Gejala awal yang paling umum adalah kemampuan mengingat informasi baru secara
bertahap memburuk.
01 03
Lupa tempat menyimpan hal-hal dan Penarikan dari pekerjaan
kehilangan kemampuan untuk menelusuri atau kegiatan sosial.
kembali langkah-langkah.
02 04
Penurunan atau penilaian
kepribadian, termasuk apatis dan
buruk. depresi.
e moments
Remember th
e s e are
Th
the s
Faktor Resiko o b j e ctive
01 Usia
Kebanyakan orang dengan penyakit
Alzheimer didiagnosis pada usia 65
tahun atau lebih tua. Orang muda
02 Riwayat Keluarga
kurang dari 65 tahun juga dapat Keturunan alzheimer meliliki
terkena penyakit ini faktor resiko yang lebih besar
dibanding keturunan normal
Lanj. Faktor Resiko
03 Gaya Hidup
in tag e
V !
style
Klasifikasi
1. Stadium 1 (lama penyakit 1-3 tahun)
Ingatan: new learning defective, remote recall mildly impaired.
Kemampuan visuospasial: topographic disorientation, poor complex contructions.
Bahasa: poor wordlist generation, anomia.
Personalitas: indifference, occasional irritability.
stage 3 Early confusion Ada penurunan kognisi yang menyebabkan gangguan fungsi sosial dan kerja.
Anomia, kesulitan mengingat kata yang tepat dlm percakapan, dan sulit mengingat.
Pasien mulai sering bingung/anxiety
stage 4 Late confusion (early Pasien tdk bisa lagi mengatur keuangan atau aktivitas rumahtangga, sulit mengingat
AD) peristiwa yg baru terjadi, mulai meninggalkan tugas yang sulit, tetapi biasanya masih
menyangkal punya masalah memori
stage 5 Early dementia Pasien tidak bisa lagi bertahan tanpa bantuan orang lain. Sering terjadi disorientasi
(moderat AD) (waktu, tempat), sulit memilih pakaian, lupa kejadian masa lalu. Tetapi pasien
umumnya masih menyangkal punya masalah , hanya biasanya jadi curigaan atau
mudah depresi
stage 6 Middle dementia Pasien butuh bantuan untuk kegiatan sehari-hari (mandi, berpakaian, toileting), lupa
(moderat severe AD) nama keluarga, sulit menghitung mundur dari angka 10. Mulai muncul gejala agitasi,
paranoid, dan delusion
stage 7 Late dementia Pasien tidak bisa bicara jelas (mgkn cuma bergumam atau teriak), tidak bisa jalan,
atau makan sendiri. Inkontinensi urin dan feses. Kesadaran bisa berkurang dan
akhirnya koma.
Keadaan pasien Stadium 1 Stadium 2 Stadium 3
Lama penyakit 1-3 tahun 3-10 tahun 8-12 tahun
Bahasa Disorientasi topografi. fluent aphasia. -
Personalitas indiferens, kadang-kadang indiferens dan -
mudah marah mudah marah
Manifestasi pskiatri sedih atau beberapa delusi -
delusi
System motorik Normal restlessness, pacingl imb rigidity and
flexion poeture
EEG Normal slow background diffusely slow
rhythm
CT/ MRI Normal normal or ventricular ventricular and
and suical enlargeent sulcal enlargeent
PET/ SPECT bilateral parietal and bilateral posterior bilateral parietal
frontal hypometabolism/ hypometabolism/hyp and fronat
hyperfusion erfusion lhypometabolism/
hyperfusionInte
lektual function - - severely
deteriorated
Sphincter control - - urinary and fecal
Penatalaksanaan
1. Farmakologis
b. Memantine (Namenda)
Terkadang dikombinasi dengan inhibitor kolinesterase dan bekerja di
jaringankomunikasi sel otak yang lain. Obat ini mampu memperlambat perkembangan
gejala dengan penyakit Alzheimer sedang sampai parah.
Lanj.
Penatalaksanaan
c. Obat anti-depresan
Digunakan untuk membantu mengendalikan gejala perilaku yang terkait dengan
penyakit Alzheimer, tetapi penggunaan beberapa obat seharusnya digunakan secara
hati-hati. Seperti beberapa obat tidur umum - zolpidem (Ambien), eszopiclone
(Lunesta) dan lainnya – dapat meningkatkan kebingungan dan risiko jatuh.
d. Obat anti-kecemasan
Clonazepam (Klonopin) dan Lorazepam (Ativan) dapat meringankan gejala agitasi,
tetapi dapat meningkatkan risiko jatuh, kebingungan dan pusing.
Lanj.
2. Terapi non farmakologis
Penatalaksanaan
Cara terapi yang menggunakan
pendekatan selain obat-obatan yang memiliki
tujuan mengurangi gejala perilaku seperti
depresi, apatis, mengembara, gangguan tidur
berupa program kegiatan. Seperti terapi
puzzle, terapi teka-teki, terapi bermain catur,
terapi dengan berbagai keterampilan
( contohnya : melukis, menggambar, merajut
kain, menyulam benang, membuat kerajinan
tangan lainnya ), terapi bermain, terapi
belajar dan terapi relaksasi seperti menanam
tanaman dan excercise.
Lanj.
Penatalaksanaan
3. Caregiver
Caregiver sering digunakan untuk menggambarkan seseorang yang melakukan
perawatan pada orang yang mengalami keterbatasan. Tugas seorang caregiver adalah
sebagai emotional support, merawat klien seperti memandikan, memakaikan baju.
menyiapkan makan, dan mempersiapkan obat, lalu caregiver juga dapat membuat
keputusan tentang perawatan dan berkomunikasi dengan pelayanan kesehatan formal.
Pemeriksaan
Penunjang
1. Neuropatologi
Diagnosis definitif tidak dapat ditegakkan tanpa adanya konfirmasi neuropatologi. Secara umum didapatkan atrofi
yang bilateral, simetris, sering kali berat otaknya berkisar 100 gram (850-1250 gram).
2. Pemeriksaan neuropsikologik
Untuk menentukan ada atau tidak adanya gangguan fungsi kognitif umum dan mengetahui secara rinci pola defisit
yang terjadi. Tes psikologis ini juga bertujuan untuk menilai fungsi yang ditampilkan oleh beberapa bagian otak
yang berbeda-beda seperti gangguan memori, kehilangan ekspresi, kalkulasi, perhatian, dan pengertian berbahasa.
Merupakan metode non invasif yang beresolusi tinggi untuk melihat kuantifikasi perubahan volume jaringan otak
pada penderita Alzheimer antemortem. Pemeriksaan ini berperan dalam menyingkirkan kemungkinan adanya
penyebab demensia lainnya selain Alzheimer seperti multi infark dan tumor serebri. Atropi kortikal menyeluruh dan
pembesaran ventrikel keduanya merupakan gambaran marker dominan yang sangat spesifik pada penyakit ini.
Pemeriksaan
Penunjang
4. EEG (elektroensefalogram)
Berguna untuk mengidentifikasi aktivitas bangkitan yang subklinis. Sedangkan pada
penyakit Alzheimer didapatkan perubahan gelombang lambat pada lobus frontalis yang
non spesifik.
style
Evol
u tion
Diagnosa Keperawatan
Dx 4
Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan motivasi atau minat
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi III, Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi II, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI),
Edisi II, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.