Anda di halaman 1dari 17

CONTOH SKRIPSI

BAB IV
HASIL PENELITIAN

Pengumpulan data dilakukan bulan oktober 2014 di RW VIII


Kelurahan Petojo Selatan, Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat dan didapatkan 75
orang. Metode penelitian yang digunakan adalah Deskriptif Analysis. Responden
yang memenuhi syarat adalah wanita usia subur (usia 15 - 49 tahun) dan sudah
menikah di RW VIII Kelurahan Petojo Selatan, Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat
dan bersedia menjadi sampel diberikan kuesioner dan diminta untuk mengisinya
didampingi peneliti.

A. Karakteristik sosiodemografi
1. Usia Responden
Gambar 4.1 Usia Responden

6
8
8%
11%
15 sd 24 tahun

24

2532%
sd 34 tahun

35 sd 44 tahun

> 45 tahun

37
49%

Dari grafik diatas menggambarkan penyebaran usia responden dalam


penelitian ini. Responden WUS dengan kelompok usia 15 sd 24 tahun
sebanyak 11% atau 8 orang, usia 25 sd 34 tahun sangat mendominasi yaitu
sebesar 49% atau 37 orang, sedangkan dikelompok usia WUS 35 sd 44 tahun
sebanyak 32% atau 24 orang dan responden dengan usia > 45 tahun hanya
sebanyak 8% atau 6 orang.

2. Pendidikan Terakhir
Gambar 4.2 Pendidikan Terakhir

3
4% 1
3 11
1%
4% 15%
Tidak sekolah

SD

SMP

SMA

Akademi/Perguruan Tinggi

57
76%

Berdasarkan tingkat pendidikan pada grafik diatas terlihat dengan


jelas bahwa sebaian besar responden WUS pendidikan terakhirnya adalah SMA
yaitu sebesar 76% atau 57 responden, diurutan kedua pendidikan terakhir WUS
adalah SMP yaitu sebanyak 15% atau 11 orang. Dan hanya ada 4% WUS yang
memiliki tingkat pendidikan tinggi.

3. Pekerjaan
Gambar 4.3 Pekerjaan Responden

16
22%

Ibu Rumah Tangga

1
1%
Pegawai
negeri

39
Pegawai swasta

17
23%

53%

Buruh pabrik

Wiraswasta

1
1%

Berdasarkan pekerjaan saat ini, sebagian besar profesi dari WUS di


RW 8 Kelurahan Petojo Selatan, Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat adalah Ibu
rumah tangga yaitu sebesar 53%, 23% lainnya adalah pegawai swasta, 22%
wiraswasta dan 1% adalah PNS dan buruh pabrik.

4. Pendapatan Keluarga per Bulan

Gambar 4.4 Pendapatan Responden

6
8%
< = Rp. 1.000.000

Rp. 1.000.001 Rp. 3.500.000

25
33%
Rp. 3.500.001 Rp. 10.000.000

44
59%
Rp 10.000.000

Sebanyak 59% atau 44 orang responden berpenghasilan < Rp 1.000.000,


sedangkan 33% lainnya adalah dengan penghasilan Rp 1000.000 sd 3.500.000,
dan hanya ada 8% WUS di RW 8 Kelurahan Petojo Selatan, Kecamatan
Gambir, Jakarta Pusat yang berpenghasilan Rp 3.500.000 sd Rp 10.000.000.

B. Uji Validitas dan Reliabilitas


1. Uji Validitas
Uji validitas ini digunakan untuk mengukur valid atau tidak validnya
suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid apabila pertanyaan (butir)
mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Uji
validitas ini dilakukan atau dihitung dengan melihat nilai Corrected Item-Total
Correlation pada tabel Item-Total Statistic di output perhitungan menggunakan
program SPSS.Nilai tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai pada tabel r
pada level signifikan yang digunakan,yaitu = 0.05.
Kriteria yang dipakai adalah membandingkan antara r-hitung dengan rtabel. Bilamana r-hitung > r-tabel maka instrumen dianggap valid atau

memiliki keeratan hubungan. Kesimpulan dari hasil uji validitas adalah item
pertanyaan yang tidak valid harus dikeluarkan dari penelitian dan tidak
digunakan untuk analisis selanjutnya
Uji validitasini dilakukan dengan membandingkan nilai r-hitung dengan rtabel untuk df = n-2. Dalam penelitian ini df = 752 atau df =73 dengan 0,05
didapat r-tabel dua sisi sebesar 0.227. Jika r-hitung (per item) lebih besar dari rtabel berarti pertanyaan tersebut dikatakan valid. Dari distribusi jawaban
tersebut, analisis instrumen penelitiannya dapat dilihat dalam hasil perhitungan
pada tabel validitas (lampiran)

a. Variabel Pengetahuan WUS tentang kanker leher rahim


Variabel Pengetahuan WUS tentang kanker leher rahim diukur dengan
15 item pertanyaan, nilai Corrected Item-Total Correlation untuk masingmasing item pertanyaan lebih besar dibandingan dengan nilai rtabel (0,227),
sehingga dapat disimpulkan bahwa semua item-item pertanyaan tersebut telah
valid dan dapat digunakan untuk mengukur variable Pengetahuan WUS
tentang kanker leher rahim.

b. Variabel Vaksin HPV


Variabel Vaksin HPV diukur dengan 13 item pertanyaan, nilai
Corrected Item-Total Correlation untuk masing-masing item pertanyaan lebih
besar dibandingan dengan nilai rtabel (0,227), sehingga dapat disimpulkan

bahwa semua item-item pertanyaan tersebut telah valid dan dapat digunakan
untuk mengukur variable Vaksin HPV.

2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk
digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik
(Arikunto,1998:170). Disini yang reliabel adalah datanya, bukan semata-mata
instrumennya. Pengukuran yang memiliki reliabilitas yang tinggi disebut
pengukuran yang reliabel, seperti : keterpercayaan, keterandalan, keajegan,
kestabilan, konsistensi dan sebagainya namun ide pokok yang terkandung
dalam konsep reliabilitas adalah sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat
dipercaya (Azwar,2001:4). Alat untuk mengukur reliabilitas adalah Alpha
Cronbach. Suatu variabel dikatakan reliabel, apabila (Bhuono,2004: 352) :
Hasil 0,60 = reliable
Hasil < 0,60 = tidak reliable
Tabel (lampiran) menunjukkan tabel Reliability Statistics yang
menunjukkan Cronbachs Alpha untuk semua variable >0,60. Dapat
disimpulkan bahwa pertanyaan-pertanyaan dalam variabel tersebut dinyatakan
reliable.

C. Pengetahuan WUS
1. Sebaran Responden Berdasarkan Pengetahuan WUS terhadap
Kanker Leher Rahim
Berikut adalah sebaran jawaban responden berdasarkan pengetahuan
WUS terhadap kanker leher rahim yang dibagi dalam 3 kelompok yaitu:

kriteria Baik jika WUS menjawab benar lebih dari 75%, kriteria Cukup jika
jawaban benar 60% - 75% dan kriteria Kurang jika jawaban benar kurang dari
60%.
Frekuens

Persentas

(n)
19
20
36

(%)
25%
27%
48%

Pengetahuan WUS
Kanker leher rahim
Baik
Cukup
Kurang

Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa pengetahuan WUS


terhadap kanker leher rahim yang terkategori baik sebanyak 25% atau 19
responden, 27% lainnya masuk dalam kategori Cukup atau 20 responden,
sedangkan kategori Kurang paling mendominasi yaitu sebanyak 48% atau 36
responden.

2. Sebaran Distribusi Kuesioner Tentang Pengetahuan WUS Terhadap


Kanker Leher Rahim
Berikut adalah sebaran distribusi jawaban responden untuk kuesioner
pengetahuan WUS terhadap kanker leher rahim :

Mengetahui

Tidak Mengetahui
41%

Tempat dapat dilakukan pemeriksaan deteksi dini kanker leher Rahim

59%
51%
49%
60%
40%
45%
55%
41%
59%
35%
65%
48%
52%
33%
67%
57%
43%
53%
47%
43%
57%
44%
56%
40%
60%
37%
63%
37%
63%

Waktu pemeriksaan Pap Smear


Frekuensi pemeriksaan IVA
Pengertian IVA
Jenis pemeriksaan untuk mengetahui adanya gejala kanker leher Rahim
Stadium berapa seorang dapat sembuh tanpa komplikasi
tingkatan stadium
manfaat melakukan deteksi dini
Cara pencegahan
Penularan
Keadaan yang menyebabkan lebih mudah menderita kanker leher Rahim
Penyebab terjadinya kanker leher rahim
Tanda awal seorang penderita kanker leher Rahim
Definisi kanker leher Rahim
Definisi leher rahim
0%

20%

40%

60%

Definisi leher rahim


Hasil analisa pada tabel diatas menunjukan bahwa secara umum tentang
pengetahuan WUS RW VIII Kelurahan Petojo Selatan, Kecamatan
Gambir, Jakarta Pusat, sudah cukup mengerti tentang leher rahim, hal ini
terlihat dari jumlah WUS yang menjawab dengan benar sebanyak 63% dan
37% lainnya tidak mengetahui dengan tepat arti leher rahim.

Definisi kanker leher rahim


Tingkat pengetahuan WUS RW VIII Kelurahan Petojo Selatan terkait
kanker leher rahim, sebanyak 63% yang mengetahui dengan tepat definisi
kanker leher rahim dan 37% lainnya belum bisa menjawab dengan tepat.

80%

Tanda awal penderita kanker leher rahim


Berdasarkan grafik diatas menggambarkan bahwa WUS yang mengetahui
dengan tepat gejala awal penderia kanker leher rahim sebesar 60%.

Keadaan yang menyebabkan lebih mudah menderita kanker leher rahim


Sebanyak 60% atau 45 responden WUS di RW VIII Kelurahan Petojo
Selatan, Kecamatan Gambir Jakarta Pusat mengetahui dengan tepat bahwa
keadaan yang menyebabkan seorang wanita lebih mudah menderita kanker
leher rahim adalah melakukan hubungan seksual sebelum usia 20 tahun.

Penularan
Pada grafik diatas menggambarkan bahwa hanya terdapat 47% atau 35
orang WUS yang mengetahui bahwa kanker leher rahim yang disebabkan
oleh virus dapat ditularkan melalui hubungan Sex, 53% WUS tidak
menyadari hal ini.

Cara pencegahan
Hanya 43% atau 32 responden WUS yang mengetahui bahwa
menggunakan vaksin, hubungan seks yang sehat dan tidak merokok adalah
cara pencegahan untuk kanker leher rahim.

Manfaat deteksi dini


Pada grafik diatas terlihat dengan jelas bahwa 67% atau 50 responden
WUS sadar betul bahwa dengan melakukan deteksi dini terhadap kanker
leher rahim para wanita bisa mengetahui sejak dini gejala atau indikasi
kanker leher rahim sehingga bisa diambil tindakan dengan cepat dan tepat.

Tingkat stadium

52% WUS mengetahui dengan tepat jenis atau tingkatan stadium dari
kanker leher rahim yaitu 5 stadium (0-1-2-3-4).

Stadium dapat sembuh tanpa komplikasi


Pada grafik terlihat dengan jelas bahwa 65% WUS cukup mengetahui jenis
stadium berapa seorang dapat sembuh tanpa komplikasi dengan tepat yaitu
stadium 0.

Jenis pemeriksaan
Sebanyak 59% atau 44 responden WUS di RW VIII Kelurahan Petojo
Selatan, Kecamatan Gambir Jakarta Pusat mengetahui dengan baik bahwa
IVA dan Pap Smear adalah jenis pemeriksaan yang dilakukan untuk
mengetahui adanya gejala kanker leher rahim.

Pengertian IVA
55% WUS mengetahui penegertian IVA yaitu pemeriksaan lesi pra kanker
leher rahim. 45% lainnya masih belum mengetahui dengan tepat definisi
dari IVA.

Frekuensi pemeriksaan IVA


40% WUS mengetahui dengan baik bahwa sebaiknya seorang wanita
melakukan pemeriksaan IVA setiap 5 tahun sekali, 60% lainnya belum
mengetahui hal ini.

Waktu pemeriksaan pap smear


Dari grafik diatas menggamabrkan bahwa 49% WUS mengetahui dengan
tepat bahwa seseorang wanita harus melakukan pemeriksaan Pap Smear
setiap 6 bulan sekali. 51% lainnya belum mengerti hal ini.

Tempat deteksi dini


59% WUS mengetahui bahwa tempat dapat dilakukan pemeriksaan deteksi
dini kanker leher Rahim adalah Rumah sakit.

D. Sebaran Distribusi Kuesioner tentang Vaksin HPV


1. Sebaran Responden Berdasarkan Pengetahuan WUS Terhadap
Vaksin HPV
Berikut adalah sebaran jawaban responden berdasarkan pengetahuan
WUS terhadap vaksin HPV yang dibagi dalam 3 kelompok yaitu: kriteria Baik
jika WUS menjawab benar lebih dari 75%, kriteria Cukup jika jawaban benar
60% - 75% dan kriteria Kurang jika jawaban benar kurang dari 60%.
Frekuens

Persentas

(n)
16
24
35

(%)
21%
32%
47%

Pengetahuan WUS
Terhadap Vaksin HPV
Baik
Cukup
Kurang

Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa pengetahuan WUS


terhadap vaksin HPV yang terkategori baik sebanyak 21% atau 16 responden,
32% lainnya masuk dalam kategori Cukup atau 24 responden, sedangkan
kategori kurang paling mendominasi yaitu sebanyak 47% atau 35 responden.

2. Sebaran Distribusi Kuesioner Tentang Pengetahuan WUS Terhadap


Vaksin HPV
Berikut adalah sebaran distribusi jawaban responden untuk kuesioner
pengetahuan WUS terhadap vaksin HPV :
Mengetahui

Tidak Mengetahui
44%

Pemberian vaksin sebaiknya dilakukan oleh

56%
52%
48%

Waktu yang tepat untuk ibu hamil


Vaksin untuk ibu hamil, bolehkah

35%

Efek samping

36%

64%
49%
51%
56%
44%
47%
53%
55%
45%
55%
45%
43%
57%
47%
53%
47%
53%

Yang dilakukan Jika pemberian tidak sesuai jadwal


Usia pemberian Vaksin
Interval pemberian Vaksin ke 1 dan ke 3
Interval pemberian Vaksin ke 1 dan ke 2
Waktu pemberian vaksin ke 2 dan ke 3
Frekuensi pemberian vaksin HPV
Cara vaksin HPV
Vaksin Human Papilloma Virus
Pengertian vaksin

65%

24%

76%

0% 10%20%30%40%50%60%70%80%

Pengertian Vaksin
Pada grafik diatas menggambarkan bahwa 76% WUS RW VIII Kelurahan
Petojo Selatan, Kecamatan Gambir Jakarta Pusat mengetahui dengan tepat
definisi dari vaksin yaitu suatu zat yang dimasukan kedalam tubuh
manusia.

Vaksin Human Papilloma Virus


Sebanyak 53% atau 40 responden WUS mengetahui dengan tepat bahwa
Vaksin Human Papilloma Virus untuk mencegah kanker leher rahim
merupakan suatu usaha pencegahan Primer.

Cara penggunaan vaksin HPV


Dari grafik diatas menggambarkan bahwa 53% atau 40 responden WUS
mengetahui cara penggunaan vaksin HPV yaitu dengan disuntik.

Frekuensi pemberian vaksin HPV


Ada 53% responden WUS mengetahui bahwa untuk meningkatkan daya
tahan tubuh terhadap virus HPV maka vaksin yang diberikan sebaiknya
sebanyak 3 kali.

Waktu pemberian vaksin HPV kedua, ketiga


Dari grafik diatas menggambarkan pengetahuan WUS terhadap waktu
pemberian vaksin HPV yang kedua dan ketiga. Hanya 45% responden
yang mengetahui dengan tepat yaitu pada bulan ke-2 dan ke-6 setelah
pemberian vaksin pertama.

Interval pemberian Vaksin pertama dengan pemberian vaksin yang kedua


Berapa lama interval pemberian vaksin pertama dengan pemberian vaksin
yang kedua. Sebanyak 45% atau 34 responden mengetahui dengan tepat
yaitu 4 minggu.

Interval pemberian vaksin pertama dengan pemberian vaksin yang ketiga


Sebanyak 53% atau 40 responden WUS mengetahui bahwa pemberian
vaksin ke satu dan ke-tiga yaitu pada interval 12 minggu.

Usia pemberian vaksin HPV


Dari grafik diatas menunjukan bahwa sebanyak 44% responden
mengetahui dengan tepat bahwa wanita dengan usia 15 tahun sudah
seharusnya diberikan vaksin untuk mencegah kanker leher rahim.

Yang dilakukan jika pemberian vaksin HPV tidak sesuai jadwal


Sebanyak 51% responden WUS sadar bahwa apabila pemberian vaksin
ulangan tidak sesuai jadwal atau terlambat, maka yang harus dilakukan
adalah secepatnya melakukan pemberian vaksin tanpa diulang dari awal.

Efek samping
64% atau 48 responden WUS mengerti bahwa efek samping yang bisa
terjadi setelah pemberian vaksin adalah demam, nyeri dan bengkak pada
tempat penyuntikan.

Vaksin kanker leher rahim untuk ibu hamil


65% atau 49 responden WUS mengetahui bahwa wanita hamil tidak
diperbolehkan menggunakan vaksin HPV.

Waktu yang tepat untuk ibu hamil


Sebanyak 63% responden WUS mengetahui bahwa untuk ibu hamil saat
yang tepat untuk pemberian vaksin adalah sesudah melahirkan.

Vaksin sebaiknya dilakukan oleh


Dari grafik diatas menujukan bahwa 56% responden WUS di RW VIII
Kelurahan Petojo Selatan, Kecamatan Gambir Jakarta Pusat mengetahui
dengan tepat bahwa pemberian vaksin HPV harus dilakukan oleh dokter
spesialis kandungan.

Anda mungkin juga menyukai