Anda di halaman 1dari 12

Tugas Kelompok

E-Learning Keperawatan Gerontik


Disampaikan oleh: Setho Hadisuyatmana S.Kep., Ns., M.NS (CommHlth&PC)

SGD 4
KELAS A1 – 2016
1. Adelia Dwi Lailyvira R. (131611133005)
2. Nabila Hanin L. (131611133011)
3. Listya Ernissa (131611133017)
4. Arinda Naimatuz (131611133024)
5. Angga Kresna (131611133030)
6. Elin Nur Anisa (131611133037)
7. Kusnul Oktania (131611133043)
8. Mudrika Novita Sari (131611133050)

“PERAN PERAWAT DALAM PELAYANAN KESEHATAN LANJUT

USIA”

1. Apa yang dimaksud dengan community-based geriatric service, hospital-based


community geriatric service, dan hospital-based geriatric service?
Community-based geriatric service adalah pelayanan kesehatan lansia berbasis
komunitas. Di India, Community-based geriatric service telah diterapkan dengan latar
belakang bahwa proses dan kekhawatiran penuaan bervariasi di berbagai wilayah, lintas
negara, lintas provinsi, dan kabupaten, serta lintas kelompok penduduk, tergantung pada
latar demografis, perkembangan sosial ekonomi, dan praktik budaya dan tradisional.
Keunikan proses penuaan ini memengaruhi kehidupan sosial dan ekonomi orang-orang
dan menjadikan perawatan penuaan sebagai masalah komunitas. Maka dari itu di India
terdapat ketentuan untuk perumahan lansia, sistem perawatan domisiliar, teknologi
komunikasi dan segera dapat menjembatani kesenjangan antar generasi. Dukungan
sukarela berbasis masyarakat untuk pengasuhan lansia dan sistem pendukung formal yang
layak terutama bagi mereka yang menderita penyakit kronis dan cacat mungkin mengatasi
masalah ini.
Hospital-based community geriatric service telah diterapkan di India, yaitu
menurut Mossey et al., (1989) mengusulkan langkah-langkah untuk penilaian dan
manajemen kasus ke perawatan dokter untuk lansia yaitu metode yang ditetapkan untuk
menilai kesesuaian antara kebutuhan dan permintaan, konsensus tentang pendekatan
pengobatan yang dapat diterima untuk penyakit tertentu, sindrom atau kombinasi dan
mekanisme untuk mengklasifikasikan individu sesuai dengan pemanfaatan layanan
kesehatan. Dalam program pemberian layanan kesehatan berbasis masyarakat seperti itu,
sangat penting untuk mengidentifikasi orang-orang yang cenderung menjadi pengguna
yang konsisten, mengevaluasi pola penggunaan dan menawarkan perawatan yang lebih
tepat dan hemat biaya.
Hospital-based geriatric service adalah sebuah pelayanan berbasis geriatri, seperti
yang ada di RSUD Dr. Soetomo. Dalam RSUD Dr. Soetomo tersedia pelayanan Poli
Geriatri yang difungsikan sebagai pelayanan berfokus pada lansia, sebab terjadi banyak
perubahan pada lansia, sehingga lansia tidak perlu antre lebih lama untuk memeriksakan
keadaanya.
Daftar Pustaka:
Salam, A. A., 2010. Community based Geriatric care in India: A perspective. Bold:
quarterly journal of the International Institute on Aging (United Nations - Malta),
21(1), pp. 2-32.

a. Bagaimanakah bentuk riil implementasi konsep tersebut?


1) Community-Based Geriatric Service
Layanan berbasis komunitas dapat sangat berguna bagi individu lanjut
usia. Layanan untuk orang yang lebih tua dapat mencakup banyak bidang, salah
satunya adalah dukungan sosial. Dukungan sosial harus mencakup lebih dari
kehadiran fisik atau percakapan dan layanan dukungan sosial harus berisi
kegiatan berkualitas untuk bersosial dan berinteraksi diantara orang lanjut usia.
Hal ini dapat diwujudkan melalui wadah pelayanan dan aktivitas secara
berkelompok dan bersama-sama melalui Senior Center.
Kegiatan dan fasilitas pada Senior Center bisa berupa (Hannon K, 2015,
Kristina, 2009, Elizabeth B, 2013):
 Menulis jurnal
 Pembacaan dan cerita buku favorite
 Latihan kelompok
 Kelompok bernyanyi
 Program kesehatan (seperti yoga)
 Seni/kegiatan humaniora
 Program antargenerasi
Senior center adalah salah satu wahana untuk lansia mempertahankan
kehidupan agar tetap sehat, aktif dan produktif. Kegiatan ini sebaiknya difasilitasi
oleh Pemerintah sesuai dengan Undang-Undang dengan peran lintas sector untuk
kebersinambungannya.
2) Hospital-Based Community Geriatric Service
Salah satu layanan komunitas berbasis rumah sakit adalah Home Care.
Home Care adalah sarana bagi orang yang membutuhkan perawatan terus
menerus dan mengalami kesulitan yang signifikan mengatasi kegiatan yang
diperlukan sehari-hari dengan menyediakan tenaga dokter, perawat, tim medis
lain dalam membantu pelayanan kesehatan di rumah. Kegiatan yang dapat
dilakukan seperti perawatan dan rehabilitasi.
 Acute Care adalah pelayanan kesehatan sekunder dimana pasien menerima
pengobatan jangka pendek aktif tetapi untuk cedera parah atau episode
penyakit, kondisi medis yang mendesak atau selama pemulihan operasi.
 Chronic Care adalah perawatan kronis yang mengacu pada perawatan medis
terhadap penyakit jangka panjang, seperti diabetes, hipertensi dan depresi.
 Paliative/Hospice Care adalah untuk membantu orang dengan penyakit
terminal atau tahap akhir. Perawatan paliatif juga membantu mengatasi
emosional, sosial, praktis dan spiritual dan meningkatkan kualitas hidup.
 Nutritional and Meal Delivery digunakan untuk memenuhi problematika
nutrisi lanjut usia, seperti kegiatan cooking class yang melibatkan lanjut usia
untuk membuat menu yang diinginkan.
3) Hospital-Based Geriatric Service
 Poliklinik Geriatri adalah tempat pelayanan yang mengadakan pemeriksaan
menyeluruh, tindakan pengobatan sederhana dan konsultasi bagi penderita
rawat jalan, baik di masyarakat, puskesmas maupun antarklinik. Tenaga
minimal yang dibutuhkan adalah dokter umum atau dokter ahli penyakit
dalam yang telah mendapat kursus geriatri, perawat dan petugas sosial
medik.
 Bangsal geriatri akut adalah merawat pasien lanjut usia yang mempunyai
penyakit akut atau semi-akut. Tindakan yang dilakukan adalah asessment,
tindakan pengobatan dan rehabilitasi secepat mungkin setelah keadaannya
memungkinkan.
 Bangsal geriatri kronik adalah merawat pasien lanjut usia dengan penyakit
kronis yang memerlukan rawat inap dalam jangka waktu lama dan karenanya
memerlukan biaya yang tinggi.
Daftar Pustaka:
Handayani, S. M., Sudiro, S., & Margawati, A. (2016). Analisis Strategi Pelayanan
Geriatri Berbasis Rumah Sakit dengan Menggunakan Value Chain di Rumah
Sakit Islam Kendal. Jurnal Manajemen Kesehatan Indonesia, 4(1), 51-57.
Pranarka, K. (2006). Penerapan geriatrik kedokteran menuju usia lanjut yang sehat.
Universa Medicina, 25(4), 187-197.
Sunarti, S., & Ramadhan, R. (2018). Pusat Layanan Integratif Lansia di Masyarakat
(Senior Center). Saintika Medika, 14(1).

b. Di setting apasajakah konsep tersebut dapat dilaksanakan?


1) Pelayanan kesehatan usia lanjut berbasis rumah sakit (hospital based geriatric
services), karena pada dasarnya RS merupakan pusat atau tempat rujukan dari
pelayanan kesehatan dasar usia lanjut. Oleh karena itu pelayanan di rumah sakit ini
seharusnya menyelenggarakan dan menyediakan semua jenis upaya pelayanan
kesehatan, mulai dari promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, dengan sarana
dan sumberdaya manusia yang lengkap. Tentu saja tergantung dari kelas rumah
sakit, berbagai pelayanan tersebut bisa dilaksanakan tergantung dari kemampuan
serta dana yang tersedia.
2) Pelayanan kesehatan usia lanjut oleh masyarakat berbasis rumah sakit (hospital
based community geriatric services), di mana pusat-pusat pelayanan kesehatan usia
lanjut di RS bertindak sebagai konsultan terhadap pelayanan usia lanjut di
masyarakat, dan dengan penuh tanggung jawab mengikuti keadaan usia lanjut yang
sebelumnya dirawat atau mendapat pelayanan di RS tersebut. Termasuk dalam
upaya kesehatan usia lanjut ini adalah pelayanan di luar rumah sakit, berupa
pembinaan oleh institusi yang lebih tinggi terhadap institusi yang lebih rendah di
wilayah kerjanya dalam kegiatan rujukan timbal balik.
3) Pelayanan kesehatan usia lanjut berbasis masyarakat (community based geriatric
services), yaitu pelayanan dari masyarakat untuk masyarakat, sehingga masyarakat
sendiri diikutsertakan dalam pelayanan kesehatan usia lanjut, tentu saja setelah
diberi tambahan pengetahuan secukupnya. Semisal di poliklinik geriatri yang
memberikan jasa mengadakan pemeriksaan secara menyeluruh, tindakan
pengobatan seerhana dan konsultasi bagi penderita rawat jalan, baik di
masyarakat,puskesmas, maupun antar poliklinik.
Sumber Pustaka:
Pranarka, K. (2006). Penerapan geriatrik kedokteran menuju usia lanjut yang
sehat. Universa Medicina, 25(4), 187-197.

2. Bagaimanakah konsep pelayanan dan pemanfaatan posyandu lansia dilaksanakan di


Indonesia?
1) Konsep Pelayanan
a) Pengertian Posyandu Lansia
Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan
kesehatan dan keluarga berencana. Kegiatan posyandu adalah perwujudan dari
peran serta masyarakat dalam menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan
mereka. posyandu lansia adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan
pelayanan kesehatan oleh masyarakat dan untuk masyarakat yang mempunyai
nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia khususnya lanjut usia
(Depkes, 2000).
b) Tujuan Posyandu Lansia
Adapun tujuan dari dibentuknya posyandu lansia menurut Azrul (1998), yaitu :
 memelihara kondisi kesehatan dengan aktifitas fisik sesuai kemampuan dan
aktifitas mental yang mendukung
 memelihara kemandirian secara maksimal
 melaksanakan diagnosa dini secara tepat dan memadai
 melaksanakan pengobatan secara tepat
 membina lansia dalam bidang kesehatan fisik spiritual
 sebagai sarana untuk menyalurkan minat lansia
 meningkatkan rasa kebersamaan diantara lansia
 meningkatkan kemampuan lansia untuk mengembangkan kegiatan kesehatan
dan kegiatan - kegiatan lain yang menunjang sesuai dengan kebutuhan
c) Sasaran
Sasaran penyelenggara posyandu lansia adalah seluruh penduduk yang
berusia 60 tahun keatas (Depkes, 2000)
d) Manfaat Posyandu Lansia
Menurut Depkes RI (2000), manfaat dari posyandu lansia adalah :
 Kesehatan fisik usia lanjut dapat dipertahankan tetap bugar
 Kesehatan rekreasi tetap terpelihara
 Dapat menyalurkan minat dan bakat untuk mengisi waktu luang
e) Upaya-upaya yang dilakukan dalam posyandu lansia, antara lain:
 Upaya meningkatkan / promosi kesehatan Upaya meningkatkan kesehatan
promotif pada dasarnya merupakan upaya mencegah primer (primary
prevention). Menurut Suyono (1997), ada beberapa tindakan yang
disampaikan dalam bentuk pesan “BAHAGIA” yaitu:
 Berat badan berlebihan agar dihindari dan dikurangi
 Aturlah makanan hingga seimbang
 Hindari faktor resiko penyakit degeneratif
 Agar terus berguna dengan mempunyai hobi yang bermanfaat
 Gerak badan teratur agar terus dilakukan
 Iman dan takwa ditingkatkan, hindari dan tangkal situasi yang
menegangkan
 Awasi kesehatan dengan memeriksa badan secara periodik
 Peningkatan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, meliputi kegiatan
peningkatan keagamaan (kegiatan doa bersama). Peningkatan ketakwaan
berupa pengajian rutin satu bulan sekali. Kegiatan ini memberikan
kesempatan mewujudkan keinginan lanjut usia yang selalu berusaha terus
memperkokoh iman dan takwa
 Peningkatan kesehatan dan kebugaran lanjut usia meliputi:
 Pemberian pelayanan kesehatan melalui klinik lanjut usia
 Kegiatan pelayanan kesehatan dengan cara membentuk suatu pertemuan
yang diadakan disuatu tempat tertentu atau cara tertentu misalnya
pengajian rutin, arisan pertemuan rutin, mencoba memberikan
pelayanan kesehatan yang bersifat sederhana dan dini.
 Penyuluhan gizi
 Penyuluhan tentang tanaman obat keluarga
 Latihan fisik dapat memberikan pengaruh baik terhadap tingkat
kemampuan fisik seseorang, apabila dilakukan secara baik dan benar.
Jenis olah raga yang bisa dilakukan dalam kegiatan posyandu lansia
adalah pekerjaan rumah, berjalan-jalan, jogging atau berlari-lari,
berenang, bersepeda, bentuk-bentuk lain seperti tenis meja dan tenis
lapangan
 Rekreasi
 Peningkatan ketrampilan
Kesenian, hiburan rakyat dan rekreasi merupakan kegiatan yang
sangat diminati oleh lanjut usia. Kegiatan yang selalu bisa mendatangkan
rasa gembira tersebut tidak jarang menjadi obat yang sangat mujarab
terutama bagi lansia yang kebetulan anak cucunya bertempat tinggal jauh
darinya atau usia lanjut yang selalu berusaha terus memperkokoh iman dan
takwa. Peningkatan ketrampilan untuk lansia meliputi:
 Demontrasi ketrampilan lansia membuat kerajinan
 Membuat kerajinan yang berpeluang untuk dipasarkan
 Latihan kesenian bagi lansia
 Upaya pencegahan/prevention Masing-masing upaya pencegahan dapat
ditunjukkan kepada:
 Upaya pencegahan primer (primary prevention) ditujukan kepada lanjut
usia yang sehat, mempunyai resiko akan tetapi belum menderita
penyakit
 Upaya pencegahan sekunder (secondary prevention) ditujukan kepada
penderita tanpa gejala, yang mengidap faktor resiko. Upaya ini
dilakukan sejak awal penyakit hingga awal timbulnya gejala atau
keluhan
 Upaya pencegahan tertier (tertiery prevention) ditujukan kepada
penderita penyakit dan penderita cacat yang telah memperlihatkan gejala
penyakit.
f) Penyelenggaraan Posyandu Lansia
Penyelenggaraan posyandu lansia dilaksanakan oleh kader kesehatan
yang terlatih, tokoh dari PKK, tokoh masyarakat dibantu oleh tenaga kesehatan
dari puskesmas setempat baik seorang dokter bidan atau perawat Menurut
Budiono (1997), penyelengaraan posyandu lansia dilakukan dengan sistem 5
meja meliputi:
 Meja satu untuk pendaftaran
 Meja dua untuk penimbangan
 Meja tiga untuk pengisian kartu menuju sehat (KMS) lanjut usia
 Meja empat untuk penyuluhan, penyuluhan disini dapat dilaksanakan secara
perorangan maupun secara kelompok
 Meja lima untuk pelayanan kesehatan yang meliputi pengukuran tekanan
darah dan pemeriksaan fisik
2) Pemanfaatan Posyandu Lansia
Faktor utama yang mendorong pemanfaatan posyandu lansia adalah dorongan
petugas kesehatan, kader, anak, teman sebaya dan tokoh masyarakat. Rasa ingin tahu
tentang kegiatan di posyandu dan motivasi untuk menjaga kesehatan, mendorong
mereka melakukan pemeriksaan secara rutin.
Hambatan yang dialami dalam memanfaatkan posyandu lansia meliputi tidak
bisa meninggalkan pekerjaan dan letak posyandu yang jauh dari tempat tinggal.
Adapun alasan tidak memanfaatkan posyandu lansia dengan maksimal, antara lain:
a) kurang percaya terhadap pelayanan yang diberikan oleh bukan tenaga dokter
b) tidak dapat meninggalkan pekerjaan
c) obat yang diberikan tidak dapat mengatasi masalah kesehatan mereka
d) anggapan kegiatan posyandu lansia hanya untuk lansia perempuan
e) pengalaman buruk anggota keluarga ketika memanfaatkan pelayanan kesehatan
modern.
Daftar Pustaka:
Mulyadi, Y. (2009). Pemanfaatan posyandu lansia di Kota Pariaman. Kesmas: National
Public Health Journal, 3(5), 224-228.
Wahono, H. (2010). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemanfaatan Posyandu
Lansia Di Gantungan Makamhaji (Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Surakarta).
Setyatama, I. P. (2012). Hubungan Pengetahuan dan Motivasi Kader dengan Peran Kader
Posyandu Lansia di Desa Kangkung Kecamatan Mranggen Kabupaten
Demak. Jurnal Dinamika Kebidanan, 2(2).

a. Bagaimanakah sistem Posyandu Lansia yang diselenggarakan di Indonesia?


Terdapat beberapa kategori pada penyelenggara poslan, yaitu terdiri dari
pelaksana kegiatan dan pengelola poslan. Pelaksana kegiatan merupakan anggota
masyarakat yang telah dilatih menjadi kader kesehatan setempat di bawah bimbingan
puskesmas. Pengelola poslan adalah pengurus yang dibentuk oleh ketua RW yang
berasal dari kader PKK, tokoh masyarakat formal dan informal serta kader kesehatan
yang ada di wilayah tersebut (Departemen Kesehatan RI, 2006)
Sistem Pelayanan yang diselenggarakan dalam posyandu lansia tergantung
pada mekanisme dan kebijakan pelayanan kesehatan suatu wilayah kabupaten
maupun kota penyelenggara. Ada yang menyelanggarakan posyandu lansia sistem 5
(lima) meja seperti posyandu balita, ada yang menggunakan sistem pelayanan 7
(tujuh) meja, ada juga hanya menggunakan sistem pelayanan 3 (tiga) meja. (Ismawadi,
2010:50)
1) Sistem 7 (tujuh) meja:
Meja 1 : Pendaftaran
Meja 2 : Pemeriksaan Kesehatan
Meja 3 : Pengukuran tekanan darah, tinggi badan dan berat badan, serta dicatat
di KMS
Meja 4 : Penyuluhan
Meja 5 : Pengobatan
Meja 6 : Pemeriksaan gigi
Meja 7 : PMT (pemberiaan makanan tambahan)
2) Sistem 5 (lima) meja:
Meja 1 : pendaftaran
Meja 2 : pengukuran dan penimbangan berat badan
Meja 3 : pencatatan tentang pengukuran tinggi badan dan berat badan, indeks
massa tubuh (IMT), dan mengisi KMS
Meja 4 : penyuluhan, konseling dan pelayanan pojok gizi, serta pemberian PMT
Meja 5 : pemeriksaan kesehatan dan pengobatan, mengisi data hasil
pemeriksaan kesehatan pada KMS. Dan diharapkan setiap kunjungan
para lansia dianjurkan untuk selalu membawa KMS lansia guna
memantau status kesehatannya.
3) Sistem 3 (tiga) meja :
Meja 1 : pendaftaran lansia, pengukuran dan penimbangan berat badan dan atau
tinggi badan
Meja 2: melakukan pencatatan berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh
(IMT). Pelayanan kesehatan seperti pengobatan sederhana dan rujukan
kasus juga dilakukan di meja 2 ini.
Meja 3: melakukan kegiatan penyuluhan atau konseling, disini juga bisa
dilakukan pelayan pojok gizi
Namun, secara umum kegiatan Yandu Lansia meliputi:
a) Pendaftaran lansia, pengukuran dan penimbangan berat badan dan atau tinggi
badan.
b) Pengukuran tekanan darah (TD), denyut jantung, laju pernapasan dan analisis
indeks massa tubuh (IMT).
c) Pelayanan kesehatan seperti pengobatan sederhana dan rujukan
d) Penyuluhan atau konseling, misalnya pelayanan pokok gizi
Daftar Pustaka:
Ilyas, A. N. K. (2017). Peran Posyandu Lansia dalam Meningkatkan Kesejahteraan
Lanjut Usia di Posyandu Lansia Sejahtera Kelurahan Pasirmuncang. Jurnal
Eksistensi Pendidikan Luar Sekolah (E-Plus), 2(2).
http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/E-Plus/article/view/2956.

b. Jelaskan bagaimana seorang perawat dapat berperan dalam Posyandu Lansia!


Peran perawat adalah harapan yang diinginkan oleh pasien dari tingkah laku
perawat dalam menjalankan tugasnya. Perawat mempunyai peranan dalam
berinteraksi dengan pasien yang dapat mempengaruhi kesehatan sehingga pasien
memiliki derajat kesehatan yang lebih tinggi (Suryadi, 2013). Peran perawat adalah
cara untuk menyatakan aktivitas perawat dalam praktik, dimana telah menyelesaikan
pendidikan formalnya yang diakui dan diberi kewenangan oleh pemerintah untuk
menjalankan tugas dan tanggungjawab keperawatan secara professional, sesuai
dengan kode etik professional dimana setiap peran dinyatakan sebagai ciri terpisah
untuk kejelasan (Harnilawati, 2013).
Berikut beberapa peran perawat dalam posyandu lansia, diantaranya:
1) Perawat sebagai Care Giver /Pemberi Asuhan Langsung
Perawat memberikan asuhan keperawatan kepada lansia yang meliputi
intervensi/tindakan keperawatan, observasi, Pendidikan kesehatan, dan
menjalankan tindakan medis sesuai dengan pendelegasian yang diberikan.
Perawat posyandu harus memperhatian lansia berdasarkan kebutian
signifikannya. Serta menggunakan proses keperawatan dalam mengidentifikasi
masalah keperawatan mulai dari masalah fisik sampai psikologis.
2) Perawat sebagai Pendidik/Educator
Perawat harus mengambil peran pengajaran kepada lansia, terutama
sehubungan dengan modifikasi dalam gaya hidup untuk mengatasi konsekuensi
dari gejala atipikal yang menyertai usia tua. Perawat harus mengajari lansia
tentang pentingnya pemeliharaan berat badan, keterlibatan beberapa jenis
kegiatan fisik seperti latihan, dan manajemen stress untuk menghadapi usia tua
dengan kegembiraan dan kebahagiaan. Perawat juga harus mendidik lansia
tentang cara dan sarana untuk mengurangi risiko penyakit
3) Sebagai Advokasi
Sebagai advokat klien, perawat berfungsi sebagai penghubung antar klien
dengan tim kesehatan lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien, membela
kepentingan klien dan membantu klien memahami semua informasi dan upaya
kesehatan yang diberikan oleh tim kesehatan dengan pendekatan tradisional
maupun professional. Peran advokasi sekaligus mengharuskan perawat bertindak
sebagai narasumber dan fasilitator dalam tahap pengambilan keputusan terhadap
upaya kesehatan yang harus dijalani oleh klien. Dalam menjalankan peran
sebagai advokat, perawat harus dapat melindungi dan memfasilitasi keluarga dan
masyarakat dalam pelayanan keperawatan.
4) Sebagai Konselor
Peran perawat konselor adalah memberikan lansia konseling/ bimbingan
kepada lansia, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan sesuai
prioritas untuk menyadari dan mengatasi tekanan psikologis atau masalah sosial
untuk membangun hubungan interpersonal yang baik, dan untuk meningkatkan
perkembangan lansia didalamnya diberikan dukungan emosional dan intelektual.
Pada peran ini perawat diharapkan mampu untuk:
a) Mengidentifikasi perubahan pola interaksi lansia terhadap keadaan sehat
sekitarnya
b) Perubahan pola interaksi merupakan dasar dalam merencanakan metode
untuk meningkatkan kemampuan adaptasi lansia dimasyarakat
c) Memberikan konseling atau bimbingan penyulihan kepada lansia atau
keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan
pengalaman masa lalu
d) Perawat dapat memecahkan masalah yang difokuskan pada masalah
keperawatan
e) Perawat mampu mengubah perilaku hidup sehat lansia
Daftar Pustaka:
Siti Nur Kholifah. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Gerontik.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Harnilawati. (2013). Pengantar Ilmu Keperawatan Komunitas. Sulawesi Selatan:
Oustaka As Salam.

Anda mungkin juga menyukai