Anda di halaman 1dari 40

Ns. Indriati Kusumaningsih, Mkep., SpKepKom., DNSc.

1. Perubahan pada Sistem Saraf


a) Sistem Saraf Pusat

 Otak : Pada lansia akan terjadi penurunan berat otak sebesar 10%. Selain itu
kehilangan sel saraf banyak ditemukan di bagian hippocampus dan korteks
cerebri yang ingatan jangka pendek terganggu.

 Medulla spinalis : Pada lansia terjadi penurunan fungsi akson dalam medula
spinalis menurun 37% penurunan kognitif, koordinasi, keseimbangan,
kekuatan otot, reflek, perubahan postur dan waktu reaksi.
 Peningkatan jumlah flak senile, protein amiloid, endapan pigment
lipofusin gangguan transportasi internal neuron sehingga
penghantaran impuls terhambat.

 Pada penuaan hilangnya neuron terjadi pada lapisan tertentu dari bagian
otak, tetapi tidak selalu menyeluruh mengenai SSP. Perubahan ini dapat
mempengaruhi dalam pembebasan neurotransmitter kimia sehingga
mengakibatkan:
 Asetilkolin menurun Alzheimer
 Dopamin menurun kesulitan memulai pergerakan, kekakuan, tremor Parkinson
 Serotonin menurun insomnia, penurunan mood (depresi)
b) Sistem Saraf Perifer
 Perubahan yang terjadi pada system saraf autonom

berpengaruh terhadap kontraksi otot-otot yang tidak

dibawah kontrol kesadaran.

 Terjadi penurunan fungsi dari saraf aferen, sehingga terjadi

penurunan penyampaian informasi sensorik dari organ luar

yang terkena rangsangan.


 Saraf Kranial
 Nervus Olfaktorius : Kehilangan penghiduan (anosmia)

 Nervus Optikus : Penurunan penglihatan, ketajaman penglihatan, lapang pandang, atropi optic,
respon pupil

 Nervus Okulomotorik, Troklear, Abducens : Gangguan gerakan mata (ptosis), diplopia binocular dan
monocular

 Nervus Trigeminus : Neuralgia, neuropati trigeminus, penurunan sensasi wajah, penurunan


kemampuan membuka mulut dan rahang

 Nervus Facialis : Spasme hemi fasial

 Nervus Vestibulokoklear : Gangguan pendengaran dan keseimbangan

 Nervus Glosofaringeal dan Vagus : Gangguan bicara, elevansi palatum, retraksi lidah, kontraksi
faring, reflex muntah

 Nervus Aksesorius : Penurunan kekuatan otot atau atrofi sternokleidomastoideus dan trapeziuz

 Nervus Hipoglosus : Penurunan gerakan otot lidah, deviasi lidah, disartri


2. Fungsi

Deficit fungsional pada gangguan neurologis mungkin berhubungan dengan

penurunan mobilitas pada lansia, yang disebabkan oleh penurunan kekuatan,

rentang gerak, dan kelenturan.

3. Kognisi-Komunikasi

Sejumlah hambatan komunikasi mungkin terjadi sebagai akibat dari stroke atau

penyakit Parkinson. Kerusakan pada area Broca, Wernicke, hemisfer kanan-kiri

menyebabkan klien mempunyai kesukaran besar dalam berbicara dan sering

menggunakan tata bahasa yang salah.


4. Persepsi-Sensoris

 Sensasi terganggu baik pada hemiplegia bagian kanan maupun bagian kiri.

 Deficit penglihatan atau kebutaan lapang pandang pada satu sisi, yaitu sisi
yang terpengaruh (hemianopsia)

 Sensasi terhadap nyeri, temperature, dan propriosepsi mungkin berkurang,


walaupun sensasi nyeri bagian dalam biasanya tetap utuh.

5) Psikososial

Defisit neurologis yang menyebabkan penarikan diri, isolasi, dan rasa asing
mungkin menyebabkan klien lansia lebih bingung dan mengalami disorientasi.
Hilangnya fungsi tubuh dan gangguan gambaran diri mungkin turut berperan
terhadap hilangnya harga diri klien.
Delirium Dementia
- Akut - Kronis
- Gangguan - Gangguan
kesadaran fungsi kognitif
https://www.y https://www.y
outube.com/w outube.com/w
atch?v=FstSYkol atch?v=bXA5Qu
d5c MLWRg
Sindrom neuropsikiatri kompleks yang Kondisi akut, biasanya berlangsung
ditandai dengan onset akut, fluktuasi, selama satu hingga tujuh hari
tingkat perubahan kesadaran, (Flaherty et al., 2011), meskipun
kurangnya perhatian, dan pemikiran
yang tidak teratur dapat bertahan selama beberapa
(Inouye, 2006 dalam Marcantonio, 2011; Martinez, Tobar,
hari atau beberapa minggu
& Hill, 2015). (AMDA,2008)

Penyebab Delirium
MULTIFAKTORAL
Salah satunya
PROSES PENUAAN
• peningkatan • rasa kantuk, gejala • keadaan hiperaktif
gairah, tenang, dan / atau dan hipoaktif
kegelisahan, perilaku tidak bergantian
agitasi, delusi, dan tertarik.
/ atau tingkah
laku agresif.

Delirium Delirium Delirium


hiperaktif hipoaktif campuran
SHORT CMA
(Confusion
Assesment
Method)

https://www.youtube.com/w
atch?v=cRZtF9F1mJU&t=345s
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308374-
T31141-Uji%20kesahihan.pdf
Adalah penurunan kemampuan mental yang biasanya berkembang secara
perlahan dimana terjadi gangguan ingatan, pikiran, penilaian dan
kemampuan untuk memusatkan perhatian dan bisa terjadi kemunduran
kepribadian.
Tanda dan Gejala :
 Terjadi penurunan dalam ingatan, seperti kemampuan untuk mengingat
waktu untuk mengenali orang, tempat dan benda.
 Penderita memiliki kesulitan dalam menemukan dan menggunakan kata
yang tepat dan pemikiran yang abstrak.
 Sering terjadi perubahan kepribadian.
Klasifikasi :
a) Demensia Primer

Adalah demensia yang bersifat progresif, terdiri dari:


 Alzheimer’s Disease.

 Diffuse Lewy Body Dementia

 Vascular Dementia (Biswanger’sdisease, multiinfarctdementia).

 Frontotemporaldementia (Pick’sdisease).
b) Demensia Sekunder.

Adalah demensia yang diakibatkan oleh faktor sekunder


lain, terdiri dari:
 Demensia yang berhubungandengan alkohol.

 Parkinson’sassociated dementia (ssubcortical).

 HIV/AIDS-associated dementia.

 Post anoxicen cephalopathy.

 Demensia post stroke.

 Progressive supranuclearpalsy.
Menurut sumber lain, dimensia dibagi menjadi:
 Demensia Kortikal
Seperti yang dijumpai pada penyakit Alzheimer’s dan Pick,
penyakit ini ditandai dengan defisit memori yang dini dan
biasanya penderita menunjukkan gejala defisit visuospasial,
gangguan berbahasa (afasia), afraksia dan agnosia.
 Demensia Subkortikal
Seperti yang dijumpai pada sindroma parkinson’s,
hidrosefalus komunikan dan progressive supranuclearpalsy.
Didapatkan gejala proses berpikir yang lamban.
Merupakan salah satu bentuk demensia Faktor Resiko :
yang paling sering ditentukan di klinik.
 Usia
Etiologi :  Perempuan
 Kerusakan berat neuron korteks dan  Riwayat keluarga/genetik (Kromosom
hippocampus.
14, 19, dan 21)
 Penimbunan amiloid dalam
pembuluh darah intrakranial.  Down syndrome
 Perubahan morfologis dan biokimia  Riwayat trauma kepala
pada neuron-neuron (penurunan zat
neurotransmitter yang berfungsi  Cerebrovascular disease
untuk menyampaikan sinyal antara  Penyakit: hipertensi, diabetes miletus,
satu sel otak ke sel otak yang lain.)
 Adanya lesi: plak senilis. dislipidemia, dan atherosklerosis,
 Faktor lain: Stres oksidatif akibat serta proses inflamasi)
radikal bebas.
Tanda Dan Gejala : panas, ia dapat saja menceburkan diri kepancuran air
ditengah kota dengan pakaian lengkap.
 Pada stadium dini/awal :
 Perubahan kepribadian, biasanya negatif : depresi,
 Mudah lupa, kehilangan ingatan ringan, hilangnya curiga/ paranoid, kasar, bahkan kejam.
memori terbaru.  Kemampuan berbicara memburuk sampai
 Pengurangan kapasitas dalam menyelesaikan pembentukan suku kata yang tidak masuk akal.
masalah.  Terjadi disfagia.
 Keterbatasan kemampuan untuk mengatasi situasi  Terjadi inkotinensia.
yang kompleks dan berpikir abstrak.
Emosi yang labil, apatis.

 Pada stadium terminal /akhir :
 Deprsesi sudah dapat terjadi pada tahap ini.
 Kemampuan penderita menjadi sangat terbatas.
 Tidak mampu untuk mengurus kebutuhan dasar,
 Pada stadium lanjut: memerlukan bantuan total, Memerlukan bantuan
 Perilaku penderita menjadi lebih tidak menentu dan dalam segala bidang perawatan diri termasuk
aneh. makan, minum dan toileting.
 Kecenderungan sering berkelana  Mereka tidak mampu untuk mengenali anggota
 Marah yang meledak-ledak. keluarganya.
 Penderita dapat mengalami kehilangan kemampuan  Anggota keluarga harus waspada untuk mencegah
untuk mengingat wajahnya, tempat, atau objek yang agar penderita tidak terluka.
sudah dikenalnya, kehilangan suasana keluarganya.  Kematian terjadi akibat komplikasi : infeksi,
 Sering mengulang-ulang cerita, karena lupa telah malnutrisi, atau dehidrasi.
menceritakannya.
 Lupa apa yang akan dikatakannya atau tidak dapat
mengingat kata-kata.
 Timbul perilaku ekspulsif, misalnya ; pada saat udara
Ketika seseorang mengalami penuaan, resiko untuk mengalami
stroke meningkat. Insufisiensi vaskuler akibat stroke dapat
mendorong terjadinya iskemik dan kadang-kadang nekrosis pada
jaringan otak yang secara normal disuplai dan dipelihara oleh
pembuluh darah yang terkena stroke tersebut.
Faktor Resiko :
Hipertensi Hiperlipidemia
Gout Dehidrasi
Aterosklerosis berat Stenosis mitral
Infarkmiokardial tak bergejala Anemia
Kadar serum trigliserida yang tinggi Merokok
Obesitas
Klasifikasi : darah akibat anemia, obat-obatan

tertentu (diuretik dan anti hipertensi).


a) Transient Ischemic Attack (TIA)

TIA adalah suatu sindrom yang  Tanda dan Gejala:

dimanifestasikan oleh awitan non  Hemiparese

konvulsi yang mendadak atau cepat  Afasia


dengan defisit neurologis yang sesuai  Vertigo
dengan daerah vaskuler yang diketahui,  Mual muntah
berlangsung kurang dari 24 jam.
 Disfagia
 Etiologi:  Berkunang-kunang

TIA dapat disebabkan oleh berbagai  Serangan jatuh


keadaan yang menurunkan sirkulasi

darah. Contoh: penurunan tekanan


b) Stroke trombotik

Stroke trombosis dihubungkan dengan pembentukan plak aterosklerosis, paling


sering terlihat dalam cabang pembuluh darah. Suatu pembuluh darah menjadi sempit
karena adanya plak yang memperlambat atau mengganggu aliran darah. Proses ini
membawa kearah perkembangan gejala akhir yang dihubungkan dengan stroke.

c) Stroke emboli

Ketika suatu trombus terbentuk di dalam suatu pembuluh darah besar dan tiba-
tiba terpecah, kemudian masuk ke otak, suatu stroke embolik mungkin terjadi.
Penyebab umum stroke embolik adalah suatu mikro embolus yang dibawa ke otak
sebagai akibat dari fibrilasi atrial.
e) Stroke hemoragik Tanda dan gejala:
Disebabkan oleh pecahnya  Sakit kepala
 Mual
suatu pembuluh darah di  Sinkop

dalam otak, biasanya  Tinitus


 Kelemahan otot
pembuluh darah yang dalam.  Kehilangan kemampuan motorik atau
sensorik
Ada dua kategori stroke
 Paralisis pada wajah atau ekstremitas
hemoragik yaitu :  Afasia
 Inkontinensia urine
 Intraserebral  Kejang
 Distress pernapasan
 Subarakhnoid
 Koma
Secara umum dapat dibagi menjadi :
 Kejang general/umum
 Kejang partial
Etiologi:
 Tumor
 Stroke,
 Operasi otak
 Infeksi
Tanda dan Gejala
 Penderita mengalami sensasi.
 Gerakan atau kelainan psikis yang abnormal, tergantung pada daerah otak yang
terkena.
Definisi Tanda dan Gejala :
Merupakan suatu sindroma  Tremor halus yang terus
yang terdiri atas tiga gejala berkembang selama suatu
utama, yaitu hypokinetika, periode yang lama. Tremor ini
tremor dan rigiditas. berkurang ketika klien
melakukan gerakan yang
berarti.
Etiologi :
 Mengeluarkan liur
 Secara patologik terdapat
hilangnya pigmentasi didaerah  Kesukaran menelan
substansianigra dan badan Lewy  Bicara yang lambat, dan nada
serta penurunan dopamine datar mungkin ditunjukkan
dineuron substansianigra pars  Dan selanjutnya berkembang
kompakta dan korpus striatum. menjadi kelemahan dan
kekakuan otot.
Definisi
Merupakan keadaan yang Tanda dan Gejala :
sering terdapat pada usia  Perubahan sensorik di ujung
lanjut. tangan dan kaki,
 Kelemahan distal,
Etiologi :  Hipo atau refleksia terutama
 Diabetes melitus, reflex pergelangan kaki.
 Keganasan,  Penelitian elektrofisiologik
 Efek samping obat, menunjukkan adanya
 Defisiensi nutrisi,
kelambatan konduksi saraf
dengan penurunan amplitude.
 Alkoholisme, dan penyakit
sistemik yang mengenai
proses autoimun atau protein
abnormal.
MMSE (Mini
Mental
Status https://www.youtube.com/watch?v=KanTCjiK-vw
Examination
)

https://www.youtube.com/watch?v=DeCFtuD41WY
Mini-Cog

MOCA INA https://www.youtube.com/watch?v=XjrnsIXoSCg


1. Pencegahan Primer
 Gaya hidup sehat
 Diet rendah lemak, garam, gula
 Latihan secara teratur
 Edukasi tentang obat-obatan (benar obat, cara, dosis, jadwal)

2. Pencegahan Sekunder
 Pengkajian, diagnosis, penentuan tujuan, dan intervensi ketika deficit
neurologis terjadi
 Tujuan secara keseluruhan adalah untuk mencegah terjadinya kehilangan
kesehatan tambahan dan untuk mengembalikan klien pada tingkat
kemampuan berfungsi mereka secara maksimum.
3. Pencegahan tersier

 Bertujuan untuk menurunkan efek dari penyakit dan cedera.

 Tahap perlindungan kesehatan ini dimulai pada periode awal


penyembuhan.

 Pengawasan kesehatan selama rehabilitasi untuk


meningkatkan fungsi, mobilitas, dan penyesuaian psikososial

 Hidup secara produktif dengan keterbatasan dan deficit, dan


meminimalkan residu kecacatan.
1. Pengkajian
Fokus pengkajian pada neurologi lansia:
 Riwayat keluarga tentang penyakit neurologis (penyakit
Alzheimer’s demensia, penyakit Huntington’s, penyakit
parkinson’s) gejala-gejalanya adalah sebagai berikut:
 Perubahan pada bicara dan komunikasi
 Perubahan pada pola tidur
 Perubahan pada status mental (orientasi, membuat rasional, halusinasi)
 Perubahan pada status emosi (depresi, ansietas, bermusuhan)
 Kehilangan keseimbangan
 Pengkajian fisik :
 Tingkat kesadaran
 Pemeriksaan status mental
 Bicara dan bahasa (disartria, disfagia)
 Saraf cranial (nervus I-XII)
 Cara berjalan, keseimbangan, koordinasi, tremor

 Pengkajian status kognitif/afektif dengan menggunakan Mini-Mental


State Examinition (MMSE)
yaitu menguji aspek kognitif dari fungsional mental seperti orientasi,
registrasi, perhatian, dan kalkulasi, mengingat kembali, dan bahasa.
Nilai paling tinggi adalah 30, dimana nilai 21 atau kurang biasanya
indikasi dari adanya kerusakan kognitif yang memerlukan penyelidikan
lebih lanjut.
2. Diagnosa Keperawatan
 Gangguan mobilitas fisik

Kategori : fisiologis Sub kategori: aktivitas dan latihan

 Resiko cedera

Kategori : lingkungan Sub kategori : keamanan dan proteksi

 Gangguan memori

Kategori : fisiologis Sub kategori : neuro sensori

 Defisit perawatan diri

Kategori : perilaku Sub kategori : kebersihan diri


No Penyebab Tanda dan gejala Masalah

1  Penurunan kendali otot, massa  Mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas  Gangguan mobilitas
otot, kekuatan otot  Nyeri saat bergerak fisik
 Kontraktur  Enggan melakukan pergerakan
 Nyeri  Merasa cemas saat bergerak
 Kekakuan sendi

2  Perubahan fungsi psikomotor  Ketidaknyamanan lingkungan  Resiko cedera


 Perubahan fungsi kognitif  Ketidaknyamanan transportasi
 Perubahan sensasi  Terpapar pathogen
 Perubahan orientasi afektif

3  Proses penuaan  Tidak mampu mengingat informasi actual  Gangguan memori


 Faktor psikologis  Tidak mampu mengingat peristiwa
 Gangguan neurologis  Tidak mampu mempelajari keterampilan
 Gangguan sirkulasi ke otak baru
 Merasa mudah lupa
4  Gangguan neuromuskuler  Tidak mampu mandi/mengenakan pakaian/  Defisit perawatan diri
 Kelemahan makan/ketoilet/ berhias secara mandiri
 Gangguan musculoskeletal  Minat melakukan perawatan diri kurang
 Gangguan psikologis/psikotik  Menolak melakukan perawatan diri
 Penurunan motivasi/minat
3. Intervensi keperawatan
a) Gangguan mobilitas fisik

Kriteria hasil Intervensi

1. Pasien dapat  Kaji kemampuan secara fungsional atau luasnya


mempertahankan posisi
optimal dari fungsi yang kerusakan awal
dibuktikan oleh tidak adanya  Ubah posisi minimal setiap 2 jam (terlentang atau
kontraktur.
miring)
2. Pasien dapat  Lakukan latihan rentang gerak aktif dan pasif pada
mempertahankan dan
meningkatkan kekuatan dan semua ekstremitas
fungsi bagian tubuh yang  Konsultasikan dengan ahli fisioterapi secara aktif
terkena
dalam ambulasi pasien
3. Pasien dapat  Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
mempertahankan integritas
kulit relaksan otot, anti spasmodik sesuai dengan indikasi
b) Resiko cedera

Kriteria hasil Intervensi

1. Pasien mampu meningkatkan  Kaji derajat ganguuan kemampuan, tingkah


tingkat aktifitas
laku impulsive dan penurunan persepsi visual
2. Pasien dapat beradaptasi dengan  Berikan lingkungan yang aman, hilangkan
lingkungan untuk mengurangi
resiko trauma atau cedera sumber bahaya
 Hindari penggunaan restrain terus- menerus
3. Pasien tidak mengalami trauma
atau cedera  Bantu keluarga mengidentifikasi
resikoterjadinya bahaya yang mungkin timbul atau
4. Keluarga dapat mengenali potensi
klien dilingkungan dan berulang
mengidentifikasi tahap-tahap  Alihkan perhatian klien saat perilakuteragitasi
untuk memperbaikinya
atau berbahaya
c) Gangguan memori

Kriteria hasil Intervensi


1. Pasien mampu  Kembangkan lingkungan yang mendukung dan
memperlihatkan kemampuan
kogntif untuk menjalankan hubungan yang terapeutik antara pasien dan perawat
kejadian yang  Kaji derajat kognitif seperti: perubahan orientasi,
menegangkanterhadap emosi
dan pikiran tentang diri. rentang perhatian, serta kemampuan berpikir
 Pertahankan lingkungan yang menyenangkan dan
2. Pasien mampu
mengembangkan strategi tenang
untuk mengatasi anggapan diri  Lakukan pendekatan secara perlahan dan tenang
yang negative
 Tatap wajah ketika berbicara dengan klien
3. Pasien mampu  Gunakan kata-kata pendek, kalimat dan instruksi
memperlihatkan penurunan
tingkah laku yang tidak yang sederhana
diinginkan dari ancaman dan  Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti
kebingungan
psikotik sesuai indikasi
d) Defisit perawatan diri

Kriteria hasil Intervensi

1. Pasien dapat  Kaji kemampuan dan tingkat kekurangan pasien dalam


melakukan aktifitas
perawatan diri dalam melakukan perawatan diri sehari-hari
kehidupan sehari-hari  Berikan dukungan motivasi pada klien dan beri waktu yang
sesuai dengan
kemampuan diri cukup untuk mengerjakan tugasnya
 Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang
2. Pasien dapat
mendemonstrasikan telah dilakukan
teknik atau perubahan  Berikan bantuan sesuai kebutuhan klien, hindari melakukan
gaya hidup untuk
memenuhi kebutuhan sesuatu untuk klien yang dapat dilakukan oleh klien sendiri
perawatan diri  Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk mengidentifikasi
kebutuhan alat penyokong khusus bagi klien
 AspianiRenyYuli.(2014). Buku Ajar KeperawatanGerontikAplikasiNANDA,NIC,NOC.Jilid 1. Jakarta:TIM
 Dewi, R. (2018). Terapi Kognitif: Senam Otak. Terapi Kelompok Senam Otak, 4-5.
 Desiningrum, D. R., & Indriana, Y. (2018). Modul Pelatihan Senam Otak Untuk Adiyuswa. Modul Pelatihan Senam
Otak, 2-24.
 Kushariyadi. (2010). Asuhan Keperawatan pada Klien Lansia. Jakarta : Salemba Medika
 Martono, H. H., & Pranaka, K. (2011). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
 Nugroho, W. (2010). Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta: EGC.
 PPNI, T. P. (2017). STANDAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN INDONESIA. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
 Sherwood, L. (2009). Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, Edisi VI. Jakarta: EGC.
 Stanley, M., & Beare, P. G. (2012). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC.
 Touhy, T., & Jett, K. (2014). Gerontological Nursing & Healthy Aging, Fourth Edition. St. Louis : Elsevier Mosby.
 Yusuf , A. (2010, April 01). Senam Otak Meningkatkan Fungsi Kognitif Lansia. Brain Gym, 79-80.
 Zuhri, N. (2014). Keperawatan Gerontik Senam Otak. Senam Lansia, 3-4.
 https://www.who.int/healthinfo/survey/ageingdefnolder/en/
 Nies Mary A, McEwen Melanie. (2019). Keperawatan Kesehatan Komunitas dan Keluarga. Singapore. Elsevier
 http://www.hospitalelderlifeprogram.org/uploads/disclaimers/Short_CAM_Instrument_8-29-2014.pdf
 http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308374-T31141-Uji%20kesahihan.pdf
 https://alzi.or.id/apa-yang-menyebabkan-demensia/
 https://rnao.ca/sites/rnao-
ca/files/bpg/RNAO_Delirium_Dementia_Depression_Older_Adults_Assessment_and_Care.pdf

Anda mungkin juga menyukai