Anda di halaman 1dari 47

Diskusi Topik

Demensia dan Gangguan Fungsi


Kognitif

OLEH : M. ZIKRI 41151096100049

PEMBIMBING : DR.ANNISA, SP.PD


Geriatric Giant
1. Imobilisasi
2. Instabilitas dan jatuh
3. Inkontinensia urin dan alvi

4. Gangguan intelektual
5. Infeksi
6. Gangguan pendengaran dan penglihatan,
7. Impaksi (konstipasi)
8. Isolasi (depresi)
9. Malnutrisi
10. Impecunity (kemiskinan)
11. Iatrogenesis
12. Insomnia
13. Defisiensi imun
14. Impotensi

Pendekatan Klinik dan Tata Laksana Paripurna Pasien Geriatri Tahap Dasar.2009
PENDAHULUAN

 Demensia  suatu sindrom klinis dengan banyak penyebab


 Selain memori  gangguan lainnya yang terjadi adalah: bahasa,
kemampuan visuospatial, kalkulasi, penilaian, dan kemampuan
penyelasaian masalah.
 Neuropsikiatri dan gangguan sosial juga dpt timbul :
 Depresi, apatis, halusinasi, delusi, agitasi, insomnia.
 Gambaran khas pasien demensia  progressive, kadang statis dan
tidak banyak berubah atau fluktuatif dari hari ke hari atau menit per
menit.
 Bentuk demensia tersering  Alzheimer's disease (AD) , dimuali
dari gangguan memori
 Bentuk lainnya  frontotemporal demensia  gangguan memori tidak
muncul
Hazzard, William R, et. Al. Principle of Geriatric Medicine and Gerontology. Second
edition. McGraw Hill Inc. USA, 2009
DEFINISI

 Gangguan fungsi intelektual dan memori didapat yang disebabkan penyakit


otak, yang tidak berhubungan dengan gangguan tingkat kesadaran (IPD
FKUI)
 Gangguan fungsi kognitif didapat yang menyebabkan gangguan/
ketidakmampuan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. (harrison, edisi
18)
 Sindrom klinik yang meliputi hilangnya fungsi intelektual dan ingatan/
memori sedemikian berat  disfungsi hidup sehari-hari
 Suatu sindrom akibat penyakit atau gangguan otak yang biasanya bersifat
kronik-progresif, dimana terdapat gangguan fungsi luhur kortikal yang
multipel (multiple high cortical function), termasuk di dalamnya : daya
ingat, daya pikir, orientasi, daya tangkap (comprehension), berhitung,
kemampuan belajar, berbahasa, dan daya nilai (judgement). PPDGJ III
 Gangguan memori 10% usia >70 , 20-40% usia >85
Epidemiologi

 >65 tahun : meningkat 2 kali lipat setiap pertambahan


5 tahun
 Secarakeseluruhan prevalensi demensia pada
populasi berusia > 60 tahun adalah 5,6%
 Tipedemensia yang lebih jarang adalah demensia tipe
Lewy body, Demensia Fronto-temporal dan
demensia pada penyakit Parkinson
Dementia in the asia pasific region-INDONESIAN. September 2006
Pembentukan β-amyloid

Agregasi β-
Oksidasi Excitotoxicity Inflamasi Hiperfos-
amyloid
forilasi
protein tau

Kematian sel Plak Senilis dengan aktivasi


mikroglial Neurofibrillary
neuron tangles

Defisit Abnormalitas kognitif dan perilaku


neurotransmitter (penyakit Alzheimer)
neurofibrillary tangles dan Amyloid plaques

Robbins, Cotran, Kumar. Buku Ajar Patologi.Volume 2. Jakarta: EGC. 2007


Stages
Early Middle Late
 May need  Severe
 Needs
hands on confusion
reminders care
 Needs hand
 Daily routines  May get lost on care for
difficult easily most
 Concentration-  Changes in personal
ion is difficult personality care
 May not
recognize
self or
family

Alzheimeris association, 2016


Areas of the Brain Affected

Cognition Behavior Emotion


 Memory  Communi-  Disregulated
 Learning cation  Disorganized
 Language
 Safety  Apathy (loss
 Praxic
 Personal of energy,
Function care willingness)
deteriorates  Lability
 Abstract
thinking
 Lapses in (moods
clarity change)
 Psycho-
motor speed
 Hallucina-
tions
 Delusions
Demensia alzheimer

Demensia non-Alzheimer

FTD

Demensia Vaskular
Menurut
Kerusakan Demensia Lewy Body
Otak Morbus Huntington

Morbus Parkinson

Multiple Sklerosis

dll
Penyebab Demensia

 D drugs
 E emotional
 M metabolik/endokrin
 E eye and ear
 Nnutritional
 Ttumor dan trauma
 I infeksi
 Aarteriosklerotik, alkohol
Gambaran Klinis

 Perjalanan penyakit bertahap  bulan – tahun


 Tidak terdapat gangguan kesadaran
 Perubahan kepribadian
 Halusinasi dan waham
 Mood  kepribadian, depresi dan kecemasan
 Perubahan kognitif
 Reaksi katastrofik  kesulitan untuk memahami suatu konsep dan
menjelaskan perbedaan konsep-konsep tersebut
 Sindrom Sundowner  mengantuk, bingung, ataksia dan terjatuh secara
tiba-tiba.
Gejala klinis dibagi 3 stadium:

1 Std Amnesia (berlangsung 2-4 tahun)


spontanitas , gangguan memori jangka pendek, pertanyaan berulang-
ulang, tak mampu hafal no telpon, bingung terhadap masalah, (memori
jangka panjang : baik)

2 Std Bingung (berlangsung 2-10 tahun)


kognisi  progresif, afasia, agnosia, apraksia, disorientasi waktu dan
tempat, mengembara, salah mengenal anak, suami, isteri, kadang-kadang
bicara porno

3. Std Akhir (setelah 6-12 tahun sakit)


akinetik, membisu hampir vegetatif, inkontinesia, lemah, langkahnya
kecil-kecil, mudah terinfeksi (saluran kemih, nafas).
Sumber: Halter JB, Ouslander JG, Tinetti ME, Studenski S, High KP,
Asthana S. Hazzard’s Geriatric Medicine and Gerontology, 6th ed.
McGraw Hill, 2009
 Score MMSE :
 25-30 : Tidak ada gangguan kognitif
 20-24 : dicurigai ada gangguan kognitif
 <20 : ada gangguan kognitif
Kriteria Diagnosis Demensia (PPDGJ III)

(1) Penurunan kemampuan daya ingat dan daya pikir


yang sampai mengganggu kegiatan harian seseorang
(personal activities of daily living) seperti: mandi,
berpakaian, makan, kebersihan diri, buang air besar, dan
kecil
(2) Tidak adanya gangguan kesadaran (clear
conciousness)
(3) gejala dan disabilitas sudah nyata untuk paling
sedikit 6 bulan.
Kriteria Diagnosis Demensia Alzheimer
(DSM-IV TR)

A. Munculnya defisit kognitif multipel yang bermanifestasi pada


kedua keadaan berikut
1. Gangguan memori (ketidakmampuan untuk mempelajari informasi baru atau untuk
mengingat informasi yang baru saja dipelajari)
2. Satu atau lebih gangguan kognitif berikut
1. Afasia
2. Apraksia
3. Agnosia
4. Gangguan funsi eksekutif
B. Defisit kognitif yang terdapat pada kriteria A1 dan A2 menyebabkan gangguan
bermakna pada fungsi sosial dan okupasi serta menunjukkan penurunan bermakna dari
fungsi sebelumnya. Defisit yang terjadi bukan terjadi khusus saat timbulnya delirium
 C. Perjalanan penyakit ditandai oleh onset yang bertahap dan penurunan
kognitif yang terus menerus
 D. Defisit kognitif dalam kriteria A1 dan A2 bukan karena salah satu
berikut
 (1) Kondisi sistem saraf pusat lain yang menyebabkan defisit progresif dalam daya
ingat kognisi misalnya penyakit serebrovaskuler, penyakit Parkinson, penyakit
Huntington, hematoma subdural , hidrosefalus tekanan normal, tumor otak
 (2) Kondisi sistemik yang diketahui menyebabkan demensia misalnya,
hipotiroidisme, defisiensi vitamin B12 atau asam folat, defisiensi niasin,
hiperkalsemia, neurosifilis, infeksi HIV
 (3) Kondisi yang berhubungan dengan zat
 E. Defisit tidak terjadi semata-mata selama perjalanan suatu delirium
 F. Gangguan tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan aksis lainnya
(misalnya, gangguan depresif berat,Skizofrenia)
Pedoman Diagnostik Demensia Alzheimer

(1) Terdapatnya gejala demensia


(2) Onset bertahap (insidious onset) dengan deteriorasi lambat. Onset biasanya
sulit ditentukan waktunya yang persis, tiba-tiba orang lain sudah menyadari
adanya kelainan tersebut. Dalam perjalanan penyakitnya dapat terjadi suatu
taraf yang stabil (plateau) secara nyata
(3) Tidak adanya bukti klinis, atau temuan dari pemeriksaan khusus yang
menyatakan bahwa kondisi mental itu dapat disebabkan oleh penyakit otak
atau sistemik lain yang dapat menimbulkan demensia (misalnya
hipotiroidisme, hiperkalsemia, defisiensi vitamin B 12, Defisiensi niasin,
neurosifilis, hidrosefalus bertekanan normal, atau hematom subdural)
(4) Tidak adanya serangan apoplektik mendadak, atau gejala neurologik
kerusakan otak fokal Seperti hemiparesis, hilangnya daya sensorik, defek
lapangan pandang mata, dan inkoordinasi yang terjadi dalam masa dini dari
gangguan itu (walaupun fenomena ini dikemudian hari dapat bertumpang
tindih)
Pedoman Diagnostik Demensia Alzheimer
onset dini

(1) Demensia yang onsetnya sebelum usia 65 tahun


(2) Perkembangan gejala cepat dan progresif
(deteriorasi)
(3) Adanya riwayat keluarga yang berpenyakit
alzheimer merupakan faktor yang menyokong
diagnosis tetapi tidak harus dipenuhi
Kriteria Diagnosis Demensia Vaskuler (DSM-IV
TR)
A. Munculnya defisit kognitif multipel yang bermanifestasi pada kedua keadaan
berikut
1. Gangguan memori (ketidakmampuan untuk mempelajari informasi baru atau untuk mengingat
informasi yang baru saja dipelajari)
2. Satu atau lebih gangguan kognitif berikut
1. Afasia
2. Apraksia
3. Agnosia
4. Gangguan funsi eksekutif
B. Defisit kognitif yang terdapat pada kriteria A1 dan A2 menyebabkan gangguan bermakna pada fungsi
sosial dan okupasi serta menunjukkan penurunan bermakna dari fungsi sebelumnya. Defisit yang terjadi
bukan terjadi khusus saat timbulnya delirium
C. Tanda dan gejala neurologis fokal (misalnya; peningkatan refleks tendon dalam, respon ekstensor palntar,
palsi pseudobulbar, kelainan gaya berjalan, kelemahan pada satu ekstremitas) atau atau tanda-tanda
laboratorium adalah indikatif untuk penyakit serebrovaskuler (misalnya infark multipel yang mengenai
korteks dan subtannsia putih dibawahnya) yang dianggap berhubungan secara etiologi dengan gangguan
D. Defisit tidak terjadi semata-mata selama perjalanan delirium
Pedoman Diagnostik Demensia Vaskular
(1) Terdapatnya gejala demensia
(2) Hendaya fungsi kognitif biasanya tidak merata (mungkin terdapat
hilangnya daya ingat, gangguan daya pikir, gejala neurologis fokal). Daya
tilikan diri (insight) dan daya nilai (judgment) secara relatif tetap baik
(3) Suatu onset yang mendadak atau deteriorasi yang bertahap disertai adanya
gejala neurologis fokal meningkatkan kemungkinan diagnosis demensia
vaskuler. Pada beberapa kasus, penetapan hanya dapat dilakukan dengan
pemeriksaan CT-Scan atau pemeriksaan neuropatologis.
Pedoman Diagnostik Demensia
Vaskuler Onset Akut

 Biasanya terjadi secara cepat sesudah serangkaian


“stroke” akibat trombosis serebrovaskuler, embolisme
atau perdarahan.
Pedoman Diagnostik Demensia pada
Penyakit Pick
(1) Adanya gejala demensia yang progresif
(2) Gambaran neuropatologis berupa atrofi selektif dari
lobus frontalis yang menonjol, disertai euphoria, emosi
tumpul, dan perilaku social yang kasar, disinhibisi, dan
apatis atau gelisah
(3) Manifestasi gangguan perilaku pada umumnya
mendahului gangguan daya ingat
Pedoman Diagnostik Demensia Creutzfeldt-
Jakob
Trias :
(1) Demensia progresif merusak
(2) Penyakit piramidal dan ekstra pyramidal dengan
mioklonus
(3) EEG yang khas (Trifasik).
Pedoman Diagnostik Demensia
Penyakit Huntington
(1) Ada kaitan antara gangguan gerakan
koreiform(Choeriform), demensia, dan riwayat keluarga
dengan penyakit Hungtington
(2) Gerakan koreiform yang involunter, terutama pada wajah,
tangan, bahu,atau cara berjalan khas merupakan manifestasi
dini dari gangguan ini. Gejala ini biasanya mendahului gejala
demensia, dan jarang sekali gejala dini tersebut tak muncul
sampai demensia menjadi sangat lanjut
(3) Gejala demensia ditandai dengan gangguan fungsi lobus
frontalis pada tahap dini, dengan adanya daya ingat relative
masih terpelihara, sampai saat selanjutnya
Pedoman Diagnostik Demensia pada
Penyakit Parkinson

 Demensia berkembang pada seseorang dengan


penyakit parkinson yang sudah parah, tidak ada
gambaran klinis khusus yang dapat ditampilkan.
Pedoman Diagnostik Demensia YTT

 Demensia yang terjadi bila kriteria umum untuk


diagnosis demensia terpenuhi, tetapi tidak mungkin
diidentifikasi pada salah satu tipe.
TATALAKSANA
NON-FARMAKOLOGIS
 Terapi psikososial
 Manajemen perilaku mungkin bisa mengurangi depresi pada
orang demensia
 Stimulasi kognitif sebaiknya dilakukan pada individu
dengan demensia
 Aktivitas rekreasi sebaiknya dikenalkan pada orang dengan
demensia karena dapat meningkatkan kualitas hidup

SIGN NHS. Management of Patient with Dementia. 2006


FARMAKOLOGI
Colinesterase-Inhibitor
 Donepezil, dosis harian 5 mg atau lebih dapat digunakan untuk mengobati
penurunan fungsi kognitif dan gejala pada penyakit Alzheimer
 Galantamin, dosis harian 16 mg atau lebih dapat digunakan untuk
mengobati penurunan fungsi kognitif dan gejala pada penyakit Alzheimer
 Rivastigmin, dosis harian 6 mg dapat digunakan untuk gangguan fungsi
kognitif dan gejala pada demensia dengan penyakit Alzheimer dan
demensia dengan Lewy bodies
Anti Psikotik
 anti psikotik atipikal dengan mengurangi sedasi dan efek samping ekstra
piramidal bisa digunakan dalam praktik, meskipun risiko yang serius
seperti stroke harus dievaluasi dengan ketat

SIGN NHS. Management of Patient with Dementia. 2006


FARMAKOLOGI
Anti depresan
 Trazodon mungkin bisa digunakan pada
pasien gejala depresi dan demensia diserti
gelisah
Antioksidan
 Vitamin E sudah terbukti dapat
memperlambat progesifitas perjalanan
penyakit Alzheimer menjadi lebih berat

SIGN NHS. Management of Patient with Dementia. 2006


Hazzard, William R, et. Al. Principle of Geriatric Medicine and Gerontology. Second
edition. McGraw Hill Inc. USA, 2009
Hazzard, William R, et. Al. Principle of Geriatric Medicine and Gerontology. Second
edition. McGraw Hill Inc. USA, 2009
Hazzard, William R, et. Al. Principle of Geriatric Medicine and Gerontology. Second
edition. McGraw Hill Inc. USA, 2009
Hazzard, William R, et. Al. Principle of Geriatric Medicine and Gerontology. Second
edition. McGraw Hill Inc. USA, 2009
Hazzard, William R, et. Al. Principle of Geriatric Medicine and Gerontology. Second
edition. McGraw Hill Inc. USA, 2009
Prognosis

Perjalanan penyakit yang klasik pada demensia adalah awitan (onset) yang
dimulai pada usia 50 atau 60-an dengan perburukan yang bertahap dalam 5
atau 10 tahun, yang sering berakhir dengan kematian. Usia awitan dan
kecepatan perburukan bervariasi diantara jenis-jenis demensia dan kategori
diagnostik masing-masing individu. Usia harapan hidup pada pasien dengan
demensia tipe Alzheimer adalah sekitar 8 tahun, dengan rentang 1 hingga 20
tahun.
“Allah, Dia-lah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia
menjadikan kamu sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia
menjadikan kamu sesudah kuat itu lemah kembali dan beruban. Dia
menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dia-lah Yang Maha
Mengetahui lagi Maha Kuasa.” QS 30 (Ar Rum) : 54

“ Allah menciptakan kamu, kemudian mewafatkan kamu; dan di antara kamu ada
yang dikembalikan kepada umur yang paling lemah (pikun), supaya dia tidak
mengetahui lagi sesuatupun yang pernah diketahuinya. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Kuasa” QS. 16 (An Nahl) : 70
Daftar Pustaka
 Sadock, Benjamin James; Sadock, Virginia Alcott. Delirium, dementia,
amnestic and cognitive disorders. Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry:
Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition. Lippincott Williams &
Wilkins.
 Sandoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,dkk. Demensia Geriatric. In:Ilmu
Penyakit Dalam. 5th ed. Jakarta:Interna Publishing. 2009. Pp.837-43.
 Hazzard, William R, et. Al. Principle of Geriatric Medicine and Gerontology.
Second edition. McGraw Hill Inc. USA, 2009
 Sidiarto Kusumoputro, Lily D. Sidiarto. Mengenal Awal Pikun Alzheimer.
Asosiasi Alzheimer Indonesia. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta, 2004
 Sidiarto Kusumoputro, Lily D. Sidiarto. Pengenalan Dini dan Penanganan
Gangguan Kognitif Ringan dan Stadium Awal Demensia Alzheimer. Asosiasi
Alzheimer Indonesia. Jakarta, 2002.
 Alzheimer’s association.

Anda mungkin juga menyukai