Anda di halaman 1dari 5

Gangguan Memori Jangka Panjang

Memori jangka panjang dimiliki manusia untuk mampu mengingat kejadian dan informasi di
masa lalu dan menggunakan informasi yang dimiliki tersebut untuk dimanfaatkan saat ini dan
saat diperlukan. Hal istimewa dari memori jangka panjang yakni kapasitas yang tidak terbatas
serta durasi yang seolah-olah tidak pernah berakhir. Sistem Ingatan, didalamnya terdapat 3
sistem yang terdapat pada struktur ingatan, yaitu:

a) Sistem ingatan sensorik(sensory memory)


b) Sistem ingatan jangka pendek(short term memory)
c) Sistem ingatan jangka panjang(long term memory)

Sistem ingatan tersebut disebut sebagai suatu model paradigma Atkinson dan Shiffrin yang
disempurnakan oleh Tulving dan Madigan(Solso,1995 dalam Bhinnety)

Kasus terkenal yang dipresentasikan oleh peneliti Kanada Milner di tahun 1966 yang ditulis
Bhinnety ialah terkait pasien yang menderita epilepsi. Pasien penderita epilepsi berat , menurut
prosedur medis, diperlukan operasi medial temporal untuk membebaskan gejala-gejalanya.
Operasi yang dilakukan memnghilangkan temporal lobe, termasuk hippocampus. Epilepsi mulai
membaik, meskipun demikian ditemui masalah atau berakibat pada gangguan mengingat yakni
amnesia. Amnesia yang diderita pasien yakni amnesia yang berat dan tidak mampu menyimpan
informasi baru dalam memori jangka panjang, meskipun begitu memori jangka pendeknya tidak
mengalami gangguan. Riwayat meori jangka panjang sebelum dilakukan operasi dinyatakan baik
dan normal, dengan capaian skor yang baik pada tes IQ standar, meskipun pasien tersebut tidak
mampu mengenali nama-nama ataupun wajah dari orang-orang yang ditemui secara teratur.
Kemampuan berbicara normal masih mampu di lakukan, akan tetapi pada pertemuan sebelumnya
tidak dapat diingat dengan baik. Secara spesifik, nampaknya hippocampus merupakan suatu
penimpanan sementara untuk memori jangka panjang. Informasi yang baru saja diperoleh
diproses dan kemudian ditransfer ke cerebral cortex untuk penyimpanan permanen.

Faktor-faktor yang mempengaruhi memori(Susanto,2012):

1. Umur
Fenomena menua terjadi pada otak seiring dengan bertambahnya usia dan terutama
terjadi perubahan dalam kemampuan momori atau daya ingat. Gangguan memori sendiri
terkait pula dengan kualitas hidup seseorang. Perlu diberika perhatian khusus pada
mereka yang berusia lanjut. Perubahan atau gangguan memori merupakan bagian penting
dari suatu proses penuaan otak. Pada memori jangka panjang kemampuan untuk
mengirim informasi dari memori ini mengalami kemunduran disebabkan oleh
bertambahnya usia(Kusumoputro & Sidiarto, 1999). Para pakar neurosains menganggap
berkurangnya kemampuan proses belajar(learning) atau perolehan(acquisition) sebai
kegagalan proses konsolidasi atau asimilasi. Sedangkan klinikus menganggap proses
yang terjadi tersebut sebagai suatu gangguan momori baru(recent memory) yang
mencerinkan kegagalan dalam transmisi informasi dari memori primer ke memori
sekunder. Lebih lanjut, fungsi memori yang mengalami penurunan hanya terjadi pada
aspek memori tertentu seperti(acquisition) dan menemukan kembali informasi baru,
bukan pada retensi memori.

2. Penyakit
Salah satu penyakit yang dapat menyebabkan terganggunya Long Term Memory yakni
demensia. Demensia merupakan salah satu jenis penyakit gangguan otak. Sel-sel otak
akan mati seiring bertambahnya usia. Sel-sel yang akan mati secara cepat dan volume
otak akan menyusut, menyebabkan kerusakan parah terhadap fungsi otak. Alhasil,
penderita demensia tidak hanya menjadi pelupa, tetapi juga akan mengalami masalah
dengan pemahaman, bahasa, pembelajaran, perhitungan dan penilaian. Kepribadian dan
perilaku pun akan menjadi berubah. Usia lanjut bukan menjadi satu-satunya faktor
penyebb demensia, namun para manula lah yang memiliki resiko lebih tinggi terhadap
resiko demensia.
Penyakit lain yang berkaitan dengan kerusakan kognitif ialah Parkinson’s, disease,
Huntington’s disease, trauma kepala berat, stroke hemoragik, infeksi otak, tumor
intraserebral, depresi berat, cerbral bleeding, psychotic disorders, infrak serebral, dan
penyakit kelenjar thyroid yang tidak terkontrol(Viser 2006 dalam Susanto).

3. Nutrisi dan Obat-obatan


Penghambatan Kolinergik di otak akibat penghambatan asetilkolin pada reseptornya,
berhubungan dengan efek samping yang tidak diinginkan seperti delirium, gangguan
pada perilaku, kemampuan pengambilan keputusan berkurang, emosi berubah dan
berkurangnya fungsi motorik. Rahmawati dan Lupitaningrum, 2019 berdasar hasil
penelitiannya obat antikolinergik memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
penurunan fungsi kognitif geriatri. Geriatri sendiri lebih rentan mengalami efek yang
tidak diinginkan dari obat seperti antikolinergik. Penggunaan obat-obatan dengan
aktivitas antikolinergik berpengaruh pula dalam penurunan fungsu kognitif geriatri.

4. Merokok
Liem, 2010 berdasarkan hasil penelitiannya menyebutkan 6 pengaruh dari merokok
terhadap fungsi otak serta gangguan psikologis, yaitu:

(1) perilaku kecanduan merokok berkorelasi dengan area precuneus kiri, angular gyrus kanan,
superior parietal/motor cortex kiri, dan occipital gyrus tengah.
(2) Otak perokok memiliki aktifitas yang berbeda dengan non‐perokok di area ventral (rostral
anterior cingulate cortex, insula, opercular, dan occipital gyrus), dorsal (dorsal medial/lateral
prefrontal cortex dan dorsal anterior cingulate cortex), serta jaringan mesolimbic (anterior
cingulate, hippocampus, dan medial orbital).
(3) Gangguan pada otak juga terkait dengan gangguan psikologis seperti cemas, depresi/sedih,
marah, gelisah, sulit berkonsentrasi, perilaku kompulsif.
(4) Peningkatan gray matter di insula menimbulkan emosi tertentu dan sensasi pada tubuh, serta
mendorong penurunan kemampuan memverbalisasi emosi. Sedangkan penurunan white matter
(fractional anisotropy [FA]) di prefrontal cortex kiri berkorelasi dengan patologis otak.
(5) Pengaruh lain nikotin adalah meningkatkan konsentrasi intrasypnaptic dopamine (DA) di
ventral striatum/nucleus accumbens (VST/NAc) dan serotonim sebagai neurotrasnmiter
penahan kantuk sehingga menimbulkan gangguan tidur.
(6) Pecandu rokok memiliki resiko penurunan prospective memory yang diduga berada di area
prefrontal cortex, hippocampus, dan thalamus. Selain pada otak dan aspek psikologis,
kecanduan rokok juga berdampak pada fisiologis, yaitu mendorong vasoconstriction dan
atherosclerosis yang menyebabkan subclinical myocardial ischemia, serta karbon monoksida
yang memperbesar resiko terjadinya hypoxemia dan myocardial hypoxia.

5. Kelelahan
Kemampuan mengingat seseorang akan mengalami penurunan bilamana mengalami
kelelahan. Kelelahan sendiri dapat disebabkan oleh aktivitas dan reaksi fungsional pada
sistem kerja otak yakni cortex cerebri(Susanto).

6. Atensi
Atensi bermakna dari attention, suatu minat atau kecenderungan yang ada dalam diri
seseorang terhadap sesuatu hal dan sebagainya. Atensi bekerja dari sistem saraf didalam
otak manusia. Dengan minat atau perhatian yang kuat pada diri seseorang kepada sesuatu
hal akan menyebabkan terjadinya ingatan yang cukup lama dan kuat terhadap pusat yang
menjadi perhatiannya tersebut. Akan tetapi, jika atensi tidak bekerja dengan baik, maka
penurunan ingatan bisa terjadi.

7. Status Obesitas
Obesitas dapat dikatakan menjadi suatu faktor yang mempengaruhi fungsi kognitif. Hal
ini ditunjukkan dengan pada usia pertengahan merupakan salah satu faktor yang diduga
menjadi percepatan penurunan fungsi kognitif di usia lanjut (West et al,2009; Dahl et
al,2013; Luchsinger,2009 dalam Cahyaningrum,2015)

Bower(1975) dalam Bhinnety menuliskan beberapa macam informasi yang tersimpan di dalam
memori jangka panjang terkait dengan:

a. Model spasial dari alam di sekeliling kita, struktur simbolis yang berkaitan dengan
gambaran tentang suatu rumah, kota, negara, atau planet dan ragam informasi tentang
dimana obyek-obyek penting terletak dalam peta kognitif tersebut,
b. Pengetahuan hukum-hukum fisika, kosmologi, sifat obyek dan segala sesuatu yang terkait
dengannya,
c. Keyakinan kita terhadap orang, diri sendiri, dan tentang bagaimana berperilaku dalam
situasi sosial yang bervariasi,
d. Nilai-nilai dan tujuan sosial yang kita cari,
e. Keterampilan motorik dalam mengemudi, bersepeda dan sejenisnya; keterampilan
menyelesaikan masalah untuk berbagai situasi; rencana-rencana kita untuk mencapai
sesuatu,
f. Keterampilan perseptual dalam memahami bahasa atau enginterpretasikan lukisan atau
musik.

Seseorang bisa saja mengalami kelupaan terhadap sesuatu dan sulit mengingat informasi yang
sudah diterima didalam otaknya.disebabkan oleh:

a. Displacement
Informasi yang pernah diperoleh menghilang dari sistem memori jangka pendek karena
masuknya tambahan informasi-informasi baru yang terlalu banyak kedalam memori
jangka pendek.

b. Interference
Proses pemunculan kembali informasi yang telah ada mengalami gangguan, baik yang
disimpan di memori jangka pendek maupun jangka panjang. Penyebabnya ialah (1)
interfensi retroaktif, informasi baru yang masuk mengganggu proses pemunculan kembali
informasi yang telah ada. (2) interferensi proaktif, informasi lama yang telah ada
mengganggu proses pemunculan kembali informasi yang baru saja masuk(Feldman,1999
dalam Bhinnety)

Kelupaan sendiri dapat dikatakan suatu kegagalan mengingat kembali(recall) informasi dari
memori. Kelupaan lebih didasari oleh interferensi(interference) bukan pada kerusakan (decay).
Persoalan lupa sering disebut sebagai gangguan dalam mengeluarkan kembali informasi, yang
disebabkan oleh suatu hal. Berdasar pada psikologi kognitif, terganggunya memori disebabkan
pada percampuran informasi sebelum dan sesudah serta harapan kedepan. Informasi yang
terdapat dalam memori jangka panjang(Long Term Memory(LTM)) akan menimbulkan
“bingung” karena adanya informasi yang saling bercampur selama proses encoding sehingga
terjadi distorsi atau gangguan ingatan. Teori interferensi menyatakan “lupa pada kenangan
terjadi karena adanya informasi yang saling mengganggu satu sama lain(Baddeley,1999 dalam
Kuswana,2011)

Anonim. (2016). Demensia. Hospital Authority, Jakarta, 1–11.


Bhinnety, M. (2015). Struktur Dan Proses Memori. Buletin Psikologi, 16(2), 74–88.
https://doi.org/10.22146/bpsi.7375

Cahyaningrum, N. S. (2015). Kognitif Pada Lanjut Usia Wanita Di Panti. 26.

Kuswana, Wowo Sunaryo. Taksonomi Berpikir. PT Remaja Rosdakarya,245.


Bandung.September.2013.

Liem, A. (2016). Pengaruh Nikotin Terhadap Aktivitas Dan Fungsi Otak Serta Hubungannya
Dengan Gangguan Psikologis Pada Pecandu Rokok. Buletin Psikologi, 18(2), 37–50.
https://doi.org/10.22146/bpsi.11536

Lupitaningrum, D. M., & Rahmawati, F. (2019). Pengaruh Penggunaan Antikolinergik Terhadap


Gangguan Fungsi Kognitif Pada Pasien Geriatri di Lombok Tengah , Indonesia The Effect
of Anticholinergic Use on Cognitive Impairment in Geriatric Patients in Central Lombok ,
Indonesia. 6(1), 36–45.

Sidiarto,Lily D dan Kusumoputro, Sidiarto. Mild Cognitive Impairment(MCI) Gangguan


Kognitif Ringan. Berkala NeuroSains. Vol.1.No.1, Oktober.1999.

SUSANTO, R. (2012). Universitas Indonesia Pengaruh Paparan Warna Terhadap Retensi Short
Term Memory Pasien Hipertensi Primer Program Pasca Sarjana. 1–143.

Anda mungkin juga menyukai