Anda di halaman 1dari 23

SGD 1

Skenario 4
Here is where your presentation begins
Learning Objectif

Perubahan mental pada Kategori dementia


01 proses penuaan 03

Perubahan social pada Penatalaksanaan


02 lansia 04 dementia
0
1
Perubahan mental
pada proses penuaan
Rival
Anisa
Sebagian besar bagian tubuh bekerja kurang baik seiring bertambahnya usia.
Perubahan ini berkaitan dengan penurunan otak dalam mengelola memori, berfikir
dan proses mental lainnya yang disebut dengan penuaan kognitif.

Penuaan kognitif adalah versi dari bagian tubuh yang bekerja kurang efesien
karena usia, bukan karena penyakit atau kerusakan serius seperti degenerasi saraf
atau kerusakan signifikan pada neuron otak. Hilangnya efisiensi ini terjadi secara
bertahap.
Perubahan mental :
• Cemas, khawatir berlebihan dan takut
• Mudah tersinggung
• Sulit konsentrasi
• Bersifat ragu-ragu
• Merasa kecewa
• Pemarah dan agresif
• Reaksi fisik : Jantung berdebar, otot tegang dan sakit kepala
Windy
pengertian menua
Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan struktur dan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita.

proses menua
Teori mengenai penuaan dapat digolongkan menjadi 2 kelompok,yaitu kelompok
biologis dan teori psikososial
1.teori biologis
*teori genetik = secara genetic sudah terprogram bahwa material didalam inti sel
dikatakan bagaikan memiliki jam genetis terkait dengan frekuensi mitos.
2.teori psikososial
*teori aktivitas = menekankan pentingnya peran serta dalam kegiatan masyarakat
bagi kehidupan lansia,dasar teori ini adalah bahwa konsep diri seseiorang
bergantung pada aktivitasnya dalam berbagai peran.
Windy

Perubahan mental
faktor yang mempengaruhi perubahan mental yaitu,perubahan
fisik,kesehatan umum,tingkat
pendidikan,keturunan,lingkungan ,tingkat kecerdasan ,dan
ingatan.dari segi mental emosional lansia sering muncul perasaan
pesimis,timbulnya perasaan tidak aman dan cemas,adanya
kekacauan mental akut,merasa terancam akan timbulnya suatu
penyakit atau takut ditelantarkan karena tidak berguna lagi,masalah
kesehatan jiwa yang sering timbul pada lansia adalah
depresi,insomnia,paranoid,demensia,dan kecemasan.
02
Perubahan social
pada lansia
Aziza & Uwi

a. Perubahan fisik b. Perubahan sosial c. Perubahan psikologis

1) Sel 1) Peran Perubahan psikologis


2) Kardiovaskular 2) Keluarga pada lansia meliputi short
3) Respirasi 3) Teman term memory, frustasi,
4) Persarafan 4) Ekonomi kesepian, takut kehilangan
5) Muskuloskeletal 5) Rekreasi kebebasan, takut
6) Gastrointestinal 6) Keamanan menghadapi kematian,
7) Genitourinaria 7) Agama perubahan keinginan,
8) Vesika urinaria 8) Panti jompo depresi, dan kecemasan.
9) Vagina
10) Pendengaran
11) Penglihatan
12) Endokrin
13) Kulit
14) Belajar dan memori
03
Kategori dementia
Fadliyah, Ghina, Ranji
1. Kriteria Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, fourth edition, text revision (DSM-IV-TR).
Rumusan dari kriteria diagnostik DSM-IV-TR adalah seperti berikut:

Perkembangan defisit kognitif multipel terdiri dari:


 Gangguan memori (gangguan kemampuan dalam mempelajari informasi baru atau mengingat informasi yang sudah dipelajari)

 Salah satu atau lebih gangguan kognitif berikut:


 Afasia (gangguan berbahasa)
 Apraksia (gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas motorik dalam keadaan fungsi otot yang normal)
 Agnosia (kegagalan untuk mengenali atau menamai objek)
 Gangguan fungsi berfikir abstrak (contoh : merencanakan, berorganisasi)

Gangguan kognitif di atas menyebabkan gangguan yang berat pada fungsi sosial dan pekerjaan penderita.

Kelainan ini ditandai dengan proses yang bertahap dan penurunan fungsi kognitif yang berkelanjutan.

Gangguan kognitif di atas tidak disebabkan oleh hal-hal berikut:


 Kelainan SSP lain yang menyebabkan gangguan memori yang progresif (misalnya gangguan peredaran darah otak, Parkinson
dan tumor otak)
 Kelainan sistemik yang dapat menyebabkan demensia (misalnya hipotiroidisme, defisiensi vitamin B dan asam folat, defisiensi
niasin, hiperkalemi, neurosifilis dan infeksi HIV).

Kelainan pasien tidak disebabkan oleh delirium.


Kelainan tidak disebabkan oleh kelainan aksis 1 (misalnya gangguan depresi dan skizofrenia).
2. Skor iskemik Hachinski
Skor Iskemik Hachinski adalah seperti berikut:

Riwayat dan gejala Skor


Awitan mendadak 2
Deteriorasi bertahap 1 Skor ini berguna untuk
Perjalanan klinis fluktuatif 2 membedakan demensia
Kebingungan malam hari 1
Alzheimer dengan
demensia vaskular. Bila
Kepribadian relatif terganggu 1
skor ≥7: demensia
Depresi 1 vaskular. Skor ≤4:
Keluhan somatic 1 penyakit Alzheimer.
Emosi labil 1
Riwayat hipertensi 1
Riwayat penyakit serebrovaskuler 2
Arteriosklerosis penyerta 1
Keluhan neurologi fokal 2
Gajala neurologi fokal 2
Pedoman Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders- IV (DSM-IV) sering digunakan sebagai gold standar
untuk diagnosis klinis dementia. Kriteria ini termasuk adanya gangguan memori dan tidak adanya salah 1 dari gangguan
kognitif seperti afasia, apraksia, agnosia dan gangguan fungsi eksekutif.
Domain kognitif Pertanyaan
Amnesia Apakah sering lupa? perlahan-lahan atau mendadak gejalanya?
Apakah semakin betambah berat?
Jika ya, apakah gejala dirasa hilang timbul/stepwise/menurun perlahan- lahan? Jangka
waktu pendek/panjang?

Dan salah satu di bawah ini:


Afasia Apakah sulit menemukan kata-kata atau kesulitan dalam berkomunikasi?

Apraksia Adakah kesulitan dalam mengancingkan/ memakai baju? Adakah kesulitan dalam
menggunakan peralatan makan saat makan?

Agnosia Adakah kesulitan mengenali keluarga?


Disfungsi eksekutif Apakah ada keluhan mengenai pengaturan uang? Sering kehilangan uang? Adakah
perubahan dalam kemampuan mengambil keputusan? Apakah pekerjaan menjadi tidak
terorganisasi?
Kecacatan yang signifikan pada fungsi social dan Apakah pasien menjadi kurang mandiri dalam:
pekerjaan - Komunitas?
- Merawat rumah?
- Perawatan diri?
1. Mini Mental State Examination (MMSE)Pemeriksaan demensia dapat menggunakan Mini Mental
StateExamination (MMSE) yang merupakan gold standar untuk diagnosis demensia. Pemeriksaan
neuropsikologi ini pertama kali diperkenalkan oleh Folstein pada tahun 1975. Pemeriksaan ini mudah
dikerjakan dan membutuhkan waktu yang relatif singkat yaitu antara lima sampai sepuluh menit yang
mencakup penilaian orientasi, registrasi, perhatian dan kalkulasi, mengingat kembali serta bahasa. Pasien
dinilai secara kuantitatif pada fungsi- fungsi tersebut dengan nilai sempurna adalah 30. Pemeriksaan
MMSE dapat digunakan secara luas sebagai pemeriksaan yang sederhana dan cepat untukmencari
kemungkinan munculnya defisit kognitif sebagai tanda demensia (Kaplan & Sadock, 2007). Pemeriksaan
ini juga digunakan secara luas pada praktik klinis sebagai instrumen skrining kognitif yang telah dibuktikan
dalam studi National Institute of Mental Health yang menyebutkan bahwa MMSE sebagai penilai fungsi
kognitif yang direkomendasikan untuk kriteria diagnosis penyakit Alzheimer dan dikembangkan oleh
National Institute of Neurological and Communication Disorders & Stroke and the Alzheimer’s Disease &
Related Disordes Association (Zulsita, Arni, 2011 cit McKhann et al, 1984).

Menurut Folstein (1990), interpretasi MMSE didasarkan pada skor yang diperoleh pada saat pemeriksaan:
2. Skor 27-30 diinterpretasikan sebagai fungsi kognitif normal,
3. Skor 21-26 diinterpretasikan sebagai gangguan fungsi kognitif ringan
4. Skor 10-20 diinterpretasikan sebagai gangguan fungsi kognitif sedang
5. Skor < 10 diinterpretasikan sebagai gangguan fungsi kognitif berat.
04
Penatalaksanaan
dementia
Sonya
a. Obat-obatan

1. Obat penghambat kolinesterase


Obat ini bekerja dengan meningkatkan senyawa kimia di otak yang terlibat
dalam memori dan penilaian. Contoh obat-obatan yang digunakan adalah
donepezil (Aricept), rivastigmine (Exelon) dan galantamine (Razadyne).

2. Obat mmemantine
Obat ini bekerja dengan mengatur aktivitas glutamat, pembawa pesan
kimiawi lain yang terlibat dalam fungsi otak, yakni pembelajar dan
pengelolahan memori
Sonya
b. Terapi

1. Terapi okupasi. Perawatan ini membantu pengasuh pasien dan pasien


ketika gejala muncul. Tujuannya, untuk mencegah terjadi kecelakaan
atau terjatuh yang bisa memengaruhi kesehatan.
2. Perubahan lingkungan. Suasana yang jauh dari kebisingan dan aman
tentu membantu pasien demensia untuk lebih fokus dalam menjalankan
aktivitas. Keluarga dan pengasuh biasanya akan diminta untuk
menyembunyikan berbagai benda yang sifatnya membahayakan, seperti
pisau.
3. Menyederhanakan tugas harian. Pasien demensia mudah kesulitan
melakukan aktivitas yang biasanya mudah dilakukan orang normal. Oleh
karena itu, dalam terapi ini, pasien akan diajarkan untuk lebih fokus
serta mengikuti langkah-langkah mudah dalam menyelesaikan suatu
kegiatan.
Fikriyah
Sari
Thank You

Anda mungkin juga menyukai