Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN

KELOMPOK 3 :
• ALMENDO STEVEN H. SITORUS 20180811014004
• AMANDA VERA M. UNEPUTTY 20180811014015
• DESNAL RANTETAMPANG 20180811014021
• GLORIOUS R. M. WINDESI 20180811014026
• INGGRIT CLAUDYA RUMPANG 20180811014031
• LIDIA EVELYN HOWAY 20160811014028
• MARICE ANTOH 20180811014036
• NI NENGAH MAITRI 20180811014009
• NURMALISA GITA SAVITRI 20180811014041
• REGINA BETZY FIMBAY 20180811014023
• RISKO AGUNG JULIAN 20180811014046
• SUVEN KIMA PANGRARAN 20180811014052

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang maha kuasa karena
kehendaknyalah kami telah berhasil menyelesaikan tugas kami yang berbentuk laporan diskusi.

Adapun rasa terima kasih yang sangat besar akan selalu kami sampaikan kepada dosen-
dosen kami yang telah banyak membantu kami dalam pembuatan laporan ini. Terkhususkan
kepada Ibu Lusye serta ucapan rasa terima kasih kami sampaikan kepada para rekan-rekan kami
yang telah banyak menyampaikan aspirasi, pikiran serta tenaganya dalam penyelesaian laporan
ini.

Kami sangat berharap bahwa laporan ini dapat memberikan manfaat dan memberi
tambahan pengetahuan bagi pembaca. Dan semoga laporan ini dapat diterima dengan baik oleh
dosen kami.

Akhir kata, kami mohon maaf apabila terdapat banyak kesalahan dalam penulisan laporan
ini. Bagaimanpun juga kami tidak lebih dari manusia biasa yang pasti mempunyai banyak
kesalahan, dan kami ingin meminta maaf apabila ada bagian dari laporan ini yang menyinggung
perasaan pembaca. Semoga laporani ini dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Jayapura, 28 November 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................................................. ii
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................................................ 3
Latar Belakang .......................................................................................................................................... 3
Manfaat ..................................................................................................................................................... 3
Sistematika penulisan................................................................................................................................ 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................................... 5
SKENARIO .............................................................................................................................................. 5
LANGKAH SEVEN JUMPS ................................................................................................................... 5
KLARIFIKASI KATA YANG BELUM DIKETAHUI ....................................................................... 6
IDENTIFIKASI MASALAH ................................................................................................................ 6
BRAINSTORMING ............................................................................................................................. 6
MENGANALISIS MASALAH ............................................................................................................ 6
LEARNING OBJECTIVE .................................................................................................................... 7
BELAJAR MANDIRI .......................................................................................................................... 8
KESIMPULAN ................................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 19

ii
BAB 1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam menjalankan praktik kedokteran, setiap dokter pasti akan berhubungan dengan
pasiennya, salah satu hubungan antara dokter dan pasien yang paling umum diketahui adalah dari
segi komunikasi yang mereka jalani. Komunikasi antara dokter dan pasien dibutuhkan agar tidak
terjadi kesalah pahaman dan juga kerugian yang dapat timbul dari miskomunikasi antara dokter
dan pasien. Komunikasi yang di maksud bisa merupakan kabar baik maupun kabar buruk yang
akan disampaikan dokter kepada pasien. Apabila dalam menyampaikan kabar buruk kepada
pasien maka harus memrerhatikan hal-hal lain yang bisa mempengaruhi kondisi pasien itu
sendiri, contoh apabila pasien tersebut mempunyai kondisi psikis yang masih labil itu dapat
berdampak pada respon yang akan di timbulkan setelah penyampaian kabar buruk tersebut.
Komunikasi dokter pada pasien dikatakan efektif apabila pesan yang ingin disampaikan
dari dokter kepada pasien disampaikan dengan baik, dimengerti, dan dilaksanankan dengan baik
tanpa kendala oleh pasien. Hal yang mempengaruhi dari kelancaran penyampaian informasi dari
dokter sendiri bisa terkendala dari beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain bisa datang
dari dokter sendiri yang kurang baik alam menyampaikan informasi atau dari pasien sendiri yang
kurang cepat memahami penjelasan dari dokter terrsebut atau gangguan lain yang berasal dari
luar contoh dari pada saat keadaan darurat yang menyebabkan kondisi yang tidak memungkinkan
untuk memberikan informasi kepada pasien. Selanjutnya penjelasan lebih lanjut mengenai
komunikasi antara dokter pasien dari pengertian sendiri hingga poin lain yang berhubungan
dengan komunikasi dokter dan pasien akan dibahas pada penjelasan di bab berikutnya..

Manfaat
 Khusus
Manfaat bagi penulis dalam penyusunan laporan ini lebih mengetahui begaimana cara
pengerjaan laporan yag baik, tersusun rapih dan pengetahuan yang lebih luas tentang
Komunikasi Dokter – Pasien .
 Umum
Manfaat penulisan laporan ini adalah agar pembaca dapat memperluas pengetahuan dan
wawasan serta dapat menarik kesimpulan dari laporan ini.

Sistematika penulisan
Laporan diskusi PBL disusun dalam tiga bagian, yaitu bagian awal laporan, bagian isi laporan,
dan bagian akhir laporan.
Bagian awal laporan terdiri dari: judul, kata pengantar, dan daftar isi
Bagian isi laporan:
BAB I PENDAHULUAN, berisi tentang: Latar belakang, rumusan masalah, manfaat,
batasan masalah dan sistematika penulisan.

3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, berisi tentang: SKENARIO dan LANGKAH SEVEN
JUMPS. Dimana langkah seven jumps terdiri atas: klarifikasi kata sulit, identifikasi
masalah, brainstorming, tukar pendapat, rumusan tujuan pembelajaran, belajar
mandiri dan kesimpulan.
Bagian akhir laporan terdiri dari: daftar pustaka

4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
SKENARIO
Dokter AB adalah dokter spesialis Obsgyn (Sp.OG) yang menangani seorang pasien
wanita berusia 22 tahun; sebut saja CINTA. CINTA datang dengan keluhan amenore primal
hingga usianya saat ini. CINTA khawatir dengan keadaannya karena akan segera menikah dalam
waktu dekat ini. Secara fisik, CINTA merupakan seorang wanita yang sangat cantik dengan
bentuk tubuh yang sempurna, akan tetapi kondisi ini membuatnya merasa belum sempurna
sebagai seorang wanita. Orang tua dan keluarga CINTA pun dibuat cemas atas apa yang dialami
putri tunggalnya ini.
Setelah melalui anamesis dan serangkaian laboratorium (pemeriksaan darah) serta
pemindaian ultrasonografi(USG) dan MRI, diketahui CINTA tidak memiliki rahim(serviks)
sehingga didiagnosis mengalami penyakit langka yaitu kelainan bawaan lahir yang disebut
sindrom MRKH(Mayer Rakintansky Kuster Hauser). Sebagai seorang dokter yang professional,
dokter AB tentu harus siap menyampaikan hal ini kepada pasien dan keluarganya. Sekalipun
mungkin ia akan berhadapan dengan reaksi emosional dan penolakan dari pasien dan pihak
keluarga atas hasil diagnosis tersebut. Karena bagaimanapun berita ini tentu saja akan
mengguncang kondisi psikologis pasien yang akan menghadapi pernikahannya dalam waktu
dekat.
Tiba saatnya dokter AB menyampaikan hasil diagnosis kepada pasien dan keluarga, dan
seperti dugaannya, orangtua pasien sangat terkejut dengan penyampaikan dokter AB. Mereka
menolak hasil tersebut dan menyangkal anaknya memiliki kelainan karena selama ini tidak ada
tanda atau gejala aneh yang ditunjukkan anaknya selain keluhan yang disampaikan, bahkan
anaknya tumbuh dengan sehat. Menurut mereka, hasil pemeriksaan dan diagnosis tersebut bisa
salah sehingga mereka menuntut penjelasan yang lebih rinci dari dokter AB tentang kondisi
anaknya. Sementara itu, CINTA sangat terpuruk, karena tidak tahu bagaimana cara menjelaskan
hal tersebut kepada kekasih dan juga keluarga besarnya. Oleh karena itu CINTA dan
orangtuanya terus mendatangi dan mendesak dokter AB untuk mencarikan solusi bagi
permasalahan anaknya serta membantu menjelaskan hal tersebut kepada pasangan CINTA. Bagi
dokter AB, hal ini tentu saja merupakan tantangan bagi “capacity building” nya dalam hal
komunikasi dokter-pasien dan dalam mempertahankan partnership(kemiteraan) di antara
keduanya.

LANGKAH SEVEN JUMPS


Seven jumps sendiri merupakan metode pembelajaran yang mahasiswa gunakan untuk
mempermudah proses pembelajaran, proses dalam metode ini didampingi oleh tutor dalam
pelaksanaannya yang mana tutor akan mengawasi jalannya proses diskusi agar mahasiswa tidak
keluar dari learning obvective atau objek permelajaran yang seharusnya dicapai, langkah seven
jumps sendiri adalah sebagai berikut :
1. Mengklarifikasi hal-hal yang belum diketahui dalam skenario
2. Mendefinisikan masalah-masalah
3. Mengidentifikasi masalah atau Brainstorming

5
4. Menganalisis masalah atau daftar penjelasan yang dapat diterima
5. Merumuskan tujuan pembelajaran atau yang biasa disebut Learning Objective
6. Belajar mandiri
7. Pembuatan laporan
KLARIFIKASI KATA YANG BELUM DIKETAHUI
 Amenore Primal
Merupakan ketiadaan menstruasi.
 Sindrom MRKH (Mayer Rakintansky Kuster Hauser)
Merupakan kelainan bawaan lahir pada wanita yang membuatnya tidak
mempunyai rahim (uterus) seperti pada wanita lainnya.
 Capacity Building
Proses dimana individu dan organisasi memperoleh, meningkatkan dan
mempertahankan keterampilan, pengetahuan, peralatan, dan sumberdaya lain yang
dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan mereka secara kompeten, untuk kapasitas yang
lebih besar.
 Pemindaian ultrasonografi (USG)
Sebuah teknik diagnostik pencitraan menggunakan suara ultra yang digunakan
untuk mencitrakan organ internal dan otot, ukuran mereka, struktur, dan luka patologi,
membuat teknik ini berguna untuk memeriksa organ.
 Pemindaian MRI
Pencitraan resonansi magnetik adalah pemeriksaan yang memanfaatkan medan
magnet dan energi gelombang radio untuk menampilkan gambar struktur dan organ
dalam tubuh.
IDENTIFIKASI MASALAH
 Pasien tidak memiliki rahim
 Keluarga mengelak penjelasan dokter
 Keluarga mendesak dokter memberikan solusi
 Cara penyampaian dokter pada pasien dan keluarga
Adapun kesimpulan masalah disimpulkan dari beberapa poin diatas adalah “Masalah komunikasi
dokter pada pasien dan keluarga”
BRAINSTORMING
 Cara penyampaian kabar buruk dan hasil pemeriksaan pasien.
MENGANALISIS MASALAH
1. Tidak memberikan harapan
2. Menunjukkan empati
3. Tidak ada yang ditutupi
4. Membangun sambung rasa
5. Kententuan dalam penyampaian kabar buruk

6
Definisi

Bentuk -
Bentuk Manfaat
Komunikasi

Komunikasi
Dokter -
Pasien
Cara
Tujuan
Penyampaian

Faktor-faktor
Dalam
Komunikasi

LEARNING OBJECTIVE
1. Definisi komunikasi dokter – pasien
2. Bentuk – bentuk komunikasi dokter – pasien
3. Cara penyampaian komunikasi dokter – pasien
4. Faktor – faktor dalam komunikasi dokter – pasien
5. Tujuan komunikasi dokter – pasien
6. Manfaat komunikasi dokter – pasien

7
BELAJAR MANDIRI
1. Definisi Komunikasi Dokter – Pasien
Menurut kelompok kami, definisi komunikasi dokter – pasien ada 2 yaitu
 Komunikasi Dokter – Pasien
Merupakan hubungan yang berlangsung antara dokter/dokter gigi dengan
pasiennya selama proses pemeriksaan / pengobatan/perawatan yang terjadi di ruang
praktik perorangan, poliklinik, rumah sakit, dan puskesmas dalam rangka membantu
menyelesaikan masalah kesehatan pasien. (KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA,
2006)
 Komunikasi Dokter – Pasien
Komunikasi kesehatan antara dokter dan pasien adalah proses komunikasi yang
melibatkan pesan kesehatan, unsur-unsur atau peserta komunikasi. (Arianto, n.d.)
2. Bentuk – Bentuk Komunikasi Dokter – Pasien
Komunikasi antara dokter dan pasien adalah bentuk komunikasi kesehatan yang
sifatnya interperonal yang komplek. Proses komunikasi ini dikontrol bagaimana bentuk
hubungan yang berlangsung dalam proses komunikasi tersebut. Dalam mengevaluasi pola
kontrol komunikasi antara dokter dan pasien menurut Roter dan Hall (1992)
Bentuk bentuk komunikasi dasar antara dokter pasien ada 4 yaitu :
a. Bentuk standar (default):
Hubungan standar ditandai dengan kurangnya kontrol di kedua pihak baik dokter
maupun si pasien , dan jelas jauh dari ideal.
b. Bentuk paternalistik (paternalistic):
Bentuk paternalistik ditandai hubungan oleh dokter yang dominan dan pasien
Pasif
c. Bentuk konsumtif (consumerist) :
konsumerisme dikaitkan dengan sebaliknya, dengan itu fokus pada “hak dan
kewajiban” dokter kepada pasien.
d. Bentuk mutualistik (mutualistic):
bentuk hubungan mutualistic ditandai oleh berbagi dalam pengambilan keputusan,
dan sering menganjurkan jenis hubungan terbaik untuk saling memahami. (Arianto, n.d.)
3. Cara Penyampaian Komunikasi Dokter – Pasien
Ada empat langkah yang terangkum dalam satu kata untuk melakukan
komunikasi, yaitu SAJI (Poernomo, Ieda SS, Program Family Health Nutrition, Depkes
RI, 1999).
S = Salam
A = Ajak Bicara
J = Jelaskan
I = Ingatkan

8
Secara rinci penjelasan mengenai SAJI adalah sebagai berikut.
Salam:
Beri salam, sapa dia, tunjukkan bahwa Anda bersedia meluangkan waktu untuk
berbicara dengannya.

Ajak Bicara:
Usahakan berkomunikasi secara dua arah. Jangan bicara sendiri. Dorong agar
pasien mau dan dapat mengemukakan pikiran dan perasaannya. Tunjukkan bahwa dokter
menghargai pendapatnya, dapat memahami kecemasannya, serta mengerti perasaannya.
Dokter dapat menggunakan pertanyaan terbuka maupun tertutup dalam usaha menggali
informasi.

Jelaskan:
Beri penjelasan mengenai hal-hal yang menjadi perhatiannya, yang ingin
diketahuinya, dan yang akan dijalani/dihadapinya agar ia tidak terjebak oleh pikirannya
sendiri. Luruskan persepsi yang keliru. Berikan penjelasan mengenai penyakit, terapi,
atau apapun secara jelas dan detil.

Ingatkan:
Percakapan yang dokter lakukan bersama pasien mungkin memasukkan berbagai
materi secara luas, yang tidak mudah diingatnya kembali. Di bagian akhir percakapan,
ingatkan dia untuk hal-hal yang penting dan koreksi untuk persepsi yang keliru. Selalu
melakukan klarifikasi apakah pasien telah mengerti benar, maupun klarifikasi terhadap
hal-hal yang masih belum jelas bagi kedua belah pihak serta mengulang kembali akan
pesan-pesan kesehatan yang penting.
Berdasarkan skenario kita, masalah komunikasi yang di jelaskan yaitu tentang
memberitahukan kabar buruk. Langkah – langkah dalam menyampaikan kabar buruk
yaitu :

Berikut ini adalah 6 (enam) langkah dari Robert Buckman yang bisa digunakan sebagai
pedoman dalam menyampaikan berita buruk pada pasien.

PROTOKOL ENAM LANGKAH UNTUK MENYAMPAIKAN BERITA BURUK


1. PERSIAPAN  Pilih ruangan yang menjamin privacy, dan
usahakan baik dokter maupun pasien bisa duduk
dalam posisi yang nyaman.
 Tanyakan pada pasien apakah dia menghendaki ada
orang lain yang menemaninya, apakah suami/istri,
anak, atau keluarga lainnya. Biarlah pasien sendiri
yang memutuskan.
 Mulailah dengan memberikan pertanyaan seperti:

9
“Bagaimana perasaan anda sekarang?”.

2. MENCARI TAHU Mulailah mengajukan pertanyaan untuk menggali


SEBANYAK APA informasi dari pasien supaya anda dapat mulai
INFORMAI YANG memahami.
SUDAH DIMILIKI  Apakah pasien sudah tahu mengenai
PASIEN penyakitnya/situasinya.
 Seberapa banyak dia tahu ? Darimana dia tahu ?
 Tingkat pengetahuan pasien
 Situasi emosional pasien
Terkadang pasien atau keluarga pasien (orang tua pada
pasien anak) mungkin tidak bisa menjawab atau merespon
pertanyaan anda, dan mungkin memang tidak mengetahui
sama sekali mengenai penyakit mereka.
Pada kasus – kasus seperti itu , teknik yang bisa
digunakan untuk menstimulasi diskusi adalah dengan
menanyakan kembali tentang hal – hal yang sudah mereka
ketahui seperti riwayat penyakit dan hasil pemeriksaan
atau hasil test yang telah dilakukan sebelumnya.

3. MENCARI TAHU  Penting untuk menanyakan pada pasien seberapa detil


SEBERAPA informasi yang ingin didengarnya. Apakah sangat
BANYAKKAH detil, atau hanya gambaran besarnya saja ?
INFORMASI  Perlu diperhatikan bagaimana cara bertanya, dan
YANG INGIN kemungkinan reaksi pasien. (Setiap pasien tidak akan
DIKETAHUI PASIEN sama , bahkan pada pasien yang sama kemungkinan
akan berubah permintaannya selama dalam satu sesi
percakapan).
Beberapa pertanyaan yang sering digunakan pada tahap
ini misalnya :
 Bapak/ ibu, bila nanti situasi atau kondisi/ hasil
test menunjukkan sesuatu yang serius, apakah
saya bisa memberitahukan pada anda mengenai
masalah tersebut ?
 Apakah bapak / ibu ingin saya menjelaskan secara
rinci atau hanya garis besar dari kondisi bapak /
ibu sekarang ?
 Bapak / Ibu, hasil test anda sudah keluar. Apakah
saya bisa menjelaskan pada bapak / ibu, atau
bapak / ibu ingin agar saya menjelaskan kondisi
anda pada keluarga ?
 Dll

10
4. BERBAGI INFORMASI  Penting untuk mempersiapkan segala data sebelum
anda bertemu dengan pasien.
 Topik pada tahap ini biasanya adalah mengenai
diagnosis, terapi / penanganan, prognosis, serta
dukungan / fasilitas apa saja yang bisa diperoleh oleh
pasien dan keluarganya.
 Berikan informasi dalam potongan kecil, dan pastikan
untuk berhenti menjelaskan (beri jeda di antara
potongan – potongan informasi itu) untuk
memastikan bahwa pasien paham dengan yang kita
jelaskan.
 Ingatlah untuk menerjemahkan istilah medis ke
dalam bahasa Indonesia, dan jangan mencoba untuk
mengajar patofisiologi (jelaskan dengan lebih
sederhana).
Beberapa contoh bahasa yang bisa digunakan untuk
menyampaikan berita buruk :
 Pak Harun, saya khawatir bahwa kabar yang akan
saya sampaikan ini adalah kabar yang kurang
baik. Hasil test anda ternyata menunjukkan bahwa
anda positif terkena HIV.
 Bu Siti, mohon maaf saya terpaksa menyampaikan
kabar ini. Hasil biopsi benjolan pada payudara ibu
menunjukkan bahwa ibu terkena kanker payudara.
 Bu Dinar, hasil test putri anda sudah keluar, dan
ternyata hasilnya tidak seperti yang kita harapkan.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa putri anda
terkena leukemia.
 dll

5. MENANGGAPI Jika anda tidak memberikan tanggapan terhadap emosi


PERASAAN PASIEN yang muncul pada pasien, anda sama saja seperti
“meninggalkan urusan sebelum urusan tersebut selesai ..”.
Selain itu Anda juga bisa dianggap sebagai seorang dokter
yang tidak memiliki kepedulian pada pasien.
Kalimat – kalimat yang bisa digunakan pada tahap ini :
 Saya tahu bahwa hasil ini adalah hasil yang tidak
kita harapkan….
 Saya tahu bahwa kabar ini adalah kabar yang tidak
mengenakkan….
 Setelah mengetahui hasilnya, kira –kira hal apakah
yang bisa saya bantu ?
 dll…..

11
6. PERENCANAAN DAN  Pada titik ini Anda perlu mensintesis rasa
TINDAK LANJUT kekhawatiran pasien dan isu-isu medis ke dalam
rencana konkret yang dapat dilakukan dalam rencana
perawatan pasien.
 Buatlah rencana langkah – demi langkah dan Berikan
penjelasan yang lengkap pada pasien tentang apa saja
yang harus dilakukannya pada tiap langkah, dan apa
saja yang mungkin terjadi, dan apa saja yang bisa
membantu mengatasinya bila ternyata muncul hal
yang tidak diinginkan.
 Berikut adalah mengenai penjelasan prognosis;
o Ada baiknya dokter mencari tahu tentang harapan
pasien, ataupun alasan pertanyaan mereka.
o Hal tersebut bisa dilakukan dengan cara
memberikan pertanyaan.
o Berikut adalah contoh – contoh kalimat ataupun
pertanyaan yang biasa digunakan :
 Jadi, apa sebenarnya yang menjadi
kekhawatiran bapak mengenai pengobatan ?
 Jadi situasinya memang demikian, Ibu... Tetapi
mungkin masih ada sesuatu yang bisa saya
bantu untuk ibu ?...
 Jadi ibu ingin mengetahui tentang berapa
persen kemungkinan putra ibu bisa bertahan ?

HAL–HAL YANG DIANGGAP PENTING OLEH PASIEN DALAM


PENYAMPAIAN BERITA BURUK

 ISI
Yang dimaksud di sini adalah apa saja yang dibicarakan, dan seberapa banyak
informasi atau keterangan yang diberikan oleh dokter. Item ini sangat berhubungan
dengan angapan/ kepercayaan pasien terhadap kompetensi dokter di bidangnya, juga
tentang pengetahuan dokter mengenai perkembangan terbaru mengenai penyakit/
kasus mereka.

Pasien dengan pendidikan yang lebih tinggi diketahui lebih banyak mementingkan
isi 7. Pasien muda, wanita, serta pendidikan tinggi dilaporkan juga menginginkan
informasi yang lebih detail mengenai kondisi penyakit, terapi, serta prognosisnya.
Pasien dengan tingkat kecemasan yang tinggi dan motivasi tinggi untuk
menjalankan terapi, juga menginginkan informasi yang lebih detail.

12
 SUPPORT
Yang dimaksud di sini adalah aspek supportif dalam komunikasi dokter. Jadi
apakah dalam penyampaian berita buruk ini dokter bersikap baik, memberi support/
dukungan yang cukup, dll. Termasuk pula di sini apakah dokter bersedia
mengkomunikasikan hal – hal yang menyangkut diagnosis,prognosis, treatment, dll
kepada keluarga atau orang lain, dan juga menyediakan berbagai informasi yang ingin
diketahui pasien.

Diketahui pasien wanita lebih banyak mementingkan hal tersebut di atas .

Aspek penting dalam memberikan support adalah mendengarkan pasien, serta


memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh pasien.
 FASILITASI
Yang dimaksud di sini adalah kapan dan di mana informasi diberikan. Apakah
dalam ruangan dengan privacy yang cukup, dokter memperhatikan pasien dengan
sungguh – sungguh (tidak sambil lalu saja). Juga apakah dokter menunggu sampai
seluruh hasil diperoleh, sehingga sudah cukup data untuk menyimpulkan situasi pasien
sebelumakhirnya dokter menyampaikan berita buruk pada pasien.

Diketahui pasien dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi dan pasien muda
sangat mementingkan hal ini .
 CARA PENYAMPAIAN
Dalam berkomunikasi dengan pasien, dokter harus memberikan informasi
dengan singkat, jelas, dan jujur sehingga dapat dimengerti oleh pasien. Perlu
memperhatikan intonasi yang lembut, mendengarkan pasien, memberikan support dan
meyakinkan pasien dalam menjalani terapi, tanpa melakukan kontak fisik.

HAL LAIN YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM MENYAMPAIKAN


BERITA BURUK :

Ada banyak faktor yang mempengaruhi cara penerimaan pasien terhadap “berita
buruk“. Hal tersebut antara lain : jenis kelamin, tingkat pendidikan, usia, kematangan

pribadi, jenis kepribadian, faktor sosial budaya, cara pandang tentang hidup itu sendiri,
dll.

13
Sebelum berkomunikasi dengan pasien, sangat penting bagi seorang dokter untuk
mengenali pasiennya, atau paling tidak mengetahui latar belakang
pasiendan keluarganya sebab dalam hal penerimaan berita buruk, kita tidak bisa
mengharapkan reaksi yang sama dari setiap pasien. Faktor – faktor yang disebutkan di atas
memang akan sangat berpengaruh. Informasi tentang pasien, terutama usia, jenis kelamin,
sosial ekonomi dan budaya dapat diketahui dengan mempelajari rekam medis, sedangkan
jenis kepribadian dapat dinilai melalui interaksi yang dilakukan dengan pasien.

Kehadiran anggota keluarga pasien juga merupakan hal yang harus diperhatikan.
Pasien Asia dilaporkan lebih memilih untuk didampingi oleh anggota keluarga saat
menerima berita buruk daripada pasien dari negara-negara Amerika Utara atau Eropa.

KESALAHAN YANG UMUM DILAKUKAN DALAM MENYAMPAIKAN


BERITA BURUK

1. Menyampaikan berita buruk bukan di tempat yang menjamin privacy, misalnya


disampaikan di lorong rumah sakit, di pintu IGD, dll.
2. Interupsi / pemberian penjelasan terpotong atau terganggu karena suatu hal (misalnya
menerima atau menjawab telepon, HP berbunyi, ada perawat meminta tanda tangan,
dll).
3. Penyampaian kabar buruk melalui telepon. Hindari hal ini karena dokter tidak tahu
bagaimana situasi dan kondisi pasien saat menerima kabar buruk tersebut.
4. Dokter terlalu banyak bicara (biasanya karena dokter sendiri merasa tidak nyaman
atau nervous).
5. Efek iatrogenik yaitu berita buruk yang disampaikan memperburuk kondisi pasien
baik secara fisik maupun psikologis atau bahkan menimbulkan gangguan baru secara
fisik atau fisiologis (misalnya, pasien pria mendapat berita buruk tentang mengidap
diabetes melitus, penjelasan tentang akibat diabates yang salah satunya impotensi
menyebabkan pasien cemas sehingga menjadi impotensi psikogenik) (S., et al., n.d.)

14
4. Faktor – Faktor Komunikasi Dokter – Pasien

Adapun 4 faktor yang dapat mempengaruhi hubungan dokter-pasien yaitu :


1. Karakteristik dokter
Mungkin disini dokternya akan memilih pasien yang jenis kelaminnya sama
dengan dokter tersebut, agar mungkin akan lebih terjalin komunikasi yang baik. Dokter
juga harus terampil dan berpengalaman, agar dokter tersubut bekerja sesuai prosedur
yang ada.
2. Karakteristik Pasien
Hal ini juga menjelaskan bahwa bisa saja pasien tersebut memilih dokter yang
sangat berpengalaman dan sangat baik dalam hal berkomunikasi, agar dokter tersebut
bisa mendiagnosis penyakit yang diderita pasien secara benar.
3. Perbedaan antara kedua belah pihak
Dalam hal ini pasti antara dokter-pasien bisa saja mempunyai perbedaan,
mungkin dalam hal harapan atau keyakinan.
4. Faktor Situasional
Mungkin disini factor yang sangat memperberat pasien, karena terpengaruh oleh
beban psikis dari pasien tersebut. Yang mengakibatkan pasien tersebut tidak dapat
berkomunikasi secara baik kepada dokternya, sehingga dokter tidak bisa mendiagnosis
secara baik penyakitnya. (Arianto, n.d.)
5. Tujuan Komunikasi Dokter – Pasien
Menurut kelompok kami, definisi komunikasi dokter – pasien ada 2 sumber yang kami
dapatkan yaitu
1. Berdasarkan KONSIL Kedokteran 2006
(1) Memfasilitasi terciptanya pencapaian tujuan kedua pihak (dokter dan pasien).
(2) Membantu pengembangan rencana perawatan pasien bersama pasien, untuk
kepentingan pasien dan atas dasar kemampuan pasien, termasuk kemampuan
finansial.
(3) Membantu memberikan pilihan dalam upaya penyelesaian masalah kesehatan
pasien.
(4) Membimbing pasien sampai pada pengertian yang sebenarnya tentang
penyakit/masalah yang dihadapinya.
(5) Membantu mengendalikan kinerja dokter dengan acuan langkah-langkah atau hal-
hal yang telah disetujui pasien. (KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA, 2006)
2. Berdasarkan Jurnal UIN Surabaya
Menurut Ong, dkk (1995) yang dikutip oleh Dianne Berry, (2007: 28 )
mengemukakan bahwa ada 3 (tiga) tujuan yang berbeda komunikasi antara dokter dan
pasien, yaitu :
(1) menciptakan hubungan interpersonal yang baik (creating a good interpersonal
relationship),
(2) pertukaran informasi (exchange of information), dan
(3) pengambilan keputusan medis (medical decision making).

15
Menciptakan hubungan interpersonal yang baik (creating a good interpersonal
relationship) merupakan prasyarat untuk perawan medis. Sejumlah penelitian telah
menunjukkan bahwa hubungan dokter dan pasien yang sukses dan komunikatif serta
berdampak positif bagi pasien seperti, kepuasan pengetahuan dan pemahaman,
kepatuhan terhadap pengobatan dan hasil kesehatan yang terukur. Kualitas afektif
dari hubungan dokter dan pasien merupakan penentu utama dari kepuasan pasien dan
kepatuhan terhadap pengobatan.
Secara khusus, keakraban, perhatian, hal positif, kurangnya ketegangan dan
ekspresi non-verbal menjadi elemen paling penting dalam membangun dan
memelihara hubungan kerja yang baik. Secara khusus hubungan interpersonal dokter
dan pasien yang baik dan meningkat ketika konteks komunikasi interpersonal
berlangsung dengan keramahan dokter, perilaku sopan, percakapan sosial, perilaku
mendorong dan empatik, dan membangun kemitraan, dan ekspresi empati selama
konsultasi.
Tujuan kedua dari komunikasi dokter dan pasien adalah pertukaran informasi
(exchange of information) yang digariskan oleh Ong, dll (1975) adalah pertukaran
informasi. Dari sudut pandang kedokteran, dokter perlu untuk mendapatkan informasi
dari pasien untuk menyakini diagnosis yang tepat dan rencana perawatan. Dari
perspektif lain, pasien perlu mengetahui dan memahami dan merasa dikenal dan
dipahami. Dalam rangka untuk memenuhi kedua kebutuhan ini, kedua pihak perlu
bergantian antara pemberian informasi dan bertukar informasi.
Sejumlah studi menemukan bahwa dokter umum meremehkan informasi tentang
penyakit dan perawatan yang pasien inginkan. Menurut hasil penelitian yang
dilakukan Donovan dan Blake (1992) misalnya, menunjukkan bahwa pasien
berpenyakit “arthritis rheumatoid”, mendambakan informasi lebih banyak tentang
penyakit dan perawatnnya dibanding dengan yang diberikan. Secara khusus, mereka
ingin informasi tentang etiologi, gejala, metode diagnosis, dan efek gejala/penyakit
dan efek samping obat-obatan, serta informasi tentang pilihan pengobatan yang
tersedia. Hal ini bisa saja terjadi terjadi kerena tidak berlangsung pertukaran
informasi yang cukup. (Dianne Berry, 2007;5).
Pengambilan keputusan medis (medical decision making). Tujuan ketiga
komunikasi diidentifikasi adalah pengambilan keputusan medis (medical decision
making). Selama 20 tahun terakhir ini, telah terjadi pergeseran yang menonjol dari
apa yang telah disebut sebagai “paternalistic” model kedokteran, dimana dokter
membuat semua keputusan ke model yang berpusat pada pasien, di mana
pengambilan keputusan dibagi antara dokter dan pasien. (Arianto, n.d.)
6. Manfaat Komunikasi Dokter – Pasien
Berdasarkan hari penelitian, manfaat komunikasi efektif dokter-pasien di
antaranya:
(1) Meningkatkan kepuasan pasien dalam menerima pelayanan medis dari dokter atau
institusi pelayanan medis.
(2) Meningkatkan kepercayaan pasien kepada dokter yang merupakan dasar hubungan
dokter-pasien yang baik.

16
(3) Meningkatkan keberhasilan diagnosis terapi dan tindakan medis
(4) Meningkatkan kepercayaan diri dan ketegaran pada pasien fase terminal dalam
menghadapi penyakitnya. (KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA, 2006)

17
KESIMPULAN

18
DAFTAR PUSTAKA

Arianto, t.thn. KOMUNIKASI KESEHATAN (Komunikasi Antara Dokter Dan Pasien). p. 8.

Arianto, t.thn. KOMUNIKASI KESEHATAN (Komunikasi Antara Dokter Dan Pasien). p. 1.

Arianto, t.thn. KOMUNIKASI KESEHATAN (Komunikasi Antara Dokter dan Pasien). p. 9.

Arianto, t.thn. KOMUNIKASI KESEHATAN (Komunikasi Antara Dokter Dan Pasien). UIN Surabaya, pp. 10-
11.

KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA, 2006. KOMUNIKASI EFEKTIF DOKTER-PASIEN. Jakarta: KONSIL


KEDOKTERAN INDONESIA.

S., R. H. et al., t.thn. Komunikasi Dokter Pasien : Menyampaikan Berita Buruk & Teknik Konseling.
Universitas Sebelas Maret, pp. 6-13.

19
20

Anda mungkin juga menyukai