a). Etiologi
2. Proses pikir yang tidak tertata, misalnya tidak relevan atau inkoheren.
Pengkajian
1. Faktor Predisposisi
Penyebab :
- Gangguan fungsi susunan saraf pusat
- Gangguan pengiriman nutrisi
- Ganggua peredaran daraha.
a. Penuaan
• Kumulatif degeneratif jaringan otak = penuaan
• Racun dalam jaringan otak
• Kimia toksik/logam berat = Respon kognitif maladaptif
b. Neurobiologi
• Penyakit Alzheimer’s
• Gangguan metabolik :
- Penyakit lever kronik,
- GGK
- Devisit vitamin
- Malnutrisi
• Anorexia nervosa
• Bulimia nervosa
c. Genetik :
Penyakit otak degeneratif herediter ( Huntington’s Chorea)
2. Stressor Presipitasia.
a. Hipoksia :
- Anemia hipoksik
- Histotoksik hipoksia
- Hipoksemia hipopoksik
b. Gangguan metabolisme
- Hipotiroidisme
- Hipertiroidisme
- Hipoglikemia
c. Racun, Infeksi
- Gagal ginjal
- Syphilis
d. Perubahan Struktur
- Tumor
- Stimulasi berlebih
Penerangan dan aktifitas di ICU yang konstan = bingung, delusi, halusinasi3. PerilakuDelirum:
Suatu keadaan proses pikir yang terganggu, ditandai dengan: Gangguan perhatian,memori,
pikiran dan orientasi.Demensia: Suatu keadaan respon kognitif maladaptif yang ditandai
dengan hilangnyakemampuan intelektual/ kerusakan memori, penilaian, berpikir
abstrak.Insomnia: Insomnia/sulit tidur adalah masalah yang lazim dialami lansia; sleep-
maintenanceinsomnia adalah kondisi terkait umur dan membuat penderitanya lemah (Bootzin,
Engle-Friedman, dan Hazelwood).
a. Delirium
Delirium adalah diagnosis klinis, gangguan otak difus yang dikarasteristikkan dengan
variasi kognitif dan gangguan tingkah laku. Delirium ditandai oleh gangguan kesadaran,
biasanya terlihat bersamaan dengan fungsi gangguan kognitif secara global. Kelainan mood,
persepsi dan perilaku adalah gejala psikiatrik yang umum; tremor, asteriksis, nistagmus,
inkoordinasi dan inkontinensia urin merupakan gejala neurologis yang umum.
Terdapat 3 tipe delirium, yaitu:
1. Delirium hiperaktif: didapatkan pada pasien dengan gejala putus substansi antara lain;
alkohol,amfetamin,lysergic acid diethylamide atau LSD.
2. Delirium hipoaktif: didapatkan pada pasien pada keadaan hepatic encephalopathy dan
hipercapnia.
3. Delirium campuran: pada pasien dengan gangguan tidur, pada siang hari mengantuk tapi pada
malam hari terjadi agitasi dan gangguan sikap.
b. Demensia
Istilah demensia itu berasal dari bahasa asing emence yang pertama kali dipakai oleh Pinel
(1745 - 1826). Pikun sebagaimana orang awam mengatakan merupakan gejala lupa yang terjadi
pada orang lanjut usia. Pikun ini termasuk gangguan otak yang kronis. Biasanya (tetapi tidak
selalu) berkembang secara perlahan-lahan, dimulai dengan gejala depresi yang ringan atau
kecemasan yang kadang-kadang disertai dengan gejala kebingungan, kemudian menjadi parah
diiringi dengan hilangnya kemampuan intelektual yang umum atau demensia. Jadi istilah pikun
yang dipakai oleh kebanyakan orang, terminologI ilmiahnya adalah demensia. (Schaei &
Willis, 1991). Jabaran demensia sekarang adalah "kehilangan kemampuan kognisi yang
sedemikian berat hingga mengganggu fungsi sosial dan pekerjaan". (dalam Kusumoputro,
2006).
c. Insomnia
Insomnia adalah suatu gangguan tidur yang dialami oleh penderita dengan gejala-gejala
selalu merasa letih dan lelah sepanjanng hari dan secara terus menerus (lebih dari sepuluh hari)
mengalami kesulitan untuk tidur atau selalu terbangun ditengah malam dan kembali tidur
(Sinar Harapan, 2002). Insomnia itu sendiri berkaitan dengan kesulitan memasuki tidur,
melanjutkan tidur dan sering terbangun di tangah malam. Penyebab insomnia ada 2 faktor yaitu
gangguan fisik dan gangguan psikis, faktor fisik misalnya terserang flu yang menyebabkan
kesulitan tidur sedangkan faktor psikis adalah stress, cemas dan depresi (Galih, 2006).
Menurut luckman (1997) pada lansia akan terjadi penurunan berat, isi cairan dan aliran
otak, peningkatan ukuran vertikel serta penebalan korteks otak, pada spinal cord terjadi
penurunan reaksi dan terjadi perlambatan simpatik yang mengakibatkan penurunan pola tidur.
Lansia yang tinggal sendiri atau adanya rasa ketakutan yang dieksaserbasi pada malam hari
dapat menyebabkan tidak bisa tidur. Insomnia kronik dapat menyebabkan penurunan mood
(risiko depresi dan kecemasan (anxietas)), menurunkan motivasi, atensi, energi, dan
konsentrasi, serta menimbulkan rasa malas. Kualitas hidup berkurang dan menyebabkan lansia
tersebut lebih sering menggunakan fasilitas kesehatan (Amir, 2007).
Daftar pustaka
- Widyastuti, Ketut, Mahasena, 2017, DELIRIUM, Denpasar.
- Hartati, Sri, and Costrie Ganes Widayanti. "Clock drawing: Asesmen untuk demensia
(Studi deskriptif pada orang lanjut usia di kota Semarang)." Jurnal Psikologi 7.1
(2010): 1-10.
- Wiyono, Wahyu. Hubungan Antara Tingkat Kecemasan dengan Kecenderungan
Insomnia pada Lansia di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta. Diss. Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 2009.