Anda di halaman 1dari 13

DEMENSIA

1. Definisi
Demensia merupakan suatu sindrom akibat penyakit / gangguan otak yang biasanya
bersifat kronik – progresif, dimana terdapat gangguan fungsi luhur kortikal yang multiple
(multiple higher cortical function), termasuk di dalamnya : daya ingat, daya pikir, orientasi,
daya tangkap (comprehension), berhitung, kemampuan belajar, berbahasa, dan daya nilai
(judgement). Umumnya disertai dan ada kalanya diawali dengan kemrosotan (deterioration)
dalam pengendalian emosi, perilaku sosial, atau motivasi hidup.

2. Tanda dan Gejala

a. Adanya penurunan kemampuan daya ingat dan daya pikir, yang sampai
mengganggu kegiatan harian seseorang ( personal activities of daily living ) seperti :
mandi, berpakaian, makan, kebersihan diri, buang air besar dan kecil
b. Tidak ada gangguan kesadaran ( clear consiousness )
c. Gejala dan disabilitas sudah nyata untuk paling sedikit 6 bulan.

3. Penyebab Demensia :
a. Sindroma demensia dengan penyakit yang etiologi dasarnya tidak dikenal, Sering
pada golongan ini tidak ditemukan atrofia serebri, mungkin kelainan terdapat
pada tingkat subseluler atau secara biokimiawi pada sistem enzim, atau pada
metabolisme seperti yang ditemukan pada penyakit alzheimer dan demensia senilis.
b. Sindroma demensia dengan etiologi yang dikenal tetapi belum dapat diobati,
Penyebab utama dalam golongan ini diantaranya :
1) Penyakit degenerasi spino-serebelar.
2) Subakut leuko-ensefalitis sklerotik van Bogaert
3) Khorea Huntington
4) penyakit jacob-creutzfeld dll
c. Sindoma demensia dengan etiologi penyakit yang dapat diobati, dalam golongan ini
diantaranya :
1) Penyakit cerebro kardiofaskuler
2) penyakit- penyakit metabolik
3) Gangguan nutrisi
4) Akibat intoksikasi menahun
5) Hidrosefalus komunikans

Demensia (pikun) adalah kemunduran kognitif yang sedemikian berat sehingga


mengganggu aktivitas hidup sehari- hari dan aktivitas sosial. Kemunduran kognitif
pada demensia biasanya diawali dengan kemunduran memori atau daya ingat (pelupa).
Demensia terutama yang disebabkan oleh penyakit Alzheimer berkaitan erat dengan usia
lanjut. Penyakit alzheimer ini 60% menyebabkan kepikunan atau demensia dan
diperkirakan akan meningkat
terus.
Gejala klasik penyakit demensia alzheimer adalah kehilangan memori (daya ingat)
yang terjadi secara bertahap, termasuk kesulitan menemukan atau menyebutkan kata yang
tepat, tidak mampu mengenali objek, lupa cara menggunakan benda biasa dan sederhana,
seperti pensil, lupa mematikan kompor, menutup jendela atau menutup pintu, suasana
hati dan kepribadian dapat berubah, agitasi, masalah dengan daya ingat, dan membuat
keputusan yang buruk dapat menimbulkan perilaku yang tidak biasa.
Gejala ini sangat bervariasi dan bersifat individual. Gejala bertahap penyakit
alzheimer dapat terjadi dalam waktu yang berbeda- beda, bisa lebih cepat atau lebih lambat.
Gejala tersebut tidak selalu merupakan penyakit alzheimer, tetapi apabila gejala tersebut
berlangsung semakin sering dan nyata, perlu dipertimbangkan kemungkinan penyakit
alzheimer (Nugroho,
2008).
Demensia mempunya kriteria derajat keparahan sebagai berikut :
a. Ringan : Walaupun terdapat gangguan berat daya kerja dan aktivitas sosial, kapasitas
untuk hidup mandiri tetap dengan higiene personal cukup dan penilaian umum yang
baik.
b. Sedang : Hidup mandiri berbahaya diperlukan berbagai tingkat suportivitas.
c. Berat : Aktivitas kehidupan sehari-hari terganggu sehingga tidak berkesinambungan,
inkoheren
Penyakit demensia alzheimer menurut Nugroho (2008) dapat berlangsung dalam tiga
stadium yaitu stadium awal, stadium menengah, dan stadium lanjut.
Stadium awal atau demensia ringan ditandai dengan gejala yang sering diabaikan dan
disalahartikan sebagai usia lanjut atau sebagai bagian normal dari proses menua. Umumnya
klien menunjukkan gejala kesulitan dalam berbahasa, mengalami kemunduran daya ingat
secara bermakna, disorientasi waktu dan tempat, sering tersesat ditempat yang biasa
dikenal kesulitan membuat kesulitan, keputusan, kehilangan inisiatif dan motivasi, dan
kehilangan minat dalam hobi dan agitasi. Stadium menengah atau demensia sedang ditandai
dengan proses penyakit berlanjut dan masalah menjadi semakin nyata. Pada stadium ini,
klien mengalami kesulitan melakukan aktivitas kehidupan sehari- hari dan menunjukkan
gejala sangat mudah lupa terutama untuk peristiwa yang baru dan nama orang, tidak dapat
mengelola kehidupan sendiri tanpa timbul masalah, sangat bergantung pada orang lain,
semakin sulit berbicara, membutuhkan bantuan untuk kebersihan diri (ke toilet, mandi dan
berpakaian), dan terjadi perubahan perilaku, serta adanya gangguan kepribadian.
Stadium lanjut atau demensia berat ditandai dengan ketidakmandirian dan inaktif
total, tidak mengenali lagi anggota keluarga (disorientasi personal), sukar memahami dan
menilai peristiwa, tidak mampu menemukan jalan di sekitar rumah sendiri, kesulitan
berjalan, mengalami inkontinensia (berkemih atau defekasi), menunjukkan perilaku tidak
wajar dimasyarakat, akhirnya bergantung dikursi roda atau tempat tidur.

4. Metode
Cara Materi demensia disampaikan dengan cara tatap muka dengan pasien dan

Waktu Waktu yang digunakan dalam menyampaikan materi skizofrenia selama 20

Alat Alat bantu yang digunakan adalah leaflet (terlampir)


Langkah-Langkah 1. Penyuluh menjelaskan materi tentang skizofrenia dengan alat bantu

berupa leaflet

2. Penyuluh memberikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk


membaca kembali leaflet yang telah diberikan
3. Penyuluh memberikan kesempatan kepada pasien dan keluarga
Evaluasi bertanya
Evaluasi dilakukan dengan cara berdiskusi kembali antara penyuluh,

keluarga dan pasien, serta penyuluh memberikan sedikit-sedikit


pertanyaan kepada keluarga dan punyuluh.
SKIZOFRENIA

1. Definisi
Skizofrenia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu gangguan
psikiatrik mayor yang ditandai dengan adanya perubahan pada persepsi, pikiran, afek, dan
perilaku seseorang. Kesadaran yang jernih dan kemampuan intelektual biasanya tetap
terpelihara, walaupun defisit kognitif tertentu dapat berkembang kemudian (Sadock, 2003).
Menurut Temes (2011) skizofrenia adalah penyakit mental yang serius dan
mengkhawatirkan yang ditandai dengan penurunan atau ketidakmampuan berkomunikasi,
gangguan realitas (berupa halusinasi dan waham), gangguan kognitif (tidak mampu berpikir
abstrak) serta mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Episode akut dari
skizofrenia ditandai dengan waham, halusinasi, pikiran yang tidak logis, pembicaraan yang
tidak koheren, dan perilaku yang aneh.

2. Penyebab
Beberapa penyebab terjadinya skizofrenia adalah sebagai berikut:
1. Faktor Genetik
Skizofrenia melibatkan lebih dari satu gen, sebuah fenomena yang disebut
quantitative trait loci.
2. Faktor Biokimia
Skizofrenia timbul dari ketidak seimbangan kimiawi otak yang disebut
neurotransmitter, yaitu terjadinya aktivitas neurotransmitter dopamine yang berlebihan
di bagian bagian tertentu otak atau dikarenakan sensitivitas yang abnormal terhadap
dopamine.
3. Faktor Psikologis dan Sosial Faktor psikososial
Meliputi adanya kerawanan herediter yang semakin lama semakin kuat, adanya
trauma yang bersifat kejiwaan, adanya hubungan orang tua anak yang patogenik, serta
interaksi yang patogenik dalam keluarga.
4. Struktur otak
Daerah otak yang mendapatkan banyak perhatian adalah system limbik dan
ganglia basalis. Otak pada penderita skizofrenia terlihat sedikit berbeda dengan orang
normal, ventrikel terlihat melebar, penurunan massa abu-abu dan beberapa area terjadi
peningkatan maupun penurunan aktifitas metabolic. Pemeriksaan mikroskopis dan jaringan
otak ditemukan sedikit perubahan dalam distribusi sel otak yang timbul pada masa prenatal
karena tidak ditemukannya sel gila, biasa timbul pada trauma otak setelah lahir.

3. Tanda dan gejala


Tanda dan gejala yang menunjukkan seseorang mengalami skizofrenia,
 mengisolasi diri atau menarik diri dari pergaulan sosial,
 irasional,
 mengatakan atau meyakini sesuatu yang aneh atau ganjil,
 peningkatan paranoia atau mempertanyakan motivasi orang lain,
 mudah emosi,
 permusuhan atau kecurigaan,
 peningkatan ketergantungan pada obat-obatan atau alkohol (dalam upaya untuk
mengobati diri),
 kurangnya motivasi,
 berbicara dengan cara yang aneh tidak seperti diri mereka sendiri, sering tertawa pada
waktu yang tidak tepat,
 insomnia atau susah tidur dan
 penurunan dalam penampilan pribadi dan kebersihan.

4. Penatalaksanaan
 Pada penderita skizofrenia, obat ini bisa menurunkan agitasi dan rasa cemas,
menurunkan atau mencegah halusinasi dan delusi, serta membantu menjaga
kemampuan berpikir dan mengingat.
 Setelah gejala skizofrenia reda, penderita membutuhkan terapi psikologis di samping
harus tetap melanjutkan konsumsi obat. Di dalam terapi psikologis, penderita akan
diajari cara mengatasi stres dan mengendalikan penyakit mereka melalui identifikasi
tanda-tanda kambuh.
 Selain itu, penderita juga akan diajari cara meningkatkan kemampuan komunikasi
agar bisa tetap berinteraksi secara sosial. Terapi ini juga bermanfaat untuk kembali
mengembangkan kemampuan penderita dalam bekerja. Terapi psikologis tidak hanya
diperuntukkan bagi penderita. Ahli terapi juga perlu memberikan edukasi pada
keluarga penderita tentang cara menghadapi skizofrenia.

5. Metode
Metode Penyampaian Cara Materi skizofrenia disampaikan dengan cara
berdiskusi dengan pasien dan keluarga
Waktu Waktu yang digunakan dalam
menyampaikan materi skizofrenia selama 20
menit
Alat Alat bantu yang digunakan adalah leaflet
(terlampir)
Langkah-Langkah 1. Penyuluh menjelaskan materi tentang
skizofrenia dengan alat bantu berupa leaflet
2. Penyuluh memberikan kesempatan kepada
pasien dan keluarga untuk membaca kembali
leaflet yang telah diberikan
3. Penyuluh memberikan kesempatan kepada
pasien dan keluarga bertanya
4. Penyuluh melakukan evaluasi terhadap
materi yang telah disampaikan
Evaluasi Evaluasi dilakukan dengan cara pasien dan
keluarga diminta untuk menceritakan
kembali apa yang telah disampaikan oleh
penyuluh
GANGGUAN DEPRESI

1. Definisi
Depresi merupakan salah satu gangguan mood yang ditandai oleh hilangnya
perasaan kendali dan pengalaman yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan
gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur, nafsu makan, psikomotor,
konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta keinginan
bunuh diri.
Menurut WHO, depresi merupakan gangguan mental yang ditandai dengan
munculnya gejala penurunan mood, kehilangan minat terhadap sesuatu, perasaan
bersalah, gangguan tidur atau nafsu makan, kehilangan energi, dan penurunan
konsentrasi (World Health Organization, 2010).
Depresi merupakan gangguan mental yang serius yang ditandai dengan perasaan
sedih dan cemas. Gangguan ini biasanya akan menghilang dalam beberapa hari tetapi
dapat juga berkelanjutan yang dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari (National
Institute of Mental Health, 2010).

2. Penyebab
Faktor penyebab depresi dapat secara buatan dibagi menjadi faktor biologi, faktor
genetik, dan faktor psikososial.
a. Faktor biologi
Neurotransmiter yang terkait dengan patologi depresi adalah serotonin dan
epineprin. Penurunan serotonin dapat mencetuskan depresi, dan pada pasien bunuh
diri, beberapa pasien memiliki serotonin yang rendah. Pada terapi despiran mendukung
teori bahwa norepineprin berperan dalam patofisiologi depresi. Selain itu aktivitas
dopamin pada depresi adalah menurun. Hal tersebut tampak pada pengobatan yang
menurunkan konsentrasi dopamin seperti Respirin, dan penyakit dimana konsentrasi
dopamin menurun seperti parkinson, adalah disertai gejala depresi. Obat yang
meningkatkan konsentrasi dopamin, seperti tyrosin, amphetamine, dan bupropion,
menurunkan gejala depresi.
b. Faktor Genetik
Penelitian genetik dan keluarga menunjukkan bahwa angka resiko di antara
anggota keluarga tingkat pertama dari individu yang menderita depresi berat (unipolar)
diperkirakan 2 sampai 3 kali dibandingkan dengan populasi umum. Angka keselarasan
sekitar 11% pada kembar dizigot dan 40% pada kembar monozigot. Pengaruh genetik
terhadap depresi tidak disebutkan secara khusus, hanya disebutkan bahwa terdapat
penurunan dalam ketahanan dan kemampuan dalam menanggapi stres. Proses menua
bersifat individual, sehingga dipikirkan kepekaan seseorang terhadap penyakit adalah
genetik.
c. Faktor Psikososial
Menurut Freud dalam teori psikodinamikanya, penyebab depresi adalah
kehilangan objek yang dicintai. Ada sejumlah faktor psikososial yang diprediksi
sebagai penyebab gangguan depresi yang pada umumnya berhubungan dengan
kehilangan. Faktor psikososial tersebut adalah hilangnya peranan sosial, hilangnya
otonomi, kematian teman atau sanak saudara, penurunan kesehatan, peningkatan
isolasi diri, keterbatasan finansial, dan penurunan fungsi kognitif.

3. Tanda dan gejala


Gejala utama ( pada derajat ringan, sedang, dan berat )
- Afek depresif
- Kehilangan minat dan kegembiraan
- Berkurangnya energi yang menuju meningkatknya keadaan mudah lelah (rasa
lelah yang nyata setelah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas
Gejala lainnya
- Konsentrasi dan perhatian berkurang
- Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
- Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
- Pandangan tentang masa depan yang suram dan pesimistis
- Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
- Tidur terganggu
- Nafsu makan berkurang

Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan masa
minimal 2 minggu untuk menegakkan diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek
dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat

4. Penatalaksanaan
 Edukasi
1. Konseling dan edukasi pada pasien dan keluarga
a. Jangan menganggap pasien malas atau tidak mau mengerjakan tugasnya,
hal ini terjadi karena gejala-gejala penyakit itu sendiri. Keluarga harus
memberikan dukungan pada pasien.
b. Kadang-kadang pasien membutuhkan pengobatan yang lama,sehingga
keluarga perlu memantau agar pasien melaksanakan pengobatan dengan
benar, termasuk minum obattiap hari.
2. Intervensi psikososial
a. Lakukan penentraman dalam komunikasi terapeutik, dorong pasien untuk
mengekspresikan pikiran perasaan tentang gejala dan riwayat gejala
b. Beri penjelasan adanya pengaruh antara faktor fisik dan psikologis.
c. Bicarakan dan sepakati rencana pengobatan dan follow-up, bagaimana
menghadapi gejala, dan dorong untuk kembali ke aktivitas normal.
d. Ajarkan teknik relaksasi.
e. Anjurkan untuk berolahraga teratur atau melakukan aktivitas yang
disenangi atau menerapkan perilaku hidup sehat.
f. Ajarkan untuk selalu berpikir positif dan manajemen stress dengan baik.

 Farmakologi
Obat-obat Antidepresan
No Jenis Obat Merk Dagang Sediaan Dosis Anjuran
1 Amitriptuline Amitriptyline Tab, 25 mg 75-150 mg/hari
Imipramine Tofranil Tab, 25 mg 75-150 mg/hari
Clomipramine Anafranil Tab, 25 mg 75-150 mg/hari
Tianeptine Stablon Tab, 12,5 mg 25-50 mg/hari
2 Maprotiline Ludiomil Tab, 10;25;50;75 mg 75-150 mg/hari
Mianserin Tolvon Tab, 10 mg 30-60 mg/hari
Amoxapine Asendin Tab, 100 mg 200-300 mg/hari
3 Moclobemide Aurorix Tab, 150 mg 300-600 mg/hari
4 Sertaline Zoloft Tab, 50 mg 50-100 mg/hari
Paroxetine Seroxat Tab, 20 mg 20-40 mg/hari
Fluvoxamine Luvox Tab, 50 mg 50-100 mg/hari
Fluoxetine Prozac Tab, 20 mg 20-40 mg/hari
Duloxetine Cymbalta Caplet 30;60 mg 30-60 mg/hari
Citalopram Cipram Tab, 20 mg 20-60 mg/hari
5 Trazadone Trazone Tab, 50;150 mg 100-200 mg/hari
Mirtazapine Remeron Tab, 30 mg 15-45 mg/hari
Venlafaxine Efexor-XR Cap, 75 mg 75-1500 mg/hari

 ECT (Electroconvulsive Therapy)


ECT digunakan bila pasien tidak berespon terhadap farmakoterapi dengan
dosis yang sudah adekuat atau tidak dapat mentoleransi farmakoterapi atau atau
pada tampilan klinis yang sangat berat yang memperlihatkan perbaikan sangat
cepat dengan menggunakan ECT.
Indikais utama ECT adalah depresi berat.
5. Metode
Cara Materi gangguan depresi disampaikan dengan cara berdiskusi dengan
pasien dan keluarga
Waktu Waktu yang digunakan untuk menyampaikan selama 20 menit
Alat Alat bantu yang digunakan adalah leaflet (terlampir)
Langkah-Langkah 1. Penyuluh menjelaskan materi tentang gangguan depresi dengan
menggunakan alat bantu leaflet
2. Penyuluh memberikan kesempatan kepada pasien dan keluarga
untuk membaca kembali leaflet yang telah diberikan
3. Penyuluh memberikan kesempatan kepada pasien dan keluarga
untuk bertanya
4. Penyuluh memberikan evaluasi terhadap materi yang telah
disampaikan
Evaluasi Penyuluh meminta pasien dan keluarga untuk menyampaikan kembali
apa yang telah disampaikan penyuluh
GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR

1. Definisi
Gangguan Bipolar dikenal juga dengan gangguan manik depresi, yaitu gangguan pada
fungsi otak yang menyebabkan perubahan yang tidak biasa pada suasana 2 perasaan, dan
proses berfikir. Disebut Bipolar karena penyakit kejiwaan ini didominasi adanya fluktuasi
periodik dua kutub, yakni kondisi manik (bergairah tinggi yang tidak terkendali) dan depresi.
(Israr YA. 2009)
Gejala Gangguan Jiwa Bipolar bervariasi antara satu orang dengan lainnya. Pada
sebagian orang, masalah timbul ketika dalam kondisi mania, pada orang lain masalah timbul
pada kondisi depresi. Kadang kadang gejala mania dan depresi muncul bersamaan
(campuran).
Kebanyakan pasien dengan gangguan afektif bipolar secara potensial dengan terapi
yang optimal dapat kembali fungsi yang normal. Dengan pengobatan yang kurang optimal
hasilnya kurang baik dan dapat kambuh untuk melakukan bunuh diri lagi. Data menunjukkan
bahwa pengobatan sering kurang optimal.1 Studi longitudinal bahwa pasien dengan
kecenderungan bunuh diri pada kasus dengan afektif bipolar 50% dapat dikurangi dengan
terapi maintenance/pemeliharaan dan terapi depresi yang tepat. (Israr YA. 2009)

2. Penyebab
Penyebab gangguan bipolar bersifat komplek atau multi faktor. Gangguan bipolar
bukan hanya disebabkan oleh adanya gangguan keseimbangan kimia didalam otak yang cukup
disembuhkan dengan minum obat-obatan. Para ahli berpendapat bahwa gangguan bipolar
disebabkan oleh kombinasi faktor biologis, psikologis dan sosial. Ada beberapa faktor yang
diduga meningkatkan resiko terkena gangguan bipolar, yaitu:
 Mempunyai hubungan darah atau saudara penderita gangguan bipolar ƒ
 Periode pengalaman hidup yang sangat menekan (stressful)
 Penyalah guna obat atau alcohol
 Perubahan hidup yang besar, seperti ditinggal mati orang yang dicintai
 Usia awal 20an tahun
Menurut teori stress-vulnerability model, ada beberapa resiko atau faktor penyebab
gangguan jiwa bipolar, yaitu:
1. Genetika dan riwayat keluarga. Penderita bipolar lebih sering dijumpai pada
penderita yang mempunyai saudara atau orang tua dengan gangguan bipolar. Riwayat pada
keluarga dengan penyakit bipolar bukan berarti anak atau saudara akan pasti menderita
gangguan bipolar. Penelitian menunjukkan bahwa pada orang orang dengan riwayat
keluarga penderita bipolar maka kemungkinannya terkena bipolar akan sedikit lebih besar
dibandingkan masyarakat pada umumnya. Artinya ada faktor predisposisi terhadap
gangguan bipolar. Hanya saja, tanpa adanya faktor pemicu, maka yang bersangkutan tidak
akan terkena gangguan bipolar. Faktor predisposisi gangguan bipolar bisa terjadi juga
karena anak meniru cara bereaksi yang salah dari orang tuanya yang menderita gangguan
bipolar.
2. Kerentanan psikologis(psychological vulnerability). Kepribadian dan cara seseorang
menghadapi masalah hidup kemungkinan juga berperanan dalam mendorong munculnya
gangguan bipolar.
3. Lingkungan yang menekan (stressful) dan kejadian dalam hidup (live events). Riwayat
pelecehan, pengalaman hidup yang menekan.
4. Gangguan neurotransmitter di otak.
5. Gangguan keseimbangan hormonal.
6. Faktor biologis. Ada beberapa perubahan kimia di otak yang diduga terkait dengan
gangguan bipolar. Hal ini menunjukkan adanya faktor biologis dalam masalah gangguan
bipolar. (Jiwo T. 2012)

3. Tanda dan Gejala


Gejala Gangguan Jiwa Bipolar bervariasi antara satu orang dengan lainnya.
Pada sebagian orang, masalah timbul ketika dalam kondisi mania, pada orang lain masalah
timbul pada kondisi depresi. Kadang kadang gejala mania dan depresi muncul bersamaan
(campuran).
Pada kondisi mania, beberapa gejala yang muncul antara lain:
 Euphoria (gembira)
 Inflated self-esteem (percaya diri berlebihan)
 Poor judgment (kemampuan menilai menjadi jelek)
 Bicara cepat
 Racing thoughts (pikiran saling berkejar-kejaran)
 Aggressive behavior (perilaku agresif)
 Agitation or irritation (agitasi atau iritasi)
 Kegiatan fisik meningkat
 Risky behavior (perilaku yang berbahaya)
 Spending sprees or unwise financial choices (tidak mampu mengelola uang,
mengeluarkan uang tanpa perhitungan)
 Meningkatnya dorongan untuk berprestasi atau mencapai tujuan
 Meningkatnya dorongan seksual
 Berkurangnya dorongan untuk tidur, tidak merasa mengantuk.
 Gampang terganggu konsentrasi
 Berlebihan dalam mengkonsumsi alkohol atau obat-obatan
 Sering bolos sekolah atau kerja
 Mempunyai waham atau keluar dari realitas
 Prestasi kerja atau sekolah menurun
Pada kondisi depresi, gejala yang muncul antara lain:
 Kesedihan
 Merasa tanpa harapan
 Keinginan atau tindakan bunuh diri
 Anxiety (kecemasan)
 Perasaan bersalah
 Gangguan tidur
 Nafsu makan menurun atau bahkan naik.
 Merasa lelah berlebihan
 Hilangnya minat pada kegiatan yang dulu dinilainya menarik/ menyenangkan
 Sulit berkonsentrasi
 Mudah tersinggung
 Rasa nyeri kronis tanpa alasan yang jelas
 Sering mangkir sekolah/kerja
 Prestasi rendah di sekolah atau tempat kerja
Gangguan jiwa bipolar, sering juga mempunyai gejala gejala sebagai berikut:
1. Seasonal changes in mood, perubahan suasana hati musiman. Seperti pada penyakit
Seasonal Affective Disorder (gangguan affektif musiman), suasana hati atau mood
penderita bipolar dapat berubah selaras dengan perubahan musim. Beberapa penderita
menjadi mania atau hipomania dimusim semi dan musim panas, kemudian berubah
menjadi depresi dimusim gugur atau musim dingin. Pada beberapa penderita bipolar
lain, gejalanya malah kebalikannya, yaitu depresi di musim panas namun hipomania
atau mania dimusim dingin.
2. Rapid cycling bipolar disorder. Pada beberapa penderita gangguan bipolar perubahan
suasana hati berlangsung cepat, yaitu mengalami perubahan mood (suasana hati) 4 kali
atau lebih dalam setahun. Namun kadang kadang, perubahan perasaan bisa
berlangsung lebih cepat, yaitu dalam hitungan jam.
3. Psikosis. Pada penderita bipolar dengan gejala mania atau depresi berat, sering muncul
gejala psikosis yaitu pemikiran yang tidak berdasar realita. Gejalanya bisa berupa
halusinasi (suara atau penglihatan) dan delusi (percaya sesuatu yang berbeda dengan
kenyataan).

Gejala gangguan bipolar pada anak anak dan remaja


Biasanya tidak jelas perubahan dari mania ke depresi atau sebaliknya, pada anak anak
dan remaja, gejala yang menonjol adalah sikap yang mudah meledak (marah atau menangis),
perubahan suasana hati yang cepat, agresif dan ugal-ugalan/sembrono (reckless). Sebagai
contoh, seorang anak dengan gangguan bipolar bisa terlihat sangat gamang atau pandir/bodoh,
dan kemudian diikuti dengan tangisan atau kemarahan panjang dalam kurun waktu satu hari.
Pada seseorang yang menderita gangguan jiwa bipolar, sebelum mendapat diagnosaatau
beberapa saat setelah didiagnosa, sering ditemukan beberapa penyakit lain.Kondisi tersebut
perlu didiagnosa dan diobati karena dapat memperburuk gangguan bipolar.
Beberapa kondisi tersebut adalah:
a. Anxiety disorder, gangguan kecemasan termasuk didalamnya post traumatic stress
disorder (PTSD yang banyak diderita tentara Amerika yang berperang di Afghanistan),
phobia social, dan generalized anxiety disorder.
b. Attention-deficit/ hyperactivity disorder (ADHD), Gangguan hiperaktivitas dan kurang
atensi/ perhatian, ADHD mempunyai gejala yang tumpang tindih (overlap) dengan
gangguan bipolar. Oleh karena itu, gangguan bipolar sering sulit dibedakan dari
ADHD. Gangguan ADHD sering keliru didiagnosa gangguan bipolar, atau sebaliknya.
Bahkan kadang seseorang didiagnosa dengan 2 penyakit sekaligus.
c. Kecanduan obat bius. Banyak penderita gangguan bipolar juga kecanduan rokok,
alcohol atau obat obatan. Obat obatan atau alcohol seperti dapat meringankan gejala
bipolar, namun sebenarnya akan dapat memicu, memperparah atau memperlama
depresi atau mania.
d. Gangguan kesehatan fisik. Penderita gangguan jiwa bipolar sering menderita sakit
jantung, kelenjar gondok atau kegemukan.
Gangguan bipolar sering menimbulkan komplikasi berupa:
 Masalah terkait kepada kecanduan alcohol atau narkoba.
 Masalah hukum
 Masalah keuangan.
 Permasalahan hubungan sosial
 Isolasi dan hidup menyendiri
 Kinerja buruk di sekolah atau ditempat kerja.
 Sering bolos kerja atau sekolah.
 Bunuh diri

4. Metode
Cara Materi gangguan bipolar disampaikan dengan cara berdiskusi dengan
pasien dan keluarga
Waktu Waktu yang digunakan untuk menyampaikan selama 20 menit
Alat Alat bantu yang digunakan adalah leaflet (terlampir)
Langkah-Langkah 1. Penyuluh menjelaskan materi tentang gangguan bipolar dengan
menggunakan alat bantu leaflet
2. Penyuluh memberikan kesempatan kepada pasien dan keluarga
untuk membaca kembali leaflet yang telah diberikan
3. Penyuluh memberikan kesempatan kepada pasien dan keluarga
untuk bertanya
4. Penyuluh memberikan evaluasi terhadap materi yang telah
disampaikan
Evaluasi Penyuluh meminta pasien dan keluarga untuk menyampaikan kembali
apa yang telah disampaikan penyuluh

Anda mungkin juga menyukai