Anda di halaman 1dari 17

Gangguan mental organik merupakan gangguan-ganguan yang dikaitkan dengan disfungsi otak

secara temporer atau permanen. Oeh karena itu, ganguan mental organik disebut juga organic
brain syndromes, yang dikelompokkan dalam 7 tipe (Choca, 1980), yaitu :
dikelompokkan dalam 7 tipe (Choca, 1980), yaitu :
No Nama Gangguan Karateristik Utama
1 Dimensia Gangguan Fungsi Intelektual
2 Delirium Gangguan Konsentrasi dan kesadaran
3 Sindrom Amnesic Gangguan Memori
4 Sindrom Delusi Organic Munculnya Khayalan - khayalan
5 Halusinasi Organik Munculnya Halusinasi
6 Sindrom Mental Organik Gangguan Pada fungsi emosi
7 Intoksikasi Gangguan Intelektual dan Fungsi Motorik
Gambaran umum gangguan mental organik (Rathus & Nevid, 1991) yaitu :
1. Penurunan fungsi intelektual dan memori
2. Gangguan dalam bahasa (language) dan berbicara (speak)
3. Disorientasi waktu, ruang, dan orang
4. Gangguan motorik
5. Gangguan dalam pembuatan keputusan tindakan
6. Ketidakstabilan perasaan dan emosi
7. Perubahan kepribadian

Sulit untuk melakukan diagnosa yang tepat pada perilaku abnormal yang disebabkan oleh faktor
organik. Kerusakan otak mengakibatkan simptom-simptom yang bervariasi, tergantung pada faktor
lokasi dan luasnya area kerusakan, dan adanya kemampuan penderita dalam mengatasinya, serta
adanya dukungan sosial (social support).
Kerusakan pada struktur terntu atau bagian yang mempunyai fungsi tertentu, dapat
menyebabkan terganggunya fungsi tersebut. Misal, bila yang mendapat gangguan kerusakan
adalah area bicara motoris, maka individu tersebut akan mengalami kesulitan untuk berbicara
(secara motorik).
Kerusakan pada area otak yang sama, tidak selalu mengakibatkan pola simptom yang sama;
mungkin dikarenakan terjadinya perubahan minor pada tempat terjadinya kerusakan; mungkin
karena faktor psikologis yang berinteraksi dengan faktor organik. Dengan mengetahui luas dan
lokasi kerusakan pada otak dapat membantu menentukan range dan beratnya kerusakan. Makin
meluasnya kerusakan otak, makin luas pula kerusakan pada fungsinya.
Diagnosis dini dari simptom-simptom yang terjadi, memungkinkan beberapa gangguan
kondisi organik dapat segera diobati atau dipulihkan, dengan menggunakan treatment yang
tepat. Misal, treatment yang tepat untuk tumor otak adalah dengan pembedahan/operasi, bukan
dengan psikoterapi.
Pada umumnya, gangguan mental organik disebabkan oleh kerusakan atau trauma otak,
penyakit (disease), ketidakseimbangan nutrisi.
Gambaran utama dari gangguan mental organik yaitu :
1. Gangguan fungsi kognitif
Meliputi gangguan daya ingat (memory), daya pikir (intelect), daya belajar (learning)
2. Gangguan sensorium
Misalnya, gangguan kesadaran (consciousness) dan perhatian (attention)
3. Sindrom dengan manifestasi yang menonjol dalam bidang :
· persepsi (halusinasi)
· isi pikiran (waham/delusi)
· suasana perasaan dan emosi (depresi, gembira, dan cemas)
(PPDGJ-III, 1999)

III. DELIRIUM
Delirium berasal dari bahasa latin; de = dari, lira = garis/line: yang berarti menyimpang dari
garis atau norma, dalam persepsi, kognitif, dan perilaku. Delirium merupakan sindrom yang
meliputi keadaan mental yang kacau dan kesulitan dalam meusatkan perhatian/konsentrasi (Rathus
& Nevid, 1991); yang mungkin disebabkan oleh gangguan fisik seperti benturan pada kepala, infeksi
otak, intoksikasi atau pasca penggunaan zat-zat psikoaktif.
1. Diagnosa dan gambaran umum penderita
a) Gangguan kesadaran
Yaitu dari taraf kesadaran berkabut sampai dengan koma
b) Gangguan perhatian
Penderita mengalami penurunan kemampuan untuk mengarahkan, memusatkan, dan
mengalihkan perhatian, sehingga penderita mengalami kesulitan untuk mengikuti
pembicaraan yang berpindah topik pada waktu yang hampir bersamaan. Penderita juga
mengalami penurunan perhatian terhadap lingkungannya.
c) Gangguan kognitif secara umum
· Penderita mengalami halusinasi (terutama halusinasi visual), ilusi, dan distorsi persepsi
Ikesalahan interpretasi pada stimuli sensori)
· Mengalami hendaya daya ingat dan pengertian abstrak, dengan/tanpa waham yang
bersifat sementara. Tetapi sangat khas terdapat inkoherensi yaitu penderita tidak dapat
mengorganisasikan pikirannya (mengalami kekacauan), yang diperlihatkan dengan
berbicara melantur dan kacau (tidak mempunyai arti).
· Mengalami hendaya daya ingat segera dan jangka pendek, namun daya ingat jangka
panjang masih utuh.
· Mengalami diorientasi waktu. Pad kasus yang berat, terdapat juga disorientasi tempat
dan orang.
d) Gangguan psikomotor
· Penderita mengalami hipo atau hiper-aktivitas yang tidak terduga. Terjadi fluktuasi yang
cepat antara keadaan gelisah (restlessness) dan keadaan pingsan (stupor).
· Waktu bereaksi yang lebih panjang
· Arus pembicaraan yang bertambah atau berkurang
· Reaksi terperanjat meningkat
· Melakukan gerakan yang tidak ada tujuannya dan tidak tenang, misal memukul obyek
yang tidak jelas.
e) Gangguan siklus tidur-bangun
· Penderita mengalami insomnia atau tidak bisa tidur samasekali (pada kasus yang
berat); atau mengalami terbaliknya siklus tidur bangun, mengantuk pada siang hari.
· Gejala-gejala makin memburuk pada malam hari dan dalam keadaan tidak bisa tidur
· Mengalami mimpi buruk dan sering terjaga dari tidur. Mimpi buruk tersebut dapat
berlanjut menjadi halusinasi setelah bangun tidur.
f) Gangguan emosional
Penderita dapat mengalami depresi, anxietas, lekas marah, euforia, apatis, atau merasa
kehilangan akal.
g) Onset biasanya cepat, perjalanan penyakitnya hilang-timbul sepanjang hari, dan keadaan
itu berlangsung kurang dari 6 bulan.
(Rathus & Nevid, 1991; PPDGJ-III, kategori diagnosis F05)

SINDROM AMNESTIK (AMNESIA)


Sindrom amnestik atau disebut juga amnesia, memiliki karakteristik utama terjadinya
kemunduran fungsi daya ingat (memoru) yang cukup tajam, baik memori jangka pendek
(short-therm memory) maupun memori jangka panjang (long-term memory).
1. Diagnosa dan gambaran umum penderita
a. Ketidakmampuan daya ingat
· Hendaya memori jangka pendek, yaitu mengalami ketidakmampuan untuk mengingat
hal-hal baru (lemahnya kemampuan belajar materi baru). Penderita tidak mampu
mengingat orang atau nama orang yang baru ditemui lima atau sepuluh menit yang
lalu.
· Hendaya memori jangka panjang, yaitu mengalami ketidakmampuan untuk mengingat
hal-hal atau pengalaman di masa lalu dalam urutan terbalik menurut kejadiannya.
· Daya ingat segera (immediate memory/recall) masih berfungsi dengan baik , misal
masih dapat untuk mengulang menyebutkan deret angka.
b. Penderita tidak mengalami gangguan perhatian (attention) dan kesadaran
(consciousness). Fungsi intelektual secara umum masih baik.
c Keadaan amnesia ini membuat penderita merasa terganggua karena hilangnya identitas
diri. Untuk menutupi hal ini, penderita mungkin mengingkari problem memorinya ini
atau kadang mengakuinya tapi tampak bersikap tak acuh dan ditutup dengan obrolan.
(Rathus & Nevid, 1991; PPDGJ-III, kategori diagnosis F04)

DEMENSIA
Demensia berasal dari kata de = keluar dan mens = mental. Demensia merupakan
gangguan kognitif yang memiliki ciri menonjol adanya kemunduran ingatan secara progresif,
terganggunya kemampuan berbahasa (language) dan kordinasi motorik.
Menurut PPDGJ-III, demensia merupakan suatu sindrom akibat gangguan otak yang
biasanya, bersifat kronik-progresif, dimana terdapat gangguan fungsi luhur kortikal yang
multipel, termasuk di dalamnya: daya ingat, daya pikir, orientasi, daya tangkap
(comprehension), berhitung, kemampuan belajar, berbahasa, dan daya nilai. Umumnya
disertai, dan ada kalnya diawali dengan kemerosotan dalam pengendalian emosi, perilaku
sosial, atau motivasi hidup.
Proses kemunduran mental atau fungsi intelektual pada demensia tidak dapat
disamakan dengan proses perubahan kemampuan intelektual pada manula, karena pada kasus
demensia lebih mengacu pada gangguan degeneratif otak.
Demensia terjadi pada usia 65 tahun atau sebelumnya disebut presenile
dementia. Simptom-simptomnya mulai berkembang cepat pada usia 40-50 tahun. Terjadi
perubahan mental dan kerusakan-kerusakan otak dari tingkat ringan sampai tingkat
berat. Menunjukkan adanya riwayat keluarga yang berpenyakit Alzheimer (PPDGJ-III:
F00.0). Sedangkan demensia yang terjadi di atas usdia 65 tahun disebut senile dementia, yang
ditandai dengan kemunduran fisik dan mental secara lamban dan progresif, dengan gangguan
daya ingat sebagai gambaran utamanya (PPDGJ-III: F00.1). Meskipun demikian, demensia
dapat saja terjadi pada semua tingkat umur.
1. Diagnosis dan gambaran umum penderita
a) Adanya kemunduran mental, seperti daya ingat, daya pikir atau kemampuan problem
solving, dan berpikir abstrak, yang semuanya itu dapat menggangu fungsi sosial dan fungsi
keseharian, seperti : mandi, berpakaian, makan, kebersihan diri, dll.
b) Tidak ada gangguan kesadaran (clear consciousness)
c) Gejala dan disabilitas sudah nyata untuk paling sedikit 6 bulan.
PPDGJ
1. Mention any kind of organic mental disorder!
Menurut PPDGJ III gangguan mental organik meliputi berbagai gangguan jiwa yang dikelompokkan
atas dasar penyebab yang lama dan dapat dibuktikan adanya penyakit, cedera atau ruda paksa otak,
yang berakibat disfungsi otak, disfungsi ini dapat primer seperti pada penyakit, cedera, dan ruda paksa
yang langsung atau diduga mengenai otak, atau sekunder, seperti pada gangguan dan penyakit
sistemik yang menyerang otak sebagai salah satu dari beberapa organ atau sistem tubuh.
Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III, Editor Dr, Rusdi Maslim. Jakarta 2003. hal
3-43.

PPDGJ III
FOO DEMENSIA PADA PENYAKIT ALZHEIMER
FOO.O Demensia pada penyakit Alzheimer dengan onset dini
FOO.l Demensia pad a penyakit Alzheimer dengan onset lambat
FOO.2 Demensia pada penyakit Alzheimer, tipe tak khas atau tipe campuran
FOO.9 Demensia pada penyakit Alzheimer YTT
FOI DEMENSIA VASKULAR
FOl.O Demensia vaskular onset akut
FOl.l Demensia multi-infark
FOl.2 Demensia vaskular subkortikal
FOl.3 Demensia vaskular campuran kortikal dan subkortikol
FOl.8 Demensia vaskular lainnya
FOl.9 Demensia vaskular YTT
F02 DEMENSIA PADA PENYAKIT LAIN YDK
F02.0 Demensia pada penyakit Pick
F02.1 Demensia pada penyakit Creutzfeldt-Jakob
F02.2 Demensia pada penyakit Huntington
F02.3 Demensia pad a penyakit Parkinson
F02.4 Demensia pada penyakit human immunodeficienci virus [HIV]
F02.8 Demensia pada penyakit lain YDT YDK
F03 DEMENSIA Y'IT
Karakter kelima dapat digunakan untuk menentukan demensia pada FOO - F03 sebagai berikut :
.xO Tanpa gejala tambahan
.xl Gejala lain, terutama waham
.x2 Gejala lain, terutama halusinasi
.x3 Gejala lain, terutama depresi
.x4 Gejala campuran lain
F04 SINDROM AMNESIK ORGANIK BUKAN AKIBAT ALKOHOL daD ZAT PSIKOAKTIF LAlNNYA
F05 DELIRIUM BUKAN AKIBAT ALKOHOL dan Zat PSIKOAKTIF LAlNNYA
F05.0 Delirium, tak bertumpangtindih dengan demensia
F05.1 Delirium, bertumpangtindih dengan demensia
F05.8 Delirium lainnya
F05.9 Delirium YTT
FOG GANGGUAN MENTAL LAlNNYA AKIBAT KERUSAKAN dan DISFUNGSI OTAK daD PENYAKIT FISIK
F06.0 Halusinosis organik
F06.1 Gangguan katatonik organik
F06.2 Gangguan waham 'organik (lir-skizofemia)
F06.3 Gangguan suasana perasaan (mood [afektif]) organ
.30 Gangguan manik organik
.31 Gangguan bipolar organik
.32 Gangguan depresif organik
.33 Gangguan afektif organik campuran
F06.4 Gangguan anxeitas organik
F06.5 Gangguan disosiatif organik
F06.6 Gangguan astenik organik
F06.7 Gangguan kognitif ringan
F06.8 Gangguan mental lain YDK akibat kerusakan dan disfungsi otak dan penyakit fisik
F06.9 Ganguan mental YTI akibat kerusakan dan disfungsi otak dan penyakit fisik
F07 GANGGUAN KEPRIBADIAN dan PERILAKU AKIBAT PENYAKIT, KERUSAKAN dan DISFUNGSI OTAK
F07.0 Gangguan kepribadian organik
F07.1 Sindrom pasca-ensefalitik
F07.2 Sindrom pasca-kontusio
F07.8 Gangguan kepribadian dan perilaku organik lain akibat penyakit, kerusakan dan disfungsi otak
F07.9 Gangguan kepribadian dan perilaku organik YTT akibat penyakit, kerusakan dan disfunsi otak
F09 GANGGUAN MENTAL ORGANIK ATAU SIMTOMATIK
Diagnosis Gangguan Jiwa, rujukan ringkas dari PPDGJ-III, editor Dr, Rusdi Maslim.1993. hal 3.

DSM-IV-TR:
- Delirium karena kondisi medis umum
- Delirium karena intoksikasi zat
- Delirium karena sindrom putus zat
- Delirium karena etiologi yang multiple
- Delirium yang tak terklasifikasikan
Diktat Psikiatri GMO dari departemen Psikiatri FK Universitas Sumatera Utara oleh Syallmsir Bs,
Psikiater

Terbagi 4:
1. Sindrom sintom organik
o Sindrom delirium
o Dementia
o Sindrom amnestik
o halusinosis
o Sindrom delusi organic dan afektif organic
o Sindrom kepribadian organic
2. Paresis Umum (serangan pada system saraf)
3. Dementia senile dan prasenil
4. Arteriosklerosis cerebral (pengerasan pembuluh darah pada otak)

Menurut PPDGJ III gangguan mental organik meliputi berbagai gangguan jiwa yang
dikelompokkan atas dasar penyebab yang lama dan dapat dibuktikan adanya penyakit,
cedera atau ruda paksa otak, yang berakibat disfungsi otak. Disfungsi ini dapat primer
seperti pada penyakit, cedera, dan ruda paksa yang langsung atau diduga mengenai otak,
atau sekunder, seperti pada gangguan dan penyakit sistemik yang menyerang otak
sebagai salah satu dari beberapa organ atau sistem tubuh
Kriteria diagnostik :
1. kriteria diagnostik umum
2. kriteria diagnostik khusus

Kriteria diagnostik umum :

1. adanya penurunan kemampuan, baik dlm daya ingat, maupun daya pikir seseorg sehingga
mengganggu kegiatan sehari-hari
2. tidak ada ggn kesadaran, kecuali bila bertumpang tindih dengan delirium
3. gejala dan hendaya tsb harus sudah nyata untuk setidak-tidaknya 6 bulan

Kriteria diagnostik dementia pd penyakit alzheimer :

a. Tdptnya gejala dementia


b. Onset yg tersembunyi dengan deteriorasi lambat
c. Tdk adanya bukti klinis, atau temuan dari penyelidikan khusus, yg menyatakan bhw
kondisi mental itu dpt disebabkan oleh penyakit otak atau sistemik lain yg dpt menimbulkan
dementia (mis : hipertiroid, hiperkalsemia, dll)
d. Tdk adanya serangan apoplektik mendadak, atau gejala neurologis kerusakan otak fokal
seperti : hemiparesis, hilangnya daya sensorik, defek lapangan pandang mata, dll

Kriteria diagnostik dementia pd penyakit vaskular :

a. Terdapatnya gejala dementia


b.Hendaya fungsi kognitif biasanya tidak merata, jadi mungkin tdpt hilangnya daya ingat,
hendaya intelek, dan tanda neurologis fokal
- daya tilik diri (insight) dan daya nilai (judgment) secara relatif tetap baik
- suatu onset yg mendadak atau kemunduran yg lambat laun serta tdptnya tanda/gejala
neurologis fokal
c. Adanya gambaran penyerta : hipertensi, labilitas emosional dengan depresif sementara,
tangis dan tawa yg meledak dan episode kesadaran berkabut

(Syamsir Bs, Psikiater,Departemen Psikiatri,FK-USU)

2. Why the patient shows bizarre behavior after has a high fever
(between thypi and organic mental disorder)?

Patogenesis Delirium:
Walaupun patogenesis delirium belum diketahui secara pasti, beberapa teori yang diungkapkan oleh
beberapa pakar tetap penting untuk diperhatikan.Perubahan Electro Encephalo Graphic (EEG) (-8 kali
per detik, lebih lambat dari fungsi sistem saraf pusat normal) sering terjadi pada delirium yang terkait
dengan disfungsi korteks, hal ini disebabkan karena EEG mengukur aktivitas listrik di korteks.Struktur
subkorteks (formasiretikuler, thalamus) mengendalikan aktivitas listrik di korteks sehingga struktur ini
juga erat kaitannya dengan delirium.Disaritmia korteks mengindikasikan adanya defisiensi substrat
tertentu, umumnya karena paparan abnormal glukosa dan oksigen dalam kada rtertentu.Sayangnya,
tidak semua pasien dengan delirium menunjukkan adanya perlambatan EEG, dan bukti adanya
defisiensi substrat tertentu tidak dapat ditemukan pada sebagian besar kasus.Ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit mengganggu kemampuan sel saraf untuk menginisiasi aktivitas listrik.
Menurunnya aktivitas listrik antar sel saraf akan menyebabkan melambatnya gelombang EEG.
Delirium menyebabkan variasi yang luas terhadap gangguanstructural dan fisiologik.Neuropatologi
dari delirium telah dipelajari padapasien dengan hepatic encephalopathy dan pada pasien dengan
putusalkohol. Patogenesis delirium terdiri dari beberapa transmitter, yaitu :

a. Asetilkolin
Asetilkolin adalah salahsatu dari neurotransmiter yang penting dari pathogenesis terjadinya
delirium.Hal yang mendukung teori ini adalah bahwa obat antikolinergik diketahui sebagai
penyebab keadaan bingung, pada pasien dengan transmisi kolinergik yang terganggu juga muncul
gejala ini.Pada pasien postoperatif delirium serum antikolinergik juga meningkat.
b. Dopamine
Pada otak,hubungan muncul antara aktivitas kolinergik dandopaminergik. Pada delirium muncul
aktivitas berlebih daridopaminergik,pengobatan simptomatis muncul pada pemberianobat
antipsikosis seperti haloperidol dan obat penghambatdopamine.
c. Neurotransmitter lainnya
Serotonin: terdapat peningkatan serotonin pada pasien denganencephalopati hepatikum.GABA
(Gamma-Aminobutyric Acid); pada pasien dengan hepaticencephalopati, peningkatan inhibitor
GABA juga ditemukan. Peningkatan level ammonia terjadi pada pasien hepaticencephalopati,
yang menyebabkan peningkatan pada asamamino glutamat dan glutamine (kedua asam amino
inimerupakan precursor GABA). Penurunan level GABA pada susunan saraf pusat juga ditemukan
pada pasien yang mengalami gejala putus benzodiazepine dan alkohol.

Perjalanan Penyakit Demensia:


 Stadium Awal
Perilaku berubah dapat diamati keluargasemangat & kemauan, dorongan untuk
melakukan aktifitas rutin sehari-hari, tak mampu melakukan aktifitas multipel, depresi ringan.
 Stadium Menengah: Gangguan memori & kognitif
Deteriorasi intelektual : orientsi, memori, berhitung, percakapan kurang efisien, pemahaman
misinterpretasi
Penderita murung, menarik diri, menjauhi teman lama
Obsesi, kebiasaan pramorbid
Daya nilai menurun.
 Stadium Lanjut : Kemunduran psikologik & perilaku
Apati
Gangguan kepribadian menyeluruhmengurus diri (-)
Tak mampu mengingat, komunikasi
Gejala neurologikafasia, apraksia, agnosia, buta kortikal
Pasien meninggal 2-5 tahun, komplikasi terbanyak karena infeksi.

Prognosis dan Patogenesis Demensia:


Pada umumnya demensia dimulai pada umur 50 sampai 60 tahun dengan deteriorasi selam 5-10
tahun yang berujung kematian. Onset dan kecepatan dari deteriorasi berbeda pada tiap jenis
dementia dan kategori diagnosis individu.Rata-rata tingkat survival expectation untuk pasien
demensia dengan tipe alzheimer adalah 8 tahun dari range 1-20 tahun. Data menunjukkan bahwa
orang yang memiliki onset lebih awal atau memiliki latar belakang keluarga yang mungkin pernaj
memiliki dementia akan memiliki perjalanan penyakit yang lebih cepat. Segera setelah demensia di
diagnosis, pasien harus menjalani tes medis dan neuropsikologis karena 10-15% dari seluruh pasien
dengan demensia memiliki potensi reversibel jika treatment diberikan sebelum munculnya
kerusakan otak secara permanen.
Diktat Psikiatri GMO dari departemen Psikiatri FK Universitas Sumatera Utara oleh Syallmsir Bs,
Psikiater

Delirium Demensia
Riwayat Penyakit akut Penyakit kronik
Muncul Cepat Biasanya Insidius
Lama Harian - mingguan Bulanan – Tahunan
Perjalanan Fluktuatif Progresif Kronis
Tingkat Kesadaran Fluktuatif Normal
Orientasi Terganggu, minimal Awalnya intak
secara berkala
Afek Anxietas, irritable Labil tapi biasanya
tanpa anxietas
Pikiran Sering terganggu Menurun jumlahnya
Ingatan Ingatan baru jelas Ingatan baru dan
terganggu jauh terganggu
Persepsi Sering halusinasi Halusinasi lebih
(visual) jarang
Psikomotor Retardasi, agitasi Normal
atau campuran
Tidur Siklus bangun / Siklus bangun /
tidur terganggu tidur kurang
terganggu
Atensi dan Sangat terganggu Kurang terganggu
Pengenalan
Reversibilitas Seing reversible Umumnya
irreversible
Buku Saku Psikiatri Klinik, Harold J. Kaplan, Benjamin J. Sadock, Binarupa
Aksara

Definisi
gangguan mental yang berkaitan dengan penyakit/gangguan sistemik atau otak yang dapat
didiagnosis tersendiri. Termasuk, gangguan mental simtomatik, dimana pengaruh terhadap
otak merupakan akibat sekunder dari penyakit/gangguan sistemik di luar otak
(extracerebral)
PPDGJ III

Etiologi
Primer : penyakit otak, cedera kranial
Sekunder : penyakit sistemik ( TB, DM) yang menyerang otak sebagai salah satu dari
beberapa organ atau sistem tubuh, infeksi sistemik, penyakit endokrin hormonal.
Organobiologi : primer, sekunder
Psikologi : konflik, tekanan batin
Sosiokultural : problem keluarga, Lingkungan, sekolah

Klasifikasi :Demensia, Delirium, Amnestik


DEMENSIA
gejala klinis
Pada stadium awal demensia, pasien menunjukkan kesulitan untuk mempertahankan
kinerja mental, fatigue, dan kecenderungan untuk gagal jikasuatu tugas adalah baru
atau kompleks atau memerlukan penggeseran strategi pemecahan maslah.
Ketidakmampuan melakukan tugas menjadi makin berat dan menyebar ke tugas-tugas
harian,seperti berbelanja, saat demensia berkembang.Akhirnya, pasien demensia
mungkin memerlukan pengawasan dan bantuan yang terus menerus untuk melakukan
bahkan tugas yang paling dasar dalam kehidupan sehari-hari. Defek utama dalam
demensia melibatkan orientasi, ingatan, persepsi, fungsi intelektual, dan pemikiran,
dan semua fungsi tersebut menjadi secara progresif terkena saat proses penyakit
berlanjut. Perubahan afektif dan perilaku, seperti kontrol impuls yang defektif dan
labilitas emosional, sering ditemukan, seperti juga penonjolan dan perubahan sifat ke-
pribadian premorbid.
 Gangguan Daya Ingat
Gangguan ingatan biasanya merupakan ciri yang awal dan menonjol pada demensia,
khususnya pada demensia yang mengenai korteks, seperti demensia tipe Alzheimer.
Pada awal perjalanan demensia, gangguan daya ingat adalah ringan dan biasanya
paling jelas untuk peristiwa yang baru terjadi, seperti melupakan nomor telepon, perca-
kapan, dan peristiwa hari tersebut. Saat perjalanan dimensia berkembang, gangguan
emosional menjadi parah, dan hanya informasi yang dipelajari paling baik (sebagai
contohnya, tempat kelahiran) dipertahankan.
 Orientasi
Karena daya ingat adalah penting untuk orientasi terhadap orang, tempat, dan waktu,
orientasi dapat terganggu secara progresif selama perjalanan penyakit
demensia.Sebagai contohnya, pasien dengan demensia mungkin lupa bagaimana kem-
bali ke ruangannya setelah pergi ke kamar mandi.Tetapi, tidak masalah bagaimana
beratnya disorientasi, pasien tidak menunjukkan gangguan pada tingkat kesadaran.
 Gangguan Bahasa
Proses demensia yang mengenai korteks, terutama demensia tipe Alzheimer dan
demensia vaskular, dapat mempengaruhi kemampuan berbahasa pasien. Pada
kenyataannya, DSM-IV memasukkan afasia sebagai salah satu kriteria diag-
nostik.Kesulitan berbahasa mungkin ditandai oleh cara berkata yang samar-samar,
stereotipik, tidak tepat, atau berputar-putar. Pasien mungkin juga memiliki kesulitan
dalam menyebutkan namasuatu benda.
 Perubahan Kepribadian
Perubahan kepribadian pasien demensia merupakan gambaran yang paling
mengganggu bagi keluarga pasien yang terkena.Sifat kepribadian sebelumnya
mungkin diperkuat selama perkembangan demensia. Pasien dengan demensia juga
mungkin menjadi introvert dan tampaknya kurang memperhatikan tentang efek
perilaku mereka terhadap orang lain. Pasien demensia yang mempunyai waham
paranoid biasanya bersikap bermusuhan terhadap anggota keluarga dan penga-
suhnya.Pasien dengan gangguan frontal dan temporal kemungkinan mengalami
perubahan kepribadian yang jelas dan mungkin mudah marah dan meledak-ledak.
 Psikosis
Diperkirakan 20 sampai 30 persen pasien demensia, terutama pasien dengan
demensia tipe Alzheimer, memiliki halusinasi, dan 30 sampai 40 persen pasien
memiliki waham, terutama dengan sifat paranoid atau persekutorik dan tidak sistema-
tik, walaupun waham yang kompleks, menetap, tersistematik dengan baik juga
dilaporkan pada pasien demensia. Agresi fisik dan bentuk kekerasan lainnya
adalah sering pada pasien demensia yang juga mempunyai gejala psikotik.
 Gangguan Lain
Psikiatrik. Di samping psikosis dan perubahan kepribadian, depresi dan kecernasan
adalah gejala utama pada kira-kira 40 sarnpai 50 persen pasien demensia, walaupun
sindroma gangguan depresif yang sepenuhnya mungkin hanya ditemukan pada 10
sampai 20 persen pasien demensia. Pasien dengan demensia juga menunjukkan
tertawa atau menangis yang patologis-yaitu, emosi yang ekstrim tanpa provokasi
yang terlihat.
Neurologis. Di samping afasia pada pasien demensia, apraksia dan agnosia adalah
sering, dan keberadaannya dimasukkan sebagai kriteria diagnostik potensial dalam
DSM-IV. Tanda neurologis lain yang dapat berhubungan dengan demensia adalah
kejang, yang terlihat pada kira-kira 10 persen pasien dengan demensia tipe
Alzheimer dan 20 persen pasien dengan demensia vaskular, dan presentasi neurologis
yang atipikal, seperti sindroma lobus parietalis nondominan. Refleks primitif-seperti
refleks menggenggam, moncong, mengisap, kaki-tonik, dan palmomental mungkin
ditemukan pada pemeriksaan neurologis, dan jerks mioklonik ditemukan pada 5
sampai 10 persen pasien.
Pasien dengan demensia vaskular mungkin mempunyai gejala neurologis tambahan-
seperti nyeri kepala, pusing, pingsan, kelemahan, tanda neurologis fokal, dan
gangguan tidur-mungkin menunjukkan lokasi penyakit serebrovaskular.Palsi
serebrobulbar, disartria, dan disfagia juga lebih sering pada demensia vaskular
dibandingkan demensia lain.
Reaksi katastropik. Pasien demensia juga menunjukkan penurunan kemampuan untuk
menerapkan apa yang disebut oleh Kurt Goldstein sebagai perilaku abstrak. Pasien
mempunyai kesulitan dalam generalisasi dari suatu contoh tunggal dalam membentuk
konsep, dan dalam mengambil perbedaan dan persamaan di antara konsep-
konsep.Selanjutnya, kemampuan untuk memecahkan masalah, untuk memberikan
alasan secara logis dan untuk membuat pertimbangan yang sehat adalah
terganggu.Goldstein juga menggambarkan suatu reaksi katastropik, yang ditandai oleh
agitasisekunder karena kesadaran subjektif tentang defisit intelektualnya di bawah
keadaan yang menegangkan. Pasien biasanya berusaha untuk mengkompensasi
defek tersebut dengan menggunakan strategi untuk menghindari terlihatnya
kegagalan dalam daya intelektual, seperti mengubah subyek,membuat lelucon, atau
mengalihkan pewawancaradengan cara lain. Tidak adanya pertimbangan kontrol
impuls yang buruk sering ditemukankhususnya pada demensia yang terutama mempe-
ngaruhi lobus frontalis.Contoh dari gangguantersebut adalah bahasa yang kasar,
humor yang tidak sesuai, pengabaian penampilan dan higine pribadi, dan
mengabaikan aturan konvensionaltingkah laku sosial.
Sindroma "sundowner." Sindroma downer ditandai oleh mengantuk, konfusi, ataksia
dan terjatuh secara tidak disengaja. Keadaan ini terjadi pada pasien lanjut usiayang
mengalamisedasi berat dan pada pasien demensia yang bereaksi secara menyimpang
bahkan terhadap dosiskecil obat psikoaktif. Sindroma juga terjadi pada pasien
demensia jika stimuli eksternal, seperti cahaya dan isyarat yang menyatakan
interpersonal adalah menghilang.
Onset yang perlahan-lahan dengan perjalanan yang memburuk secara progresif, tidak
adanya tanda neurologis, tidak adanya riwayat trauma atau penyakit serebrovaskular,
hasil tes darah yang normal, dan bukti atrofi kortikal pada CT scan berarti diagnosis
demensia tipe Alzheimer. Karena tidak terdapat ciri psikotik atau gangguan mood,
diagnosis dicatat tanpa komplikasi.Beratnya demensia dinyatakan sebagai moderat
karena pasien memerlukan suatu pengawasan.
Sinopsis Psikiatri Jilid I, Kaplan dan Sadock

DELIRIUM
Definisi
Suatu gangguan kesadaran, biasanya terlihat bersamaan dengan gangguan fungsi kognitif
secara global. Kelainan mood, persepsi dan perilaku adalah gejala psikiatrik yang umum
Sinopsis Psikiatri Jilid I, Kaplan dan Sadock

Etiologi
Penyebab intrakranial  Racun
Epilepsi atau keadaan pascakejang Karbon monoksida
Trauma otak ( terutama gegar ) Logam berat dan racun industri lain
Infeksi  Disfungsi endokrin ( hipofungsi atau
Meningitis hiperfungsi )
Ensefalitis Hipofisis
Neoplasma Pankreas
Gangguan vaskular Adrenal
Penyebab ekstrakranial Paratiroid
 Obat”an dan racun Tiroid
Obat antikolinergik  Penyakit organ non endokrin
Antikonvulsan Hati ( ensefalopati hepatik )
Obat antihipertensif Ginjal dan saluran kemih ( ensefalopati
Obat antiparkinson uremik )
Obat antipsikotik Paru” ( narkosis karbon dioksida &
Glikosida jantung hipoksia )
Cimetidine Sistem kardiovaskular ( gagal jantung,
Clonidine aritmia, dan hipotensi )
Dilsufiram  Penyakit defisiensi ( defisiensi tiamin,
Insulin asam nikotinik, B12 atau asam folat )
Opiat  Infeksi sistemik dengan demam dan sepsis
Phencyclidine  Ketidakseimbangan elektroit dengan
Phenytoin penyebab apapun
Ranitidine  Keadaan pascaoperatif
Salisilat  Trauma ( kepala atau seluruh tubuh )
Sedatif dan hipnotik
Steroid

Pedoman diagnostic
o Gangguan kesadaran dan perhatian :
 Dari kesadaran berkabut sampai koma.
 Menurunnya kemampuan untuk mengarahkan, memusatkan, mempertahankan dan
mengalihkan perhatian.
o Gangguan kognitif secara umum : distorsi persepsi, ilusi dan halusinasi, seringkali visual.
o Gangguan psikomotor : bisa hipo atau hiperaktif, pengalihan aktifitas dari satu ke lainnya,
waktu bereaksinya lebih panjang.
o Gangguan siklus tidur bangun : insomnia;gejala memburuk pada malam hari, mimpi buruk
, yang dapat menjadi halusinasi setelah bangun tidur.
o Gangguan emosional, missal : depresi, anxietas, cepat marah, euphoria, apatis atau rasa
kehilangan akal.
o Onset : biasanya cepat, perjalannya hilang timbul sepanjang hari dan berlangsung kurang
dari 6 bulan.

Klasifikasi
Menurut PPDGJ III
F05 : Delirium bukan akibat alcohol dan zat psikoaktif lainnya.
F05.0 : Delirium , tak bertumpang tindih dengan demensia.
F05.1 : Delirium bertumpang tindih dengan demensia.
F05.8 : Delirium lainnya.
F05.9 : Delirium ytt

 Delirium karena kondisi medis umum


 Delirium akibat zat
 Delirium yang tidak ditentukan (YTT) (NOS)
Sinopsis Psikiatri Jilid I, Kaplan dan Sadock

Gejala klinis
Gambaran kunci dari delirium : GANGGUAN KESADARAN.
Dalam DSM IV : ”‘penurunan kejernihan kesadaran terhadap lingkungan’, dengaan
penurunan kemampuan untuk memusatkan, mempertahankan, atau mengalihkan
perhatian”.
Keadaan delirium mungkin didahului selama beberapa hari oleh perkembangan kecemasan,
mengantuk, insomnia, halusinasi transien, mimpi menakutkan di malam hari, kegelisahan. 
jika ada pasien yang mengalami gejala2 ini, dokter harus mengamatinya dengan cermat.
Pasien yan gpernah mengalami delirium, kemungkinan akan mengalami delirium kembali
dalam keadaan yang sama (REKUREN).
Kesadaran( Arousal)
Terdapat DUA pola kelainan kesadaran.
1. HIPERAKTIVITAS , berhubungan dengan peningkatan kesiagaan. Biasanya dialami
oleh pasien yang delirium karena PUTUS ZAT, yang juga disertai oleh tanda otonomik,
seperti kemerahan kulit, pucat, berkeringat, takikardi, pupil dilatasi, mual,
muntah,dll.
2. PENURUNAN KESIAGAAN.
Terdapat pula pasien dengan campuran dari dua pola di atas.
Orientasi
Orientasi terhadap waktu, tempat, dan orang harus di uji.
Orientasi terhadap waktu sering hilang (meskipun pada delirium ringan)
Orientasi tempat dan orang (hilang pada delirium berat).
Orientasi terhadap diri sendiri jarang hilang.
Bahasa dan Kognisi
Sering terdapat kelainan bahasa.
Berupa : bicara melantur, tidak relevan, membungungkan, gangguan mengerti
pembicaraan.  DSM IV ; dalam mendiagnosis tidak diperlukan adanya kelainan bahasa
karena orang bisu tidak dapat didiagnosis.
Fungsi kognisi dan ingatan terganggu.
Kemampuan untuk menyusun, mempertahankan, dn mengingat kenangan mungkin
terganggu, tetapi INGATAN JAUH masih dipertahankan.
Fungki kognisi menurun drastis.
Mungkin memiliki WAHAM yang tidak sistematik dan kadang2 PARANOID.
Persepsi
Pasien delirium tidak mampu membedakan STIMULI dan untuk MENYATUKAN persepsi
sekarang dengan pengalaman masa lalu mereka.
Dengan demikian pasien sering tertarik oleh stimuli yang tidak relevan atau menjadi
teragitasi jika dihadapkan informasi baru.
Sering mengalami HALUSINASI.
Halusinasi tersering : visual/auditoris, jarang : taktil/olfaktoris.
Sering juga mengalami ILUSI visualdan auditori.
Mood
Kelainan PENGATURAN mood.
Gejala tersering : kemarahan, kegusaran, rasa takut yang tidak beralasan.
Gejala lain : apati, depresi, dan euforia.
Beberapa pasien dengan cepat berpindah antara emosi-emosi di atas.
Gejala Penyerta
Gangguan TIDUR-BANGUN.
Tidur singkat danterputus-putus. Pasien sering mengalami eksaserbasi gejala delirium
tepat sebelum tidur  di kenal dengan SUNDOWNING.
Gejala neurologis
Disfasia, tremor, inkoordinasi dan inkontinensia urin, dan tanda neurologis fokal.
Sinopsis Psikiatri Jilid I, Kaplan dan Sadock

AMNESTIK
Definisi :
Sindrom yang ditandai dengan gangguan daya ingat jangka panjang dan pendek
yang amat menonjol, sedangkan daya ingat segera masih baik. Sehingga jelas
mengganggu proses belajar materi yang baru, dapat juga menyebabkan amnesia
anterograd dan disorientasi waktu.

Gejala tunggal suatu gangguan daya ingat yang menyebabkan gangguan bermakna
dalam fungsi sosial maupun pekerjaan
Sinopsis Psikiatri Jilid I, Kaplan dan Sadock

Etiologi
 Kondisi medis sistemik
☃ Defisiensi tiamin (sindroma korsakoff)
☃ hipoglikemia
 Kondisi otak primer
☃ Kejang
☃ Trauma kepala (tertutup dan tembus)
☃ Tumor serebral (terutama talamik dan lobus temporalis)
☃ Penyakit serebrovaskular(terutama talamik dan lobus temporalis)
☃ Prosedur bedah pada otak
☃ Ensefalitis karena herpes simplex
☃ Hipoksia (termask usaha pencekikan yang tidak mematikan dan keracunan
karbondioksida
☃ Amnesia global transien
☃ Terapi elektrokonvulsif
☃ Sklerosis multiel
 Penyebab yang berhubungan dengan zat
☃ Gangguan pengguna alkkohol
☃ Neurotoksin
☃ Benzodiazepine (dan sedative hipnotik lain )
☃ Banyak preparat yang dijual bebas
Sinopsis Psikiatri Jilid I, Kaplan dan Sadock

DD
Delirium vs Demensia
Delirium : onset tiba2, perubahan kognisi tidak stabil/berfluktuasi,kadang2 terjadi pada
pasien demensia (disebut PENGABURAN DEMENSIA/BECLOUDED DEMENTIA)
Demensia : sebaliknya.
Delirium vs Psikosis/Depresi
Pada depresi :biasanya pasien berpura-pura delirium/buatan.
Pada delirium buatan : mereka biasanya mengungkapkan sifat berpura-pura dari gejalanya
dengan inkontinensia pada pemeriksaan status mentalnya, dan EEG dapat secara mudah
memisahkan kedua diagnosis.
Pasien psikotik : memiliki episode perilaku yang sangat terdisorganisasi yang mungkin sulit
dibedakan dari delirium. Tapi umumnya halusinasi dan waham pada pasien ini biasanya
lebih konstan dan terorganisasi dengan baik.
Diagnosis Banding Lain : gangguan psikotik singkat, skizofreniform, dan gangguan disosiatif.
Sinopsis Psikiatri Jilid I, Kaplan dan Sadock

Penatalaksanaan Delirium:
Prinsip terapi pada pasien dengan delirium yaitu mengobati gejala-gejala klinis yang timbul (medikasi)
dan melakukan intervensi personal danlingkungan terhadap pasien agar timbul fungsi kognitif yang
optimal.Medikasi yang dapat diberikan antara lain :
1. Neuroleptik (haloperidol,risperidone,olanzapine)
Haloperidol (haldol)
Suatu antipsikosis dengan potensi tinggi.Salah satu antipsikosis efektif untuk delirium.
Risperidone (risperdal)
Antipsikotik golongan terbaru dengan efek ekstrapiramidal lebih sedikitdibandingkan dengan
haldol.Mengikat reseptor dopamine D2 dengan afinitas 20 kali lebih rendah daripada 5-ht2-
reseptor.
2. Short acting sedative (lorazepam)
Digunakan untuk delirium yang diakibatkan oleh gejala putus obat atau alcohol. Tidak digunakan
benzodiazepine karena dapat mendepresi nafas, terutama pada pasien dengan usia tua, pasien
dengan masalah paru.
3. Vitamin, thiamine (thiamilate) dancyanocobalamine (nascobal, cyomin, crystamine)
Bahwadefisiensi vitamin B6 dan vitamin B12 dapat menyebabkan delirium maka untuk
mencegahnya diberikan preparat vitamin B per oral.
4. Terapi Cairan dan Nutrisi
Intervensi personal dan lingkungan terhadap pasien delirium jugasangat berguna untuk membina
hubungan yang erat terhadap pasien dengan lingkungan sekitar untuk dapat berinteraksi serta
dapat mempermudah pasien untuk melakukan ADL (activity of daily living) sendirinya tanpa
tergantung orang lain.

Penatalaksanaan Demensia:
Bantuan yang baik mereka yang membantu pasien berjuang dengan perasaan bersalah, berduka,
marah, dan kelelahan sebagaimana mereka menyaksian anggota keluarga mereka sendiri menderita.
Pasien yang mendapat dukungan dan psikoterapi edukasional dimana penyakitnya secara terang
dijelaskan.Mereka juga mendapat keuntungan dari dukungan yang diberikan oleh keluarganya dalam
menghadapi penyakit yang membuat mereka memiliki disfungsi.
Diktat PsikiatriGMO dari departemen Psikiatri FK Universitas Sumatera Utara oleh Syallmsir Bs,
Psikiater

Anda mungkin juga menyukai