Anda di halaman 1dari 65

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kanker adalah salah satu dari empat besar penyakit utama pada
masyarakat modern. Keempat penyakit utama tersebut adalah penyakit
jantung koroner, penyakit kanker, gangguan jiwa dan kecelakaan (lalu lintas).
Namun sekarang keempat besar penyakit tersebut telah bertambah menjadi
lima besar dan penyakit yang kelima ini adalah HIV/AIDS.(1)
Kanker serviks merupakan salah satu penyebab utama kematian pada
perempuan. Diseluruh dunia diperkirakan terjadi sekitar 500.000 kanker
serviks baru dan 250.000 kematian setiap tahunnya dan 80% terjadi di
negara- negara sedang berkembang.(2,3,4)
Kanker leher rahim merupakan kanker yang menduduki peringkat
kedua yang tersering diderita wanita di dunia. Di negara berkembang kanker
leher rahim masih menempati urutan teratas sebagai penyebab kematian
akibat kanker di usia reproduktif.(4,5,6) Setiap tahun sekitar 500.000 wanita
didunia didiagnosis kanker leher rahim. Dan setiap dua menit wanita
meninggal akibat kanker leher rahim.(3,6)
Berdasarkan data WHO (World Health Organization) pada tahun 2008
diperkirakan setiap harinya ada 38 kasus baru kanker serviks dan 21 orang
perempuan yang meninggal karena kanker serviks di Indonesia.(3)
Menurut Yayasan Kanker Indonesia, kanker serviks merupakan angka
kematian terbanyak diantara jenis kanker lain dikalangan perempuan.
Diperkirakan 52 juta perempuan Indonesia beresiko terkena kanker serviks,
sementara 36 persen perempuan dari seluruh penderita kanker adalah kanker

serviks. Ada 15.000 kasus baru per tahun dengan kematian 8.000 orang
pertahun.(7)
Kanker serviks masih banyak ditemukan di negara yang sedang
berkembang seperti Indonesia. Berbeda dengan di negara maju, cakupan
program skrining di Indonesia baru sekitar 5%. Hal ini bisa terjadi karena saat
ini perhatian masyarakat di negara maju terhadap kesehatan semakin
meningkat sehingga penyakit ini lebih cepat terdeteksi. Berbeda dengan
masyarakat di Indonesia yang mengalami perubahan pola kehidupan sehingga
memungkinkan virus penyebab kanker serviks semakin meningkat.(8)
Keganasan kanker serviks di Indonesia ini didukung oleh sejumlah
faktor. Pertama, karena memang kanker serviks bersifat sangat ganas. Kedua,
banyak wanita yang belum mengerti mengenai gejala dan tanda-tanda kanker
serviks. Tingginya kasus kanker serviks di Indonesia disebabkan oleh
kurangnya pengetahuan dan juga kesadaran untuk melakukan deteksi dini
sehingga sebagian besar wanita yang menderita kanker seviks ditemukan
pada stadium lanjut dan mengakibatkan kematian karena kanker tersebut
tidak menimbulkan gejala. Dan setiap wanita memiliki resiko untuk terkena
kanker serviks tanpa melihat kondisi sosial, ekonomi, status dan usia.(9,10)
Remaja dapat memperoleh informasi mengenai kesehatan reproduksi
dari berbagai sumber, namun sumber informasi yang diperoleh dari keluarga
yang merupakan pendidik utama justru tidak mampu memberikan cukup
informasi. 2 Peran pendidik berikutnya yang sebenarnya mampu untuk
memberikan informasi adalah sekolah atau perguruan tinggi.(11,12,13,14)
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk meneliti
lebih jauh mengenai Hubungan Informasi Yang Didapat Siswi Dengan
Tingkat Pengetahuan Siswi Tentang Kanker Serviks Di SMA Negeri 2
Bangkinang, Riau.
2

B. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas, maka peneliti membuat rumusan masalah sebagai
berikut: Bagaimana Tingkat Pengetahuan Siswi Tentang Kanker Serviks Di
SMA Negeri 2 Bangkinang, Riau?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Tingkat Pengetahuan Siswi Tentang Kanker
Serviks Di SMA Negeri 2 Bangkinang Riau pada tahun 2015.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus pada penelitian ini diantaranya adalah:
a. mengetahui tingkat pengetahuan siswi tentang kanker serviks di SMA
Negeri 2 Bangkinang Riau pada tahun 2015
b. Mengetahui tingkat pengetahuan remaja putri tentang pencegahan
kanker serviks di SMA Negeri 2 Bangkinang tahun 2015
D. Manfaat Penelitian
a. Bagi Peneliti
Untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan dan pengalaman
bagi peneliti dalam menerapkan ilmu yang diperoleh selama
perkuliahan.
b. Bagi Responden
Penelitian

ini

diharapkan

agar

dapat

meningkatkan

pengetahuan dan motivasi untuk para remaja putri mengenai kanker


serviks dan bagaimana cara pencegahanya sedini mungkin.
c. Bagi Lahan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan agar dapat bermanfaat bagi
petugas dan masyarakat umum. Khususnya bagi para remaja putri di
SMA Negeri 2 Bangkinang agar dapat menambah wawasan
pengetahuan tentang kanker serviks dan pencegahannya.
d. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan agar dapat memberi manfaat
dan menambah perbendaharaan bacaan bahan bagi mahasiswa

Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah


Jakarta untuk penelitian selanjutnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN
HIPOTESIS

A. Pengetahuan
1. Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil tahu yang terjadi setelah seseorang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu(15). Pengindraan
tersebut sebagian besar berasal dari penglihatan dan pengindraan yang
sering digunakan untuk mendapatkan informasi.
2. Kategori Pengetahuan
Pengetahuan dibagi dalam 3 kategori :(15)
a. Baik : Bila subjek mampu menjawab dengan benar 76%-100% dari
seluruh pertanyaan.
b. Cukup
: Bila subyek mampu menjawab dengan benar 56%75% dari seluruh pertanyaan.
c. Kurang
: Bila subyek mampu menjawab dengan benar <55%
dari seluruh pertanyaan.
3. Tingkatan Pengetahuan
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6
tingkatan, yaitu:
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali (recall) terhadap situasi yang sangat
spesifik dari seluruh bahan
6 yang di pelajari atau rangsangan yang
telah diterima. Oleh sebab itu, ini adalah merupakan tingkatan
pengetahuann yang paling rendah.
b. Memahami (Comprehension)

Memahani

diartikan

sebagai

suatu

kemampuan

untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dpat


menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang
telah

paham

harus

dapat

menjelaskan,

menyimpulkan,

meramalkan terhadap objek yang dipelajari.


c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi adalah kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi dan kondisi nyata. Aplikasi dapat
diartikan sebagai penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip dan
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis (Analysis)
Suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi kedalam
komponen- komponen, tetapi masih didalam struktur organisasi
tersebut yang masih ada kaitannya antara satu dengan yang lain
dapat

ditunjukan

dengan

menggambarkan,

membedakan,

mengelompokkan, dan sebagainya.


e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagianbagian didalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru dengan dapat menyusun formulasi yang baru.
f. Evaluasi (Evaluation)
Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian
terhadap suatu materi penelitian didasarkan pada suatu kriteria
yang ditentukan sendiri atau kriteria yang sudah ada. Pengetahuan
diukur dengan wawancara atau angket tentang materi yang akan di
ukur dari objek penelitian.
Selain itu menurut Notoatmidjo(16), pengetahuan seseorang dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

a. Pengalaman
Pengalaman dapat diperoleh dari diri sendiri maupun orang
lain.

Pengalaman

yang

sudah

diperoleh

dapat

memperluas

pengetahuan seseorang.
b. Keyakinan
Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun dan tanpa
adanya

pembuktian

terlebih

dahulu.

Keyakinan

ini

bisa

mempengaruhi pengetahuan seseorang, baik keyakinan itu sifatnya


positif maupun negatif.
c. Fasilitas
Fasilitas- fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat
mempengaruhi pengetahuan seseorang, misalnya radio, televisi,
majallah, Koran, dan buku.
d. Social Budaya
Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat
mempengaruhi penegtahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap
sesuatu.
e. Tingkat Pendidikan
Pendidikan dapat membawa wawasan attau pengetahuan
seseorang. Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi
akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan
seseoang yang tingkat pendidikannya lebih rendah.
f. Penghasilan
Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan
seseorang, namun, bila seseorang berpenghasilan cukup besar, maka
dia akan mampu untuk menyediakan atau membeli fasilitas- fasilitas
sumber informasi.
Pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian

atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita
ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan- tingkatan domain di atas.(16)

B. Kanker serviks (kanker leher rahim)


1. Definisi
Kanker adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan ratusan
penyakit yang berbeda dengan faktor tertentu yang sama. Kanker dimulai
dengan perubahan dalam struktur dan fungsi sel yang menyebabkan sel
membelah dan menggandakan diri tanpa terkontrol. Sel kemudian dapat
menyerang dan merusak jaringan sekitar, kemudian sel memisahkan diri
dan menyebar ke area lain dalam tubuh. Umumnya kanker dinamai sesuai
organ dan jenis tempat pertama kali ia berkembang.
Kanker leher rahim atau yang dikenal dengan kanker serviks yaitu
keganasan yang terjadi pada serviks (leher rahim) yang merupakan bagian
terendah dari rahim yang menonjol ke puncak liang senggama atau
vagina(17,18,19,6)
2. Etiologi
Penyebab kanker serviks adalah multifaktor, yang dibedakan atas
faktor risiko mayor, faktor risiko minor dan ko-faktor (20). Pada faktor
mayor kanker serviks sekitar 90% terdapatnya virus HPV (Human
Papiloma Virus). Infeksi HPV risiko tinggi merupakan awal dari
patogenesis kanker serviks sedangkan HPV risiko tinggi merupakan
karsinogen kanker serviks, dan awal dari karsinogenesis kanker serviks
uteri. Penelitian yang dilakukan oleh International Agency for Research
on Cancer (IARC) terhadap 1.000 sampel dari 22 negara mendapatkan
adanya infeksi HPV pada sejumlah 99,7% kanker serviks.(21,22,6)
8

Penelitian meta analisis yang meliputi 10.000 kasus didapatkan 8 tipe


HPV yang banyak ditemukan, yaitu tipe 16, 18, 45, 31, 33, 52, 58 dan 35.
Dari berbagai penelitian dapat disimpulkan bahwa hanya 3 golongan HPV
yang berhubungan dengan kanker serviks yaitu: (21,23)
1) HPV risiko rendah: HPV 6 dan 11.
2) HPV risiko sedang: HPV 33, 35, 39, 40, 43, 45, 51, 56 dan 58.
3) HPV risiko tinggi: HPV 16, 18, 31.
Infeksi HPV terjadi melalui hubungan seksual dengan masa
inkubasi selama 3 bulan. Bentuk klasik dari infeksi HPV adalah
kondiloma akuminata yaitu kutil yang berbentuk kembang kol pada
jaringan ikat di tengahnya dan ditutup terutama di bagian atas epitel yang
hiperkerotolik. Kondiloma akuminata jarang ditemukan pada serviks
dimana lesinya hanya terbatas pada vulva, anus dan vagina bagian
posterior. Kemungkinan peranan terjadinya kanker serviks adalah dengan
melakukan gangguan pada gen yang mengatur pembelahan virus dan
mengakibatkan pembelahan sel menjadi tidak terkontrol ke arah
keganasan. Perubahan sel yang terjadi dapat dalam bentuk jinak
kondiloma (NIS 1 = Neoplasma Intraepitel Serviks) atau bentuk
prakanker (NIS 2 dan 3), bahkan dapat menjadi karsinoma invasif.(21,6)
Faktor risiko minor kanker serviks adalah paritas tinggi dengan
jarak persalinan pendek, hubungan seksual dini dibawah umur 17 tahun,
multipartner seksual, merokok aktif dan pasif, status ekonomi rendah.
Ko-faktor terdiri dari infeksi klamidia trakomatis, HSV-2, HIV/AIDS,
infeksi kronis dan lainnya.(20)
3. Patogenesis

Karsinoma timbul di batas antara epitel yang melapisi ektoserviks


(porsio) dan endoserviks (kanalis servikalis) yang disebut sebagai
squamo-columnar junction (SCJ), histologi antara epitel gepeng berlapis
(squamous complex) dari porsio dengan epitel kolumnar dari endoserviks.
Pada wanita muda, SCJ berada di luar ostium uteri eksternum, sedangkan
pada wanita berumur lebih dari 35 tahun, SCJ berada di dalam kanalis
servikalis.(24)
Tumor dapat tumbuh : 1) eksofitik mulai dari SCJ ke arah lumen
vagina sebagai masa proliferatif yang mengalami infeksi sekunder dan
nekrosis; 2) endofitik mulai dari SCJ tumbuh ke dalam stroma serviks dan
cenderung untuk mengadakan infiltrasi menjadi ulkus; 3) ulseratif mulai
dari SCJ dan cenderung merusak struktur jaringan serviks dengan
melibatkan awal fornises vagina untuk menjadi ulkus yang luas.(24,6)
Serviks yang normal secara alami mengalami proses metaplasia
(erosio) akibat saling mendesak kedua jenis epitel yang melapisi. Dengan
masuknya mutagen, porsio yang erosif (metaplasia skuamosa) yang
semula fisiologik dapat berubah menjadi patologik (displastik-diskariotik)
melalui tingkatan NIS-I, II, III dan KIS untuk akhirnya menjadi
karsinoma infasif. Sekali menjadi mikro invasif atau invasif, proses
keganasan akan berjalan terus.(24)
Periode laten (dari NIS-I s/d KIS) tergantung dari daya tahan tubuh
penderita. Umumnya fase pra invasif berkisar antara 3-20 tahun (rata-rata
5-10 tahun). Perubahan epitel displastik serviks secara terus menerus
yang

masih

memungkinkan

terjadinya

regresi

spontan

dengan

pengobatan/tanpa diobati itu dikenal dengan Unitarian concept dari


Richart.

Histopatologik

sebagian

terbesar

(95-97%)

berupa

10

squamouscellcarcinoma,

sisanya

adenokarsinoma,

clear

cell

carcinoma/mesonephroid carcinoma, dan yang paling jarang adalah


sarcoma.(24)
4. Faktor Risiko
Faktor-faktor yang menyebabkan perempuan terpapar HPV (sebagai
etiologi dari kanker rahim) adalah:
1) Pola Hubungan Seksual Dan Hubungan Seksual Dengan Pria
Yang Mempunyai Pasangan Seksual Lebih Dari Satu
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan
yang bermakna antara lesi pra kanker dan kanker serviks dengan
aktivitas seksual pada usia dini, khususnya sebelum umur 17
tahun. Hal ini diduga ada hubungan dengan belum matangnya
daerah transformasi pada usia tersebut bila sering terekspos.
Frekuensi hubungan seksual berpengaruh terhadap lebih tingginya
risiko pada usia, tetapi tidak pada kelompok usia lebih tua. Jumlah
pasangan seksual menimbulkan konsep pria berisiko tinggi
sebagai vektor yang dapat menimbulkan infeksi yang berkaitan
dengan penyakit hubungan seksual(20). Perubahan pada sel leher
rahim pada wanita yang sering berganti-ganti pasangan,
penyebabnya adalah sering terendamnya sperma dengan kadar PH
yang berbeda- beda sehingga dapat mengakibatkan perubahan dari
displasia menjadi kanker.(25,26)
2) Paritas
Kanker serviks sering terjadi pada wanita yang sering
melahirkan. Semakin sering melahirkan, semakin besar risiko
mendapatkan kanker serviks. Paritas dapat meningkatkan insiden
kanker serviks, lebih banyak merupakan refleksi dari aktivitas
seksual dan saat mulai kontak seksual pertama kali daripada akibat
11

trauma persalinan. Pada wanita dengan paritas 5 atau lebih


mempunyai risiko terjadinya kanker serviks 2,5 kali lebih besar
dibandingkan dengan wanita dengan paritas 3 atau kurang(20,26)
3) Merokok
Sekarang ini, ada data yang mendukung rokok sebagai
penyebab kanker serviks dan hubungan antara merokok dengan
kanker sel squamous kanker serviks dan hubungan antara
merokok dengan kanker serviks (bukan adenosquamous atau
adenocarcinoma). Mekanisme kerja langsung (aktifitas mutasi
mukus serviks telah ditunjukkan pada perokok) atau melalui efek
imunosupresif dari merokok.(6,10,27)
Tembakau mengandung bahan bahan karsinogen baik yang
dihisap sebagai rokok/sigaret maupun yang dikunyah. Asap rokok
yang menghasilkan polycylic acromatic hydrocarbons heterocylic
amine yang sangat karsinogen dan mutagen, sedang bila dikunyah
ia menghasilkan netrosamine. Bahan yang berasal dari tembakau
yang dihisap terdapat pada getah serviks perokok dan dapat
menjadi ko karsinogen infeksi virus. Ali dkk bahkan membuktikan
bahan bahan tersebut dapan menyebabkan kerusakan DNA epitel
serviks sehingga dapat menyebabkan neoplasma serviks WHO
meeting report.(6)
4) Kontrasepsi Oral
Kondom dan diafragma dapat memberikan perlindungan.
Kontrasepsi oral yang dipakai dalam jangka panjang yaitu lebih
dari 5 tahun dapat meningkatkan risiko relatif 1,53 kali. World
Health Organization (WHO) melaporkan risiko relatif pada

12

pemakaian kontrasepsi oral sebesar 1,19 kali dan meningkat sesuai


dengan lamanya pemakaian.(28)
5) Pekerjaan
Sekarang ini, ketertarikan difokuskan pada pria yang
pasangannya menderita kanker serviks. Diperkiran bahwa paparan
bahan tertentu dari suatu pekerjaan; debu; logam; bahan kimia; tar
atau oli mesin dapat menjadi faktor resiko kanker serviks.(6)
6) Defisiensi Gizi
Peningkatan displasia ringan dan sedang yang berhubungan
dengan defisiensi zat gizi seperti beta karotin, vitamin A dan asam
folat. Banyak mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan yang
mengandung bahan-bahan antioksidan seperti alpukat, brokoli,
kol, wortel, jeruk, anggur, bawang, bayam dan tomat berkhasiat
untuk mencegah terjadinya kanker. Dari beberapa penelitian
melaporkan defisiensi terhadap asam folat, vitamin C, vitamin E,
beta karotin, atau retinol dihubungkan dengan peningkatan risiko
kanker serviks.(29)
7) Sosial Ekonomi
Tingkat sosial ekonomi seseorang dapat mempengaruhi
terjadinya kanker serviks. Pernyataan tersebut diperkuat dengan
adanya penelitian yang menunjukkan bahwa infeksi HPV lebih
prevalen pada wanita dengan tingkat pendidikan dan pendapatan
yang rendah. Adanya kaitan yang erat antara status sosial ekonomi
rendah dengan status gizi karena status gizi berhubungan dengan
daya tahan tubuh baik terhadap infeksi maupun kemampuan untuk
melawan keganasan.(20)
a) Gambaran Klinik dan Diagnosis
Getah yang keluar dari vagina ini makin lama akan berbau busuk
akibat infeksi dan nekrosis jaringan. Dalam hal demikian, pertumbuhan
13

tumor menjadi ulseratif. Perdarahan yang dialami sehabis senggama


(disebut sebagai perdarahan kontak) merupakan gejala karsinoma serviks
(75-80%).(10,24,27)
Perdarahan yang timbul akibat terbukanya pembuluh darah makin
lama akan lebih sering terjadi, juga di luar sanggama (perdarahan
spontan). Perdarahan spontan umumnya terjadi pada tingkat klinik yang
lebih lanjut (II atau III), terutama pada tumor yang bersifat eksofitik.
Pada wanita usia lanjut yang sudah tidak melayani suami secara seksual,
atau janda yang sudah mati haid (menopause) bilamana mengidap kanker
serviks sering terlambat datang meminta pertolongan. Perdarahan
spontan saat berdefekasi terjadi akibat tergesernya tumor eksofitik dari
serviks oleh skibala, memaksa mereka datang ke dokter.(24,29)
Adanya perdarahan spontan pervaginam saat berdefekasi, perlu
dicurigai adanya karsinoma serviks tingkat lanjut. Adanya bau busuk
yang khas memperkuat dugaan adanya karsinoma. Anemia akan
menyertai sebagai akibat dari perdarahan pervaginam yang berulang.
Rasa nyeri akibat infiltrasi sel tumor ke serabut saraf, memerlukan
pembiusan umum untuk dapat melakukan pemeriksaan dalam yang
cermat, khususnya pada lumen vagina yang sempit dan dinding sklerotik
yang meradang. Gejala lain yang dapat timbul adalah gejala-gejala yang
disebabkan oleh metastasis jauh. Sebelum tingkat akhir (terminal stage),
penderita meninggal akibat perdarahan yang eksesif, kegagalan faal
ginjal (CRF= Chronic Renal Failure) akibat infiltrasi tumor ke ureter
sebelum memasuki kandung kemih, yang menyebabkan obstruksi total.
(24)

b) Klasifikasi

14

Histopatologi kanker serviks dibagi menjadi empat klasifikasi yaitu:


(29,30)

i.

Displasia
Displasia adalah pertumbuhan aktif disertai gangguan
proses pematangan epitel skuamosa yang dimulai pada bagian
basal sampai ke lapisan superfisial. Berdasarkan derajat
perubahan sel epitel yang jelas mengalami perubahan.
Displasia terbagi dalam tiga derajat pertumbuhan, yaitu:
a. Displasia ringan : perubahan terjadi pada sepertiga
bagian basal epidermis.
b. Displasia sedang : bila perubahan terjadi pada separuh
epidermis.
c. Displasia berat: hampir tidak dapat dibedakan dengan
karsinoma insitu

Perkembangan displasia serviks menjadi kanker serviks terjadi secara


bertahap, yang dibedakan atas 3 tahap klinis yaitu:
1. Tahap pertama adalah transisi dari displasia sedang menjadi displasia
berat yang ireversibel.
2. Tahap kedua adalah pertumbuhan invasif.
3. Tahap ketiga adalah transformasi dari mikro kanker menjadi lebih
luas.(30)

a) Karsinoma In Situ (KIS)


Perubahan sel epitel yang terdapat di karsinoma in situ terjadi pada
seluruh lapisan epidermis menjadi karsinoma skuamosa namun membrana
basalis dalam keadaan utuh.(30,31)
b) Karsinoma Mikroinvasif
Lingkup kelainannya dari displasia hingga neoplasia. Pada karsinoma
mikroinvasif terjadinya perubahan derajat sel meningkatkan sel tumor
15

menembus membrana batalis. Biasanya tumor asimtomatok dan hanya


ditemukan pada penyaringan kanker atau ditemukan bertepatan dengan
pemeriksaan penyakit lain di serviks. Pada pemeriksaan fisik tidak terlihat
perubahan pada porsio, tetapi dengan pemeriksaan kolposkopi dapat
diprediksi adanya prakarsinoma.(30)
c) Karsinoma Invasif
Derajat pertumbuhan sel menonjol, besar dan bentuk dari sel
bervariasi, inti gelap, khromatin berkelompok tidak merata, dan susunan sel
semakin tidak teratur. Sekelompok atau lebih sel tumor menginvasi
membrana basalis dan tumbuh infiltratif ke dalam stroma. Karsinoma invasif
dibagi dalam 3 subtipe yaitu karsinoma sel skuamosa dengan kreatin,
karsinoma sel skuamosa tanpa kreatin dan karsinoma sel kecil. Pada tahap ini
kanker telah menyebar luas sehingga penyembuhan menjadi lebih sulit.(30).
Stadium Klinik
Pada tahun 1976, FIGO (The International Federation of Gynecology
and Obstetrics) mengklasifikasikan stadium klinik untuk menentukan
metode pengobatan kanker berdasarkan tingkat stadiumnya. Pembagian
didasarkan atas pemeriksaan klinik, radiologik dan biopsi. Pembagian
stadium klinik kanker serviks adalah : (32,7,2)
Preinvasif
Stadium 0 : Karsinoma in situ, Karsinoma Intraepithelial.
Karsinoma Invasive
Stadium 1
: Kanker terbatas pada serviks uteri.
Stadium IA : Kanker preklinik yang di diagnosa hanya secara mikroskopis.
Stadium IB : Lesi dengan dimensi lebih besar dari Stadium 1A.
Stadium II

: Kanker meluas keluar serviks, tetapi belum mencapai

dinding panggul. Kanker sudah mengenai vagina 1/3 bagian bawah.


Stadium IIA : Parametrium masih bebas.
Stadium IIB : Parametrium sudah terkena.
Stadium III : Kanker sudah mencapai panggul. Pada pemeriksaan reaktal
tidak ada celah antara tumor dan dinding panggul. Penyebarannya sudah
sampai 1/3 distal vagina.
Stadium IIIA : Belum sampai dinding vagina
Stadium IIIB

: Penyebaran mencapai dinding vagina dan atau ada


16

hidronefrosis atau tidak berfungsinya ginjal.


Stadium IV : Kanker sudah meluas keluar pelvis atau secara klinik sudah
mengenai vesika urinaria dan rektum.
Stadium IVA : Menyebar ke organ sekitarnya.
Stadium IVB : Telah terjadi penyebaran ke organ yang lebih jauh lokasinya
Pencegahan
Pencegahan kanker didefinisikan sebagai mengidentifikasikan faktorfaktor yang menyebabkan timbulnya kanker pada manusia dan membuat
penyebabnya tidak efektif dengan cara-cara apapun (28,31 ). Pencegahan
terhadap terjadinya kanker serviks melalui tiga bagian, yaitu pencegahan
primer, sekunder dan tersier.
Pencegahan Primer
Pencegahan primer kanker serviks merupakan kegiatan yang dapat
dilakukan oleh setiap orang untuk menghindari diri dari faktor-faktor
yang dapat menyebabkan kanker. Masyarakat yang melakukan
pencegahan pada tingkat ini akan bebas dari penderitaan, produktivitas
berjalan terus, tidak memerlukan biaya untuk pemeriksaan, pengobatan,
rehabilitasi serta perawatan lebih lanjut. Salah satu bagian dari
pencegahan primer adalah memberikan vaksin Human Papilloma Virus
(HPV), pemberian vaksin HPV akan mengeliminasi infeksi HPV.(30,2)
Pencegahan Sekunder
Deteksi dini dan skrining merupakan pencegahan sekunder kanker
serviks. Tujuan dari pencegahan sekunder adalah untuk menemukan
kasus-kasus
ditingkatkan.

dini
Selain

sehingga
itu,

kemungkinan

bertujuan

untuk

penyembuhan
memperlambat

dapat
atau

menghentikan penyakit pada stadium awal. Pencegahan sekunder melalui


diagnosis dini displansia dengan berbagai cara baik klinis maupun

17

laboratorium(20,2). Pencegahan sekunder mempunyai beberapa kelemahan,


antara lain : (33,2)
- Pencegahan sekunder tidak mencegah terjadinya NIS (CIN).
- Terapi lesi prakanker yang baru terdeteksi pada pencegahan
sekunder sering kali menimbulkan morbiditas terhadap fungsi
-

fertilitas pasien
Pencegahan sekunder akan mengalami hambatan pada sumber daya

manusia dan alat yang kurang


Pencegahan Tersier
Tujuan dari pencegahan tersier adalah untuk mencegah komplikasi
penyakit dan pengobatan, sesudah gejala klinis berkembang dan
diagnosis sudah ditegakkan. Terdapat dua pengobatan pada pencegahan
tersier yaitu:(32,2)
1) Pengobatan pada pra kanker.
Kauterisasi yaitu membakar serviks secara elektris.
Kriosurgeri yaitu serviks dibuat beku sampai minus 80-180 derajat

celcius dengan menggunakan gas CO2 atau N2O.


Konisasi yaitu memotong sebagian dari serviks yang cukup

representatif dengan pisau biasa atau pisau elektris.


Operasi (histerektomi) bila penderita tidak ingin punya anak lagi.
Sinar laser yang digunakan dibawah pengawasan kolposkop, radiasi
dengan pemanasan jarum radium yang dapat digunakan bila penderita

yang sudah tua takut dioperasi.


2) Pengobatan pada kanker invasiv.
Tindakan pengobatan pada kanker invasif berupa radiasi, operasi atau
gabungan antara operasi dan radiasi.
Penatalaksanaan
Terapi karsinoma serviks dilakukan bilamana diagnosis telah dipastikan secara
histologik dan sesudah dikerjakan perencanaan yang matang oleh tim yang
sanggup melakukan rehabilitasi dan pengamatan lanjutan (tim onkologi).
(20,24,33)

Biopsi kerucut (Cone Biopsy) dan Histerektomi sederhana

18

Penanganan ini untuk stadium IA yaitu bilamana kedalaman invasi


kurang dari atau hanya 1 mm dan tidak meliputi area yang luas serta
tidak melibatkan pembuluh limfa atau pembuluh darah.(24)
Bahkan bagi penderita yang masih ingin hamil dapat dilakukan
tindakan

konisasi

serviks

dengan

syarat

pada

pemeriksaan

histopatologi tidak dijumpai sel tumor pada tepi sayatan konisasi.(22)


Histerektomi radikal dengan limfadenektomi panggul
Penanganan ini untuk stadium IB dan IIA. Pada pasca bedah biasanya
dilanjutkan dengan penyinaran tergantung ada/tidak adanya sel tumor

dalam kelenjar limfa regional yang diangkat.(24)


Radioterapi
Penanganan ini termasuk primer untuk stadium IIB, III dan IV. Tidak
dibenarkan melakukan tindakan bedah.(24)

Karena tumor telah

menyebar jauh ke luar dari serviks.(22)


Kemoradiasi berbasis platinum memberikan hasil yang lebih baik
dibanding radiasi saja. Kombinasi kemoradiasi akan meningkatkan
keberhasilan terapi sampai 30% yaitu dengan pemberian sisplatin
tunggal sama efektifnya dengan kombinasi ifosfamid, tetapi efek
samping lebih minimal. Bagi penderita dengan gangguan fungsi ginjal
tidak dianjurkan pemberian sisplatin dan sampai saat ini belum ada
kemoterapi penggantinya.(22)
Penderita stadium IVB ini prognosisnya sangat jelek, jarang dapat
bertahan hidup sampai setahun semejak didiagnosis. Tetapi bila
keadaan

umum

memungkinkan

dapat

diberikan

kemoradiasi

konkomitan, tetapi hanya bersifat paliatif .(24)


Komplikasi
Kematian terutama terjadi akibat uremia, emboli paru, perdarahan

akibat perambatan tumor ke jaringan pembuluh darah


Sepsis
Obstruksi usus besar
19

Nyeri akibat perluasan tumor ke perineum.(22)

Prognosis
Prognosis karsinoma serviks sangat bergantung pada seberapa dini kasus
terdiagnosis

dan

dilakukan

terapi

yang

adekuat.Faktor-faktor

yang

menentukan prognosis ialah: 1) umur penderita, 2) Keadaan umum, 3)


Tingkat klinik keganasan, 4) Ciri-ciri histologik sel tumor, 5) Kemampuan
tim ahli yang menangani, 6) Sarana pengobatan yang ada.
Secara umum, 5-year survival rate atau Angka Ketahanan Hidup 5 tahun
(AKH) menurut data Internasional yaitu stadium 0hampir 100%, stadium I
70-85%, stadium II 40-60%, stadium III 30-40%, dan stadium IV <10% .(15)
5. Vaksin Human Papilloma Virus
a. Tujuan Vaksinasi
Vaksin HPV adalah vaksin pencegahan sehinggaa vaksin ini
bertujuan mencegah terjadinya infeksi HPV 16, 18 (karsinogen
kanker serviks). (27,34)
Vaksinasi tidak bertujuan untuk terapi. Lama proteksi vaksin
bivalent sampai 88 bulan (7,3 tahun). (27)
b. Masa Perlindungan
Dari data tentang percobaan tentang HPV vaksin ditunjukkan
bahwa kadar antibodi menurun setelah mencapai puncaknya
setelah imunisasi dan kemudian menetap (plateu), tetapi masih
lebih tinggi dibandingkan dengan respon kekebalan tubuh yang
timbul dari pada infeksi alami dari virus HPV dan kadar tersebut
menetap pada 48 bulan setelah vaksinasi. (34,35,36)
Bagaimanapun juga, infeksi HPV bisa terjadi berulang setelah
beberapa tahun dan resiko mendapat infeksi baru sangat

20

bergantung kepada perilaku seksual dari individu tersebut. Kadar


antibodi kapsid pada infeksi alami dari virus HPV biasanya stabil
pada beberapa tahun dan bila diikuti, sebesar 50% dari wanita
akan

menghasilkan

seropositif

pada

10

tahun

setelah

ditemukannya infeksi virus HPV pada daerah cervico vaginal. (10)


c. Sasaran dan waktu Pemberian Vaksinasi
Sebagai target populasi dari imunisasi ini adalah wanita sebelum
puber dan usia remaja. Hal ini disebabkan pada usia-usia tersebut
dimulainya aktivitas seksual seseorang. Oleh karena itu, bila
vaksinasi dimulai pada umur 12 tahun maka akan menjaring
wanita yang belum aktif secara seksual dan belum terpapar infeksi
HPV. Selain itu, apabila vaksin diberikan pada usia tersebut maka
respons kekebalan, tubuh yang dihasilkan akan lebih besar
dibandingkan bila diberikan setelah pubertas, baik pada wanita
maupun pada pria.(10,36)
d. Sediaan dan Komposisi
Terdapat dua jenis vaksin HPV L1 VLP yang sudah dipasarkan
dan sudah melewati uji klinis fase 3 yakni Cevarix dan Gardasil.
(10)

a. Cevarix
Adalah jenis vaksin bivalen HPV 16 / 18 L1 VLP.Preparat ini
diberikan secara intramuskuler dalam tiga kali pemberian
yakni pada bulan ke 0. Kemudian diteruskan bulan ke-1 dan
ke-6 masing-masing 0,5 ml.(10)
b. Gardasil
Adalah vaksin quadrivalent 40mg protein HPV 11 L1 HPV,
protein L1 dari VLP HPV tipe 6/11/16/18.
mengandung 20

Tiap 0,5 cc

mg protein HPV 6 L 1, 40 mg protein

HPV 11 L 1, 20 mg protein HPV 18 L1. Tiap 0,5 ml


21

mengandung

225

mg

hidroksiphosphatase

sulfat.

amorph
Formula

alumunium

tersebut

juga

mengandung timerosal atau antibiotika. Vaksin ini seharusnya


disimpan pada suhu 2o-8oC.(10)
b. Dosis dan Cara Pemberian
Vaksin ini diberikan intramuskuler 0,5 cc diulang tiga kali.
Pemberian kedua seharusnya diberikan 2 bulan setelah
pemberian yang pertama dan pemberian ketiga diberikan 6
bulan setelah pemberian yang pertama.(10)
c. Keamanan dan reaksi tubuh setelah pemberian vaksin
Setelah pemberian vaksin, dilakukan evaluasi pada tempat
pemberian vaksin dan efek sistemik yang ditimbulkan.
Efek lokal lain yang ditimbulkan :

2,8% nyeri,

2,0% bengkak,

0,9% eritema.

Efek sistemik yang ditimbulkan pada 15 hari setelah


pemberian

vaksin

sekitar

4%-4,9%

wanita

mendapatkan reaksi kenaikan temperature >38oC


setelah dosis pemberian

bronkospasme,

gastroenteritis,

sakit kepala/hipertensi,

perdarahan per vagina,

nyeri saat digerakkan ditempat injeksi.

abortus spontan ( pada wanita hamil )


22

15% mengalami kelainan kongenital (pada wanita

hamil) .(10,6,37)
d. Rekomendasi Penggunaan Vaksin
Sebaiknya vaksinasi rutin diberikan untuk wanita umur 1112 tahun dengan 3 dosis pemberian. Serial vaksin bisa
dimulai saat wanita tersebut berumur 9 tahun. Selain itu,
vaksin juga merekomendasikan untuk diberikan pada
wanita

umur

13-26

tahun

yang

tidak

mendapat

pengulangan vaksin atau tidak mendapatkan vaksin secara


lengkap. Vaksin seharusnya dikocok dahulu sebelum
dipakai, dan diberikan secara intramuskuler sebanyak 0,5
ml dan sebaiknya disuntikkan pada lengan (otot deltoid) .
(10)

Vaksin ini diberikan dalam tiga kali pemberian. Pemberian


yang kedua dan yang ketiga sebaiknya saat 2 dan 6 bulan
setelah pemberian yang pertama. Jarak waktu minimal
untuk pemberian vaksin dari yang pertama dan yang kedua
adalah 4 minggu. Jarak waktu minimal pemberian vaksin
dari pemberian yang kedua dan yang ketiga adalah 12
minggu. Apabila pemberian vaksin ulangan tidak sesuai
jadwal atau terlambat, vaksin berikutnya harus diberikan
secepat mungkin dan tidak perlu diulang mulai dari awal.
(10,38)

Vaksin quadrivalen HPV ini tidak dianjurkan untuk


digunakan pada wanita yang berumur di bawah 9 tahun

23

atau wanita yang berumur diatas 26 tahun. Selain itu


vaksin ini tidak dianjurkan diberikan untuk pria.(10,39)
e. Vaksin pada beberapa kondisi khusus
Vaksin tidak akan memberikan perlindungan pada
keadaan : (10)

wanita yang terinfeksi HPV 16 dan 18

Wanita yang memiliki riwayat pernah menderita


kondiloma

Penderita HIV positif dan pada keadaan penurunan


sistem imun yang lain.

f. Vaksinasi pada kehamilan dan menyusui


Vaksin quadrivalen HPV ini tidak direkomendasikan untuk
wanita hamil. Keamanan dari vaksin HPV pada wanita
hamil sampai sekarang masih dalam penelitian. Sebaiknya
vaksin diberikan setelah wanita tersebut melahirkan
bayinya.
kemudian

Apabila vaksin sudah terlanjur diberikan dan


diketahui

bahwa

wanita

tersebut

hamil

pemberian vaksin ulangan berikutnya lebih baik ditunda


sampai wanita tersebut melahirkan. Vaksin quadrivalen
HPV ini aman untuk diberikan pada wanita menyusui.(10)
Cost Effectivenes
Sanders dan Taira telah melakukan penelitian dengan
cara mencoba menghitung biaya vaksinasi dengan membuat
suatu model yang dirancang khusus yakni dengan tiga kali
suntikan sebesar 300 dolar dan booster setiap 10 tahun sebesar
100 dolar. Vaksinasi terhadap HPV resiko tinggi pada gadis
24

berusia 12 tahun relative cost effective meskipun efektifitas


vaksin rendah yakni berkisar 35%. Bila vaksinasi dilakukan
pada semua gadis di Amerika serikat yang berumur 12 tahun,
maka 1300 kematian yang disebabkan oleh kanker mulut
rahim semasa hidupnya akan dapat dihilangkan. Taira dkk,
menilai program vaksinasi terhadap HPV 16 dan 18 dengan
membuat prevalence and infection rate seluruh populasi atas
kelompok umur, tingkatan aktifitas seksual

pada tiap

kelompok. Dari hasil penelitian tersebut dikatakan bahwa


vaksin HPV 16 / 18 pada anak perempuan berumur 12 tahun
dapat menurunkan risiko kanker mulut rahim sebanyak 61,9%
dengan cost effectiveness ratio 14,583 dollar per quality
adjusted life year (QALY), sedangkan pada anak laki-laki
mereduksi kanker mulut rahim 2,2 % dengan penambahan
cost effectiveness ratio 442,039 dollar per QALY. Dengan
demikian disimpulkan bahwa vaksinasi HPV 16/18 pada lakilaki dan perempuan tidak cost effective dibandingkan hanya
dengan perempuan saja.(10)
g. Kondisi khusus dan kontraindikasi pemberian vaksin
Hal atau keadaan khusus yang mungkin terjadi setelah
pemberian vaksin adalah kemungkinan terjadinya:
-

Penyakit akut
Keadaan Hipersensitif atau alergi terhadap
komponen vaksin.(10)

C. Kerangka Teori
Kerangka teori pada penelitian ini

25

BAGAN 2.1 kerangka Teori Penelitian


D. Kerangka Konsep
Kerangkan konsep adalah bagian dari kerangka teori yang akan menjadi
panduan dalam melaksanakan penelitian. Berikut skema kerangka konsep
pada penelitian ini:

BAGAN 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

26

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yaitu suatu metode
penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk membuat gambaran atau tentang
suatu keadaan secara objektif. Metode penelitian dilakukan dengan interview
(wawancara) kepada responden menggunakan alat bantu yaitu kuesioner,
sehingga wawancara menjadi terstruktur dan akan mencapai hasil sesuai dengan
yang diharapkan. Penelitian menggambarkan Bagaimana Tingkat Pengetahuan
Siswi Tentang Kanker Serviks pada SMA Negeri 2 Bangkinang Riau.
B. Tempat dan Waktu penelitian
Penelitian dilakukan di SMA Negeri 2 Bangkinang, Riau, sedangkan waktu
penelitian berlangsung pada bulan Januari- April 2015

C. Populasi dan Sampel Penelitian


1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek peneliti atau objek yang akan diteliti. (40)
Berdasarkan pendapat diatas yang menjadi populasi penelitian ini adalah
semua siswi di SMAN 2 Bangkinang, Riau yang berjumlah 460 siswi.
2. Sampel
Sampel adalah bagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi

(15)

. Pengambilan sampel dalam

penelitian ini menggunakan metode random sampling, yaitu menggunakan


rumus slovin, adapun rumus penentuan jumlah sampel yang digunakan
sebagai berikut:

27

n=

N
N ( d 2 ) +1

Ketetangan
N = populasi penelitian
n = sampel penelitian
d2 = sampling eror
Maka didapat jumlah sampel adalah:
460
n=
460 ( 0,12 )+ 1
n=

460
4,60+1

n=

460
5,60

n=82,1

Berdasarkan pertimbangan, maka sampel yang penulis gunakan pada


penelitian ini sebanyak 90 responden.
Pada pengambilan sampel harus memenuhi kriteria inklusi yang
merupakan kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota
populasi yang dapat diambil sebagai sampel, sedangkan kriteria ekslusi
adalah ciri-ciri angota yang tidak dapat dijadikan sampel. Berikut adalah
kriteria inklusi dan eksklusi : (41)
a) Kriteria Inklusi:
- Subjek adalah siswi SMA Negeri 2 Bangkinang, Riau.
- Subjek bersedia berpartisipasi sebagai responden.
b) Kriteria Eksklusi:
- Responden tidak bersedia berpartisipasi pada penelitian ini
D. Variabel dan Definisi Operasional Variabel
Variabel pada penelitian ini adalah sumber informasi kanker serviks dan
tingkat pengetahuan siswa, dimana sumber informasi tentang kanker serviks
sebagai variabel independen (X) dan tingkat pengetahuan siswa sebagai variabel
dependen (Y). Berikut akan dijelaskan tentang definisi operasional penelitian:
Table 3.1 Definisi Operasional Variabel
28

No

Pernyataan

Sumber
Informasi
(X)

Pengetahuan
(Y)

Definisi
informasi merupakan
keterangan, pemberitahuan,
atau berita yang didapat
yang sifatnya menambah
pengetahuan atau wawasan
seseorang.
Pemahaman atau segala
sesuatu yang diketahui oleh
responden tentang kanker
leher Rahim.

Alat
ukur

Kuesioner

Kuesioner

Hasil Ukur

0 = Tidak
1 = Ya

0 = Rendah
1 = Tinggi

Skala
Ukur

Nominal

Ordinal

E. Teknik Pengumpulan Data


Sumber pengumpulan data dalam penelitian adalah subjek dari mana data
dapat diperoleh. Apabila peneliti menggunakan kuesioner atau wawancara dalam
pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden, yaitu orang yang
merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis
maupun lisan.(42)
Dilihat dari sumbernya, data penelitian digolongkan menjadi dua, yaitu
data primer dan data skunder.(43)
1. Data primer atau data tangan pertama adalah data yang diperoleh langsung
dari responden melalui pengisian angket dengan mengunakan kuesioner,
yang disusun oleh peneliti, bagaimana langkah-langkah dalam pengisian
kuesioner yaitu beri penjelasan pada responden, sampaikan tujuan,
sampaikan manfaat peneliti, jaga kerahasiaan dan hak pasien.
2. Data sekunder atau data tangan kedua adalah data yang diperoleh oleh
peneliti dari subjek penelitiannya. Data sekunder biasanya berwujud data
dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia

F. Uji Coba Instrumen


1. Uji Validitas
Validitas adalah ukuran yang menentukan kavalidan suatu instrument.
Sebuah instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang
29

hendak diukur dan dapat mengungkapkan data dari variable yang diteliti
secara tepat. Pengujian tingkat validitas tiap butir digunakan analisis item
yaitu mengkorelasikan skor tiap dengan skor total yang merupakan skor
jumlah tiap butir.
Item yang mempunyai korelasi positip dengan skor total serta korelasi
yang tinggi, menunjukan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang
tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap menurut syarat
adalah kalau r = 0.3. (44)
Jadi kalau korelasi antar butir dengan skor total kurang dari 0.3 maka
butir dalam instrumen tersebut dinyatakan tidak valid.
Untuk pengujian tingkat validitas instrumen dalam penelitian digunakan
teknik analisis Koefisien Korelasi Produk-Moment Pearson (Pearson Product
Moment Correlation Coefficient) dengan rumus: (45)
r xy =

n XY ( X )( Y )

{n X ( X ) }{n Y ( Y ) }
2

Keterangan :
rxy
= Koefesien validitas
n
= Jumlah responden
X
= Skor pernyataan tiap nomer
Y

= Skor total

xy

= Jumlah hasil dari x dan y

2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah tingkat konsistensi hasil yang dicapai oleh sebuah
alat ukur, meskipun digunakan secara berulang-ulang pada subjek yang sama
atau berbeda(46). Sebuah alat evaluasi dipandang reliabel (tahan uji), apabila
memiliki konsistensi, Pada penelitian ini uji reliabilitas menggunakan rumus
Alpha Crombach sebagai berikut:

30

r 11 =

][

k
b
1
2
( k1 )
t

Keterangan :
r 11 : Reliabilitas instrumen
k
: Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
2
b : Jumlah varian
12 : Varians total
Dalam penelitian ini digunakan uji validitas dan reliabilitas dengan
menggunaknan program SPSS 21 For Window.
Pedoman untuk memberikan interprestasi katagori realibilitas sebagai analog
interprestasi koefisien korelasi.
Tabel 3.2 Katagori Realibilitas
Intervensi Koefisien
Tingkat Hubungan
0,00 - 0,19
Sangat Rendah
0,20 - 0,39
Rendah
0,40 - 0,59
Sedang (cukup kuat)
0,60 - 0,79
Kuat
0,80 - 1,00
Sangat kuat
(Sumber, Sugiono, 2008)
Adapun hasil Uji Validitas dan Reliabiloitas data, dapat dilihat pada table
sebagai berikut:
Tabel 3.3
Hasil Uji Validitas Pengetahuan Siswa Tentang Leher Rahim
Variabel
x1
x2
x3
x4
x5
x6
x7
x8
x9

r_hitung
.465
.687
.859
.407
.409
.729
.699
.723
.903

r_tabel
0,30
0,30
0,30
0,30
0,30
0,30
0,30
0,30
0,30

Keterangan
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid

** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Berdasarkan table hasil uji validitas untuk variable pengetahuan siswi tentang
leher rahim, Dari 9 pernyataan yang diajukan kepada responden, ternyata
31

semua nilai butir item > 0,30, dengan nilai reliabilitas sebesar 0,892 > 0,60,
maka 9 pernyataan yang valid dan reliable dapat digunakan untuk mengambil
data penelitian selanjutnya.
Tabel 3.4
Hasil Uji Validitas Pengetahuan Siswa Tentang vaksin HPV
Variabel
x10
X11
X12
X13
X14
X15
X16
X17
X19
X20

r_hitung
.728
.398
.321
.342
.493
.505
.741
.303
.408
.862

r_tabel
0,30
0,30
0,30
0,30
0,30
0,30
0,30
0,30
0,30
0,30

Keterangan
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid

** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Berdasarkan table hasil uji validitas untuk variable pengetahuan siswi


tentang Vaksin HPV, Dari 10 pernyataan yang diajukan kepada
responden, ternyata semua nilai butir item > 0,30, dengan nilai reliabilitas
sebesar 0,823 > 0,60, maka 10 pernyataan yang valid dan reliable dapat
digunakan untuk mengambil data penelitian selanjutnya
Tabel 3.5
Hasil Uji Validitas Pengetahuan Siswa Tentang Gaya Hidup
Variabel
X21
X22
X23
X24
X25
X26
X27

r_hitung
.431
.330
.744
.388
.320
.671
.807

r_tabel
0,30
0,30
0,30
0,30
0,30
0,30
0,30

Keterangan
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid

** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Berdasarkan table hasil uji validitas untuk variable pengetahuan siswi


tentang gaya hidup, Dari 7 pernyataan yang diajukan kepada responden,
32

ternyata semua nilai butir item > 0,30, dengan nilai reliabilitas sebesar
0,793 > 0,60, maka 7 pernyataan yang valid dan reliable dapat digunakan
untuk mengambil data penelitian selanjutnya.
G. Analisa Data
Untuk memberikan makna data yang diperoleh perlu dilakukan analisis tabel
untuk mengetahui distribusinya, selanjutnya data dianalisa dengan uji statistik.
Analisa data dilakukan dengan Analisa Univariat
Data ini digunakan untuk membuat analisa distribusi frekuensi dari data
demografi responden dan masing-masing variabel independent dan dependent
kemudian diinterprestasikan menggunakan presentase sesuai kebutuhan.
Presentase (Gambar masing-masing variable diukur secara proporsi
dengan rumus sebagai berikut:
a
p= x 100
b
Keterangan :
P = presentase
a = jumlah jawaban yang dijawab responden
b = jumlah responden

H. Etika Penelitian
Penelitian ini tidak boleh bertentangan dengan etika. Penelitian harus etis
dalam artian hak responden harus dilindungi

(47)

. Etika penelitian yang dimaksud

meliputi :
a. Lembar Persetujuan Responden (Informed concent)
Peneliti memberikan penjelasan kepada responden sebelum mengisi
kuesioner. Setelah responden mengerti diminta kesediaannya untuk menjadi
responden penelitian. Kesediaan responden tersebut ditandai dengan
kesediaan responden menandatangani informed consent yang sebelumnya
telah peneliti siapkan.
b. Kerahasiaan Identitas (Anonimity)
Peneliti menjaga kerahasiaan identitas responden sehingga hanya peneliti saja
yang mengetahui hasil jawaban dari masing-masing responden. Selanjutnya
33

peneliti hanya memberikan kode berupa nomor urut pada lembar koesioner
yang urutannya hanya diketahui oleh peneliti saja.
c. Kerahasiaan Informasi (Confidentiality)
Peneliti menjaga kerahasiaan semua informasi yang didapat dari responden.
Kerahasiaan informasi ini selanjutnya peneliti masukkan dalam bentuk kodekode saja dan lembar kuesioner asli yang telah diisi responden akan peneliti
simpan dengan baik dan setelah penelitian ini.

34

BAB IV
HASIL PENELITIAN

Penulis mengambil judul penelitian dengan maksud ingin mengetahui


bagaimana tingkat pengetahuan remaja putri tentang kanker serviks di SMA Negeri 2
Bangkinang, Riau. Data diambil dari bulan Januari - April 2015, dengan jumlah
sampel sebanyak 90 siswi, semua data yang diperoleh merupakan data primer, yaitu
mengambil data secara langsung, mengajukan beberapa pernyataan kepada siswi
dengan menggunakan kuesioner.
Deskripsi atau gambaran data, akan menjelaskan tentang karekteristik siswi
yang menjadi responden pada penelitian, adapun karekteristik yang dijelaskan,
sebagai berikut:
A. Karakteristik Responden
1. Gambaran Kondisi Kesehatan Responden
Gambar 4. 1 Gambaran Kondisi Kesehatan siswi

8%

Sehat

Tidak Sehat

92%

Berdasarkan grafik di atas menggambarkan kondisi kesehatan siswi yang


menjadi responden, dari 90 siswi SMA Negeri 2 Bangkinang, sebanyak 83

35

responden (92,2%) dengan kondisi sehat dan sebanyak 7 responden (7,8%)


dengan kondisi yang kurang sehat.
2. Gambaran Usia Siswi
Gambar 4.2 Usia Siswi

2%

< 16 tahun

44%

16 - 17 tahun
53%

18 - 19 tahun

Berdasarkan grafik di atas menggambarkan usia siswi yang menjadi responden,


dari 90 siswiSMA Negeri 2 Bangkinang, sebanyak 2 responden (2,2%) dengan
usia < 16 tahun, sebanyak 48 responden (53,3%) berusia 16 17 tahun,
sedangkan siswi yang berusia 18 19 tahun sebanyak 40 responden (44,4%).

36

3. Gambaran Tempat Tinggal Siswi


Gambar 4.3 Gambaran Tempat Tinggal Siswi

28%

Rumah orang tua

Rumah saudara

Kos

4%
68%

Berdasarkan grafik di atas menggambarkan tempat tinggal responden selama


menjadi siswa, dari 90 siswiSMA Negeri 2 Bangkinang, sebanyak 61 responden
(67,8%) tinggal bersama orang tua, sebanyak 4 responden (4,4%) tinggal dirumah
saudara, sedangkan sebanyak 25 responden (27,8%) tinggal dikos kosan.
a. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan, untuk melihat mengenai kegiatan ekstra siswidiluar
sekolah, sumber informasi dan pengetahuan siswi SMA Negeri 2 Bangkinang
tentang kanker servik, akan digambaran dalam bentuk table sebagai berikut:
1. Keluhan Siswi SMA Negeri 2 Bangkinang, Kecamatan Bangkinang,
Kabupaten Kampar, Riau
37

Gambar 4.4 Keluhan Siswi


Apakah Siswi Pernah Berdiskusi Mengenai
Kesehatan Reproduksi Dengan Keluarga
Pernah

Kadang - kadang

Sering

Tidak pernah

1%

11%
40%

48%

Berdasarkan grafik di atas menggambarkan apakah siswi pernah berdiskusi


mengenai kesehatan reproduksi dengan keluarga, dari 90 siswi SMA Negeri 2
Bangkinang, sebanyak 36 responden (40,0%) mengatakan pernah mendiskusikan
dengan keluarga, sebanyak 43 responden (47,8%) mengatakan kadang - kadang,
1 responden (1,1%) mengatakan sering, sedangkan sebanyak 10 responden
(11,1%) mengatakan tidak pernah mendiskusikan mengenai kesehatan
reproduksi dengan keluarga.

Gambar 4.5 orang yang diajak siswi untuk berdiskusi


38

Siapa yang sering anda ajak siswi berdiskusi


mengenai kesehatan reproduksi di keluarga
Ibu

Saudara sekandung

17%

83%

Berdasarkan grafik di atas menggambarkan tentang siapa yang sering anda ajak
berdiskusi mengenai kesehatan reproduksi di keluarga, dari 90 siswi SMA
Negeri 2 Bangkinang, sebanyak 75 responden (83,3%) mengatakan yang sering
diajak berdiskusi mengenai kesehatan reproduksi adalah ibu, sedangkan
sebanyak 15 responden (16,7%) mengatakan yang sering diajak berdiskusi
mengenai kesehatan reproduksi di keluarga adalah saudara kandung.

Gambar 4.6 Siswi Pernah Berdiskusi Dengan Teman


Apakah Siswi Pernah Berdiskusi Mengenai
Kesehatan Reproduksi Dengan Teman
Pernah

Kadang - kadang

Sering

Tidak pernah

21%
1%

44%

33%

39

Berdasarkan grafik di atas menggambarkan tentang apakah siswi pernah


berdiskusi mengenai kesehatan reproduksi dengan teman, dari 90 siswi SMA
Negeri 2 Bangkinang, sebanyak 40 responden (44,4%) mengatakan pernah
berdiskusi mengenai kesehatan reproduksi dengan teman, sebanyak 30
responden (33,3%) mengatakan kadang kadang, sebanyak 1 responden (1,1%)
mengatakan sering, sedangkan sebanyak 19 responden (21,1%) mengatakan
tidak pernah berdiskusi mengenai kesehatan reproduksi dengan teman.

2. Kegiatan Ekstra Yang Diikuti Siswi SMA Negeri 2 Bangkinang,


Kecamatan Bangkinang, Kabupaten Kampar, Riau
Gambar 4.7 Kegiatan Kemasyarakatan
Kegiatan Kemasyarakatan Organisasi Sosial Diluar Lingkungan Sekolah Untuk Meningkatkan Pengetahuan Mengenai Kanker Leher Rahim

Tidak

Ya

100%

Berdasarkan grafik di atas menggambarkan tentang apakah siswi pernah


Mengikuti kegiatan kemasyarakatan yaitu organisasi sosial diluar lingkungan
sekolah yang meningkatkan pengetahuan mengenai kanker leher rahim, dari 90
siswi SMA Negeri 2 Bangkinang, semuanya mengatakan tidak pernah mengikuti
kegiatan kemasyarakatan yaitu organisasi sosial diluar lingkungan sekolah yang
meningkatkan pengetahuan mengenai kanker leher rahim.
40

Gambar 4.8 Kegiatan Ekstrakurikuler siswi

Kegiatan Ekstrakurikuler Di Lingkungan Sekolah Untuk


Meningkatkan Pengetahuan Mengenai Kanker Leher Rahim
Pernah

Kadang - kadang

Sering

Sangat Susah

16%

54%

29%
1%

Berdasarkan grafik di atas menggambarkan tentang apakah siswi pernah


mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di lingkungan sekolah untuk meningkatkan
pengetahuan mengenai kanker leher rahim, dari 90 siswi SMA Negeri 2
Bangkinang, sebanyak 14 responden (15,6%) mengatakan pernah mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler di lingkungan sekolah untuk meningkatkan pengetahuan
mengenai kanker leher rahim, sebanyak 26 responden (28,9%) mengatakan
kadang kadang, sebanyak 1 responden (1,1%) mengatakan sering, sedangkan
sebanyak 49 responden (54,4%) mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler di lingkungan sekolah untuk meningkatkan pengetahuan mengenai
kanker leher rahim.

41

Gambar 4.9 Penyedia Sarana Informasi


Penyedia Sarana Informasi Dan Kemampuan Di Tempat Tinggal Siswa
Pernah

Kadang - kadang

Sering

Sangat Susah

18%
33%

9%

40%

Berdasarkan grafik di atas menggambarkan tentang bagaimana penyedia sarana


informasi dan kemampuan di tempat tinggal siswa, dari 90 siswi SMA Negeri 2
Bangkinang, sebanyak 16 responden (17,8%) mengatakan pernah mendapat
informasi dari penyedia informasi di sekitar tempat tinggal siswa, sebanyak 36
responden (40,0%) mengatakan kadang kadang, sebanyak 8 responden (8,9%)
mengatakan sering, sedangkan sebanyak 30 responden (33,3%) mengatakan tidak
pernah mendapat informasi dari penyedia informasi di sekitar tempat tinggal
siswa.

42

Gambar 4.10 Kesempatan Atau Kemampuan Siswi


Kesempatan Atau Kemampuan SiswiMemperoleh
Pengetahuan Kesehatan Reproduksi di sekolah
Pernah

Kadang - kadang

Sering

Sangat Susah

9%
37%

21%

33%

Berdasarkan grafik di atas menggambarkan tentang bagaimana kesempatan atau


kemampuan siswi memperoleh pengetahuan kesehatan reproduksi disekolah, dari
90 siswi SMA Negeri 2 Bangkinang, sebanyak 33 responden (36,7%) mengatakan
pernah mendapat kesempatan memperoleh pengetahuan kesehatan reproduksi,
sebanyak 30 responden (33,3%) mengatakan kadang kadang, sebanyak 19
responden (21,1%) mengatakan sering, sedangkan sebanyak 8 responden (8,9%)
mengatakan tidak pernah mendapat kesempatan memperoleh pengetahuan
kesehatan reproduksi di sekolah.
3. Sumber Informasi Yang Didapat Siswi SMA Negeri 2 Bangkinang

43

Gambar 4.11 Sumber Informasi Kanker Leher Rahim


Informasi Tentang Kanker Leher Rahim

38%

Ya
Tidak
62%

Berdasarkan grafik di atas menggambarkan tentang informasi yang didapat siswi,


dari 90 siswi SMA Negeri 2 Bangkinang, sebanyak 56 responden (62,2%)
mengatakan pernah mendapat Informasi Tentang Kanker Leher Rahim, sedangkan
sebanyak 34 responden (37,8%) mengatakan tidak pernah mendapat Informasi
Tentang Kanker Leher Rahim.

Gambar 4.12 Vaksin Human Pavilloma Virus

44

Informasi Tentang Vaksin Human Pavilloma Virus


Ya

Tidak

13%

87%

Berdasarkan grafik di atas menggambarkan tentang informasi yang didapat siswi,


dari 90 siswi SMA Negeri 2 Bangkinang, sebanyak 12 responden (13,3%)
mengatakan pernah mendapat Informasi Tentang Vaksin Human Pavilloma Virus,
sedangkan sebanyak 78 responden (86,7%) mengatakan tidak pernah mendapat
Informasi Tentang Vaksin Human Pavilloma Virus
Gambar 4.13 Informasi Tentang Gaya Hidup Pemicu terjadinya Kanker

45

Informasi Tentang Gaya Hidup Pemicu


terjadinya Kanker Leher Rahim
Ya

Tidak

51%

49%

Berdasarkan grafik di atas menggambarkan tentang informasi yang didapat siswi,


dari 90 siswi SMA Negeri 2 Bangkinang, sebanyak 44 responden (48,9%)
mengatakan pernah mendapat Informasi tentang gaya hidup pemicu terjadinya
kanker leher rahim, sedangkan sebanyak 46 responden (51,1%) mengatakan tidak
pernah mendapat Informasi tentang gaya hidup pemicu terjadinya kanker leher
rahim.

4. Pengetahuan Siswi SMA Negeri 2 Bangkinang, Kecamatan Bangkinang,


Kabupaten Kampar, Riau
a. Pengetahuan pada leher rahim
Berikut adalah sebaran distribusi jawaban responden dari kuesioner tentang
pengetahuan siswi pada leher Rahim
Gambar 4.1 Pengetahuan Tentang leher rahim

46

Kanker leher rahim tidak dapat ditularkan


Leher rahim merupakan salah satu bagian organ reproduksi eksterna wanita

76%

24%

86%

14%

Kanker leher rahim adalah sebuah keganasan kanker yang hanya dialami oleh wanita 7%
Terdapat 3 macam pencegahan kanker serviks yaitu pencegahan primer, sekunder dan tersier
Kanker leher rahim merupakan penyakit yang tidak dapat dicegah

93%

17%
32%

Human Papilloma Virus merupakan penyebab dari kanker leher rahim


Kanker leher rahim merupakan proses keganasan kanker yang berasal dari sel - sel leher rahim yang tidak normal akibat pertumbuhan yang tidak terkendali

29%

71%

21%

79%

27%

73%

Pengetahuan Tentang keganasan kanker Leher Rahim


Hasil analisa pada tabel diatas, pernyataan yang diajukan kepada siswi SMA
Negeri 2 Bangkinang, yaitu dengan pernyataan Kanker leher rahim merupakan
proses keganasan kanker yang berasal dari sel - sel leher rahim yang tidak
normal akibat pertumbuhan yang tidak terkendali, dari 90 siswi sebanyak 73%

menjawab benar dan 27% menjawab salah.


Pengetahuan Tentang Papilloma Virus
Hasil analisa pada tabel diatas, pernyataan yang diajukan kepada siswi SMA
Negeri 2 Bangkinang, yaitu dengan pernyataan Human Papilloma Virus
merupakan penyebab dari kanker leher rahim, dari 90 siswi sebanyak 79%

68%

45%
55%

Setiap dua menit satu orang wanita terbunuh karena kanker leher rahim di Indonesia
Kanker leher rahim merupakan penyakit yang bersifat genetik

83%

menjawab benar dan 21% menjawab salah.


Pengetahuan tentang Kanker leher rahim penyakit yang bersifat genetik
Hasil analisa pada tabel diatas, pernyataan yang diajukan kepada siswi SMA
Negeri 2 Bangkinang, yaitu dengan pernyataan Kanker leher rahim merupakan

47

penyakit yang bersifat genetik, dari 90 siswi sebanyak 71% menjawab benar
-

dan 29% menjawab salah


Pengetahuan tentang Kanker leher rahim penyakit yang tidak dapat dicegah
Hasil analisa pada tabel diatas, pernyataan yang diajukan kepada siswi SMA
Negeri 2 Bangkinang, yaitu dengan pernyataan Kanker leher rahim merupakan
penyakit yang tidak dapat dicegah, dari 90 siswi sebanyak 55% menjawab

benar dan 45% menjawab salah


Pengetahuan Tentang wanita terbunuh karena kanker leher rahim
Hasil analisa pada tabel diatas, pernyataan yang diajukan kepada siswi SMA
Negeri 2 Bangkinang, yaitu dengan pernyataan Setiap dua menit satu orang
wanita terbunuh karena kanker leher rahim di Indonesia, dari 90 siswi

sebanyak 68% menjawab benar dan 32% menjawab salah.


Pengetahuan Tentang pencegahan pada kanker serviks
Hasil analisa pada tabel diatas, pernyataan yang diajukan kepada siswi SMA
Negeri 2 Bangkinang, yaitu dengan pernyataan Terdapat 3 macam pencegahan
kanker serviks yaitu pencegahan primer, sekunder dan tersier, dari 90 siswi
sebanyak 83% menjawab benar dan 17% menjawab salah.

Pengetahuan Tentang keganasan kanker leher rahim


Hasil analisa pada tabel diatas, pernyataan yang diajukan kepada siswi SMA
Negeri 2 Bangkinang, yaitu dengan pernyataan Kanker leher rahim adalah
sebuah keganasan kanker yang hanya dialami oleh wanita, dari 90 siswi

sebanyak 93% menjawab benar dan 7% menjawab salah.


Pengetahuan tentang Leher rahim merupakan salah satu organ reproduksi
eksterna wanita
Hasil analisa pada tabel diatas, pernyataan yang diajukan kepada siswi SMA
Negeri 2 Bangkinang, yaitu dengan pernyataan Leher rahim merupakan salah
satu bagian organ reproduksi eksterna wanita, dari 90 siswi sebanyak 14%

menjawab benar dan 86% menjawab salah.


Pengetahuan tentang Kanker leher rahim tidak dapat ditularkan

48

Hasil analisa pada tabel diatas, pernyataan yang diajukan kepada siswi SMA
Negeri 2 Bangkinang, yaitu dengan pernyataan Kanker leher rahim tidak dapat
ditularkan, dari 90 siswi sebanyak 24% menjawab benar dan 76% menjawab
salah
Berdasarkan hasil pernytaan responden, maka penulis dapat mengambil
kesimpulan terhadap pengetahuan responden secara umum tentang leher rahim,
dapat dilihat pada table berikut:
Leher rahim
Kriteria Frekuensi Persentase
Baik
10
11.1%
Cukup
58
64.4%
Kurang
22
24.4%
Total
90
100.0%
Dari table frekuensi diketahui bahwa dari 90 siswi, sebanyak 10 siswi (11,1%)
memiliki pengetahuan baik tentang leher rahim, sebanyak 58 siswi (64,4%)
memiliki pengetahuan cukup dan sebanyak 22 siswi (24,4%) memiliki
penetahuan kurang tentang leher rahim.

b. Pengetahuan Tentang Vaksin HPV


Berikut adalah sebaran distribusi jawaban responden dari kuesioner tentang
pengetahuan siswi pada Vaksin HPV
Gambar 4.2 Pengetahuan Tentang Vaksin HPV

49

Vaksin Human Papilloma Virus dapat diberikan pada penderita yang telah terinfeksi HPV untuk mencegah infeksi berulang

38%

Vaksin Human Papilloma Virus menimbulkan efek samping seperti demam

Terdapat 4 jenis vaksin Human Papilloma Virus

77%
71%

29%
35%

Vaksin Human Papilloma Virus Bivalen untuk HPV tipe 16 dan 18

65%

52%
48%

Vaksin Human Papilloma Virus hanya dapat diberikan pada wanita yang sudah pernah melakukan hubungan seksual
Pemberian Vaksin Human Papilloma virus diberikan secara intravena

36%

64%

50%
50%

Imunisasi atau Vaksinasi Human Papilloma Virus hanya untuk wanita berusia > 30 - 40 tahun
13%

Vaksinasi adalah memasukkan vaksin kedalam tubuh dengan tujuan menginduksi kekebalan tubuh 9%

62%

23%

Pemberian Vaksin Human Papilloma Virus dapat diberikan oleh dokter spesialis Obstetri Ginekologi

Vaksin Human Papilloma Virus merupakan salah satu pencegahan primer kanker leher rahim

76%

24%

87%
91%

Pengetahuan tentang Vaksinasi


Hasil analisa pada tabel diatas, pernyataan yang diajukan kepada siswi SMA
Negeri 2 Bangkinang, yaitu dengan pernyataan Vaksinasi adalah memasukkan
vaksin kedalam tubuh dengan tujuan menginduksi kekebalan tubuh, dari 90

siswi sebanyak 91% menjawab benar dan 9% menjawab salah


Pengetahuan tentang Vaksin Human Papilloma Virus
Hasil analisa pada tabel diatas, pernyataan yang diajukan kepada siswi SMA
Negeri 2 Bangkinang, yaitu dengan pernyataan Vaksin Human Papilloma Virus
merupakan salah satu pencegahan primer kanker leher rahim, dari 90 siswi

sebanyak 87% menjawab benar dan 13% menjawab salah


Pengetahuan tentang Imunisasi atau Vaksinasi Human Papilloma Virus
Hasil analisa pada tabel diatas, pernyataan yang diajukan kepada siswi SMA
Negeri 2 Bangkinang, yaitu dengan pernyataan Imunisasi atau Vaksinasi
Human Papilloma Virus hanya untuk wanita berusia > 30 - 40 tahun, dari 90

siswi sebanyak 50% menjawab benar dan 50% menjawab salah


Pengetahuan tentang Pemberian Vaksin Human Papilloma virus

50

Hasil analisa pada tabel diatas, pernyataan yang diajukan kepada siswi SMA
Negeri 2 Bangkinang, yaitu dengan pernyataan Pemberian Vaksin Human
Papilloma virus diberikan secara intravena, dari 90 siswi sebanyak 36%
-

menjawab benar dan 64% menjawab salah


Pengetahuan tentang Vaksin Human Papilloma Virus
Hasil analisa pada tabel diatas, pernyataan yang diajukan kepada siswi SMA
Negeri 2 Bangkinang, yaitu dengan pernyataan Vaksin Human Papilloma Virus
hanya dapat diberikan pada wanita yang sudah pernah melakukan hubungan

seksual, dari 90 siswi sebanyak 48% menjawab benar dan 52% menjawab salah
Pengetahuan tentang Vaksin Human Papilloma Virus
Hasil analisa pada tabel diatas, pernyataan yang diajukan kepada siswi SMA
Negeri 2 Bangkinang, yaitu dengan pernyataan Vaksin Human Papilloma Virus
Bivalen untuk HPV tipe 16 dan 18, dari 90 siswi sebanyak 65% menjawab

benar dan 35% menjawab salah


Pengetahuan tentang 4 jenis vaksin Human Papilloma Virus
Hasil analisa pada tabel diatas, pernyataan yang diajukan kepada siswi SMA
Negeri 2 Bangkinang, yaitu dengan pernyataan Terdapat 4 jenis vaksin Human
Papilloma Virus, dari 90 siswi sebanyak 29% menjawab benar dan 71%

menjawab salah
Pengetahuan tentang Pemberian Vaksin Human Papilloma Virus
Hasil analisa pada tabel diatas, pernyataan yang diajukan kepada siswi SMA
Negeri 2 Bangkinang, yaitu dengan pernyataan Pemberian Vaksin Human
Papilloma Virus dapat diberikan oleh dokter spesialis Obstetri Ginekologi, dari

90 siswi sebanyak 77% menjawab benar dan 23% menjawab salah


Pengetahuan tentang Vaksin Human Papilloma Virus
Hasil analisa pada tabel diatas, pernyataan yang diajukan kepada siswi SMA
Negeri 2 Bangkinang, yaitu dengan pernyataan Vaksin Human Papilloma Virus
menimbulkan efek samping seperti demam, dari 90 siswi sebanyak 62%

menjawab benar dan 38% menjawab salah


Pengetahuan tentang Vaksin Human Papilloma Virus

51

Hasil analisa pada tabel diatas, pernyataan yang diajukan kepada siswi SMA
Negeri 2 Bangkinang, yaitu dengan pernyataan Vaksin Human Papilloma Virus
dapat diberikan pada penderita yang telah terinfeksi HPV untuk mencegah
infeksi berulang, dari 90 siswi sebanyak 24% menjawab benar dan 76%
menjawab salah.
Berdasarkan beberapa hasil pernytaan responden, maka penulis dapat
mengambil kesimpulan terhadap pengetahuan responden secara umum tentang
Vaksin HPV, dapat dilihat pada table berikut:
Vaksin HPV
Kriteria Frekuensi Persentase
Baik
41
45.6%
Cukup
34
37.8%
Kurang
15
16.7%
Total
90
100.0%
Dari table frekuensi diketahui bahwa dari 90 siswi, sebanyak 41 siswi (45,6%)
memiliki pengetahuan baik tentang Vaksin HPV, sebanyak 34 siswi (37,8%)
memiliki pengetahuan cukup dan sebanyak 15 siswi (16,7%) memiliki
penetahuan kurang tentang Vaksin HPV
c. Pengetahuan Tentang Gaya Hidup Yang Dapat Memicu Terjadinya
Kanker Serviks
Table 4.3 Gaya Hidup Siswi

52

35%

Risiko terpapar kanker leher rahim lebih besar ketika usia pertama kali berhubungan seksual < 17 tahun

32%

Kanker leher rahim ditularkan juga melalui udara dan makanan

68%

28%

Sistem pertahanan tubuh yang lemah membuat seorang wanita lebih rentan terhadap penyakit kanker leher rahim

72%

30%

Merokok tidak berpengaruh pada sistem imun dalam tubuh

70%
50%
50%

Kanker leher rahim ditularkan melalui hubungan seksual

68%

32%

Remaja berisiko tertular penyakit kanker leher rahim

Kanker leher rahim disebabkan oleh beberapa faktor yang menyebabkan seseorang menjadi risiko / rentan terjangkit penyakit kanker serviks

65%

9%

91%

Pengetahuan tentang penyebab Kanker leher rahim


Hasil analisa pada tabel diatas, pernyataan yang diajukan kepada siswi SMA
Negeri 2 Bangkinang, yaitu dengan pernyataan Kanker leher rahim disebabkan
oleh beberapa faktor yang menyebabkan seseorang menjadi risiko / rentan
terjangkit penyakit kanker serviks, dari 90 siswi sebanyak 50% menjawab

benar dan 50% menjawab salah


Pengetahuan tentang penularan kanker leher rahim
Hasil analisa pada tabel diatas, pernyataan yang diajukan kepada siswi SMA
Negeri 2 Bangkinang, yaitu dengan pernyataan Kanker leher rahim ditularkan
melalui hubungan seksual, dari 90 siswi sebanyak 50% menjawab benar dan

50% menjawab salah


Pengetahuan tentang pengaruh sistem imun dalam tubuh
Hasil analisa pada tabel diatas, pernyataan yang diajukan kepada siswi SMA
Negeri 2 Bangkinang, yaitu dengan pernyataan Merokok tidak berpengaruh
pada sistem imun dalam tubuh, dari 90 siswi sebanyak 70% menjawab benar

dan 30% menjawab salah


Pengetahuan tentang Sistem pertahanan tubuh seorang wanita

53

Hasil analisa pada tabel diatas, pernyataan yang diajukan kepada siswi SMA
Negeri 2 Bangkinang, yaitu dengan pernyataan Sistem pertahanan tubuh yang
lemah membuat seorang wanita lebih rentan terhadap penyakit kanker leher
-

rahim, dari 90 siswi sebanyak 70% menjawab benar dan 30% menjawab salah
Pengetahuan tentang berisiko tertular penyakit kanker leher rahim
Hasil analisa pada tabel diatas, pernyataan yang diajukan kepada siswi SMA
Negeri 2 Bangkinang, yaitu dengan pernyataan Remaja berisiko tertular
penyakit kanker leher rahim, dari 90 siswi sebanyak 68% menjawab benar dan

32% menjawab salah


Pengetahuan tentang penularan kanker leher rahim
Hasil analisa pada tabel diatas, pernyataan yang diajukan kepada siswi SMA
Negeri 2 Bangkinang, yaitu dengan pernyataan Kanker leher rahim ditularkan
juga melalui udara dan makanan, dari 90 siswi sebanyak 68% menjawab benar

dan 32% menjawab salah


Pengetahuan tentang Risiko terpapar kanker leher rahim
Hasil analisa pada tabel diatas, pernyataan yang diajukan kepada siswi SMA
Negeri 2 Bangkinang, yaitu dengan pernyataan Risiko terpapar kanker leher
rahim lebih besar ketika usia pertama kali berhubungan seksual < 17 tahun,
dari 90 siswi sebanyak 91% menjawab benar dan 9% menjawab salah.
Berdasarkan hasil pernytaan responden, maka penulis dapat mengambil
kesimpulan terhadap pengetahuan responden secara umum tentang Gaya
Hidup, dapat dilihat pada table berikut:
Gaya Hidup Siswi
Kriteria Frekuensi Persentase
Baik
19
21.1%
Cukup
18
20.0%
Kurang
53
58.9%
Total
90
100.0%
Dari table frekuensi diketahui bahwa dari 90 siswi, sebanyak 19 siswi (21,1%)
memiliki pengetahuan baik tentang Gaya Hidup, sebanyak 18 siswi (20,0%)
54

memiliki pengetahuan cukup dan sebanyak 53 siswi (58,9%) memiliki


pengetahuan kurang tentang Gaya hidup.

55

BAB V
PEMBAHASAN

A. Pembahasan Hasil Penelitian


Kanker leher rahim atau yang dikenal dengan kanker serviks yaitu
keganasan yang terjadi pada serviks (leher rahim) yang merupakan bagian
terendah dari rahim yang menonjol ke puncak liang senggama atau vagina
(Depkes RI, 2006). Kanker dimulai dengan perubahan dalam struktur dan
fungsi sel yang menyebabkan sel membelah dan menggandakan diri tanpa
terkontrol. Sel kemudian dapat menyerang dan merusak jaringan sekitar,
kemudian sel memisahkan diri dan menyebar ke area lain dalam tubuh, pada
umumnya kanker dinamai sesuai organ dan jenis tempat pertama kali ia
berkembang.
Berdasarkan hasil penelitian dengan judul tingkat pengetahuan remaja
puteri tentang kanker serviks di SMA Negeri 2 Bangkinang Riau, yang mana
penelitian dilakukan pada bulan agustus 2014, dengan jumlah sampel sebanyak
90 siswi. Uji analisis statistic menggunakan analisis deskripsi, yaitu analisis uji
univariat yang menggambarkan tentang karekteristik responden dan tingkat
pengetahuan terhadap terjadinya kanker serviks dan cara pencegahannya.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis tentang kondisi
kesehatan siswi pada saat dimintai keterangan, dari 90 siswi, sebanyak 83 siswi
(92,2%) dengan kondisi sehat dan hanya 7 siswi (7,8%) dengan kondisi yang
kurang sehat, ditinjau dari usia siswi yang menjadi responden, sebanyak 2
siswi (2,2%) berusia < 16 tahun, 48 siswi (53,3%) berusia 16 17 tahun dan
sebanyak 40 siswi (44,4%) yang berusia 18 19 tahun, sedangkan ditinjau dari
tempat tinggal siswi selama bersekolah, sebanyak 61 siswi (67,8%) tinggal

56

bersama orang tua, 4 siswi (4,4%) tinggal dirumah saudara dan sebanyak 25
siswi (27,8%) tinggal dikos kosan.
Setiap siswi pasti mempunyai masalah, tetapi tidak semua orang tahu
dan menjadi tempat curhatan mereka, terlebih lebih jika itu merupakan hal
yang sangat pribadi. Berdasarkan hasil data penelitian mengenai kepada siapa
aja siswi pernah mendiskusikan masalah kesehatan reproduksi, dari 90 siswi
SMA Negeri 2 Bangkinang, sebanyak 36 siswi (40,0%) mengatakan pernah
mendiskusikan dengan keluarga, 43 siswi(47,8%) hanya kadang - kadang
berdiskusi dengan keluarga, 1 siswi(1,1%) sering berdiskusi dengan keluarga,
sedangkan 10 siswi (11,1%) mengatakan tidak pernah mendiskusikan
mengenai kesehatan reproduksi dengan keluarga. Sementara penulis meminta
keterangan dengan siapa siswi sering berdiskusi mengenai kesehatan
reproduksi di keluarga, sebanyak 75 siswi (83,3%) mengatakan dengan ibu dan
15 siswi (16,7%) mengatakan saudara kandung. Berdasarkan keterangan siswa,
ternyata sebanyak 40 siswi (44,4%) mengatakan pernah berdiskusi mengenai
kesehatan reproduksi dengan teman, 30 siswi (33,3%) mengatakan hanya
kadang kadang, 1 siswi (1,1%) mengatakan sering berdiskusi mengenai
kesehatan reproduksi dengan teman dan 19 siswi (21,1%) tidak pernah
berdiskusi mengenai kesehatan reproduksi dengan temannya.
Penulis juga mencari keterangan tentang apakah siswi pernah mengikuti
kegiatan kemasyarakatan atau organisasi sosial untuk menambah pengetahuan
tentang kanker leher rahim. Berdasarkan hasil penelitian dari 90 siswa,
semuanya mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan kemasyarakatan atau
organisasi sosial diluar lingkungan sekolah. Tetapi beberapa siswipernah
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di lingkungan sekolah untuk meningkatkan
pengetahuan mengenai kanker leher rahim, yaitu dari 90 siswi sebanyak 14
57

siswi (15,6%) mengatakan pernah mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di


lingkungan sekolah, 26 siswi (28,9%) mengatakan hanya kadang kadang, 1
siswi (1,1%) mengatakan sering mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di
lingkungan sekolah dan 49 siswi(54,4%) mengatakan tidak pernah mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler di lingkungan sekolah. Mengenai penyedia sarana
informasi di lingkungan tempat tinggal siswa, sebanyak 16 siswi (17,8%)
mengatakan pernah mendapat informasi dari penyedia informasi, 36 siswi
(40,0%) mengatakan hanya kadang kadang, 8 siswi(8,9%) mengatakan sering
mendapat informasi dari penyedia informasi dan 30 siswi (33,3%) mengatakan
tidak pernah mendapat informasi dari penyedia informasi di sekitar tempat
tinggal mereka
Penulis juga mencari keterangan tentang bagaimana kesempatan atau
kemampuan

siswiuntuk

memperoleh

pengetahuan

tentang

kesehatan

reproduksi disekolah, dari 90 siswa, sebanyak 33 siswi (36,7%) mengatakan


pernah mendapat kesempatan memperoleh pengetahuan kesehatan reproduksi,
30 siswi (33,3%) mengatakan hanya kadang kadang, 19 siswi (21,1%)
mengatakan sering mendapat kesempatan memperoleh pengetahuan kesehatan
reproduksi dan 8 responden (8,9%) mengatakan tidak pernah mendapat
kesempatan memperoleh pengetahuan kesehatan reproduksi di sekolah.
Pengetahuan merupakan hasil tahu yang terjadi setelah seseorang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu (Notoadmojo 2003).
Pengindraan tersebut sebagian besar berasal dari penglihatan dan pengindraan
yang sering digunakan untuk mendapatkan informasi. Dari hasil data penelitian
yang didapat tentang kanker serviks yaitu mengenai leher rahim, Vaksin HPV
dan gaya hidup yang dapat memicu terjadinya kanker servik, dari 90
responden, sebanyak 10 siswi (11,1%) memiliki pengetahuan baik tentang
58

leher rahim, sebanyak 58 siswi (64,4%) memiliki pengetahuan cukup dan


sebanyak 22 siswi (24,4%) memiliki penetahuan kurang tentang leher rahim
Dari table frekuensi juga dapat diketahui, sebanyak 41 siswi (45,6%) memiliki
pengetahuan baik tentang Vaksin HPV, sebanyak 34 siswi (37,8%) memiliki
pengetahuan cukup dan sebanyak 15 siswi (16,7%) memiliki penetahuan
kurang tentang Vaksin HPV, sedangkan mengenai gaya hidup iswi, sebanyak
19 siswi (21,1%) memiliki pengetahuan baik tentang Gaya Hidup, sebanyak 18
siswi (20,0%) memiliki pengetahuan cukup dan sebanyak 53 siswi (58,9%)
memiliki pengetahuan kurang tentang Gaya hidup

59

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasaarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang Tingkat Pengetahuan
Remaja Puteri Tentang Kanker Serviks Di SMA Negeri 2 Bangkinang Riau, maka
penulis dapat menarik suatu kesimpulan sebagai berikut, Dari 90 siswi SMA
Negeri 2 Bangkinang,
1. Sebanyak 83 siswi (92,2%) dengan kondisi sehat dan 7 siswi (7,8%) dengan
kondisi yang kurang sehat pada saat dilakukan penelitian.
2. Sebanyak 2 siswi (2,2%) berusia < 16 tahun, 48 siswi (53,3%) berusia 16
17 tahun dan sebanyak 40 siswi(44,4%) yang berusia 18 19 tahun.
3. Sebanyak 61 siswi (67,8%) tinggal bersama orang tua, 4 siswi (4,4%) tinggal
dirumah saudara dan sebanyak 25 siswi (27,8%) tinggal dikos kosan.
4. Sebanyak 36 siswi (40,0%) mengatakan pernah mendiskusikan dengan
keluarga, 43 siswi (47,8%) hanya kadang - kadang, 1 siswi (1,1%) sering
berdiskusi dengan keluarga dan 10 siswi (11,1%) mengatakan tidak pernah
mendiskusikan mengenai kesehatan reproduksi dengan keluarga.
5. Sebanyak 75 siswi (83,3%) berdiskusi mengenai kesehatan reproduksi dengan
ibunya dan 15 siswi (16,7%) berdiskusi mengenai kesehatan reproduksi
dengan saudara kandung.
6. Sebanyak 40 siswi (44,4%) mengatakan pernah berdiskusi mengenai
kesehatan reproduksi dengan teman, 30 siswi (33,3%) hanya kadang
kadang, 1 siswi (1,1%) mengatakan sering dan 19 siswi (21,1%) tidak pernah
berdiskusi mengenai kesehatan reproduksi dengan temannya.
7. Semua siswi mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan kemasyarakatan
atau organisasi sosial diluar lingkungan sekolah.

60

8. Sebanyak 14 siswi (15,6%) mengatakan pernah mengikuti kegiatan


ekstrakurikuler di lingkungan sekolah, 26 siswi (28,9%) mengatakan hanya
kadang kadang, 1 siswi (1,1%) mengatakan sering dan 49 siswi (54,4%)
mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di lingkungan
sekolah.
9. Sebanyak 16 siswi (17,8%) pernah mendapat informasi dari penyedia
informasi, 36 siswi (40,0%) mengatakan hanya kadang kadang, 8 siswi
(8,9%) mengatakan sering dan 30 siswi (33,3%) mengatakan tidak pernah
mendapat informasi dari penyedia informasi di sekitar tempat tinggal mereka.
10. Sebanyak 33 siswi (36,7%) mengatakan pernah mendapat kesempatan
memperoleh pengetahuan kesehatan reproduksi, 30 siswi (33,3%) hanya
kadang kadang, 19 siswi (21,1%) mengatakan sering dan 8 responden
(8,9%) mengatakan tidak pernah mendapat kesempatan memperoleh
pengetahuan kesehatan reproduksi di sekolah.
11. Dari 90 siswi, sebanyak 10 siswi (11,1%) memiliki pengetahuan baik tentang
leher rahim, sebanyak 58 siswi (64,4%) memiliki pengetahuan cukup dan
sebanyak 22 siswi (24,4%) memiliki penetahuan kurang tentang leher rahim
12. Diketahui juga, sebanyak 41 siswi (45,6%) memiliki pengetahuan baik
tentang Vaksin HPV, sebanyak 34 siswi (37,8%) memiliki pengetahuan cukup
dan sebanyak 15 siswi (16,7%) memiliki penetahuan kurang tentang Vaksin
HPV
13. Sebanyak 19 siswi (21,1%) memiliki pengetahuan baik tentang Gaya Hidup,
sebanyak 18 siswi (20,0%) memiliki pengetahuan cukup dan sebanyak 53
siswi (58,9%) memiliki pengetahuan kurang tentang Gaya hidup
B. Saran
Diharapkan kepada seluruh siswi di SMA Negeri 2 Bangkinang untuk
lebih meningkatkan pengetahuan (bertanya kepada petugas kesehatan,
mendengar informasi dari media cetak/elektronik, mengikuti penyuluhan).
61

DAFTAR PUSTAKA
1. Hawari D. Psikiater Kanker Payudara. Dimensi Psikoloreligi.
Jakarta : FKUI.2004
2. Suwiyoga, I.K. Tes Human Papillomavirus Sebagai Skrining Alternatif Kanker
Serviks, Cermin Dunia Kedokteran. 2006; 151: 29
3. Rasjidi, I. Med Assoc. 2013; 63
4. Jonathan, Sarwono. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.
Yogyakarta :Graha Ilmu.2006
5. Globocan. Less Developed Regions [ home page on internet]. [ cited 2011 des
9]. 2008, Available from
http://globocan.iarc.fr/factsheets/populations/factsheet.asp?uno=902#BOT H
6. Rasjidi, I. Dalam Deteksi dini dan Pencegahan Kanker pada Wanita.
Jakarta: Sagung seto.2009; 101-137
7. Nurwijaya, H, dkk. Cegah dan Deteksi Kanker Serviks. Jakarta : PT. Gramedia.
2010
8. Priyanto Heru Samadi. Yes, i know everything about kangker serviks.
Jakarta: Metagraf. 2011
9. Notoatmodjo, S. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.2002
10. Rasjidi, I., & Henri. Vaksin Human Pappiloma Virus dan Eradikasi Kanker
Mulut Rahim.Jakarta: Sagung Seto.2007
11. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.2005
62

12. United Nations Population Fund. Adolescent Realities in a changing

world[homepage on the internet]. [cited 2010 dec]. Available from


www.unfpa.ormg/adolescent/about.htm
13. Hurlock EB. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Masa.
Edisi kelima. Jakarta: Erlangga; 1997
14. Gunarsa D Singgih. Psikologi Remaja. Jakarta: Gunung Mulia; 2007.
15. Notoatmodjo, S. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta.2003
16. Notoatmodjo, S. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka
Cipta.2007
17. Depkes RI.

Pedoman Nasional Pengendalian Penyakit Kanker. Jakarta:

DirektoratJendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.2006


18. Wijaya. Pembunuh Ganas Itu Bernama Kanker Serviks. Yogyakarta: Niaga
Swadaya.2010
19. Tiro, J.A., Meissner, H.I., Kobrin, S. & Chollette, V.. What do Women in the
US know about Human Papillomavirus and Cervical Cancer. Cancer
Epidemiology, Biomarkers & Preventions, 2007; 16(2): 288-294.
20. Suwiyoga, K. Kanker Serviks: Penyakit Keganasan Fatal yang dapat di Cegah.
Majalah Obstetri dan Ginekologi Indonesia.2007; Volume 31. Nomor 1
21. Bustan, M.N. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta : PT Rineka
Cipta.2000
22. Farid, Aziz. Onkologi Genikologi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiro Harjo.2006
23. Sarwono P. Ilmu kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka; 2009.
24. Hanifa, W. Dalam Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Prawirohardjo.2002; 381-382
25. Nugraha, B.D. Perilaku Seks Menyimpang Picu Kanker Leher Rahim. Warta
Medika. Jakarta.2003
26. Indriyani D. Faktor-faktor Risiko Yang Berpengaruh Pada Insidens Karsinoma
Serviks Uteri;Studi Retrospektif di RS Sardjito, Berita Kedokteran Masyarakat,
1991; VII(4) :234-238.
27. Andrijono. Dalam Kanker Serviks. Jakarta: FKUI.2012; 4 ed. hal 134

63

28. Sjamsuddin, Sjahrul. Pencegahan dan Deteksi Dini Kanker Serviks. Cermin
Dunia Kedokteran 2001. Nomor.133 di akses melalui
http//www.kalbefarma.com/files/cdk/files/cdk_133_obsetri_dan_
ginekologi.pdf, 25 Juli 2011
29. Aziz M.F. Manual Pra Kanker dan Kanker Serviks Uterus. Bagian Obstetri
Genekologi FKUI.1995
30. Yatiningsih Moechherdi. Epidemiologi dan Pengendalian Kanker Serviks.
Medika Nomor 3 Tahun XXVI.2000
31. Aziz, M.F. Deteksi Dini Kanker. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2002.
32. Kodim dkk. Himpunan Bahan Kuliah Epidemiologi Penyakit Tidak Menular .
JurusanEpidemiologi FKM UI.2004
33. Andrijono. Kanker Serviks, Divisi Onkologi Departemen Obstetri dan
Gynecolog. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.2007
34. Pradipta, B. & Sungkar, S. Penggunaan Vaksin Human Papilloma Virus dalam
Pencegahan Kanker Serviks. Majalah Kedokteran Indonesia, 2007; 57(11) :
391-396
35. Notoatmodjo, S. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka
Cipta.2005
36. Ranuh, I.G.N., et al. Pedoman Imunisasi Di Indonesia. Edisi Ketiga. Badan
Penerbit Ikatan Anak Indonesia. 2008.
37. Rusmil, K. Imunisasi di Indonesia edisi 3. Jakarta : Badan Penerbit Ikatan
Dokter Anak Indonesia; 2008
38. Wijaya. Pembunuh Ganas Itu Bernama Kanker Serviks. Yogyakarta: Niaga
Swadaya.2010
39. Wright TC, Bosch FX, Franco EL, Cuzick J, Schiller JT, Garnett GP, et al. HPV
vaccines and screening in the prevention of cervical cancer: conclusions from a
2006 workshop of international experts. Vaccine 2006;24S3:251-61.

40. Notoatmodjo,s. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta. 2010


41. Arikunto, S. Dalam Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.2006.hal 97
64

42. Azwar, S.. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.2001


43. Masrun. Reliabilitas dan Cara Menetukannya, Universitas Gajah Mada,
Yogyakarta.1979
44. Umar H. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Cetakan kedua. Jakarta :
Gramedia. Pustaka Utama.2002
45. Danim, S.. Riset Keperawatan: Sejarah dan Metodologi. Jakarta: EGC.2003
46. Nursalam. Konsep dan penerapan metodologi penelitian keperawatan.
Jakarta:2008
47. Nursalam. Konsep dan penerapan metodologi penelitian keperawatan.
Jakarta:2008

65

Anda mungkin juga menyukai