PENDAHULUAN
serviks. Ada 15.000 kasus baru per tahun dengan kematian 8.000 orang
pertahun.(7)
Kanker serviks masih banyak ditemukan di negara yang sedang
berkembang seperti Indonesia. Berbeda dengan di negara maju, cakupan
program skrining di Indonesia baru sekitar 5%. Hal ini bisa terjadi karena saat
ini perhatian masyarakat di negara maju terhadap kesehatan semakin
meningkat sehingga penyakit ini lebih cepat terdeteksi. Berbeda dengan
masyarakat di Indonesia yang mengalami perubahan pola kehidupan sehingga
memungkinkan virus penyebab kanker serviks semakin meningkat.(8)
Keganasan kanker serviks di Indonesia ini didukung oleh sejumlah
faktor. Pertama, karena memang kanker serviks bersifat sangat ganas. Kedua,
banyak wanita yang belum mengerti mengenai gejala dan tanda-tanda kanker
serviks. Tingginya kasus kanker serviks di Indonesia disebabkan oleh
kurangnya pengetahuan dan juga kesadaran untuk melakukan deteksi dini
sehingga sebagian besar wanita yang menderita kanker seviks ditemukan
pada stadium lanjut dan mengakibatkan kematian karena kanker tersebut
tidak menimbulkan gejala. Dan setiap wanita memiliki resiko untuk terkena
kanker serviks tanpa melihat kondisi sosial, ekonomi, status dan usia.(9,10)
Remaja dapat memperoleh informasi mengenai kesehatan reproduksi
dari berbagai sumber, namun sumber informasi yang diperoleh dari keluarga
yang merupakan pendidik utama justru tidak mampu memberikan cukup
informasi. 2 Peran pendidik berikutnya yang sebenarnya mampu untuk
memberikan informasi adalah sekolah atau perguruan tinggi.(11,12,13,14)
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk meneliti
lebih jauh mengenai Hubungan Informasi Yang Didapat Siswi Dengan
Tingkat Pengetahuan Siswi Tentang Kanker Serviks Di SMA Negeri 2
Bangkinang, Riau.
2
B. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas, maka peneliti membuat rumusan masalah sebagai
berikut: Bagaimana Tingkat Pengetahuan Siswi Tentang Kanker Serviks Di
SMA Negeri 2 Bangkinang, Riau?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Tingkat Pengetahuan Siswi Tentang Kanker
Serviks Di SMA Negeri 2 Bangkinang Riau pada tahun 2015.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus pada penelitian ini diantaranya adalah:
a. mengetahui tingkat pengetahuan siswi tentang kanker serviks di SMA
Negeri 2 Bangkinang Riau pada tahun 2015
b. Mengetahui tingkat pengetahuan remaja putri tentang pencegahan
kanker serviks di SMA Negeri 2 Bangkinang tahun 2015
D. Manfaat Penelitian
a. Bagi Peneliti
Untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan dan pengalaman
bagi peneliti dalam menerapkan ilmu yang diperoleh selama
perkuliahan.
b. Bagi Responden
Penelitian
ini
diharapkan
agar
dapat
meningkatkan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN
HIPOTESIS
A. Pengetahuan
1. Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil tahu yang terjadi setelah seseorang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu(15). Pengindraan
tersebut sebagian besar berasal dari penglihatan dan pengindraan yang
sering digunakan untuk mendapatkan informasi.
2. Kategori Pengetahuan
Pengetahuan dibagi dalam 3 kategori :(15)
a. Baik : Bila subjek mampu menjawab dengan benar 76%-100% dari
seluruh pertanyaan.
b. Cukup
: Bila subyek mampu menjawab dengan benar 56%75% dari seluruh pertanyaan.
c. Kurang
: Bila subyek mampu menjawab dengan benar <55%
dari seluruh pertanyaan.
3. Tingkatan Pengetahuan
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6
tingkatan, yaitu:
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali (recall) terhadap situasi yang sangat
spesifik dari seluruh bahan
6 yang di pelajari atau rangsangan yang
telah diterima. Oleh sebab itu, ini adalah merupakan tingkatan
pengetahuann yang paling rendah.
b. Memahami (Comprehension)
Memahani
diartikan
sebagai
suatu
kemampuan
untuk
paham
harus
dapat
menjelaskan,
menyimpulkan,
ditunjukan
dengan
menggambarkan,
membedakan,
a. Pengalaman
Pengalaman dapat diperoleh dari diri sendiri maupun orang
lain.
Pengalaman
yang
sudah
diperoleh
dapat
memperluas
pengetahuan seseorang.
b. Keyakinan
Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun dan tanpa
adanya
pembuktian
terlebih
dahulu.
Keyakinan
ini
bisa
atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita
ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan- tingkatan domain di atas.(16)
masih
memungkinkan
terjadinya
regresi
spontan
dengan
Histopatologik
sebagian
terbesar
(95-97%)
berupa
10
squamouscellcarcinoma,
sisanya
adenokarsinoma,
clear
cell
12
b) Klasifikasi
14
i.
Displasia
Displasia adalah pertumbuhan aktif disertai gangguan
proses pematangan epitel skuamosa yang dimulai pada bagian
basal sampai ke lapisan superfisial. Berdasarkan derajat
perubahan sel epitel yang jelas mengalami perubahan.
Displasia terbagi dalam tiga derajat pertumbuhan, yaitu:
a. Displasia ringan : perubahan terjadi pada sepertiga
bagian basal epidermis.
b. Displasia sedang : bila perubahan terjadi pada separuh
epidermis.
c. Displasia berat: hampir tidak dapat dibedakan dengan
karsinoma insitu
dini
Selain
sehingga
itu,
kemungkinan
bertujuan
untuk
penyembuhan
memperlambat
dapat
atau
17
fertilitas pasien
Pencegahan sekunder akan mengalami hambatan pada sumber daya
18
konisasi
serviks
dengan
syarat
pada
pemeriksaan
umum
memungkinkan
dapat
diberikan
kemoradiasi
Prognosis
Prognosis karsinoma serviks sangat bergantung pada seberapa dini kasus
terdiagnosis
dan
dilakukan
terapi
yang
adekuat.Faktor-faktor
yang
20
menghasilkan
seropositif
pada
10
tahun
setelah
a. Cevarix
Adalah jenis vaksin bivalen HPV 16 / 18 L1 VLP.Preparat ini
diberikan secara intramuskuler dalam tiga kali pemberian
yakni pada bulan ke 0. Kemudian diteruskan bulan ke-1 dan
ke-6 masing-masing 0,5 ml.(10)
b. Gardasil
Adalah vaksin quadrivalent 40mg protein HPV 11 L1 HPV,
protein L1 dari VLP HPV tipe 6/11/16/18.
mengandung 20
Tiap 0,5 cc
mengandung
225
mg
hidroksiphosphatase
sulfat.
amorph
Formula
alumunium
tersebut
juga
2,8% nyeri,
2,0% bengkak,
0,9% eritema.
vaksin
sekitar
4%-4,9%
wanita
bronkospasme,
gastroenteritis,
sakit kepala/hipertensi,
hamil) .(10,6,37)
d. Rekomendasi Penggunaan Vaksin
Sebaiknya vaksinasi rutin diberikan untuk wanita umur 1112 tahun dengan 3 dosis pemberian. Serial vaksin bisa
dimulai saat wanita tersebut berumur 9 tahun. Selain itu,
vaksin juga merekomendasikan untuk diberikan pada
wanita
umur
13-26
tahun
yang
tidak
mendapat
23
bahwa
wanita
tersebut
hamil
pada tiap
Penyakit akut
Keadaan Hipersensitif atau alergi terhadap
komponen vaksin.(10)
C. Kerangka Teori
Kerangka teori pada penelitian ini
25
26
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yaitu suatu metode
penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk membuat gambaran atau tentang
suatu keadaan secara objektif. Metode penelitian dilakukan dengan interview
(wawancara) kepada responden menggunakan alat bantu yaitu kuesioner,
sehingga wawancara menjadi terstruktur dan akan mencapai hasil sesuai dengan
yang diharapkan. Penelitian menggambarkan Bagaimana Tingkat Pengetahuan
Siswi Tentang Kanker Serviks pada SMA Negeri 2 Bangkinang Riau.
B. Tempat dan Waktu penelitian
Penelitian dilakukan di SMA Negeri 2 Bangkinang, Riau, sedangkan waktu
penelitian berlangsung pada bulan Januari- April 2015
(15)
27
n=
N
N ( d 2 ) +1
Ketetangan
N = populasi penelitian
n = sampel penelitian
d2 = sampling eror
Maka didapat jumlah sampel adalah:
460
n=
460 ( 0,12 )+ 1
n=
460
4,60+1
n=
460
5,60
n=82,1
No
Pernyataan
Sumber
Informasi
(X)
Pengetahuan
(Y)
Definisi
informasi merupakan
keterangan, pemberitahuan,
atau berita yang didapat
yang sifatnya menambah
pengetahuan atau wawasan
seseorang.
Pemahaman atau segala
sesuatu yang diketahui oleh
responden tentang kanker
leher Rahim.
Alat
ukur
Kuesioner
Kuesioner
Hasil Ukur
0 = Tidak
1 = Ya
0 = Rendah
1 = Tinggi
Skala
Ukur
Nominal
Ordinal
hendak diukur dan dapat mengungkapkan data dari variable yang diteliti
secara tepat. Pengujian tingkat validitas tiap butir digunakan analisis item
yaitu mengkorelasikan skor tiap dengan skor total yang merupakan skor
jumlah tiap butir.
Item yang mempunyai korelasi positip dengan skor total serta korelasi
yang tinggi, menunjukan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang
tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap menurut syarat
adalah kalau r = 0.3. (44)
Jadi kalau korelasi antar butir dengan skor total kurang dari 0.3 maka
butir dalam instrumen tersebut dinyatakan tidak valid.
Untuk pengujian tingkat validitas instrumen dalam penelitian digunakan
teknik analisis Koefisien Korelasi Produk-Moment Pearson (Pearson Product
Moment Correlation Coefficient) dengan rumus: (45)
r xy =
n XY ( X )( Y )
{n X ( X ) }{n Y ( Y ) }
2
Keterangan :
rxy
= Koefesien validitas
n
= Jumlah responden
X
= Skor pernyataan tiap nomer
Y
= Skor total
xy
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah tingkat konsistensi hasil yang dicapai oleh sebuah
alat ukur, meskipun digunakan secara berulang-ulang pada subjek yang sama
atau berbeda(46). Sebuah alat evaluasi dipandang reliabel (tahan uji), apabila
memiliki konsistensi, Pada penelitian ini uji reliabilitas menggunakan rumus
Alpha Crombach sebagai berikut:
30
r 11 =
][
k
b
1
2
( k1 )
t
Keterangan :
r 11 : Reliabilitas instrumen
k
: Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
2
b : Jumlah varian
12 : Varians total
Dalam penelitian ini digunakan uji validitas dan reliabilitas dengan
menggunaknan program SPSS 21 For Window.
Pedoman untuk memberikan interprestasi katagori realibilitas sebagai analog
interprestasi koefisien korelasi.
Tabel 3.2 Katagori Realibilitas
Intervensi Koefisien
Tingkat Hubungan
0,00 - 0,19
Sangat Rendah
0,20 - 0,39
Rendah
0,40 - 0,59
Sedang (cukup kuat)
0,60 - 0,79
Kuat
0,80 - 1,00
Sangat kuat
(Sumber, Sugiono, 2008)
Adapun hasil Uji Validitas dan Reliabiloitas data, dapat dilihat pada table
sebagai berikut:
Tabel 3.3
Hasil Uji Validitas Pengetahuan Siswa Tentang Leher Rahim
Variabel
x1
x2
x3
x4
x5
x6
x7
x8
x9
r_hitung
.465
.687
.859
.407
.409
.729
.699
.723
.903
r_tabel
0,30
0,30
0,30
0,30
0,30
0,30
0,30
0,30
0,30
Keterangan
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Berdasarkan table hasil uji validitas untuk variable pengetahuan siswi tentang
leher rahim, Dari 9 pernyataan yang diajukan kepada responden, ternyata
31
semua nilai butir item > 0,30, dengan nilai reliabilitas sebesar 0,892 > 0,60,
maka 9 pernyataan yang valid dan reliable dapat digunakan untuk mengambil
data penelitian selanjutnya.
Tabel 3.4
Hasil Uji Validitas Pengetahuan Siswa Tentang vaksin HPV
Variabel
x10
X11
X12
X13
X14
X15
X16
X17
X19
X20
r_hitung
.728
.398
.321
.342
.493
.505
.741
.303
.408
.862
r_tabel
0,30
0,30
0,30
0,30
0,30
0,30
0,30
0,30
0,30
0,30
Keterangan
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
r_hitung
.431
.330
.744
.388
.320
.671
.807
r_tabel
0,30
0,30
0,30
0,30
0,30
0,30
0,30
Keterangan
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
ternyata semua nilai butir item > 0,30, dengan nilai reliabilitas sebesar
0,793 > 0,60, maka 7 pernyataan yang valid dan reliable dapat digunakan
untuk mengambil data penelitian selanjutnya.
G. Analisa Data
Untuk memberikan makna data yang diperoleh perlu dilakukan analisis tabel
untuk mengetahui distribusinya, selanjutnya data dianalisa dengan uji statistik.
Analisa data dilakukan dengan Analisa Univariat
Data ini digunakan untuk membuat analisa distribusi frekuensi dari data
demografi responden dan masing-masing variabel independent dan dependent
kemudian diinterprestasikan menggunakan presentase sesuai kebutuhan.
Presentase (Gambar masing-masing variable diukur secara proporsi
dengan rumus sebagai berikut:
a
p= x 100
b
Keterangan :
P = presentase
a = jumlah jawaban yang dijawab responden
b = jumlah responden
H. Etika Penelitian
Penelitian ini tidak boleh bertentangan dengan etika. Penelitian harus etis
dalam artian hak responden harus dilindungi
(47)
meliputi :
a. Lembar Persetujuan Responden (Informed concent)
Peneliti memberikan penjelasan kepada responden sebelum mengisi
kuesioner. Setelah responden mengerti diminta kesediaannya untuk menjadi
responden penelitian. Kesediaan responden tersebut ditandai dengan
kesediaan responden menandatangani informed consent yang sebelumnya
telah peneliti siapkan.
b. Kerahasiaan Identitas (Anonimity)
Peneliti menjaga kerahasiaan identitas responden sehingga hanya peneliti saja
yang mengetahui hasil jawaban dari masing-masing responden. Selanjutnya
33
peneliti hanya memberikan kode berupa nomor urut pada lembar koesioner
yang urutannya hanya diketahui oleh peneliti saja.
c. Kerahasiaan Informasi (Confidentiality)
Peneliti menjaga kerahasiaan semua informasi yang didapat dari responden.
Kerahasiaan informasi ini selanjutnya peneliti masukkan dalam bentuk kodekode saja dan lembar kuesioner asli yang telah diisi responden akan peneliti
simpan dengan baik dan setelah penelitian ini.
34
BAB IV
HASIL PENELITIAN
8%
Sehat
Tidak Sehat
92%
35
2%
< 16 tahun
44%
16 - 17 tahun
53%
18 - 19 tahun
36
28%
Rumah saudara
Kos
4%
68%
Kadang - kadang
Sering
Tidak pernah
1%
11%
40%
48%
Saudara sekandung
17%
83%
Berdasarkan grafik di atas menggambarkan tentang siapa yang sering anda ajak
berdiskusi mengenai kesehatan reproduksi di keluarga, dari 90 siswi SMA
Negeri 2 Bangkinang, sebanyak 75 responden (83,3%) mengatakan yang sering
diajak berdiskusi mengenai kesehatan reproduksi adalah ibu, sedangkan
sebanyak 15 responden (16,7%) mengatakan yang sering diajak berdiskusi
mengenai kesehatan reproduksi di keluarga adalah saudara kandung.
Kadang - kadang
Sering
Tidak pernah
21%
1%
44%
33%
39
Tidak
Ya
100%
Kadang - kadang
Sering
Sangat Susah
16%
54%
29%
1%
41
Kadang - kadang
Sering
Sangat Susah
18%
33%
9%
40%
42
Kadang - kadang
Sering
Sangat Susah
9%
37%
21%
33%
43
38%
Ya
Tidak
62%
44
Tidak
13%
87%
45
Tidak
51%
49%
46
76%
24%
86%
14%
Kanker leher rahim adalah sebuah keganasan kanker yang hanya dialami oleh wanita 7%
Terdapat 3 macam pencegahan kanker serviks yaitu pencegahan primer, sekunder dan tersier
Kanker leher rahim merupakan penyakit yang tidak dapat dicegah
93%
17%
32%
29%
71%
21%
79%
27%
73%
68%
45%
55%
Setiap dua menit satu orang wanita terbunuh karena kanker leher rahim di Indonesia
Kanker leher rahim merupakan penyakit yang bersifat genetik
83%
47
penyakit yang bersifat genetik, dari 90 siswi sebanyak 71% menjawab benar
-
48
Hasil analisa pada tabel diatas, pernyataan yang diajukan kepada siswi SMA
Negeri 2 Bangkinang, yaitu dengan pernyataan Kanker leher rahim tidak dapat
ditularkan, dari 90 siswi sebanyak 24% menjawab benar dan 76% menjawab
salah
Berdasarkan hasil pernytaan responden, maka penulis dapat mengambil
kesimpulan terhadap pengetahuan responden secara umum tentang leher rahim,
dapat dilihat pada table berikut:
Leher rahim
Kriteria Frekuensi Persentase
Baik
10
11.1%
Cukup
58
64.4%
Kurang
22
24.4%
Total
90
100.0%
Dari table frekuensi diketahui bahwa dari 90 siswi, sebanyak 10 siswi (11,1%)
memiliki pengetahuan baik tentang leher rahim, sebanyak 58 siswi (64,4%)
memiliki pengetahuan cukup dan sebanyak 22 siswi (24,4%) memiliki
penetahuan kurang tentang leher rahim.
49
Vaksin Human Papilloma Virus dapat diberikan pada penderita yang telah terinfeksi HPV untuk mencegah infeksi berulang
38%
77%
71%
29%
35%
65%
52%
48%
Vaksin Human Papilloma Virus hanya dapat diberikan pada wanita yang sudah pernah melakukan hubungan seksual
Pemberian Vaksin Human Papilloma virus diberikan secara intravena
36%
64%
50%
50%
Imunisasi atau Vaksinasi Human Papilloma Virus hanya untuk wanita berusia > 30 - 40 tahun
13%
Vaksinasi adalah memasukkan vaksin kedalam tubuh dengan tujuan menginduksi kekebalan tubuh 9%
62%
23%
Pemberian Vaksin Human Papilloma Virus dapat diberikan oleh dokter spesialis Obstetri Ginekologi
Vaksin Human Papilloma Virus merupakan salah satu pencegahan primer kanker leher rahim
76%
24%
87%
91%
50
Hasil analisa pada tabel diatas, pernyataan yang diajukan kepada siswi SMA
Negeri 2 Bangkinang, yaitu dengan pernyataan Pemberian Vaksin Human
Papilloma virus diberikan secara intravena, dari 90 siswi sebanyak 36%
-
seksual, dari 90 siswi sebanyak 48% menjawab benar dan 52% menjawab salah
Pengetahuan tentang Vaksin Human Papilloma Virus
Hasil analisa pada tabel diatas, pernyataan yang diajukan kepada siswi SMA
Negeri 2 Bangkinang, yaitu dengan pernyataan Vaksin Human Papilloma Virus
Bivalen untuk HPV tipe 16 dan 18, dari 90 siswi sebanyak 65% menjawab
menjawab salah
Pengetahuan tentang Pemberian Vaksin Human Papilloma Virus
Hasil analisa pada tabel diatas, pernyataan yang diajukan kepada siswi SMA
Negeri 2 Bangkinang, yaitu dengan pernyataan Pemberian Vaksin Human
Papilloma Virus dapat diberikan oleh dokter spesialis Obstetri Ginekologi, dari
51
Hasil analisa pada tabel diatas, pernyataan yang diajukan kepada siswi SMA
Negeri 2 Bangkinang, yaitu dengan pernyataan Vaksin Human Papilloma Virus
dapat diberikan pada penderita yang telah terinfeksi HPV untuk mencegah
infeksi berulang, dari 90 siswi sebanyak 24% menjawab benar dan 76%
menjawab salah.
Berdasarkan beberapa hasil pernytaan responden, maka penulis dapat
mengambil kesimpulan terhadap pengetahuan responden secara umum tentang
Vaksin HPV, dapat dilihat pada table berikut:
Vaksin HPV
Kriteria Frekuensi Persentase
Baik
41
45.6%
Cukup
34
37.8%
Kurang
15
16.7%
Total
90
100.0%
Dari table frekuensi diketahui bahwa dari 90 siswi, sebanyak 41 siswi (45,6%)
memiliki pengetahuan baik tentang Vaksin HPV, sebanyak 34 siswi (37,8%)
memiliki pengetahuan cukup dan sebanyak 15 siswi (16,7%) memiliki
penetahuan kurang tentang Vaksin HPV
c. Pengetahuan Tentang Gaya Hidup Yang Dapat Memicu Terjadinya
Kanker Serviks
Table 4.3 Gaya Hidup Siswi
52
35%
Risiko terpapar kanker leher rahim lebih besar ketika usia pertama kali berhubungan seksual < 17 tahun
32%
68%
28%
Sistem pertahanan tubuh yang lemah membuat seorang wanita lebih rentan terhadap penyakit kanker leher rahim
72%
30%
70%
50%
50%
68%
32%
Kanker leher rahim disebabkan oleh beberapa faktor yang menyebabkan seseorang menjadi risiko / rentan terjangkit penyakit kanker serviks
65%
9%
91%
53
Hasil analisa pada tabel diatas, pernyataan yang diajukan kepada siswi SMA
Negeri 2 Bangkinang, yaitu dengan pernyataan Sistem pertahanan tubuh yang
lemah membuat seorang wanita lebih rentan terhadap penyakit kanker leher
-
rahim, dari 90 siswi sebanyak 70% menjawab benar dan 30% menjawab salah
Pengetahuan tentang berisiko tertular penyakit kanker leher rahim
Hasil analisa pada tabel diatas, pernyataan yang diajukan kepada siswi SMA
Negeri 2 Bangkinang, yaitu dengan pernyataan Remaja berisiko tertular
penyakit kanker leher rahim, dari 90 siswi sebanyak 68% menjawab benar dan
55
BAB V
PEMBAHASAN
56
bersama orang tua, 4 siswi (4,4%) tinggal dirumah saudara dan sebanyak 25
siswi (27,8%) tinggal dikos kosan.
Setiap siswi pasti mempunyai masalah, tetapi tidak semua orang tahu
dan menjadi tempat curhatan mereka, terlebih lebih jika itu merupakan hal
yang sangat pribadi. Berdasarkan hasil data penelitian mengenai kepada siapa
aja siswi pernah mendiskusikan masalah kesehatan reproduksi, dari 90 siswi
SMA Negeri 2 Bangkinang, sebanyak 36 siswi (40,0%) mengatakan pernah
mendiskusikan dengan keluarga, 43 siswi(47,8%) hanya kadang - kadang
berdiskusi dengan keluarga, 1 siswi(1,1%) sering berdiskusi dengan keluarga,
sedangkan 10 siswi (11,1%) mengatakan tidak pernah mendiskusikan
mengenai kesehatan reproduksi dengan keluarga. Sementara penulis meminta
keterangan dengan siapa siswi sering berdiskusi mengenai kesehatan
reproduksi di keluarga, sebanyak 75 siswi (83,3%) mengatakan dengan ibu dan
15 siswi (16,7%) mengatakan saudara kandung. Berdasarkan keterangan siswa,
ternyata sebanyak 40 siswi (44,4%) mengatakan pernah berdiskusi mengenai
kesehatan reproduksi dengan teman, 30 siswi (33,3%) mengatakan hanya
kadang kadang, 1 siswi (1,1%) mengatakan sering berdiskusi mengenai
kesehatan reproduksi dengan teman dan 19 siswi (21,1%) tidak pernah
berdiskusi mengenai kesehatan reproduksi dengan temannya.
Penulis juga mencari keterangan tentang apakah siswi pernah mengikuti
kegiatan kemasyarakatan atau organisasi sosial untuk menambah pengetahuan
tentang kanker leher rahim. Berdasarkan hasil penelitian dari 90 siswa,
semuanya mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan kemasyarakatan atau
organisasi sosial diluar lingkungan sekolah. Tetapi beberapa siswipernah
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di lingkungan sekolah untuk meningkatkan
pengetahuan mengenai kanker leher rahim, yaitu dari 90 siswi sebanyak 14
57
siswiuntuk
memperoleh
pengetahuan
tentang
kesehatan
59
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasaarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang Tingkat Pengetahuan
Remaja Puteri Tentang Kanker Serviks Di SMA Negeri 2 Bangkinang Riau, maka
penulis dapat menarik suatu kesimpulan sebagai berikut, Dari 90 siswi SMA
Negeri 2 Bangkinang,
1. Sebanyak 83 siswi (92,2%) dengan kondisi sehat dan 7 siswi (7,8%) dengan
kondisi yang kurang sehat pada saat dilakukan penelitian.
2. Sebanyak 2 siswi (2,2%) berusia < 16 tahun, 48 siswi (53,3%) berusia 16
17 tahun dan sebanyak 40 siswi(44,4%) yang berusia 18 19 tahun.
3. Sebanyak 61 siswi (67,8%) tinggal bersama orang tua, 4 siswi (4,4%) tinggal
dirumah saudara dan sebanyak 25 siswi (27,8%) tinggal dikos kosan.
4. Sebanyak 36 siswi (40,0%) mengatakan pernah mendiskusikan dengan
keluarga, 43 siswi (47,8%) hanya kadang - kadang, 1 siswi (1,1%) sering
berdiskusi dengan keluarga dan 10 siswi (11,1%) mengatakan tidak pernah
mendiskusikan mengenai kesehatan reproduksi dengan keluarga.
5. Sebanyak 75 siswi (83,3%) berdiskusi mengenai kesehatan reproduksi dengan
ibunya dan 15 siswi (16,7%) berdiskusi mengenai kesehatan reproduksi
dengan saudara kandung.
6. Sebanyak 40 siswi (44,4%) mengatakan pernah berdiskusi mengenai
kesehatan reproduksi dengan teman, 30 siswi (33,3%) hanya kadang
kadang, 1 siswi (1,1%) mengatakan sering dan 19 siswi (21,1%) tidak pernah
berdiskusi mengenai kesehatan reproduksi dengan temannya.
7. Semua siswi mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan kemasyarakatan
atau organisasi sosial diluar lingkungan sekolah.
60
DAFTAR PUSTAKA
1. Hawari D. Psikiater Kanker Payudara. Dimensi Psikoloreligi.
Jakarta : FKUI.2004
2. Suwiyoga, I.K. Tes Human Papillomavirus Sebagai Skrining Alternatif Kanker
Serviks, Cermin Dunia Kedokteran. 2006; 151: 29
3. Rasjidi, I. Med Assoc. 2013; 63
4. Jonathan, Sarwono. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.
Yogyakarta :Graha Ilmu.2006
5. Globocan. Less Developed Regions [ home page on internet]. [ cited 2011 des
9]. 2008, Available from
http://globocan.iarc.fr/factsheets/populations/factsheet.asp?uno=902#BOT H
6. Rasjidi, I. Dalam Deteksi dini dan Pencegahan Kanker pada Wanita.
Jakarta: Sagung seto.2009; 101-137
7. Nurwijaya, H, dkk. Cegah dan Deteksi Kanker Serviks. Jakarta : PT. Gramedia.
2010
8. Priyanto Heru Samadi. Yes, i know everything about kangker serviks.
Jakarta: Metagraf. 2011
9. Notoatmodjo, S. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.2002
10. Rasjidi, I., & Henri. Vaksin Human Pappiloma Virus dan Eradikasi Kanker
Mulut Rahim.Jakarta: Sagung Seto.2007
11. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.2005
62
63
28. Sjamsuddin, Sjahrul. Pencegahan dan Deteksi Dini Kanker Serviks. Cermin
Dunia Kedokteran 2001. Nomor.133 di akses melalui
http//www.kalbefarma.com/files/cdk/files/cdk_133_obsetri_dan_
ginekologi.pdf, 25 Juli 2011
29. Aziz M.F. Manual Pra Kanker dan Kanker Serviks Uterus. Bagian Obstetri
Genekologi FKUI.1995
30. Yatiningsih Moechherdi. Epidemiologi dan Pengendalian Kanker Serviks.
Medika Nomor 3 Tahun XXVI.2000
31. Aziz, M.F. Deteksi Dini Kanker. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2002.
32. Kodim dkk. Himpunan Bahan Kuliah Epidemiologi Penyakit Tidak Menular .
JurusanEpidemiologi FKM UI.2004
33. Andrijono. Kanker Serviks, Divisi Onkologi Departemen Obstetri dan
Gynecolog. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.2007
34. Pradipta, B. & Sungkar, S. Penggunaan Vaksin Human Papilloma Virus dalam
Pencegahan Kanker Serviks. Majalah Kedokteran Indonesia, 2007; 57(11) :
391-396
35. Notoatmodjo, S. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka
Cipta.2005
36. Ranuh, I.G.N., et al. Pedoman Imunisasi Di Indonesia. Edisi Ketiga. Badan
Penerbit Ikatan Anak Indonesia. 2008.
37. Rusmil, K. Imunisasi di Indonesia edisi 3. Jakarta : Badan Penerbit Ikatan
Dokter Anak Indonesia; 2008
38. Wijaya. Pembunuh Ganas Itu Bernama Kanker Serviks. Yogyakarta: Niaga
Swadaya.2010
39. Wright TC, Bosch FX, Franco EL, Cuzick J, Schiller JT, Garnett GP, et al. HPV
vaccines and screening in the prevention of cervical cancer: conclusions from a
2006 workshop of international experts. Vaccine 2006;24S3:251-61.
65