Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN ALZAIMER


Kelompok 3
Nandita Fauziah Raidah Shahirah
Nisha Khumairo Reima Azzahra
Nurlayla Hidayana Sabnia Nur Haliza
Qurrota Laily Shiti Rahajeng
Rahmah Wulan F Yarisa Nur Fayza
Definisi Alzaimer
Alzheimer merupakan penyakit
neurodegeneratif yang berkaitan dengan usia
yang menjadi penyebab utama penyakit ini.

Penyakit Alzheimer merupakan jenis gangguan


otak yaitu terjadinya kematian sel-sel otak yang
menjadi penyebab disfungsi memori, pemikiran,
analisa, bahasa, dan aktivitas nervus lainnya.
Etiologi

Dasar kelainan patologi penyakit Alzheimer terdiri dari


degenaratif neuronal, kematian daerah spesifik jaringan otak
yang mengakibatkan gangguan fungsi dengan penurunan daya
ingat secara progresif.
Difisiensi faktor pertumbuhan atau asam amino dapat berperan
dalam kematian selektif neuron. Sel-sel tersebut mengalami
degeneratif yang diakibatkan oleh adanya peningkatan
kalsium intaseluler, kegagalan metabolisme energi, adanya
formasi radikal bebas atau terdapatnya produksi protein
abnormal yang non spesifik.
Manifestasi Klinis

Gejala awal yang paling umum adalah kemampuan mengingat informasi baru secara
bertahap memburuk.

01 03
Lupa tempat menyimpan hal-hal dan Penarikan dari pekerjaan
kehilangan kemampuan untuk menelusuri atau kegiatan sosial.
kembali langkah-langkah.

Perubahan suasana hati dan

02 04
Penurunan atau penilaian
kepribadian, termasuk apatis dan
buruk. depresi.

e moments
Remember th
e s e are
Th
the s
Faktor Resiko o b j e ctive

01 Usia
Kebanyakan orang dengan penyakit
Alzheimer didiagnosis pada usia 65
tahun atau lebih tua. Orang muda
02 Riwayat Keluarga
kurang dari 65 tahun juga dapat Keturunan alzheimer meliliki
terkena penyakit ini faktor resiko yang lebih besar
dibanding keturunan normal
Lanj. Faktor Resiko

03 Gaya Hidup

Gaya hidup yang tidak sehat


(jarang berolahraga, makan
makanan yang berkolesterol
tinggi dan kadar gula yang 04Traumatic Brain Injury (TBI)
tinggi, merokok dan minum Trauma Cedera Otak sedang dan berat
alkohol secara berlebihan) meningkatkan risiko perkembangan
penyakit Alzheimer. Trauma Cedera
Otak dikaitkan dengan dua kali risiko
mengembangkan Alzheimer dan
demensia lainnya dibandingkan dengan
tidak ada cedera kepala.
Klasifikasi

●Ada 3 (tiga) stadium Alzheimer Demensia (AD),:

1. Stadium amnesia di mana terdapat diskalkuli dan apraksia,


2. Stadium confusion di mana terjadi afasia, disorientasi waktu, tempat,
bingung, perilaku abnormal dan adanya episode psikotik.
3. Stadium akhir adalah stadium demensia dimana terdapat gangguan kognisi
berat, inkontinensia, kelainan neurologi berupa kejang, refleks patologik-
primitif sehingga ia hanya tidur saja.

in tag e
V !
style
Klasifikasi
1. Stadium 1 (lama penyakit 1-3 tahun)
 Ingatan: new learning defective, remote recall mildly impaired.
 Kemampuan visuospasial: topographic disorientation, poor complex contructions.
 Bahasa: poor wordlist generation, anomia.
 Personalitas: indifference, occasional irritability.

2. Stadium 2 (lama penyakit 3-10 tahun)


• Ingatan: hanya mengingat hal yang sudah diulang beberapa kali.
• Kemampuan visuospasial: spatial disorientation.
• Personalitas: indifference, irritability
• Bahasa: fluent aphasia.

in tage 3. Stadium 3 (lama penyakit 8-12 tahun)


V !
style
• Hanya tidur dan tidak mengingat apa-apa lagi selain kejadian masa lalu. (Alzheimer’s Association,
2018).
Stage Level Dekskripsi
Stage 1 Normal Tidak ada perubahan fungsi kognitif
Stage 2 Pelupa Mengeluh kehilangan sesuatu atau lupa nama teman, ttp tdk mempengaruhi
pekerjaan dan fungsi sosial. Umumnya mrpk bagian dari proses penuaan yg normal

stage 3 Early confusion Ada penurunan kognisi yang menyebabkan gangguan fungsi sosial dan kerja.
Anomia, kesulitan mengingat kata yang tepat dlm percakapan, dan sulit mengingat.
Pasien mulai sering bingung/anxiety

stage 4 Late confusion (early Pasien tdk bisa lagi mengatur keuangan atau aktivitas rumahtangga, sulit mengingat
AD) peristiwa yg baru terjadi, mulai meninggalkan tugas yang sulit, tetapi biasanya masih
menyangkal punya masalah memori

stage 5 Early dementia Pasien tidak bisa lagi bertahan tanpa bantuan orang lain. Sering terjadi disorientasi
(moderat AD) (waktu, tempat), sulit memilih pakaian, lupa kejadian masa lalu. Tetapi pasien
umumnya masih menyangkal punya masalah , hanya biasanya jadi curigaan atau
mudah depresi
stage 6 Middle dementia Pasien butuh bantuan untuk kegiatan sehari-hari (mandi, berpakaian, toileting), lupa
(moderat severe AD) nama keluarga, sulit menghitung mundur dari angka 10. Mulai muncul gejala agitasi,
paranoid, dan delusion

stage 7 Late dementia Pasien tidak bisa bicara jelas (mgkn cuma bergumam atau teriak), tidak bisa jalan,
atau makan sendiri. Inkontinensi urin dan feses. Kesadaran bisa berkurang dan
akhirnya koma.
Keadaan pasien Stadium 1 Stadium 2 Stadium 3
Lama penyakit 1-3 tahun 3-10 tahun 8-12 tahun
Bahasa Disorientasi topografi. fluent aphasia. -
Personalitas indiferens, kadang-kadang indiferens dan -
mudah marah mudah marah
Manifestasi pskiatri sedih atau beberapa delusi -
delusi
System motorik Normal restlessness, pacingl imb rigidity and
flexion poeture
EEG Normal slow background diffusely slow
rhythm
CT/ MRI Normal normal or ventricular ventricular and
and suical enlargeent sulcal enlargeent
PET/ SPECT bilateral parietal and bilateral posterior bilateral parietal
frontal hypometabolism/ hypometabolism/hyp and fronat
hyperfusion erfusion lhypometabolism/
hyperfusionInte
lektual function - - severely
deteriorated
Sphincter control - - urinary and fecal
Penatalaksanaan
1. Farmakologis

Terapi dengan menggunakan obat-obatan ini memiliki manfaat yaitu:

 Mengurangi progresifitas penyakit;

 Memberi rasa tenang;

 Mengurangi perubahan emosi;

 Memperlambat atau menghentikan kerusakan neuron.

Obat-obatan yang diberikan mampu meredakan gejala dengan cara meningkatkan


kadar zat kimia otak dan membantu gejala memori dan perubahan kognitif lainnya.
Jenis obat yang digunakan untuk mengobati gejala kognitif, yaitu diantaranya:
Lanj. Penatalaksanaan
a. Inhibitor kolinesterase
Inhibitor kolinesterase ini bekerja memperbaiki gejala neuropsikiatri, seperti agitasi
atau depresi, dengan meningkatkan tingkat komunikasi sel-ke-sel dengan
menyediakan neurotransmitter (asetilkolin) yang terkuras di otak oleh penyakit
Alzheimer. Inhibitor kolinesterase yang diresepkan oleh dokter biasanya mencakup
donepezil (Aricept), galantamine (Razadyne) dan rivastigmine (Exelon).

b. Memantine (Namenda)
Terkadang dikombinasi dengan inhibitor kolinesterase dan bekerja di
jaringankomunikasi sel otak yang lain. Obat ini mampu memperlambat perkembangan
gejala dengan penyakit Alzheimer sedang sampai parah.
Lanj.
Penatalaksanaan
c. Obat anti-depresan
Digunakan untuk membantu mengendalikan gejala perilaku yang terkait dengan
penyakit Alzheimer, tetapi penggunaan beberapa obat seharusnya digunakan secara
hati-hati. Seperti beberapa obat tidur umum - zolpidem (Ambien), eszopiclone
(Lunesta) dan lainnya – dapat meningkatkan kebingungan dan risiko jatuh.

d. Obat anti-kecemasan
Clonazepam (Klonopin) dan Lorazepam (Ativan) dapat meringankan gejala agitasi,
tetapi dapat meningkatkan risiko jatuh, kebingungan dan pusing.
Lanj.
2. Terapi non farmakologis
Penatalaksanaan
Cara terapi yang menggunakan
pendekatan selain obat-obatan yang memiliki
tujuan mengurangi gejala perilaku seperti
depresi, apatis, mengembara, gangguan tidur
berupa program kegiatan. Seperti terapi
puzzle, terapi teka-teki, terapi bermain catur,
terapi dengan berbagai keterampilan
( contohnya : melukis, menggambar, merajut
kain, menyulam benang, membuat kerajinan
tangan lainnya ), terapi bermain, terapi
belajar dan terapi relaksasi seperti menanam
tanaman dan excercise.
Lanj.
Penatalaksanaan
3. Caregiver
Caregiver sering digunakan untuk menggambarkan seseorang yang melakukan
perawatan pada orang yang mengalami keterbatasan. Tugas seorang caregiver adalah
sebagai emotional support, merawat klien seperti memandikan, memakaikan baju.
menyiapkan makan, dan mempersiapkan obat, lalu caregiver juga dapat membuat
keputusan tentang perawatan dan berkomunikasi dengan pelayanan kesehatan formal.
Pemeriksaan
Penunjang
1. Neuropatologi

Diagnosis definitif tidak dapat ditegakkan tanpa adanya konfirmasi neuropatologi. Secara umum didapatkan atrofi
yang bilateral, simetris, sering kali berat otaknya berkisar 100 gram (850-1250 gram).

2. Pemeriksaan neuropsikologik

Untuk menentukan ada atau tidak adanya gangguan fungsi kognitif umum dan mengetahui secara rinci pola defisit
yang terjadi. Tes psikologis ini juga bertujuan untuk menilai fungsi yang ditampilkan oleh beberapa bagian otak
yang berbeda-beda seperti gangguan memori, kehilangan ekspresi, kalkulasi, perhatian, dan pengertian berbahasa.

3. CT Scan dan MRI

Merupakan metode non invasif yang beresolusi tinggi untuk melihat kuantifikasi perubahan volume jaringan otak
pada penderita Alzheimer antemortem. Pemeriksaan ini berperan dalam menyingkirkan kemungkinan adanya
penyebab demensia lainnya selain Alzheimer seperti multi infark dan tumor serebri. Atropi kortikal menyeluruh dan
pembesaran ventrikel keduanya merupakan gambaran marker dominan yang sangat spesifik pada penyakit ini.
Pemeriksaan
Penunjang
4. EEG (elektroensefalogram)
Berguna untuk mengidentifikasi aktivitas bangkitan yang subklinis. Sedangkan pada
penyakit Alzheimer didapatkan perubahan gelombang lambat pada lobus frontalis yang
non spesifik.

5. PET (Positron Emission Tomography)


Pada penderita Alzheimer, hasil PET ditemukan penurunan aliran darah, metabolisme O₂,
dan glukosa di daerah serebral. Uptake I - 123 sangat menurun pada regional parietal, hasil
ini sangat berkolerasi dengan kelainan fungsi kognisi dan selalu sesuai dengan hasil
in tag e
V !
observasi penelitian neuropatologi.

style
Evol
u tion
Diagnosa Keperawatan

a) Gangguan memori berhubungan dengan faktor psikologis


( kecemasan, depresi, stress berlebihan, gangguan berduka, dll
b) Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan hambatan
psikologis ( gangguan psikotik, gangguan konsepdiri, harga diri
rendah, gangguan emosi )
c) Gangguan interaksi sosial berhubungan dengan ketidakteraturan
atau kekacauan lingkungan
d) Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan motivasi
atau minat
Intervensi
Dx 1
Gangguan memori berhubungan dengan faktor psikologis
(kecemasan, depresi, stress berlebihan, gangguan berduka, dll)

1. Identifikasi masalah memori yang dialami


2. Monitor prilaku dan perubahan memori selama terapi
3. Jelaskan tujuan dan prosedur latihan Ajarkan teknik memori
yang tepat mis: imajinasi visual, isyarat memori, permainan
memori
4. Rujuk pada terapi okupasi jika perlu
Intervensi
Dx 2
Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan hambatan psikologis (gangguan psikotik, gangguan
konsepdiri, harga diri rendah, gangguan emosi)

1. Monitor kecepatan, tekanan, kuantitas, volume, dan diksi bicara


2. Identifikasi perilaku emosional dan fisik sebagai bentuk komunikasi
3. Berikan dukungan psikologis
4. Anjurkan berbicara perlahan
5. Ajarkan klien dan keluarga proses kognitif, antomis, dan fisiologis yang berhubungan dengan
kemampuan berbicara
6. Periksa kemampuan pendengaran
7. Identifikasi metode komunikasi yang disukai klien mis: lisan, tulisan, gerakan bibir dan bahasa isyarat
8. Anjurkan menyampakan pesan dengan isyarat
My
G oals
Intervensi
Dx 3
Gangguan interaksi sosial berhubungan dengan ketidakteraturan atau
kekacauan lingkungan

1. Identtifikasi penyebab kurangnya keterampilan sosial


2. Motivasi untuk berlatih keterampilan sosial
3. Anjurkan mengungkapkan perasaan akbat masalah yang dialami
4. Anjurkan mengevaluasi pencapaian setiap interaksi
5. Latih keterampilan sosial secara bertahap
Intervensi Jiw
ku a
at!

Dx 4
Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan motivasi atau minat

1. Identifikasi kebiasaan akifitas perawaan diri sesuai usia


2. Monitor tingkat kemandirian
3. Identifikasi kebutuhan alat bantuk kebersihan diri, berpakaian, berhias dan
makan
4. Sediakan lingkungan yang terapeutik mis: suasana hangat, rileks, privasi
5. Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai kemampuan
Kesimpulan
Penyakit Alzheimer merupakan jenis gangguan otak yaitu
terjadinya kematian sel-sel otak yang menjadi penyebab disfungsi
memori, pemikiran, analisa, bahasa, dan aktivitas nervus lainnya.
Diagnosa keperawatan yang dapat diangkat yaitu, gangguan memori
berhubungan dengan faktor psikologis ( kecemasan, depresi, stress
berlebihan, gangguan berduka, gangguan komunikasi verbal
berhubungan dengan hambatan psikologis ( gangguan psikotik,
gangguan konsepdiri, harga diri rendah, gangguan emosi, gangguan
interaksi sosial berhubungan dengan ketidakteraturan atau kekacauan
lingkungan, defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan
motivasi atau minat.
Terima
kasih
Daftar Pustaka
Nisa, K. M., & Lisiswanti, R. (2016). Faktor Risiko Demensia Alzheimer. Medical
Journal of Lampung University, 5(4), 86–87.

Sianturi, A. G. M. (2021). Stadium, Diagnosis, dan Tatalaksana Penyakit


Alzheimer. Majalah Kesehatan Indonesia, 2(2), 39–44.
https://doi.org/10.47679/makein.202133

Wijaya, L. (2019). Penatalaksanaan Terkini Penyakit Alzheimer. Cermin Dunia


Kedokteran, 46(1), 62–63.
http://www.cdkjournal.com/index.php/CDK/article/view/544

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi III, Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi II, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI),
Edisi II, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai