DISUSUN OLEH :
KELOMPOK VI
Tutor : dr. Kaidah Irma Setyarini
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Blok Sistem Saraf Dan
Indra.
Tujuan pembuatan Laporan Blok Komunikasi Efektif pada skenario ini adalah untuk
mengetahui lebih dalam tentang Komunikasi Efektif dan peraturan-peraturan yang memuat
tentang Komunikasi Efektif.
Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
laporan ini dapat diselesaikan pada waktunya terlebih khusus kepada dr kaida yang telah
membimbing kami dalam dalam berdiskusi dan menyelesaikan makalah ini.
Kami sangat menyadari bahwa dalam pengerjaan laporan ini jauh dari sempurna, baik
dari segi penyusunan, bahasa, ataupun penulisannya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun, khususnya dari dosen dan para pembaca guna menjadi
acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk menjadi lebih baik di masa yang akan datang.
Tim Penyusun
Gambar 1 Cerebrum.................................................................................................................................... 12
Gambar 2 Area Wernicke dan Area Broca ................................................................................................. 13
Gambar 3 Jaringan Saraf ............................................................................................................................. 14
Gambar 4 Jalur Sinaps ................................................................................................................................ 16
Gambar 5 Jalur Korteks .............................................................................................................................. 19
Gambar 6 Afasia ......................................................................................................................................... 31
Table 1 Perbandingan Memori Jangka Pendek dan Memori Jangka Panjang ............................................ 24
Rahmat (17 tahun) seorang siswa SMA. Pagi, tadi ia mendengarkan lagu berjudul “I
LOVE U 3000” di YOUTUBE. Hingga siang hari ia terus-menerus bersenandung mengikuti
nada lagu tersebut, namun ia hanya mampu mengingat beberapa penggalan liriknya dalam
Bahasa inggris. Ia kemudian menceritakan kepada temannya, dan temannya menyarankan untuk
mencatat lirik lagu agar lebih mudah memahami Bahasa inggris dan menghafalnya. Bahkan
hingga saat ini ia masih menghafal dengan baik lirik lagu saat SD. Rahmat pun merasa takut ada
masalah dengan memori ingatannya dan terkena amnesia seperti yang ia baca di internet. Ia juga
khawatir karena kakenya pernah didiagnosis dengan Afasia Broca.
1. Amnesia
Adalah kondisi dimana seseorang menderita penurunan daya ingat yang mengenai
waktu keseluruhan bukan potongan-potongan informasi.
2. Memori
Adalah adalah kemampuan untuk menyimpan, mempertahankan,dan untuk
mengingat kembali kejadian, pengalaman, serta aktifitas yang pernah dilakukan.
3. Afasia Broca.
Adalah gangguan bahasa ekspresif, yang berarti sebagian besar memengaruhi
berbicara dan menulis atau sekaligus mengganggu dua cara untuk menghasilkan,
atau mengekspresikan, bahasa.
1. Sistem Saraf pusat meliputi : Otak besar, otak kecil, dan medulla spinalis
Sistem saraf tepi.
2. Di cerebrum bagian lobus frontalis untuk area broca dan di lobus temporalis untuk area
Wernicke.
3. Jaringan saraf terdiri dari dendrit, akson, neuron, sel glia, badan sel, dan atrosit.
4. Pelepasan transmiter dari terminal pra-sinaptik dan peran ion kalsium.
5. Asetilkolin, dopamine, glisin, norepineprin, dan glutamate.
6. Daerah wernicke menerima masukan dari korteks penglihatan di lobus oksipitalis, suatu
jalur yang penting untuk memahami tulisan dan menjelaskan benda yang dilihat.
7. Tempa penyimpanan informasi yang didapatkan dari berbagai panca indra.
8. Memori jangka pendek dan memori jangka panjang.
9. Informasi yang didapatkan akan disimpan di memori jangka pendek dan jika informasi
tersebut memberi kesan yang mendalam akan disimpan dalam memori jangka pendek.
10. Penurunan daya ingat.
11. Gangguan berbahasa yang diakibatkan oleh kerusakan otak
Skenario
Area Wernicke
SSP dan SST
dan Area Broca
Gambar 1 Cerebrum
1) Lobus Frontalis
Mengendalikan gerakan, ucapan, perilaku, memori, emosi, kepribadian
dan fungsi intelektual, seperti proses berpikir, penalaran, pemecahan
masalah, pengambilan keputusan, dan perencanaan.
2) Lobus Parietalis
Mengendalikan sensasi, seperti sentuhan, tekanan, nyeri dan suhu.
Lobus ini juga mengendalikan orientasi spasial (pemahaman tentang
ukuran, bentuk dan arah).
3) Lobus Temporalis
Mengendalikan indera pendengaran, ingatan dan emosi. Lobus temporal
kiri juga mengendalikan fungsi bicara
Blok Sistem Saraf dan Indra 12
4) Lobus Occipitalis
Mengendalikan penglihatan
5. Zat zat yang berperan dalam mekanisme pemahaman bahasa dan berbicara
Zat zat yang berperan dalam mekanisme pemahaman bahasa dan berbicara
adalah asetilkolin, norepinefrin, dopamin, glisin, GABA (asam gamma aminobutirat),
glutamat, serotonin, nitrat oksida.
1) Asetilkolin, disekresi oleh neuron- neuron dibanyak daerah sistem saraf, namun
khususnya oleh (1) ujung-ujung sel piramid besar korteks motorik, (2) beberapa
jenis neuron dalam ganglia basalis, (3) neuron motorik yang menginversi otot-otot
rangka, (4) neuron preganglion sistem saraf otonom , (5) neuron postganglion
sistem saraf parasimpatik, dan (6) beberapa neuron postganglion sistem saraf
simpatik.
4) Glisin, terutama disekresi pada sinaps di dalam medula spinalis. Glisin ini diyakini
selalu bekerja sebagai transmiter inhibitorik.
5) GABA ( asam gamma aminobutirat), disekresi oleh ujung saraf yang terdapat
dalam medulla spinalis, serebelum, ganglia basilaris, dan area korteks. Bahan ini
dianggap menyebabkan inhibisi.
6) Glutamat, disekresi oleh terminal prasinaptik pada banyak jaras saraf sensorik
yang memasuki sistem saraf di sebagian besar daerah korteks serebri. Transmiter
ini kemungkinan selalu menyebabkan eksitasi.
7) Serotonin, disekresi oleh nukleus yang berasal dari rafe median batang otak dan
berproyeksi ke berbagai daerah otak dan medulla spinalis, khususnya yang menuju
radiks dorsalis medulla spinalis dan menuju hipotalamus. Serotonin bekerja
sebagai penghambat jaras rasa sakit dalam medulla spinalis dan kerjanya sebagai
penghambat di daerah sistem saraf yang lebih tinggi diduga untuk membantu
pengaturan suasana hati seseorang, bahkan mungkin menyebabkan tidur.
8) Nitrat Oksida, disekresi oleh ujung saraf di daerah otak yang bertanggung jawab
terhadap tingkah laku jangka panjang dan untuk memori. Oleh karena itu, di masa
depan sistem transmitter ini mungkin dapat menjelaskan mengenai beberapa
Gangguan Bahasa
Disleksia, gangguan bahasa yang lain, adalah kesulitan belajar membacar karena
kesalahan interpretasi kata-kata. Bukti-bukti yang menunjukan bahwa disleksia berakar
pada defisit dalam pemrosesan fonologis, yang berarti gangguan kemampuan untuk
menguraikan bahasa tulisan menjadi komponen-komponen fonetik yang mendasarinya.
Pengidap desleksia mengalami kesulitan mengurai dan karenanya, mengidentifikasi dan
memberi arti pada kata-kata. Keadaan ini sama sekali tidak berkaitan dengan
kemampuan intelektualitas.
Memori merupakan salah satu rahasia otak yang masih diteliti hingga saat ini.
Dalam kerja-nya terdapat informasi yang tersimpan dalam jangka waktu yang pendek
didalam memori dan juga informasi yang tersimpan dalam waktu tertentu (short-term
dan long-term memory). Penyimpanan informasi tersebut melalui proses yang diawali
dari encoding hingga recall/retrieval informasi. Retrieval atau mengingat kembali
merupakan rangkaian dari proses menyim-pan memori yang dipengaruhi oleh proses
encoding informasi.
1. Reading skill, yang dijelaskan bahwa anak yang baru mulai belajar membaca akan lebih
mudah untuk mengenal kata jika di- sertai dengan gambar. Materi verbal yang konkrit
tersebut dapat meningkatkan ke mampuan membaca dan memori anak.
2. Written composition, sama halnya dengan yang di atas bahwa anak akan lebih mudah
dan lebih cepat memahami jika kata yang akan ditulis tersebut lebih gam- pang atau
lebih mudah diingat dan mudah dibayangkan.
3. Remedial literacy education, merupakan hal yang banyak berpusat pada de- coding.
Anak akan lebih mudah untuk melakukan decoding ketika hal yang di- ulang kembali
tersebut tergambar dengan jelas.
4. Mathematics, anak akan memulai pem- belajaran dengan mengenal huruf. Dalam
pengenalan huruf tersebut dapat diguna- kan angka yang disertai gambar untuk
mempermudah anak untuk memahami dan mengingatnya.
Pada dasarnya, semua makhluk ciptaan Tuhan memiliki otak. Dimana otak tersebut
memiliki bagian yaitu bagian otak besar,otak kecil dan batang otak. Pada bagian otak besar
terdapat 6 lobus yaitu lobus frontalis,lobus parietalis,lobus temporalis,lobus occipitalis,lobus
insula dan lobus limbic. Otak merupakan suatu pusat dari segala aktivitas kita. Otak tersebut
memiliki area-area brodmann dimana area brodmann tersebut masing-masing memiliki
peran masing-masing. Pada dasarnya, otak memiliki fungsi yang banyak.salah satu
fungsinya adalah menyimpan memori. Memori merupakan rekaman internal tentang suatu
kejadian, benda, atau kegiatan. Memori merupakan unsur inti dari perkembangan
kognitif, sebab segala bentuk belajar dari individu melibatkan memori. Memori pada
suatu individu dimungkinkan untuk dapat menyimpan informasi yang ia terima
sepanjang waktu, sehingga tanpa memori, individu mustahil dapat merefleksikan
pribadinya sendiri, karena pemahaman diri sangat tergantung pada suatu kesadaran
yang berkesinambungan dan terintegrasi antara semua bagian otak, hal itu hanya dapat
terlaksana dengan adanya memori. Dimana penyimpanan memori tersebut adalah di
hipokampus.
Hipokampus tersebut merupakan salah satu system limbic pada otak. Memori
tersendiri memiliki 3 jenis yaitu memori jangka pendek dan memori jangka panjang dimana
pada memori jangka pendek,kemungkinan lupa adalah besar. Namun pada memori jangka
panjang,kemungkinan lupa adalah kecil. Untuk mengubah memori jangka pendek menjadi
jangka panjang perlu dilakukan pengulangan memori jangka pendek tersebut. Perubahan
memori jangka pendek menjadi memori jangka panjang disebut konsolidasi memori.
Ketika sudah berada di fase ini,yaitu pada penyimpanan jangka pendek, maka
ada kemungkinan besar lupa. Sehingga untuk mengubah penyimpanan memori
jangka pendek menjadi penyimpanan memori jangka panjang sehingga kemungkinan
untuk lupa adalah kecil bahkan menjadi memori permanen.
Dengan potensiasi memori jangka panjang,terjadi modifikasi sebagai akibat
peningkatan penggunaan pada sinaps yang akan meningkatkan kemampuan neuron
presinaps untuk mengeksitesi neuron postsinaps pada masa depan. Dengan
begitu,semakin sering digunakan koneksinya akan semakin kuat.Penguatan ini
berkaitan dengan pembentukan lebih banyak EPSPs (excitatory postsinaptic
potential) pada neuron postsinaps sebagai respon signal kimia dari input excitatory
presin (Paulsen & Waschke, 2012) (Guyton & Hall, 2007)aps tertentu. Peningkatan
respon eksitatori akan ditranslasikan menjadi lebih banyak potensial aksi yang
dikirimkan sepanjang sel postsinaps tersebut ke neuron lainnya. LTP (long term
potentiation) ini memerlukan waktu berhari-hari bahkan berminggu- minggu untuk
menkonsolidasi memori jangka pendek menjadi jangka panjang. LTP terjadi di
hipokampus.
Mekanisme yang mendasari LTP ini sebenarnya masih menjadi bahan riset
lebih lanjut dan perdebatan. Ada beberapa bentuk LTP , ada yang berasal dari
perubahan hanya pada neuron postsinaps maupun pada komponen presinaps atau
keduanya.
a. Displacement
Informasi yang pernah diperoleh menghilang dari sistem memori jangka
pendek karena masuknya tambahan informasi‐informasi baru yang
terlalu banyak ke dalam sistem memori jangka pendek tersebut.
b. Interference
Terganggunya proses pemunculan kembali informasi yang telah ada, yang
disimpan pada sistem memori jangka pendek maupun memori jangka
panjang, karena dua macam sebab yaitu: (1) interferensi retroaktif,
dimana informasi baru yang masuk meng‐ ganggu proses pemunculan
kembali informasi yang telah ada, dan (2) interferensi proaktif, dimana
informasi lama yang telah ada mengganggu proses pemunculan kem‐ bali
informasi yang baru masuk (Feldman, 1999).
Definisi Amnesia
Amnesia adalah penurunan daya ingat yang mengenai waktu keseluruhan bukan
potongan-potongan informasi.
Jenis-jenis Amnesia
Afasia adalah suatu gangguan berbahasa yang diakibatkan oleh kerusakan otak.
Afasia tidak termasuk gangguan perkembangan bahasa (disebut juga disfasia),
gangguan bicara motorik murni, ataupun gangguan berbahasa sekunder akibat
gangguan pikiran primer. misalnya skizofrenia.
Etiologi
Afasia adalah suatu tanda klinis dan bukan penyakit. Atasia dapat timbul akibat
cedera Otak atau proses patologik pada area lobus frontal. temporal atau parietal yang
mengatur kemampuan berbahasa, yaitu Area Broa. Area Wernicke, dan jalur yang
menghubungkan antara keduanya. Kedua area ini biasanya terletak di hemisfer kiri Otak
dan pada kebanyakan orang, bagian hemisfer kiri merupakan tempat kemampuan
berbahasa diatur
Pada dasarnya kerusakan otak yang menimbulkan afasia disebabkan oleh stroke,
cedera otak traumatik, perdarahan otak aku dan sebagainya. Atasia dapat muncul
perlahan-lahan seperti pada kasus tumor Otak. Afasia juga terdaftar sebagai etek
samping yang langka dari fentanyl, suatu opioid untuk penanganan nyeri kronis..
Patofisiologi
Afasia terjadi akibat kerusakan pada area pengaturan bahasa di otak. Pada
manusia, fungsi pengaturan bahasa mengalami lateralisasi ke hemisfer kiri otak pada
96-99% orang yang dominan tangan kanan (kinan) dan orang yang dominan tangan kiri
Klasifikasi
Diagnosis
1. Afasia tidak lancar. Pada afasia ini, output atau keluaran bicara terbatas. Penderita
menggunakan kalimat pendek dan bicaľa dalam bentuk sederhana, Sering disertai
artikulasi dan irama bicara yang buruk.
Gambaran klinisnya ialah:
a. Pasien tampak sulit memulai bicara
b. Panjang kalimat sedikit (5 kata atau kurang per kalimat)
c. Gramatika bahasa berkurang dan tidak kompleks.
d. Artikulasi umumnya terganggu.
e. Irama bicara terganggu
f. Pemahaman cukup bajk, tapi sulit memahami kalimat yang lebih kompleks
g. Pengulanan (repetisi) buruk.
h. Kemampuan menamai, menyebut nama benda buruk
2. Afasia lancar. Pada afasia ini penderita bicara lancar, artikulasi dan irama baik,
tetapi isi bicara tidak bermakna dan tidak dapat dimengerti artinya. Penderita
tidak dapat mengerti bahasa sehingga tidak dapat berbicara kembali.
Gambaran klinisnya ialah:
a. Keluaran bicara yang lancar.
b. Panjang kalimat normal.
c. Artikulasi dan irama bicara baik.
d. Terdapat parafasia.
e. Kemampuan memahami pendengaran dan membaca buruk.
f. Repetisis terganggu.
g. Menulis lancar tapi tidak ada arti.
seorang afasia yang non-fluen mungkin akan mengatakan dengan tidak lancar
dan tertegun-tegun: “mana... rokok... beli.” Sedangkan seorang afasia fluen
mungkin akan mengatakan dengan lancar: "rokOk beli ternbakau kernana situ
tadi girnana dia toko jalan"
3. Afasia Broca (motorik, ekspresif). Disebabkan lesi di area Broca. Pemahaman
auditif dan membaca tidak terganggu, tetapi sulit mengungkapkan isi pikiran.
Gambaran klinis afasia Broca ialah bergaya afasia non-fluent.
Dalam kasus ini Rahmat mengalami kelupaan, rahmat hanya dapat mengingat beberapa
penggalan lirik dalam bahasa inggris yang merupakan ciri dari kelupaan distorsi. Faktor yang
membuat seseorang mengalami kelupaan yaitu tidak mengunakan indra lain. Rahmat disarankan
untuk mencatat lirik lagu dalam bahasa inggris. Dengan mencatat lirik lagu akan mengunakan
audiotorik, visual atau mengunakan indera lain selain audiotorik seperti yang di lakukakn
rahmat, hal ini dapat membantu dalam mengingat sesuatu ini yang disebut proses belajar untuk
mengatakan sesuatu yang di lihat otak akan mentransfer informasi visual ke girus angular
korteks asosiasi perintal-temporal yang mnginteragasikan masukan seperti pengelihatan, suara,
sentuhan. Dalam kasus ini rahmat tidak mengalami afasia broca dan amesia
[1]
Guyton & Hall, 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 11 penyunt. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
[2]
Kirshner HS. Jacobs DH. eMedicine Neurolow Specialties: Aphasia. 2009. Available at:
http//emedicine.medscape.com/article/135944-print
[3]
Lumbantobing SM. Neuroloo Klinis, Pemeriksaan Fisik dan Mmtal. Bab Xl: Berbahasa.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2008
[4]
Mescher, A.L. 2011. Histologi Dasar Junqueira, Teks dan Atlas, ed. 12. EGC. Jakarta.
[5]
National Institute Deafness and Other Communication Diorders. Aphasia.Voice, Speech
and Langlage Health Info. 2010.
Available at: http•]www.nidcd.nih.gov/hedthhvoice/aphasia.html
[6]
Paulsen, F. & Waschke, J., 2012. Sobotta Atlas Anatomi Manusia. Edisi 23 penyunt. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
[7]
Pennstate, H&llth & Disease Iriormation. Aphasia 2010 Available at:
http•J.Www.hmc.psu.edWhealthinfo/a/aphasia.htm
[8]
Price SA. Wilson LM. Bagian IX: Penyakit Neurologi. Pemeriksaan Neurologis. Evaluasi
Penderita Neurologis. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses Penyakit Edisi 4. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta. 1995.
[9]
Sidiarto Kusumoputro S. Cermin Dunia Kedokteran No.34. Afasia Sebagai Gangguan
Komunikasi Pada Kelainan Otak. Bagian Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta.
[10]
Suwono WJ. Afasia Sensorik atau Wernicke. Diagnosis Topik Neurologi Anatomi,
Fisiologi, Tanda, Gejala Edisi ll. Penerbit Buku Kedokteran EGC.Jakarta. 1995.
[11]
Sherwood, L., 2014. Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem. Edisi 8 penyunt. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
[12]
Wikipedia The Free Encyclopedia: Aphasia. 2010 Available
at:httpJ/en.wikipedia.org/wiki/AphaSa