Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN GERONTIK
DI POLI LANSIA TENTANG DIMENSIA
PUSKESMAS RUPIT KAB. MUSI RAWAS UTARA

Disusun Oleh :
Nama :Nurul
Npm :23.14901.37

DOSEN PEMBIMBING:YUNITA, S.KEP, M.KES

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA
PALEMBANG
2022/2023
PENDAHULUAN

A. Konsep Dasar Penyakit Demensia

1. Anatomi Fisiologi Otak

Otak adalah organ vital yang terdiri dari 100-200 milyar sel aktif yang saling

berhubungan dan bertanggung jawab atas fungsi mental dan intelektual kita.Otak

terdiri dari sel-sel otak yang disebut neuron (Leonard, 1998). Otak merupakan organ

yang sangat mudah beradaptasi meskipun neuron-neuron di otak mati tidak

mengalami regenerasi, kemampuan adaptif atau plastisitas pada otak dalam situasi

tertentu bagian-bagian otak dapat mengambil alih fungsi dari bagian-bagian yang

rusak. Otak sepertinya belajar kemampuan baru.Ini merupakan mekanisme paling

penting yang berperan dalam pemulihan stroke (Feigin, 2006).

Secara garis besar, sistem saraf dibagi menjadi 2, yaitu sistem saraf pusat dan

sistem saraf tepi.Sistem saraf pusat (SSP) terbentuk oleh otak dan medulla

spinalis.Sistem saraf disisi luar SSP disebut sistem saraf tepi (SST).Fungsi dari SST

adalah menghantarkan informasi bolak balik antara SSP dengan bagian tubuh lainnya

(Noback dkk, 2005).

Otak merupakan bagian utama dari sistem saraf, dengan komponenbagiannya

adalah:

a. Cerebrum
Cerebrum merupakan bagian otak yang terbesar yang terdiridari sepasang

hemisfer kanan dan kiri dan tersusun dari korteks.Korteks ditandai dengan sulkus

(celah) dan girus (Ganong, 2003).Cerebrum dibagi menjadi beberapa lobus, yaitu:

1) Lobus frontalis

Lobus frontalis berperan sebagai pusat fungsi intelektualyang lebih tinggi,

seperti kemampuan berpikir abstrak dan nalar, bicara (area broca di hemisfer

kiri), pusat penghidu, dan emosi.Bagian ini mengandung pusat pengontrolan

gerakan volunter di gyrus presentralis (area motorik primer) dan terdapat area

asosiasi motorik (area premotor).Pada lobus ini terdapat daerah broca yang

mengatur ekspresi bicara, lobus ini juga mengatur gerakan sadar, perilaku

sosial, berbicara, motivasi dan inisiatif (Purves dkk, 2004).

2) Lobus temporalis

Lobus temporalis temporalis mencakup bagian korteksserebrum yang berjalan

ke bawah dari fisura laterali dan sebelah posterior dari fisura parieto-

oksipitalis (White, 2008).Lobus ini berfungsi untuk mengatur daya ingat

verbal, visual, pendengaran dan berperan dlm pembentukan dan

perkembangan emosi.

3) Lobus parietalis

Lobus Parietalis merupakan daerah pusat kesadaransensorik di gyrus

postsentralis (area sensorik primer) untuk rasa raba dan pendengaran (White,

2008).

4) Lobus oksipitalis

Lobus oksipitalis berfungsi untuk pusat penglihatan danarea asosiasi

penglihatan: menginterpretasi dan memproses rangsang penglihatan dari


nervus optikus dan mengasosiasikan rangsang ini dengan informasi saraf lain

& memori (White, 2008).

5) Lobus Limbik

Lobus limbik berfungsi untuk mengatur emosi manusia,memori emosi dan

bersama hipothalamus menimbulkan perubahan melalui pengendalian atas

susunan endokrin dan susunan otonom (White, 2008).

b. Cerebellum

Cerebellum adalah struktur kompleks yang mengandunglebih banyak neuron

dibandingkan otak secara keseluruhan.Memiliki peran koordinasi yang penting

dalam fungsi motorik yang didasarkan pada informasi somatosensori yang

diterima, inputnya 40 kali lebih banyak dibandingkan output.Cerebellum terdiri

dari tiga bagian fungsional yang berbeda yang menerima dan menyampaikan

informasi ke bagian lain dari sistem saraf pusat.

Cerebellum merupakan pusat koordinasi untuk keseimbangan dan tonus

otot.Mengendalikan kontraksi otot-otot volunter secara optimal.Bagian-bagian

dari cerebellum adalah lobus anterior, lobus medialis dan lobus fluccolonodularis

(Purves, 2004).

c. Brainstem

Brainstem adalah batang otak, berfungsi untuk mengaturseluruh proses kehidupan

yang mendasar. Berhubungan dengan diensefalon diatasnya dan medulla spinalis

dibawahnya.Struktur-struktur fungsional batang otak yang penting adalah jaras

asendendan desenden traktus longitudinalis antara medulla spinalis danbagian-

bagian otak, anyaman sel saraf dan 12 pasang saraf cranial.Secara garis besar

brainstem terdiri dari tiga segmen, yaitu mesensefalon, pons dan medulla

oblongata.
2. Pengertian Demensia

Demensia adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan

kerusakan fungsi kognitif global yang biasanya bersifat progresif dan memengaruhi

aktivitas sosial dan okupasi yang normal juga aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS).

Penyakit yang meningkatkan gejala demensia antara lain adalah penyakit Alzheimer,

masalah vascular seperti demensia multi infark, hidrosefalus tekanan normal, penyakit

Parkinson, alkoholisme kronis, penyakit Pick, penyakit Huntington, dan acquired

immunodeficiency syndrome (AIDS).

Demensia merupakan masalah kesehatan masyarakat yang menghabiskan biaya,

tetapi tantangan gejala demensia menimbulkan kualitas hidup, stress, pemberi

perawatan, dan pemeliharaan martabat manusia dan mungkin mencerminkan beban

kemanusiaan lebih dari yang dapat diperbaiki perawat.

Demensia dapat diartikan sebagai gangguan kognitif dan memori yang dapat

mempengaruhi aktifitas sehari-hari.Penderita demensia seringkali menunjukkan

beberapa gangguan dan perubahan pada tingkah laku harian (behavioral symptom)

yang mengganggu (disruptive) ataupun tidak menganggu (non-disruptive) (Volicer,

L., Hurley, A.C., Mahoney, E. 1998).

3. Klasifikasi Demensia

a. Menurut Kerusakan Struktur Otak

1) Tipe Alzheimer

Penyakit Alzheimer dibagi atas 3 stadium berdasarkan beratnya deteorisasi

intelektual :

a) Stadium I (amnesia)

 Berlangsung 2-4 tahun

 Amnesia menonjol
 Perubahan emosi ringan

 Memori jangka panjang baik

 Keluarga biasanya tidak terganggu

b) Stadium II (Bingung)

 Berlangsung 2 – 10 tahun

 Episode psikotik

 Agresif

 Salah mengenali keluarga

c) Stadium III (Akhir)

 Setelah 6 - 12 tahun

 Memori dan intelektual lebih terganggu

 Membisu dan gangguan berjalan

 Inkontinensia urin

2) Demensia Vascular

Tanda-tanda neurologis fokal seperti :

a) Peningkatan reflek tendon dalam

b) Kelainan gaya berjalan

c) Kelemahan anggota gerak

b. Menurut Umur:

1) Demensia Senilis ( usia >65tahun)

Merupakan demensia yang muncul setelah umur 65 tahun.Biasanya terjadi

akibat perubahan dan degenerasi jaringan otak yang diikuti dengan adanya

gambaran deteriorasi mental.


2) Demensia Prasenilis (usia <65tahun)

Merupakan demensia yang dapat terjadi pada golongan umur lebih muda

(onset dini) yaitu umur 40-50 tahun dan dapat disebabkan oleh berbagai

kondisi medis yang dapat mempengaruhi fungsi jaringan otak (penyakit

degeneratif pada sistem saraf pusat, penyebab intra kranial, penyebab

vaskular, gangguan metabolik dan endokrin, gangguan nutrisi, penyebab

trauma, infeksi dan kondisi lain yang berhubungan, penyebab toksik

(keracunan), anoksia).

c. Menurut Perjalanan Penyakit :

1) Reversibel (mengalami perbaikan)

Merupakan demensia dengan faktor penyebab yang dapat diobati. Yang

termasuk faktor penyebab yang dapat bersifat reversibel adalah

keadaan/penyakit yang muncul dari proses inflamasi (ensefalopati SLE,

sifilis), atau dari proses keracunan (intoksikasi alkohol, bahan kimia lainnya),

gangguan metabolik dan nutrisi (hipo atau hipertiroid, defisiensi vitamin B1,

B12, dll).

2) Ireversibel (Normal pressure hydrocephalus, subdural hematoma, vit.B,

Defisiensi, Hipotiroidisma, intoxikasi Pb)

Merupakan demensia dengan faktor penyebab yang tidak dapat diobati dan

bersifat kronik progresif.Beberapa penyakit dasar yang dapat menimbulkan

demensia ini adalah penyakit Alzheimer, Parkinson, Huntington, Pick,

Creutzfelt-Jakob, serta vaskular.

d. Menurut Sifat Klinis:

1) Demensia proprius

2) Pseudo-demensia
4. Etiologi Demensia

Ada berbagai macam penyakit yang menyebabkan demensia. Dalam banyak hal,

mengapa orang menderita penyakit-penyakit ini tidak diketahui. Beberapa bentuk

demensia yang paling umum adalah:

a. Demensia pada Penyakit Alzheimer adalah bentuk demensia yang paling umum,

berjumlah kira-kira dua-pertiga dari semua kasus. Penyakit ini menyebabkan

penurunan kemampuan kognitif secara berangsur-angsur, sering bermula dengan

kehilangan daya ingat. Pada penyakit ini terjadi deposit protein abnormal yang

menyebabkan kerusakan sel otak dan penurunan jumlah neuron hippokampus

yang mengatur fungsi daya ingat dan mental. Kadar neurotransmiter juga

ditemukan lebih rendah dari normal.

Gejala yang ditemukan pada penyakit Alzheimer adalah 4A yaitu:

1) Amnesia : Ketidakmampuan untuk belajar dan mengingat kembali informasi

baru yang didapat sebelumnya.

2) Agnosia : Gagal mengenali atau mengidentifikasi objek walaupun fungsi

sensorisnya masih baik.

3) Aphasia : Gangguan berbahasa yaitu gangguan dalam mengerti dan

mengutarakan kata – kata yang akan diucapkan.

4) Apraxia : Ketidakmampuan dalam melakukan aktivitas motorik walaupun

fungsi motorik masih baik (contohnya mampu memegang gagang pintu tapi

tak tahu apa yang harus dilakukannya).

b. Demensia Vaskuler merupakan penyebab kedua demensia yang terjadi pada

hampir 40% kasus. Demensia ini berhubungan dengan penyakit serebro dan

kardiovaskuler seperti hipertensi, kolesterol tinggi, penyakit jantung, diabetes, dll.

Biasanya terdapat riwayat TIA sebelumnya dengan perubahan kesadaran.


Demensia ini terjadi pada umur 50-60 tahun tetapi lebih sering pada umur 60-70

tahun. Gambaran klinis dapat berupa gangguan fungsi kognitif, gangguan daya

ingat, defisit intelektual, adanya tanda gangguan neurologis fokal, aphasia,

disarthria, disphagia, sakit kepala, pusing, kelemahan, perubahan kepribadian,

tetapi daya tilik diri dan daya nilai masih baik.

c. Penyakit Lewy body (Lewy body disease) ditandai oleh adanya Lewy body di

dalam otak. Lewy body adalah gumpalangumpalan protein alpha-synuclein yang

abnormal yang berkembang di dalam sel-sel syaraf. Abnormalitas ini terdapat di

tempat-tempat tertentu di otak, yang menyebabkan perubahan-perubahan dalam

bergerak, berpikir dan berkelakuan. Orang yang menderita penyakit Lewy body

dapat merasakan sangat naik-turunnya perhatian dan pemikiran. Mereka dapat

berlaku hampir normal dan kemudian menjadi sangat kebingungan dalam waktu

yang pendek saja. Halusinasi visual (melihat hal-hal yang tidak ada) juga

merupakan gejala yang umum.

d. Demensia Frontotemporalmenyangkut kerusakan yang berangsur-angsur pada

bagian depan (frontal) dan/atau temporal dari lobus (cuping) otak. Gejala-

gejalanya sering muncul ketika orang berusia 50-an, 60-an dan kadang-kadang

lebih awal dari itu.

5. Patofisiologi Demensia

Penyakit Alzheimer mengakibatkan sedikitnya dua pertiga kasus

demensia.Penyebab spesifik penyakit Alzheimer belum diketahui, meskipun

tampaknya genetika berperan dalam hal itu. Dr. Alois Alzheimer pertama kali

mendeskripsikan dua jenis struktur abnormal yang ditemukan pada otak mayat

penderita penyakit Alzheimer: plak amyloid dan kekusutan neurofibril. Terdapat juga

penurunan neurotransmitter tertentu, terutama asetilkolin.Area otak yang terkena


penyakit Alzheimer terutama adalah korteks serebri dan hipokampus, keduanya

merupakan bagian penting dalam fungsi kognitif dan memori.

Amyloid menyebabkan rusaknya jaringan otak.Plak amyloid berasal dari protein

yang lebih besar, protein precursor amyloid (amyloid precursor protein [APP]).

Keluarga-keluarga dengan awitan dini penyakit Alzheimer yang tampak sebagai

sesuatu yang diturunkan telah menjalani penelitian, dan beberapa di antaranya

mengalami mutasi pada gen APP-nya. Mutasi gen APP lainnya yang berkaitan dengan

awitan lambat AD dan penyakit serebrovaskular juga telah diidentifikasi. Terdapat

peningkatan risiko awitan lambat penyakit Alzheimer dengan menurunnya alel apo E4

pada kromososm 19.Simpul neurofibriler adalah sekumpulan serat-serat sel saraf yang

saling berpilin, yang disebut pasangan filament heliks.Peran spesifik dari simpul

tersebut pada penyakit ini sedang diteliti. Asetilkolin dan neurotransmitter lain

merupakan zat kimia yang diperlukan untuk mengirim pesan melewati system saraf.

Deficit neurotransmitter menyebabkan pemecahan proses komunikasi yang kompleks

diantara sel-sel pada sistem saraf. Tau adalah protein dalam cairan serebrospinal yang

jumlahnya sudah meningkat sekalipun pada penyakit Alzheimer tahap awal.Temuan-

temuan yang ada menunjukan bahwa penyakit Alzheimer dapat bermula di tingkat

selular, dengan atau menjadi penanda molecular di sel-sel tersebut.

Demensia multi-infark adalah penyebab demensia kedua yang paling banyak

terjadi.Pasien-pasien yang menderita penyakit serebrovaskular yang seperti namanya,

berkembang menjadi infark multiple di otak.Namun, tidak semua orang yang

menderita infark serebral multiple mengalami demensia.Dalam perbandingannya

dengan penyakit penderita Alzheimer, orang-orang dengan demensia multi infark

mengalami awitan penyakit yang tiba-tiba, lebih dari sekerdar deteriosasi linear pada
kognisi dan fungsi dan dapat menujukkan beberapa perbaikan diantara peristiwa-

peristiwa serebrovaskular.

Sebagian besar pasien dengan penyakit Parkinson yang menderita perjalanan

penyakit yang lama dan parah akan mengalami demensia. Pada satu studi, pasien-

pasien diamati selama 15 sampai 18 tahun setelah memasuki program pengobatan

levodopa, dan 80% diantaranya menderita demensia sedang atau parah sebelum

akhirnya meninggal dunia.

Clinical Pathway Dementia

Cedera berat, intoksikasi zat beracun, factor usia, dll.

Kerusakan sel otak

Hilangnya memori/ingatan jangka pendek


Perubahan
Kemampuan belajar menurun Proses pikir

Dementia

D. Alzheimer D. Vaskular

Peningkatan reflek tendon


Kematian sel otak yg massif kelemahan anggota gerak

Mudah lupa gangguan kognitif kelainan gaya berjalan

Tremor, Ketidakmampuan muncul gejala kurang koordinasi gerakan


Menggunakan benda neuropsikiatrik
Risiko cedera
Penurunan kemampuan perubahan nafsu agitasi
Melakukan aktifitas makan
Halusinasi kesulitan tidur
Kurang
perawatan diri Perubahan Cepat marah, Perubahan
persepsi Curiga, mudah pola tidur
Risiko
perubahan sensori Tersinggung
nutrisi lebih
dari kebutusan
Sindrom
stress
relokasi
6. Manifestasi Klinis Demensia

Tahapan Demensia

Tahap Awal Tahap Pertengahan Tahap Akhir

 Perubahan alam  Gangguan memori saat  Gangguan yang parah

perasaan atau ini dan masa lalu pada semua

kepribadian  Anomia, agnosia, kemampuan kognitif

 Gangguan penilaian apraksia, afrasia  Ketidakmampuan

dan penyelesaian  Gangguan penilaian untuk mengenali

masalah dan penyelesaian keluarga dan teman-

 Konfusi tentang tempat masalah yang parah teman

(tersesat pada saat akan  Konfusi tentang waktu  Gangguan komunikasi

ke toko) dan tempat semakin yang parah (dapat

 Konfusi tentang waktu memburuk menggerutu,

 Kesulitan dengan  Gangguan persepsi mengeluh, atau

angka, uang, dan kehilangan menggumam)

tagihan pengendalian impuls  Sedikitnya kapasitas

 Anomia ringan  Ansietas, gelisah, perawatan diri

 Menarik diri atau mengeluyur, berkeras  Inkontinensia kandung

depresi  Hiperoralitas kemih dan usus

 Kemungkinan,  Kemungkinan menjadi

kecurigaan, delusi, hiperoral dan memiliki

atau halusinasi tangan yang aktif

 Konfabulasi  Penurunan nafsu

 Gangguan kemampuan makan, disfasia dan

merawat diri yang resiko aspirasi


sangat besar  Depresi system imun

 Mulai terjadi yang menyebabkan

inkontinensia meningkatnya resiko

 Gangguan siklus tidur- infeksi

bangun  Gangguan mobilitas

dengan ilangnya

kemampuan untuk

berjalan, kaku otot,

dan paratonia

 Reflex menghisap dan

menggenggam

 Menarik diri

 Gangguan siklus tidur-

bangun, dengan

peningkatan waktu

tidur

7. Pemeriksaan Diagnostik Demensia

a. Pemeriksaan Laboratorium Rutin

Pemeriksaan laboratorium hanya dilakukan begitu diagnosis klinis demensia

ditegakkan untuk membantu pencarian etiologi demensia khususnya pada

demensia reversible, walaupun 50% penyandang demensia adalah demensia

Alzheimer dengan hasil laboratorium normal, pemeriksaan laboratorium rutin

sebaiknya dilakukan. Pemeriksaan laboratorium yang rutin dikerjakan antara lain:


pemeriksaan darah lengkap, urinalisis, elektrolit serum, kalsium darah, ureum,

fungsi hati, hormone tiroid, kadar asam folat

b. Imaging

Computed Tomography (CT) scan dan MRI (Magnetic Resonance Imaging) telah

menjadi pemeriksaan rutin dalam pemeriksaan demensia walaupun hasilnya masih

dipertanyakan.

c. Pemeriksaan EEG

Electroencephalogram (EEG) tidak memberikan gambaran spesifik dan pada

sebagian besar EEG adalah normal.Pada Alzheimer stadium lanjut dapat memberi

gambaran perlambatan difus dan kompleks periodik.

d. Pemeriksaan Cairan Otak

Pungsi lumbal diindikasikan bila klinis dijumpai awitan demensia akut,

penyandang dengan imunosupresan, dijumpai rangsangan meningen dan panas,

demensia presentasi atipikal, hidrosefalus normotensif, tes sifilis (+), penyengatan

meningeal pada CT scan.

e. Pemeriksaan Genetika

Apolipoprotein E (APOE) adalah suatu protein pengangkut lipid polimorfik yang

memiliki 3 allel yaitu epsilon 2, epsilon 3, dan epsilon 4. setiap allel mengkode

bentuk APOE yang berbeda. Meningkatnya frekuensi epsilon 4 diantara

penyandang demensia Alzheimer tipe awitan lambat atau tipe sporadik

menyebabkan pemakaian genotif APOE epsilon 4 sebagai penanda semakin

meningkat.

f. Pemeriksaan neuropsikologis

Pemeriksaan neuropsikologis meliputi pemeriksaan status mental, aktivitas sehari-

hari / fungsional dan aspek kognitif lainnya. (Asosiasi Alzheimer Indonesia,2003)


Pemeriksaan neuropsikologis penting untuk sebagai penambahan pemeriksaan

demensia, terutama pemeriksaan untuk fungsi kognitif, minimal yang mencakup

atensi, memori, bahasa, konstruksi visuospatial, kalkulasi dan problem solving.

Pemeriksaan neuropsikologi sangat berguna terutama pada kasus yang sangat

ringan untuk membedakan proses ketuaan atau proses depresi. Sebaiknya syarat

pemeriksaan neuropsikologis memenuhi syarat sebagai berikut:

1) Mampu menyaring secara cepat suatu populasi

2) Mampu mengukur progresifitas penyakit yang telah diindentifikaskan

demensia.

Sebagai suatu esesmen awal pemeriksaan Status Mental Mini (MMSE) adalah test

yang paling banyak dipakai. (Asosiasi Alzheimer

Indonesia,2003 ;Boustani,2003 ;Houx,2002 ;Kliegel dkk,2004) tetapi sensitif

untuk mendeteksi gangguan memori ringan. (Tang-Wei,2003)

g. Pemeriksaan status mental MMSE Folstein adalah test yang paling sering dipakai

saat ini, penilaian dengan nilai maksimal 30 cukup baik dalam mendeteksi

gangguan kognisi, menetapkan data dasar dan memantau penurunan kognisi

dalam kurun waktu tertentu. Nilai di bawah 27 dianggap abnormal dan

mengindikasikan gangguan kognisi yang signifikan pada penderita berpendidikan

tinggi.(Asosiasi Alzheimer Indonesia,2003).

Penyandang dengan pendidikan yang rendah dengan nilai MMSE paling rendah

24 masih dianggap normal, namun nilai yang rendah ini mengidentifikasikan

resiko untuk demensia. (Asosiasi Alzheimer Indonesia,2003). Pada penelitian

Crum R.M 1993 didapatkan median skor MMSE adalah 29 untuk usia 18-24

tahun, median skor 25 untuk yang > 80 tahun, dan median skor 29 untuk yang

lama pendidikannya >9 tahun, 26 untuk yang berpendidikan 5-8 tahun dan 22
untuk yang berpendidikan 0-4 tahun.Clinical Dementia Rating (CDR) merupakan

suatu pemeriksaan umum pada demensia dan sering digunakan dan ini juga

merupakan suatu metode yang dapat menilai derajat demensia ke dalam beberapa

tingkatan. (Burns,2002). Penilaian fungsi kognitif pada CDR berdasarkan 6

kategori antara lain gangguan memori, orientasi, pengambilan keputusan, aktivitas

sosial/masyarakat, pekerjaan rumah dan hobi, perawatan diri.Nilai yang dapat

pada pemeriksaan ini adalah merupakan suatu derajat penilaian fungsi kognitif

yaitu; Nilai 0, untuk orang normal tanpa gangguan kognitif. Nilai 0,5, untuk

Quenstionable dementia. Nilai 1, menggambarkan derajat demensia ringan, Nilai

2, menggambarkan suatu derajat demensia sedang dan nilai 3, menggambarkan

suatu derajat demensia yang berat. (Asosiasi Alzheimer Indonesia,2003,

Golomb,2001)

8. Komplikasi Demensia

a. Peningkatan risiko infeksi di seluruh bagian tubuh :

1) Ulkus Dekubitus

2) Infeksi saluran kencing

3) Pneumonia

b. Thromboemboli, infark miokardium.

c. Kejang

d. Kontraktur sendi

e. Kehilangan kemampuan untuk merawat diri

f. Malnutrisi dan dehidrasi akibat nafsu makan kurang dan kesulitan menggunakan

peralatan

g. Kehilangan kemampuan berinteraksi

h. Harapan hidup berkurang


B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Demensia

a. Pengkajian
Indentitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa/latar belakang
kebudayaan, status sipil, pendidikan, pekerjaan dan alamat.
b. Keluhan utama
Keluhan utama atau sebab utama yang menyebabkan klien datang berobat. Gejala
utamanya adalah kesadaran menurun.
c. Pemeriksaan fisik
Kesadaran yang menurun dan sesudahnya terdapat amnesia. Tekanan darah
menurun, takikardia, febris, BB menurun karena nafsu makan yang menurun dan
tidak mau makan.
d. Spiritual
Keyakinan klien terhadap agaman dan keyakinan masih kuat tetapi tidak atau
kurang mampu dalam melaksanakan ibadahnya sesuai dengan agama dan
kepercayaannya.
e. Status mental
Penampilan klien tidak rapi dan tidak mampu untuk merawat dirinya sendiri,
pembicaraan keras, cepat dan koheren, aktivitas motorik dan perubahan motorik
dapat dimanifestasikan adanya peningkatan kegiatan motorik, gelisah, impulsif.
f. Alam perasaan
Klien tampak ketakuan dan putus asa
g. Afek dan emosi
Perubahan afek terjadi karena klien berusaha membuat jarak dengan perasaan
tertentu, jika langsung mengalami perasaan tersebut dapat menimbulkan ansietas.
Keadaan ini menimbulkan perubahan afek yang digunakan klien untuk
melindungi dirinya, karena afek yang telah berubah klien mengingkari dampak
emosional yang menyakitkan dari lingkungan eksternal. Respon emosional klien
mungkin biasa dan tidak sesuai karena datang dari kerangka pikir yang telah
berubah. Perubahan afek adalah tumpul, datar, tidak sesuai dan berlebihan.
h. Persepsi
Persepsi melibatkan proses berpikir dan pemahaman emosional terhadap suatu
objek. Perubahan persepsi dapat terjadi padaa satu atau lebih panca indera yaitu
pendengaran, penglihatan, perabaan, penciuman dan pengecapan. Perubahan
persepsi dapat ringan, sedang, dan berat atau berkepanjangan. Perubahan persepsi
yang paling sering ditemukan adalah halusinasi
i. Proses berpikir
Klien yang terganggu pikirannya suka berperilaku kohern, tindakannya cenderung
berdasarkan penilaian pribadi klien terhadap realitas yang tidak sesuai dengan
penilaian umum. Penilaian realitas secara pribadi oleh klien merupakan penilaian
subjektif yang dikaitkan dengan orang, benda atau kejadian yang tidak logis.
Penilaian autistik, klien tidak menelaah ulang kebenaran realitas. Pemikiran
autistik dasar perubahan proses pikir yang dapat dimanifestasikan dengan
pemikiran primitif, hilangnya asosiasi, pemikiran magis, delusi.
j. Tingkat kesadaran
Kesadaran umum klien bingung, disorientasi waktu, tempat dan orang
1. Memori : gangguan daya ingat sudah lama terjadi
2. Tingkat konsentrasi : klien tidak mampu berkonsentrasi
3. Kemampuan penilaian : gangguan dalam penilaian atau keputusan
k. Kebutuhan sehari – hari
1. Tidur : klien susah tidur karena cemas, gelisah. Kadang – kadang terbangun
tengah malam dan susah untuk tidur kembali. Tidur yang terganggu di tengah
malam sehingga klien tidak merasakan segar dipagi hari.
2. Selera makan : klien tidak mempunyai selera makan atau makan hanya sedikit,
karena merasa putus asa dan tidak berharga, aktivitas terbatas sehingga dapat
terjadi penurunan berat badan.
3. Eliminasi : klien terganggu pada proses buang air kecil, kadang – kadang lebih
sering daripada biasanya, karena susah tidur dan stres. Dapat juga terjadi
konstipasi karena pola makan yang terganggu.
l. Mekanisme koping
Klien mengurangi kontak mata, memakai kata – kata yang cepat dan keras dan
menutup diri

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Gangguan Persepsi Sensori berhubungan dengan usia lanjut

b. Koping Tidak Efektif berhubungan dengan kerentanan personalitas

c. Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan gangguan neuromuskuler


D. INTERVENSI KEPERAWATAN

a. Gangguan Persepsi Sensori berhubungan dengan usia lanjut

Kriteria hasil (SLKI) : Persepsi Sensori

Kriteria Hasil 1 2 3 4 5

Verbalisasi mendengar 

bisikan

Distorsi sensori 

Perilaku Halusinasi 

Keterangan

1. Meningkat

2. Cukup Meningkat

3. Sedang

4. Cukup Menurun

5. Menurun

Intervensi SIKI : Manajemen Halusinasi

 Observasi:

1. Monitor dan sesuaikan tingkat aktivitas dan stimulasi lingkungan

 Teraupetik

2. pertahankan lingkungan yang aman

3. diskusikan perasaan dan respons terhadap halusinasi

4. hindari perdebatan tentang validitas halusinasi

 Edukasi

5. anjurkan memonitor sendiri situasi terjadinya halusinasi


6. anjurkan bicara pada orang yang dipercaya untuk memberi

dukungan dan umpan balik korektif terhadap halusinasi

7. anjurkan melakukan distraksi (mis. mendengarkan

music,melakukan aktivitas dan teknik relaksasi)

8. anjarkan pasien dan keluarga cara mengontrol halusinasi

 Kolaborasi

9. kolaborasi pemberian obat antipsikotik dan antiansietas,jika perlu

b. Koping Tidak Efektif berhubungan dengan kerentanan personalitas

Kriteria hasil (SLKI) : Status Koping

Kriteria Hasil 1 2 3 4 5

Kemampuan memenuhi 

peran sesuai usia

Perilaku koping adaptif 

Perilaku asertif 

Keterangan

1. Menurun

2. Cukup Menurun

3. Sedang

4. Cukup Meningkat

5. Meningkat

SIKI : Promosi Koping

 Observasi:

1. Identifikasi kegiatan jangka pendek dan panjang sesuai tujuan

2. identifikasi kemampuan yang dimiliki


3. identifikasi pemahaman proses penyakit

4. identifikasi kebutuhan dan keinginan terhadap dukungan sosial

 Teraupetik

5. diskusikan perubahan peran yang dialami

6. gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan

7. berikan pilihan realistis mengenai aspek-aspek tertentu dalam

perawatan

8. motivasi terlibat dalam kegiatan sosial

 Edukasi

9. anjurkan menjalin hubungan yang memiliki kepentingan dan

tujuan sama

10. anjurkan penggunaan spiritual,jika perlu

11. anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi

12. anjurkan keluarga terlibat

13. latih penggunaan teknik relaksasi

c. Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan gangguan neuromuskuler

Kriteria hasil (SLKI) : Perawatan diri

Kriteria Hasil 1 2 3 4 5

Verbalisasi keinginan 

melakukan perawatan

diri

Kemampuan BAK dan 

BAB

Kemampuan mandi 
Keterangan

1. Menurun

2. Cukup Menurun

3. Sedang

4. Cukup Meningkat

5. Meningkat

Intervensi SIKI : Dukungan perawatan diri

 Observasi:

1. identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri sesuai usia

2. monitor tingkat kemandirian

3. identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan

diri,berpakaian,berhias,dan makan

 Teraupetik

4. fasilitasi untuk menerima keadaan ketergantungan

5. fasilitasi kemandirian,bantu jika tidak mampu melakukan

perawatan diri

6. jadwalkan rutinitas perawatan diri

 Edukasi

7. anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai

kemampuan
9. Penatalaksanaan Medis Demensia

a. Farmakoterapi

Sebagian besar kasus demensia tidak dapat disembuhkan.

1) Untuk mengobati demensia alzheimer digunakan obat - obatan antikoliesterase

seperti Donepezil, Rivastigmine, Galantamine, Memantine

2) Dementia vaskuler membutuhkan obat-obatan anti platelet seperti Aspirin,

Ticlopidine, Clopidogrel untuk melancarkan aliran darah ke otak sehingga

memperbaiki gangguan kognitif.

3) Demensia karena stroke yang berturut-turut tidak dapat diobati, tetapi

perkembangannya bisa diperlambat atau bahkan dihentikan dengan mengobati

tekanan darah tinggi atau kencing manis yang berhubungan dengan stroke.

4) Jika hilangnya ingatan disebabakan oleh depresi, diberikan obat anti-depresi

seperti Sertraline dan Citalopram.

5) Untuk mengendalikan agitasi dan perilaku yang meledak-ledak, yang bisa

menyertai demensia stadium lanjut, sering digunakanobat anti-psikotik

(misalnya Haloperidol, Quetiapine dan Risperidone). Tetapi obat ini kurang

efektif dan menimbulkan efek samping yang serius. Obat anti-psikotik efektif

diberikan kepada penderita yang mengalami halusinasi atau paranoid.

b. Dukungan atau Peran Keluarga

1) Mempertahankan lingkungan yang familiar akan membantu penderita tetap

memiliki orientasi. Kalender yang besar, cahaya yang terang, jam dinding

dengan angka-angka yang besar atau radio juga bisa membantu penderita tetap

memiliki orientasi.
2) Menyembunyikan kunci mobil dan memasang detektor pada pintu bisa

membantu mencegah terjadinya kecelekaan pada penderita yang senang

berjalan-jalan.

3) Menjalani kegiatan mandi, makan, tidur dan aktivitas lainnya secara rutin, bisa

memberikan rasa keteraturan kepada penderita.

4) Memarahi atau menghukum penderita tidak akan membantu, bahkan akan

memperburuk keadaan.

5) Meminta bantuan organisasi yang memberikan pelayanan sosial dan

perawatan, akan sangat membantu.

c. Terapi Simtomatik

Pada penderita penyakit demensia dapat diberikan terapi simtomatik, meliputi :

1) Diet

2) Latihan fisik yang sesuai

3) Terapi rekreasional dan aktifitas

4) Penanganan terhadap masalah-masalah


DAFTAR PUSTAKA

Stanley, Mickey. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC

http://hanifsakala.blogspot.co.id/2013/03/asuhan-keperawatan-gerontik-pada-lansia.html

http://lpkeperawatan.blogspot.co.id/2014/01/aporan-pendahuluan-demensia.html

http://nursingbegin.com/asuhan-keperawatan-gerontik-pada-lansia-dengan-demensia/

https://www.academia.edu/11691943/

LAPORAN_PENDAHULUAN_PADA_PASIEN_DENGAN_DEMENSIA_askep_2003

https://www.fightdementia.org.au/files/helpsheets/Helpsheet-AboutDementia01-

WhatIsDementia_indonesian.pdf

PPNI.2018.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi Dan Tindakan

Keperawatan Edisi 1 .Jakarta :DPP PPNI

PPNI.2018.Standar luaran Keperawatan Indonesia : Definisi Dan Kriterian Hasil

Keperawatan Edisi 1 .Jakarta :DPP PPNI

PPNI.2018.Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia : Definisi Dan Indikator Diagnostik

Keperawatan Edisi 1 . Jakarta : DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai