistem Saraf dan Indra v


SKENARIO

Rahmat (17 tahun) seorang siswa SMA. Pagi, tadi ia mendengarkan lagu berjudul “I
LOVE U 3000” di YOUTUBE. Hingga siang hari ia terus-menerus bersenandung mengikuti
nada lagu tersebut, namun ia hanya mampu mengingat beberapa penggalan liriknya dalam
Bahasa inggris. Ia kemudian menceritakan kepada temannya, dan temannya menyarankan untuk
mencatat lirik lagu agar lebih mudah memahami Bahasa inggris dan menghafalnya. Bahkan
hingga saat ini ia masih menghafal dengan baik lirik lagu saat SD. Rahmat pun merasa takut ada
masalah dengan memori ingatannya dan terkena amnesia seperti yang ia baca di internet. Ia juga
khawatir karena kakenya pernah didiagnosis dengan Afasia Broca.

Blok Sistem Saraf dan Indra 6


STEP I
KLARIFIKASI TERMINOLOGI

1. Amnesia
Adalah kondisi dimana seseorang menderita penurunan daya ingat yang mengenai
waktu keseluruhan bukan potongan-potongan informasi.
2. Memori
Adalah adalah kemampuan untuk menyimpan, mempertahankan,dan untuk
mengingat kembali kejadian, pengalaman, serta aktifitas yang pernah dilakukan.
3. Afasia Broca.
Adalah gangguan bahasa ekspresif, yang berarti sebagian besar memengaruhi
berbicara dan menulis atau sekaligus mengganggu dua cara untuk menghasilkan,
atau mengekspresikan, bahasa.

Blok Sistem Saraf dan Indra 7


STEP II
MENDEFINISIKAN MASALAH

1. Sebutkan bagian-bagian system saraf beserta fungsinya ?


2. Dimana letak area Wernicke dan Broca beserta fungsinya ?
3. Histologi jaringan saraf ?
4. Bagaimana mekanisme dari jalur sinaps?
5. Apa saja zat zat yang berperan dalam mekanisme pemahaman bahasa dan berbicara?
6. Bagaimana mekanisme dari jalur korteks ?
7. Apa definisi memori?
8. Apa saja jenis-jenis memori?
9. Bagaimana mekanisme dari memori jangka pendek sampai jangka Panjang?
10. Apa definisi amnesia dan jenis-jenisnya?
11. Apa definisi afasia dan jenis-jenisnya?

Blok Sistem Saraf dan Indra 8


STEP III
CURAH PENDAPAT KEMUNGKINAN HIPOTESIS

1. Sistem Saraf pusat meliputi : Otak besar, otak kecil, dan medulla spinalis
Sistem saraf tepi.
2. Di cerebrum bagian lobus frontalis untuk area broca dan di lobus temporalis untuk area
Wernicke.
3. Jaringan saraf terdiri dari dendrit, akson, neuron, sel glia, badan sel, dan atrosit.
4. Pelepasan transmiter dari terminal pra-sinaptik dan peran ion kalsium.
5. Asetilkolin, dopamine, glisin, norepineprin, dan glutamate.
6. Daerah wernicke menerima masukan dari korteks penglihatan di lobus oksipitalis, suatu
jalur yang penting untuk memahami tulisan dan menjelaskan benda yang dilihat.
7. Tempa penyimpanan informasi yang didapatkan dari berbagai panca indra.
8. Memori jangka pendek dan memori jangka panjang.
9. Informasi yang didapatkan akan disimpan di memori jangka pendek dan jika informasi
tersebut memberi kesan yang mendalam akan disimpan dalam memori jangka pendek.
10. Penurunan daya ingat.
11. Gangguan berbahasa yang diakibatkan oleh kerusakan otak

Blok Sistem Saraf dan Indra 9


STEP IV
MENGANALISA MASALAH

Skenario

Anatomi Fisiologi Histologi Biokima

Saraf Cerebrum Mekanisme Mekanisme Mekanisme


Jaringan saraf Zat-zat
jalur sinaps jalur korteks memori

Area Wernicke
SSP dan SST
dan Area Broca

Blok Sistem Saraf dan Indra 10


STEP V
MEMFORMULASIKAN TUJUAN BELAJAR

Mahasiswa mampu untuk memahami dan menjelaskan tentang :

1. Bagian-bagian system saraf beserta fungsinya


2. Letak da area Wernicke dan Broca beserta fungsinya
3. Histologi jaringan saraf
4. Mekanisme dari jalur sinaps
5. Zat zat yang berperan dalam mekanisme pemahaman bahasa dan berbicara
6. Mekanisme dari jalur korteks
7. Definisi memori
8. Jenis-jenis memori
9. Mekanisme dari memori jangka pendek sampai jangka Panjang
10. Definisi amnesia dan jenis-jenisnya
11. Definisi afasia dan jenis-jenisnya

Blok Sistem Saraf dan Indra 11


STEP VI
BELAJAR MANDIRI

1. Apa saja yang termasuk dari bagian-bagian system saraf

System saraf terbagi menjadi 2, yaitu :

a. Sistem Saraf Pusat (SSP)


Sistem Saraf Pusat terbagi menjadi 3, yaitu :
1. Otak Besar (Cerebrum) [6]
Cerebrum terbagi menjadi 4 lobus :

Gambar 1 Cerebrum

1) Lobus Frontalis
Mengendalikan gerakan, ucapan, perilaku, memori, emosi, kepribadian
dan fungsi intelektual, seperti proses berpikir, penalaran, pemecahan
masalah, pengambilan keputusan, dan perencanaan.
2) Lobus Parietalis
Mengendalikan sensasi, seperti sentuhan, tekanan, nyeri dan suhu.
Lobus ini juga mengendalikan orientasi spasial (pemahaman tentang
ukuran, bentuk dan arah).
3) Lobus Temporalis
Mengendalikan indera pendengaran, ingatan dan emosi. Lobus temporal
kiri juga mengendalikan fungsi bicara
Blok Sistem Saraf dan Indra 12
4) Lobus Occipitalis
Mengendalikan penglihatan

2. Otak Kecil (Cerebelum)[6]


1) Vestibuloserebelum, yang berguna menjaga kesetimbangan dan kontrol
pergerakan mata.
2) Spinoserebelum, yang berguna meningkat tonisitas otot dan
kemampuan terkoordinasi serta gerakan yang disadari.
3) Sereberoserebelum, yang berguna untuk perencanaan, dan menginisiasi
gerakan yang disadari pada area motorik korteks, serta area ini
merupakan tempat penyimpanan memori.

3. Sum-sum tulang belakang (Medula Spinalis)

b. Sistem Saraf Tepi (SST)


Sistem Saraf Tepi yang terdiri dari serat-serat saraf yang membawa informasi
antara SSP dan bagian tubuh lain (perifer).[6]

2. Letak area Wernicke dan Broca beserta fungsinya

Gambar 2 Area Wernicke dan Area Broca

Blok Sistem Saraf dan Indra 13


- Area Wernicke, terletak di belakang korteks auditorik primer pada bagian
posterior gyrus temporalis di lobus temporalis, area 22 Broadman.
- Area Broca, sebagian terletak di korteks prefrontal bagian posterior lateral dan
sebagian lagi di area premotorik, area 44-45 Broadman.

3. Histologi Jaringan Saraf

Gambar 3 Jaringan Saraf

1. Perkembangan jaringan saraf


Jaringan saraf berkembang pada embrio awal ketika dorsal ektoderma plat saraf
melipat sepanjang pembentukan tabung saraf, prekursor SSP, dan pelepasan sel
pial neural, prekursor untuk kebanyakan SST.
2. Neurons
Ada banyak jenis neuron, tetapi semua terdiri dari badan sel (perikarion)
mengandung inti, perpanjangan sitoplasma yang panjang disebut akson, dan satu
atau proses yang lebih pendek disebut dendrit. Neuron menggunakan properti sel
umum untuk ekstabilitas memproduksi dan memindahkan potensial aksi (impuls
saraf) sepanjang akson untuk merangsang neuron lain atau sel efektor lainnya.
Komunikasi saraf seperti ditransmisikan ke sel neuron atau efektor lain melalui
sinaps, di mana neurotransmitter dilepaskan pada membran presinaptik dan
mengikat reseptor pada sel pasca-sinaptik, memulai potensial aksi baru di sana.[4]

Blok Sistem Saraf dan Indra 14


3. Sel glia
Sel glia (glia), yang diperlukan untuk mendukung neuron dalam banyak hal, terdiri
dari enam jenis utama:
1) Oligodendrosit membungkus proses sekitar bagian akson dalam SSP,
membentuk lapisan mielin yang insulat akson dan memfasilitasi impuls
saraf.
2) Astrosit adalah sel neuroglia terbesar dan paling banyak ditemukan di
substansia grisea serta terdiri dari dua jenis: astrosit fibrosa (astrocytus
fibrosus) dan astrosit protoplasmik (astrocytus protoplasmicus). Di SSP,
kedua jenis astrosit melekat pada permukaan kapiler dan neuron.
Perivascular feet astrosit menutupi membran basal kapiler dan
membentuk sawar darah otak yang membatasi perpindahan molekul dari
darah ke dalam interstisium SSP. Prosesus astrosit juga meluas ke lamina
basalis pia mater untuk membentuk suatu sawar impermeabel, glia
limitan atau membran limitan glialis yang mengelilingi otak dan
medula spinalis. Sel-sel ini juga membantu pertukaran metabolik antara
neuron dan kapiler SSP. Selain itu, astrosit mengontrol lingkungan
kimiawi di sekitar neuron dengan membersihkan ruang interselular dari
peningkatan ion kalium dan neurotransmitter misalnya glutamat di
tempat sinaps aktif untuk mempertahankan lingkungan ionik yang sesuai.
Jika bahan kimia metabolik ini tidak cepat dibersihkan dari tempat ini,
fungsi neuron dapat terganggu. Astrosit membersihkan glutamat dan
mengubahnya menjadi glutamin, yang kemudian dikembalikan ke
neuron. Astrosit juga mengandung cadangan glikogen, yang dikeluarkan
sebagai glukosa, dan dengan cara ini, sel ini ikut berperan dalam
metabolis me energi SSP.

3) Sel ependimal (ependymocytus) adalah sel epitel kolumnar pendek atau


selapis kuboid yang melapisi ventrikel otak dan kanalis sentralis medula
spinalis. Bagian apeks mengandung silia dan mikrovili. Silia
mempermudah aliran serebrospinal melalui kanalis sentralis medula
spinalis, sedangkan mikrovili memiliki fungsi penyerapan.

Blok Sistem Saraf dan Indra 15


4) Mikroglia (microgliocytus) adalah sel neuroglia terkecil. Mikroglia
terpulas-gelap dianggap merupakan bagian dari sistem fagosit
mononuklear ssp yang berasal dari sel prekursor di sumsum tulang.
Mikroglia ditemukan di seluruh SSP, dan fungsi utamanya mirip dengan
makrofag jaringan ikat. Bila jaringan saraf cedera atau rusak, mikroglia
bermigrasi, berproliferasi, menjadi fagositik dan membersihkan jaringan
mati atau sel asing.
5) Sel Schwann (neurolemosit) melampirkan semua akson di saraf dari
SST, memproduksi selubung mielin di sekitar akson berdiameter besar,
yang konduktivitas impuls ditambah pada nodus dari Ranvier antara sel-
sel Schwann berturut-turut.
6) Sel-sel satelit berada dalam SST ganglia, badan sel saraf sensorik atau
otonom agregat, di mana menunjukkan setiap perikarion dan mengatur
lingkungan mikronya.[4]

4. Bagaimana mekanisme dari jalur sinaps

Gambar 4 Jalur Sinaps

Blok Sistem Saraf dan Indra 16


Mekanisme potensial aksi menyebabkan pelepasan transmiter dari terminal pra-
sinaptik dan peran ion kalsium ( Mekanisme Sinaps Saraf ) Membran terminal
prasinaptik disebut membran prasinaptik. Membran prasinapatik mengandung banyak
sekali kanal kalsium bergerbang voltase. Bila sebuah potensiial aksi mendepolarisasi
membran prasinaptik, kanal kalsium tersebut akan membuka dan memungkinkan
sejumlah besar ion kalsium untuk mengalir masuk ke dalam. Jumlah zat transmiter yang
kemudian dilepaskan dari terminal ke dalam celah sinaps berbanding lurus dengan
jumlah ion kalsium yang masuk. Bagaimana tepatnya mekanisme ion kalsium
menyebabkan pelepasan zat transmiter belum diketahui, namun diyakini bahwa
mekanismenya adalah sebagai berikut.[11]
Sewaktu ion kalsium memasuki terminal prasinaptik, diyakini bahwa ion-ion ini
berikatan dengan molekul protein khusus pada permukaan sisi dalam membran
prasinaptik, yang disebut tempat pelepasan. Pengikatan ini selanjutnya akan
menyebabkan tempat pelepasan membuka melalui membran, memungkinkan beberapa
vesikel transmiter untuk melepaskan transmiternya ke dalam celah setiap potensial aksi
(celah sinaps). Sehingga transmiter akan berikatan dengan reseptor yang merupakan
bagian integral kanal berpintu kimiawi di membran subsinaps neuron pascasinaps.
Kemudian akan terjadi pengikatan transmiter ke kanal reseptor sehingga membuka
kanal spesifik tersebut.[11]

5. Zat zat yang berperan dalam mekanisme pemahaman bahasa dan berbicara
Zat zat yang berperan dalam mekanisme pemahaman bahasa dan berbicara
adalah asetilkolin, norepinefrin, dopamin, glisin, GABA (asam gamma aminobutirat),
glutamat, serotonin, nitrat oksida.
1) Asetilkolin, disekresi oleh neuron- neuron dibanyak daerah sistem saraf, namun
khususnya oleh (1) ujung-ujung sel piramid besar korteks motorik, (2) beberapa
jenis neuron dalam ganglia basalis, (3) neuron motorik yang menginversi otot-otot
rangka, (4) neuron preganglion sistem saraf otonom , (5) neuron postganglion
sistem saraf parasimpatik, dan (6) beberapa neuron postganglion sistem saraf
simpatik.

Blok Sistem Saraf dan Indra 17


2) Norepinefrin, disekresi oleh ujung neuron-neuron yang badan selnya terletak
dalam batang otak dan hipotalamus. Secara khas, neuron-neuron penyekresi
norepinefrin yang terletak di dalam lokus seruleus di pons mengirimkan serabut-
serabut saraf ke daerah yang luas di dalam otak dan membantu mengatur
keseluruhan aktivitas dan suasana pikiran (mood), seperti peningkatan kesadaran.
(Sherwood, 2014)

3) Dopamin, disekresi oleh neuron-neuron yang berasal dari substansia nigra.


Neuron-neuron ini terutama berakhir pada regio striata ganglia basalis. Pengaruh
dopamin biasanya bersifat inhibisi.

4) Glisin, terutama disekresi pada sinaps di dalam medula spinalis. Glisin ini diyakini
selalu bekerja sebagai transmiter inhibitorik.

5) GABA ( asam gamma aminobutirat), disekresi oleh ujung saraf yang terdapat
dalam medulla spinalis, serebelum, ganglia basilaris, dan area korteks. Bahan ini
dianggap menyebabkan inhibisi.

6) Glutamat, disekresi oleh terminal prasinaptik pada banyak jaras saraf sensorik
yang memasuki sistem saraf di sebagian besar daerah korteks serebri. Transmiter
ini kemungkinan selalu menyebabkan eksitasi.

7) Serotonin, disekresi oleh nukleus yang berasal dari rafe median batang otak dan
berproyeksi ke berbagai daerah otak dan medulla spinalis, khususnya yang menuju
radiks dorsalis medulla spinalis dan menuju hipotalamus. Serotonin bekerja
sebagai penghambat jaras rasa sakit dalam medulla spinalis dan kerjanya sebagai
penghambat di daerah sistem saraf yang lebih tinggi diduga untuk membantu
pengaturan suasana hati seseorang, bahkan mungkin menyebabkan tidur.

8) Nitrat Oksida, disekresi oleh ujung saraf di daerah otak yang bertanggung jawab
terhadap tingkah laku jangka panjang dan untuk memori. Oleh karena itu, di masa
depan sistem transmitter ini mungkin dapat menjelaskan mengenai beberapa

Blok Sistem Saraf dan Indra 18


tingkah laku dan fungsi memori yang selama ini sangat menantang untuk
dimengerti. Nitrat oksida berbeda dari transmiter molekul kecil lainnya dalam hal
mekanisme pembentukan di terminal prasinaptik dan kerjanya di neuron
pascasinaptik. Zat ini tidak dibentuk sebelumnya dan disimpan dalam vesikel di
terminal prasinaptik seperti transmiter yang lain. Sebaliknya, zat ini disintetis
hampir seketika saat diperlukan, dan kemudian berdifusi keluar dari terminal
prasinaptik dalam waktu beberapa detik dan tidak dilepaskan dalam paket-paket
vesikel. Selanjutnya, zat ini berdifusi ke dalam neuron pascasinaptik di dekatnya.
Di neuron pascasinaptik, zat ini biasanya tidak terlalu memengaruhi membran
potensial tetapi mengubah fungsi metabolik intrasel yang kemudian memengaruhi
eksitabilitas neuron dalam beberapa detik, menit, atau mungkin lebih lama lagi.

6. Bagaimana mekanisme dari jalur korteks

Gambar 5 Jalur Korteks

Blok Sistem Saraf dan Indra 19


Bahasa adalah bentuk komunikasi yang kompleks ketika kata yang ditulis atau
diucapkan menyimbolkan benda dan menyampaikan gagasan. Bahasa melibatkan
integrasi dua kemampuan berbeda yaitu, ekspresi (kemampuan berbicara) dan
pemahaman yang masing-masing berkaitan dengan bagian tertentu di korteks. Daerah
primer korteks yang khusus untuk bahasa adalah daerah Broca dan daerah Wernicke.
Daerah broca, yang mengendalikan kemampuan berbicara, terletak di lobus frontalis
kiri berdekatan dengan daerah motorik korteks yang mengontrol otot-otot untuk
artikulasi.

Daerah Wernicke, yang terletak di korteks kiri di pertemuan antara lobus


parietalis, temporalis, dan oksipitalis, berkaitan dengan pemahaman bahasa. Bagian ini
berperan penting dalam pemahaman bahasa lisan dan tulisan. Selain itu, daerah
Wernicke bertanggung jawab dalam memformulasikan pola koheren bicara yang
disalurkan melalui berkas-berkas serat ke daerah Broca, yang pada gilirannya
mengontrol artikulasi bicara.

Daerah wernicke menerima masukan dari korteks penglihatan di lobus


oksipitalis, suatu jalur yang penting untuk memahami tulisan dan menjelaskan benda
yang dilihat, serta dari korteks auditorius di lobus temporalis, suatu jalur yang esensial
untuk memahami bahasa lisan. Daerah wernicke juga mendapat masukan dari korteks
somatosensorik, suatu jalur yang penting dalam kemampuan membaca Braille. Jalur-
jalur antarkoneksi yang tepat antar daerah-daerah korteks ini berperan dalam berbagai
aspek bicara.

Gangguan Bahasa

Berbagai aspek bahasa terletak di bagian-bagian korteks yang brbeda, kerusakan


di bagian tertentu otak dapat menyebabkan gangguan selektif bahasa. Kerusakan di
daerah broca menyebabkan kegagalan membentuk kata, meskipun pasien masih
mengerti bahasa lisan maupun tulisan. Pasien mengetahui apa yang mereka ingin
katakan tetapi tidak dapat mengucapkannya. Meskipun mereka dapat menggerakan
bibir dan lidah, mereka tidak dapat membentuk perintak motorik yang tepat untuk
mengartikulasikan kata yang di inginkan.

Blok Sistem Saraf dan Indra 20


Sebaliknya, pasien dengan lesi di daerah wernicke tidak dapat memahami kata
yang mereka lihat atau dengar. Mereka dapat berbicara lancar, tetapi kata-kata yang
mereka ucapkan dengan sempurna tidak memiliki arti. Mereka tidak dapat
menghubungkan arti ke kata atau memiih kata yang sesuai untuk menyampaikan
pikiran mereka. Gangguan bahasa akibat kerusakan daerah korteks spesifik seperti ini
dikenal sebagai afasia, yang sebagian besar ditimbulkan oleh stroke. Afasia jangan
dikacaukan dengan hambatan bicara, yang disebabkan oleh gangguan pada aspek
mekanis bicara, misalnya kelemahan atau inkoordinasi otot-otot yang mengontrol
perangkat vokal.

Disleksia, gangguan bahasa yang lain, adalah kesulitan belajar membacar karena
kesalahan interpretasi kata-kata. Bukti-bukti yang menunjukan bahwa disleksia berakar
pada defisit dalam pemrosesan fonologis, yang berarti gangguan kemampuan untuk
menguraikan bahasa tulisan menjadi komponen-komponen fonetik yang mendasarinya.
Pengidap desleksia mengalami kesulitan mengurai dan karenanya, mengidentifikasi dan
memberi arti pada kata-kata. Keadaan ini sama sekali tidak berkaitan dengan
kemampuan intelektualitas.

7. Apa definisi memori

Memori merupakan salah satu rahasia otak yang masih diteliti hingga saat ini.
Dalam kerja-nya terdapat informasi yang tersimpan dalam jangka waktu yang pendek
didalam memori dan juga informasi yang tersimpan dalam waktu tertentu (short-term
dan long-term memory). Penyimpanan informasi tersebut melalui proses yang diawali
dari encoding hingga recall/retrieval informasi. Retrieval atau mengingat kembali
merupakan rangkaian dari proses menyim-pan memori yang dipengaruhi oleh proses
encoding informasi.

Encoding dalam informasi tersebut dapat mempengaruhi retrieval dari memori.


Encoding di-jelaskan sebagai proses bagaimana informasi disimpan di dalam memori.
Secara umum ada dua metode encoding yang dilakukan yaitu melalui asosiasi verbal
dan gambaran visual. Kedua metode tersebut dikenal dengan sebutan Dual Coding
Theory (DCT). Melakukan Coding dengan meng-gunakan asosiasi verbal adalah
mengingat sebuah kata dengan cara memberikan makna dari kata tersebut atau secara

Blok Sistem Saraf dan Indra 21


umum dapat di-jelaskan sebagai proses menyimpan sebuah informasi dengan
memberikan makna pada informasi tersebut.

Sedangkan metode dengan gambaran visual adalah proses menyim-pan


informasi dengan cara menggambarkan secara visual hal yang terkait informasi terse-
but (membayangkan hal yang terkait dengan informasi). Metode encoding ini banyak
diteliti karena dapat dimanfaatkan untuk meningkat-kan memori. Paivio menjelaskan
dalam tu-lisannya bahwa dual coding theory ini banyak digunakan untuk meningkatkan
pemerolehan informasi. Perkembangan merupakan jem-batan alami yang
menghubungkan antara DCT dengan pendidikan.

Di jelaskan pula bahwa perkembangan kognitif dipengaruhi oleh kayanya


pengalaman non-verbal yang dimiliki. Pengalaman tersebut penting untuk
perkembangan verbal dalam DCT. Paivio mengungkapkan bahwa hal tersebut juga
mendukung penelitian sebelumnya yang mengungkap bahwa pengalaman dapat
meningkatkan fisiologis dan kerja otak serta pembelajaran dan memori. Paivio
menyimpulkan beberapa bidang pembelajaran yang dapat mendukung pendidikan
antara lain:

1. Reading skill, yang dijelaskan bahwa anak yang baru mulai belajar membaca akan lebih
mudah untuk mengenal kata jika di- sertai dengan gambar. Materi verbal yang konkrit
tersebut dapat meningkatkan ke mampuan membaca dan memori anak.
2. Written composition, sama halnya dengan yang di atas bahwa anak akan lebih mudah
dan lebih cepat memahami jika kata yang akan ditulis tersebut lebih gam- pang atau
lebih mudah diingat dan mudah dibayangkan.
3. Remedial literacy education, merupakan hal yang banyak berpusat pada de- coding.
Anak akan lebih mudah untuk melakukan decoding ketika hal yang di- ulang kembali
tersebut tergambar dengan jelas.
4. Mathematics, anak akan memulai pem- belajaran dengan mengenal huruf. Dalam
pengenalan huruf tersebut dapat diguna- kan angka yang disertai gambar untuk
mempermudah anak untuk memahami dan mengingatnya.

Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa lemahnya working memory


berhubungan dengan menurunnya kemampuan belajar. Tanpa intervensi lebih awal

Blok Sistem Saraf dan Indra 22


dapat membuatnya berlanjut sulit untuk diperbaiki. Berbagai metode telah digunakan
dalam pembelajaran di sekolah. Jika dilihat berbagai manfaat dari DCT maka metode
tersebut dapat diterapkan untuk meningkatkan memori siswa. Banyak media yang dapat
dimanfaatkan salah satunya adalah melalui cerita, hal ini diperkuat dengan hasil
penelitian yang menunjukkan bahwa melalui storytelling dapat meningkatkan sikap dan
pemahaman pelajaran sosial.

8. Apa saja jenis-jenis memori

Pada dasarnya, semua makhluk ciptaan Tuhan memiliki otak. Dimana otak tersebut
memiliki bagian yaitu bagian otak besar,otak kecil dan batang otak. Pada bagian otak besar
terdapat 6 lobus yaitu lobus frontalis,lobus parietalis,lobus temporalis,lobus occipitalis,lobus
insula dan lobus limbic. Otak merupakan suatu pusat dari segala aktivitas kita. Otak tersebut
memiliki area-area brodmann dimana area brodmann tersebut masing-masing memiliki
peran masing-masing. Pada dasarnya, otak memiliki fungsi yang banyak.salah satu
fungsinya adalah menyimpan memori. Memori merupakan rekaman internal tentang suatu
kejadian, benda, atau kegiatan. Memori merupakan unsur inti dari perkembangan
kognitif, sebab segala bentuk belajar dari individu melibatkan memori. Memori pada
suatu individu dimungkinkan untuk dapat menyimpan informasi yang ia terima
sepanjang waktu, sehingga tanpa memori, individu mustahil dapat merefleksikan
pribadinya sendiri, karena pemahaman diri sangat tergantung pada suatu kesadaran
yang berkesinambungan dan terintegrasi antara semua bagian otak, hal itu hanya dapat
terlaksana dengan adanya memori. Dimana penyimpanan memori tersebut adalah di
hipokampus.

Hipokampus tersebut merupakan salah satu system limbic pada otak. Memori
tersendiri memiliki 3 jenis yaitu memori jangka pendek dan memori jangka panjang dimana
pada memori jangka pendek,kemungkinan lupa adalah besar. Namun pada memori jangka
panjang,kemungkinan lupa adalah kecil. Untuk mengubah memori jangka pendek menjadi
jangka panjang perlu dilakukan pengulangan memori jangka pendek tersebut. Perubahan
memori jangka pendek menjadi memori jangka panjang disebut konsolidasi memori.

Blok Sistem Saraf dan Indra 23


Memori merupakan bagian dari fungsi kognitif. Fungsi kognitif meliputi
beberapa fungsi antara lain:

1. Fungsi reseptif, yang melibatkan kemampuan untuk mendapatkan


informasi
2. Fungsi memori dan belajar, di mana informasi yang didapat, disimpan dan
dapat dipanggil kembali

3. Fungsi berpikir, yaitu cara mengorganisasi dan mereorganisasi


informasi.
4. Fungsi ekspresif, yaitu informasi yang diperoleh kemudian di informasikan
dan digunakan.

Dalam behaviour neurology, ilmu hubungan antara struktur otak dan


perilaku manusia terdapat konsep lain yang mencakup lima domain kognitif
yaitu:
1. Attention (perhatian)
2. Language (bahasa)
3. Memory (daya ingat)
4. Visuospatial (pengenalan ruang)
5. Executive function (fungsi eksekutif: fungsi perencanaan, pengorganisasian dan
pelaksanaan).
Table 1 Perbandingan Memori Jangka Pendek dan Memori Jangka Panjang

Blok Sistem Saraf dan Indra 24


9. Bagaimana mekanisme dari memori jangka pendek sampai jangka Panjang
Mekanisme penyimpanan memori dari jangka pendek ke jangka panjang adalah sebagai
berikut:

Figure 1 Mekanisme Memori Jangka Pendek Sampai Jangka Panjang

Dimana dari pembelajaran (stimulus) akan ditampung di penampungan memori


jangka pendek. Pada fase ini, kemungkinan akan lupa. Namun ketika memori jangka
pendek ini terus diulangi akan menjadi memori jangka panjang dimana pada memori
jangka panjang,memiliki kemungkinan kecil untuk lupa.
Memori masuk ke dalam otak melalui sinaps (alur informasi), karena otak belajar
melalui kekuatan sinapsisnya. Dimana hippocampus (sistem limbik), amygdala (pusat
ingatan emosi), striatum (untuk mengendalikan kemampuan motorik), mammillary
bodies berperan aktif didalam otak. Tiga proses dasar dari memori, yaitu
Encoding (memasukkan informasi), Storage (penyimpanan) dan Retrieva
(menimbulkan kembali). Yang pertama adalah proses mengingat dengan tahapan
Encoding yaitu proses pengkodean terhadap apa yang dipersepsikan dengan cara
mengubah simbol-simbol tertentu pada organismenya. Jadi encoding
merupakan suatu proses mengubah sebuah informasi ke dalam bentuk yang sesuai
dengan sifat memori organisme itu sendiri. Informasi-informasi yang dapat disimpan
olehnya dapat diperoleh dengan cara sengaja maupun tidak sengaja. Kedua adalah

Blok Sistem Saraf dan Indra 25


proses mengingat Storage atau proses penyimpanan informasi. Bagaimana
penyimpanan terhadap apa yang telah diproses pada tahap pengkodean. Ketiga adalah
proses mengingat yang berkaitan dengan menimbulkan kembali sebuah informasi-
informasi yang telah tersimpan atau biasa disebut Retrieval. Proses ini merupakan
sebuah proses mencari dan menemukan informasi yang disimpan dalam memori untuk
digunakan kembali bila dibutuhkan penyimpanan jangka pendek berkaitan dengan
habituasi dan sensitisasi. Habituasi merupakan pengurangan respon terhadap adanya
stimulus yang sama secara berulang.Sedangkan sensitisasi merupakan peningkatan
respon terhadap stimulus yang ringan menyertai stimulus yang kuat.Kedua bentuk
pembelajaran ini mempengaruhi tempat yang sama dengan cara yang berbeda.
Habituasi menekan aktivitas sinaps pada bagian aferen dan eferen sedangkan
sensitisasi meningkatkan aktivitas sinaps pada bagian aferen dan eferen.

Ketika sudah berada di fase ini,yaitu pada penyimpanan jangka pendek, maka
ada kemungkinan besar lupa. Sehingga untuk mengubah penyimpanan memori
jangka pendek menjadi penyimpanan memori jangka panjang sehingga kemungkinan
untuk lupa adalah kecil bahkan menjadi memori permanen.
Dengan potensiasi memori jangka panjang,terjadi modifikasi sebagai akibat
peningkatan penggunaan pada sinaps yang akan meningkatkan kemampuan neuron
presinaps untuk mengeksitesi neuron postsinaps pada masa depan. Dengan
begitu,semakin sering digunakan koneksinya akan semakin kuat.Penguatan ini
berkaitan dengan pembentukan lebih banyak EPSPs (excitatory postsinaptic
potential) pada neuron postsinaps sebagai respon signal kimia dari input excitatory
presin (Paulsen & Waschke, 2012) (Guyton & Hall, 2007)aps tertentu. Peningkatan
respon eksitatori akan ditranslasikan menjadi lebih banyak potensial aksi yang
dikirimkan sepanjang sel postsinaps tersebut ke neuron lainnya. LTP (long term
potentiation) ini memerlukan waktu berhari-hari bahkan berminggu- minggu untuk
menkonsolidasi memori jangka pendek menjadi jangka panjang. LTP terjadi di
hipokampus.
Mekanisme yang mendasari LTP ini sebenarnya masih menjadi bahan riset
lebih lanjut dan perdebatan. Ada beberapa bentuk LTP , ada yang berasal dari
perubahan hanya pada neuron postsinaps maupun pada komponen presinaps atau
keduanya.

Blok Sistem Saraf dan Indra 26


LTP dimulai saat neuron presinaps melepas neurotransmitter eksitatori glutamate
sebagai respon atas potensial aksi.Glutamat mengikat 2 jenis reseptor yaitu reseptor
AMPA dan NMDA. Reseptor AMPA merupakan kanal reseptor yang dimediasi oleh
kimia yang membuka pada pengikatan glutamate dan menyebabkan masuknya ion
Na+. Selanjutnya terjadi pembentukan EPSP pada neuron postsinaps. Reseptor NMDA
merupakan kanal reseptor yang menyebabkan Ca2+ dapat masuk saat kanal ini
terbuka. Gerbang ini membuka pada pengikatan glutamate,namun tidak menyebabkan
ca2+ masuk. Hal itu disebabkan karena adanya penyumbatan dari Mg2+.Depolarisasi
tambahan neuron postsinaps yang dihasilkan oleh EPSP

akibat pengikatan glutamate pada reseptor AMPA dibutuhkan untuk mendepolarisasi


neuron postsinaps guna memaksa Mg2+ keluar dari channel.Oleh karena
itu,meskipun glutamate berikatan dengan reseptor NMDA,kanal tersebut tidak akan
membuka sampai sel postsinaps terdepolarisasi sebagai akibat aktivitas eksitatori
yang lainnya. Masuknya kalsium setelah ekspulsi Mg2+ bermanfaat untuk
mengaktifkan jalur second messenger ca2+ pada neuron postsinaps.Jalur tersebut
memicu insersi secara fisik reseptor AMPA tambahan pada membrane
postsinaps.peningkatan reseptor AMPA ini mengakibatkan sel postsinaps
memperlihatkan respon EPSP yang lebih besar oleh pengaruh pelepasan glutamate
dari neuron presinaps.Mekanisme ini berperan untuk membantu penjagaan LTP.
Selain itu, pada beberapa sinaps,aktivasi second messenger Ca2+ pada neuron
postsinaps menyebabkan sel tersebut melepaskan parakrin retrograde.Parakrin
tersebut akan berdifusi ke neuron presinaps untuk meningkatkan pelepasan glutamate
pada neuron presinaps.
Mekanisme ini berperan untuk menjaga LTP. Modifikasi yang terjadi selama
LTP tetap dijaga sampai waktu yang lama sesudah aktivitas ini berhenti.Dengan
begitu,informasi yang ditransmisikan lebih efektif saat diaktivasi di masa depan.Jalur
antara input presinaps inaktif yang lain dan sel postsinaps yang sama tidak
berpengaruh.LTP berkembang sebagai respon aktivitas sering yang melintasi sinaps
sebagai hasil input yang repetitive dan letupan yang intens atau respon terhadap
hubungan antara letupan satu input dengan input yang lain pada waktu bersamaan.

Blok Sistem Saraf dan Indra 27


Seseorang dapat lupa akan suatu informasi yang pernah diterimanya karena beberapa hal
berikut ini:

a. Displacement
Informasi yang pernah diperoleh menghilang dari sistem memori jangka
pendek karena masuknya tambahan informasi‐informasi baru yang
terlalu banyak ke dalam sistem memori jangka pendek tersebut.
b. Interference
Terganggunya proses pemunculan kembali informasi yang telah ada, yang
disimpan pada sistem memori jangka pendek maupun memori jangka
panjang, karena dua macam sebab yaitu: (1) interferensi retroaktif,
dimana informasi baru yang masuk meng‐ ganggu proses pemunculan
kembali informasi yang telah ada, dan (2) interferensi proaktif, dimana
informasi lama yang telah ada mengganggu proses pemunculan kem‐ bali
informasi yang baru masuk (Feldman, 1999).

Keadaan lain yang mungkin terjadi adalah bahwa seseorang dapat


memunculkan kembali beberapa informasi yang pernah diterimanya di
bawah kondisi‐kondisi khusus tertentu, misalnya dengan cara hipnotis
maupun stimulasi listrik secara langsung pada daerah‐daerah tertentu di otak
(Goodale & Goldberg, 1978).

Seseorang kadang‐kadang tidak ingat suatu informasi yang pernah


diperoleh‐nya secara keseluruhan, tetapi hanya ingat sebagian saja dari
informasi tersebut. Kondisi ini dikenal dengan istilah distorsi. Dalam hal ini
Blok Sistem Saraf dan Indra 28
proses pemunculan kembali tidak sempurna, dan memerlukan suatu
isyarat atau petunjuk (cue) untuk memperoleh kembali informasi
tersebut secara lengkap.

10. Definisi amnesia dan jenis-jenisnya

Definisi Amnesia

Amnesia adalah penurunan daya ingat yang mengenai waktu keseluruhan bukan
potongan-potongan informasi.

Jenis-jenis Amnesia

a. Amnesia retrograd (berarti "ke belakang"), adalah ketidakmampuan mengingat


kejadian-kejadian yang baru berlangsung. Hal ini biasanya timbul setelah
peristiwa trauma yang mengganggu aktivitaS listrik otak, misalnya kontusio atau
stroke. Jika seseorang terpukul hingga pingsan, isi ingatan jangka-pendek pada
hakikatnya terhapus, menyebabkan yang bersangkutan kehilangan ingatan
tentang aktivitas-aktivitas yang terjadi dalam waktu sekitar setengah jam terakhir
sebelum kejadian. Trauma berat juga dapat mengganggu akses ke informasi yang
baru didapat dalam simpanan jangka-panjang.
b. Amnesia anterograd (berarti "ke depan"), sebaliknya, adalah ketidakmampuan
menyimpan ingatan di simpanan jangka-panjang untuk kembali diingat nantinya.
Keadaan ini biasanya berkaitan dengan lesi di bagian medial lobos temporalis,
yang umumnya dianggap sebagai bagian kritis untuk konsolidasi ingatan. Orang
yang mengalami keadaan ini mungkin dapat mengingat hal lama yang mereka
pelajari sebelum timbulnya masalah amnesia ini, tetapi mereka tidak dapat
membentuk ingatan permanen baru. Informasi baru hilang secepat hilangnya
informasi tersebut dari ingatan jangka-pendek. Pada satu studi kasus, pasien tidak
dapat mengingat di mana kamar mandi rumah barunya, tetapi masib ingat dengan
jelas segala sesuatu tentang rumah Iamanya.

11. Definisi afasia dan jenis-jenisnya

Blok Sistem Saraf dan Indra 29


Definisi

Afasia adalah suatu gangguan berbahasa yang diakibatkan oleh kerusakan otak.
Afasia tidak termasuk gangguan perkembangan bahasa (disebut juga disfasia),
gangguan bicara motorik murni, ataupun gangguan berbahasa sekunder akibat
gangguan pikiran primer. misalnya skizofrenia.

Afasia mencakup gangguan berbahasa secara menyeluruh walaupun biasanya


terdapat gangguan yang lebih menonjol daripada gangguan lainnya. Tercakup di dalam
afasia adalah gangguan yang lebih selektif, misalnya gangguan membaca (alexia) atau
gangguan menulis (agrafia). Gangguan yang berkaitan misalnya apraksia (gangguan
belajar atau ketrampilan). gangguan mengenal (agnosia). gangguan menghitung
(akalkulias), serta defisit perilaku neurologis seperti demensia dan delirium, Ini semua
bisa muncul bersama-sama dengan afasia atau muncul sendiri.

Etiologi

Afasia adalah suatu tanda klinis dan bukan penyakit. Atasia dapat timbul akibat
cedera Otak atau proses patologik pada area lobus frontal. temporal atau parietal yang
mengatur kemampuan berbahasa, yaitu Area Broa. Area Wernicke, dan jalur yang
menghubungkan antara keduanya. Kedua area ini biasanya terletak di hemisfer kiri Otak
dan pada kebanyakan orang, bagian hemisfer kiri merupakan tempat kemampuan
berbahasa diatur

Pada dasarnya kerusakan otak yang menimbulkan afasia disebabkan oleh stroke,
cedera otak traumatik, perdarahan otak aku dan sebagainya. Atasia dapat muncul
perlahan-lahan seperti pada kasus tumor Otak. Afasia juga terdaftar sebagai etek
samping yang langka dari fentanyl, suatu opioid untuk penanganan nyeri kronis..

Patofisiologi

Afasia terjadi akibat kerusakan pada area pengaturan bahasa di otak. Pada
manusia, fungsi pengaturan bahasa mengalami lateralisasi ke hemisfer kiri otak pada
96-99% orang yang dominan tangan kanan (kinan) dan orang yang dominan tangan kiri

Blok Sistem Saraf dan Indra 30


(kidal). Pada paslen yang menderita afasia. sebagian besar lesi terletak pada hemisfer
kiri.
Afasia paling sering muncul akibat stroke. cedera kepala, tumor otak, atau
penyakit degeneratif. Kerusakan ini terletak pada bagian otak yang mengatur
kemampuan berbahasa, yaitu area Broca dan area wernicke.
Area Broca atau area 44 dan 45 Broadmann. bertanggung jawab atas
pelaksanaan motorik berbicara. Lesi pada area ini akan mengakibatkan kersulitan dalam
artikulasi tetapi penderita bisa memahami bahasa dan tulisan.
Area Wernicke atau area 41 dan 42 Broadmann, merupakan area sensorik
penerima untuk impuls pendengaran. Lesi pada area ini akan mengakibatkan penurunan
hebat kemampuan memahami serta mengerti suatu bahasa.
Secara urnum afasia muncul akibat lesi pada kedua area pengaturan bahasa di
atas. Selain itu lesi pada area disekitarnya juga dapat menyebabkan afasia transkortikal.
Afasia juga dapat muncul akibat lesi pada fasikulus arkuatus. yaitu penghubung antara
area Broca dan area Wernicke.

Klasifikasi

Dasar untuk mengklasifikasi afasia beragam, diantaranya ada yang mendasarkan


kepada:
1. Manifestasi klinik
2. Distribusi anatomi dari lesi yang bertanggung jawab bagi detek
3. Gabungan pendekatan manifestasi klinik dengan lesi anatomic

Blok Sistem Saraf dan Indra 31


Berdasarkan manifestasi klinik, afasia dapat dibedakan atas:

1. Afasia tidak lancar atau non-fluent


2. Afasia lancar atau fluent
Berdasarkan lesi anatomik, afasia dapat dibedakan berdasarkan. (1.2,34.5.6.7.8.9)
1 Sindrom afasia peri-silvian
a. Afasia Broca (motorik. ekspresif)
b. Afasia Wernicke (sensorik, reseptif)
c. Afasia konduksi
2 Sindrom afasia daerah perbatasan (borderzone)
a. Afasia transkortikal motorik
b. Afasia transkortikal sensorik
c. Afasia transkortikal campuran
3 Sindrom afasia subkortikal
a. Afasia talamik
b. Afasia striatal
4 Sindrom afasia non-lokalisasi
a. Afasia anomik
b. Afasia global

Sebagai tambahan, ada yang disebut dengan parafasia. Parafasia ialah


mensubstitusi kata. Ada 2 jenis parafasia. yaitu parafasia semantik (verbal) dan
parafasia fonemik (literal). Paratasia semantik ialah mensubstitusi satu kata dengan
kata Iain, misalnya “kucing” dengan “anjing”. Paratasia tonemik ialah mensubstitusi
suatu bunyi dengan bunyi Iain. misalnya “bir" dengan “kir”.

Diagnosis

Diagnosis afasia ialah berdasarkan tanda dan gejala klinis yang


ditemukan pada pemeriksaan fisik dan kejiwaan. Sedangkan pemeriksaan
tambahan Iainnya dilakukan untuk mengetahui kerusakan otaknya.

Blok Sistem Saraf dan Indra 32


Manifestasi Klinik

1. Afasia tidak lancar. Pada afasia ini, output atau keluaran bicara terbatas. Penderita
menggunakan kalimat pendek dan bicaľa dalam bentuk sederhana, Sering disertai
artikulasi dan irama bicara yang buruk.
Gambaran klinisnya ialah:
a. Pasien tampak sulit memulai bicara
b. Panjang kalimat sedikit (5 kata atau kurang per kalimat)
c. Gramatika bahasa berkurang dan tidak kompleks.
d. Artikulasi umumnya terganggu.
e. Irama bicara terganggu
f. Pemahaman cukup bajk, tapi sulit memahami kalimat yang lebih kompleks
g. Pengulanan (repetisi) buruk.
h. Kemampuan menamai, menyebut nama benda buruk
2. Afasia lancar. Pada afasia ini penderita bicara lancar, artikulasi dan irama baik,
tetapi isi bicara tidak bermakna dan tidak dapat dimengerti artinya. Penderita
tidak dapat mengerti bahasa sehingga tidak dapat berbicara kembali.
Gambaran klinisnya ialah:
a. Keluaran bicara yang lancar.
b. Panjang kalimat normal.
c. Artikulasi dan irama bicara baik.
d. Terdapat parafasia.
e. Kemampuan memahami pendengaran dan membaca buruk.
f. Repetisis terganggu.
g. Menulis lancar tapi tidak ada arti.

seorang afasia yang non-fluen mungkin akan mengatakan dengan tidak lancar
dan tertegun-tegun: “mana... rokok... beli.” Sedangkan seorang afasia fluen
mungkin akan mengatakan dengan lancar: "rokOk beli ternbakau kernana situ
tadi girnana dia toko jalan"
3. Afasia Broca (motorik, ekspresif). Disebabkan lesi di area Broca. Pemahaman
auditif dan membaca tidak terganggu, tetapi sulit mengungkapkan isi pikiran.
Gambaran klinis afasia Broca ialah bergaya afasia non-fluent.

Blok Sistem Saraf dan Indra 33


4. Afasia Wernicke (sensorik, reseptif). Disebabkan lesi di area Wernicke. Pada
kelainan ini pemahaman bahasa terganggu. Penderita tidak mampu memahami
bahasa lisan dan tulisan sehingga ia juga tidak mampu menjawab dan tidak
mengerti apa yang dia sendiri katakan. Gambaran klinis afasia Wernicke ialah
bergaya afasia fluent.
5. Afasia Konduksi. Disebabkan lesi di area fasciculus ärcuatus yaitu penghubung
antara area sensorik (wernicke) dan area motorik (broca). Lesi ini menyebabkan
kemampuan berbahasa dan pemahaman yang baik tetapi didapati adanya
gangguan repetisi atau pengulangan.
6. Afasia transkortikal. Disebabkan lesi di sekitar pinggiran area pengaturan bahasa.
Pada dasarnya afasia transkortikal ditandai oleh terganggunya fungsi berbahasa
tetapi didapati repetisi bahasa yang baik dan terpelihara.
7. Afasia transkortikal motorik. ditandai dengan tanda afasia Broca dengan bicara
non-fluent, tetapi repetisi atau kemampuan mengulangnya baik dan terpelihara.
8. Afasia transkortikal sensorik. ditandai dengan tanda afasia W ernick dengan
bicara fluent. tetapi repetisi atau kemampuan mengulangnya baik dan terpelihara.
9. Afasia transkortikal campuran, ditandai dengan campuran tanda afasia Broca dan
Wernicke. penderita bicara non-fluent atau tidak lancar, tetapi juga disertai
kemampuan memahami bahasa yang buruk, sementara kemampuan mengulang
atau repetisi tetap baik.
10. Afasia talamik. disebabkan lesi pada talamus, dan afasia striatal disebabkan lesi
pada capsular-striatal. yang keduanya juga berperan dalam pengaturan bahasa.
Pada kedua afasia ini terdapat tanda afasia anomik
11. Afasia anomik, merupakan suatu afasia dimana penderita kesulitan menemukan
kata dan tidak mampu menamai benda yang dihadapkan kepadanya. Bicara,
gramatika dan irama lancar. tetapi sering tertegun ketika mencari kata dan
mengenal nama objek.
12. Afasia global, adalah bentuk afasia yang paling berat. Ini disebabkan lesi yang
luas yang merusak sebagian besar atau semua area bahasa pada otak. Keadaan ini
ditandai oleh tidak ada lagi atau berkurang sekali bahasa spontan dan menjadi
beberapa patah kata yang diucapkan secara berulangulang, misalnya -baaah,

Blok Sistem Saraf dan Indra 34


baaah, baaah" atau "rnaaa, maaa, maaa". Pemahaman bahasa hilang atau
berkurang. Repetisi, membaca dan menuli

Blok Sistem Saraf dan Indra 35


KESIMPULAN

Dalam kasus ini Rahmat mengalami kelupaan, rahmat hanya dapat mengingat beberapa
penggalan lirik dalam bahasa inggris yang merupakan ciri dari kelupaan distorsi. Faktor yang
membuat seseorang mengalami kelupaan yaitu tidak mengunakan indra lain. Rahmat disarankan
untuk mencatat lirik lagu dalam bahasa inggris. Dengan mencatat lirik lagu akan mengunakan
audiotorik, visual atau mengunakan indera lain selain audiotorik seperti yang di lakukakn
rahmat, hal ini dapat membantu dalam mengingat sesuatu ini yang disebut proses belajar untuk
mengatakan sesuatu yang di lihat otak akan mentransfer informasi visual ke girus angular
korteks asosiasi perintal-temporal yang mnginteragasikan masukan seperti pengelihatan, suara,
sentuhan. Dalam kasus ini rahmat tidak mengalami afasia broca dan amesia

Blok Sistem Saraf dan Indra 36


DAFTAR PUSTAKA

[1]
Guyton & Hall, 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 11 penyunt. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

[2]
Kirshner HS. Jacobs DH. eMedicine Neurolow Specialties: Aphasia. 2009. Available at:
http//emedicine.medscape.com/article/135944-print
[3]
Lumbantobing SM. Neuroloo Klinis, Pemeriksaan Fisik dan Mmtal. Bab Xl: Berbahasa.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2008

[4]
Mescher, A.L. 2011. Histologi Dasar Junqueira, Teks dan Atlas, ed. 12. EGC. Jakarta.

[5]
National Institute Deafness and Other Communication Diorders. Aphasia.Voice, Speech
and Langlage Health Info. 2010.
Available at: http•]www.nidcd.nih.gov/hedthhvoice/aphasia.html
[6]
Paulsen, F. & Waschke, J., 2012. Sobotta Atlas Anatomi Manusia. Edisi 23 penyunt. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

[7]
Pennstate, H&llth & Disease Iriormation. Aphasia 2010 Available at:
http•J.Www.hmc.psu.edWhealthinfo/a/aphasia.htm

[8]
Price SA. Wilson LM. Bagian IX: Penyakit Neurologi. Pemeriksaan Neurologis. Evaluasi
Penderita Neurologis. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses Penyakit Edisi 4. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta. 1995.
[9]
Sidiarto Kusumoputro S. Cermin Dunia Kedokteran No.34. Afasia Sebagai Gangguan
Komunikasi Pada Kelainan Otak. Bagian Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta.
[10]
Suwono WJ. Afasia Sensorik atau Wernicke. Diagnosis Topik Neurologi Anatomi,
Fisiologi, Tanda, Gejala Edisi ll. Penerbit Buku Kedokteran EGC.Jakarta. 1995.
[11]
Sherwood, L., 2014. Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem. Edisi 8 penyunt. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.

[12]
Wikipedia The Free Encyclopedia: Aphasia. 2010 Available
at:httpJ/en.wikipedia.org/wiki/AphaSa

Blok Sistem Saraf dan Indra 37


Blok Sistem Saraf dan Indra 38

Anda mungkin juga menyukai