Anda di halaman 1dari 25

LBM 4

BIZARRE BEHAVIOR AND HIGH FEVER

STEP 7

1. Explain about thinking process!


PROSES PIKIR (BERPIKIR)
Aliran gagasan, simbol dan asosiasi yang diarahkan oleh tujuan dimulai oleh suatu masalah
atau suatu tugas dan mengarah pada kesimpulan yang berorientasi kenyataan; jika terjadi urutan
yang logis, berpikir adalah normal; parapraksis (tergelincir dari logis yang termotivasi secara tidak
disadari juga disebut pelesetan menurut Freud) dianggap sebagai bagian dari berpikir yang normal.
Gangguan Umum dalam Bentuk atau Proses Berpikir:
1. Gangguan mental: sindroma perilaku atau psikologis yang bermakna secara klinis, disertai
dengan penderitaan atau ketidakmampuan, tidak hanya suatu respon yang diperkirakan dari
peristiwa tertentu atau terbatas pada hubungan antara seseorang dan masyarakat.
2. Psikosis: ketidakmampuan untuk membedakan kenyataan dari fantasi; gangguan dalam
kemampuan menilai kenyataan, dengan menciptakan realitas baru (berlawanan dengan
neurosis: gangguan mental di mana kemampuan menilai kenyataan yang masih utuh, perilaku
tidak jelas melanggar norma--norma sosial, serta relatif masih dapat bertahan lama atau
rekuren tanpa pengobatan).
3. Tes kenyataan atau realitas: pemeriksaan dan pertimbangan objektif tentang dunia di luar diri.
4. Gangguan pikiran formal: gangguan dalam bentuk pikiran, malahan isi pikiran; berpikir
ditandai dengan kekenduran asosiasi, neologisme dan konstruksi yang tidak logis; proses
berpikir mengalami gangguan, dan lazimnya dianggap sebagai orang yang psikotik.
5. Berpikir tidak logis: berpikir mengandung kesimpulan yang salah atau kontradiksi internal; hal
ini adalah patologis jika nyata dan tidak disebabkan oleh nilai kultural atau defisit intelektual.
6. Dereisme: aktivitas mental yang tidak sesuai dengan logika atau pengalaman.
7. Berpikir autistik: preokupasi dengan dunia dalam dan pribadi; istilah digunakan agak sama
dengan dereisme.
8. Berpikir magis: suatu bentuk pikiran dereistik; berpikir adalah serupa dengan fase
praoperasional pada masa anak-anak (Jean Piaget), di mana pikiran, kata-kata atau tindakan
mempunyai kekuatan (sebagai contohnya, mereka dapat menyebabkan atau mencegah suatu
peristiwa).
9. Proses berpikir primer: istilah umum untuk berpikir yang dereistik, tidak logis, magis;
normalnya ditemukan pada mimpi, abnormal pada psikosis.

Gangguan Spesifik pada Bentuk Pikiran:


1. Neologisme: kata baru yang diciptakan oleh pasien, seringkali dengan mengkombinasikan suku
kata dari kata-kata lain, untuk alasan psikologis yang aneh (idiosinkratik) Contoh :
”AASSDFHIOOOOO.”
2. Word salad (gado-gado kata): carnpuran kata dan frasa yang membingungkan.
Contoh : ”……kemarin jatuh ada kuda polisi durian tiba-tiba bagaimana ee…”
3. Sirkumstansialitas: bicara yang tidak langsung yang lambat dalam mencapai tujuan tetapi pada
akhirnya mulai lagi dari titik awal untuk mencapai tujuan yang diharapkan; ditandai dengan
pemasukan detail-detail yang tidak bermakna.
Contoh : ”……apa pekerjaan nona?” dijawab “tahun 2000 kita ‘kan baru lulus SMU kong ta pe
tanta pangge ka Manado,waktu itu musim rok mini di toko-toko kong dia tawarkan jadi SPG di
Matahari,ada stou 2 taun kita disitu.Disana no atik baku dapa deng do’I kong paitua pangge pi
jo pa de pe Om pe caffe.Taon 2003…………,2004……………………………2007 Juli kita schwangger
des brenti no.…..(penanya sudah tertidur)
4. Tangensialitas: ketidakmarnpuan untuk mempunyai asosiasi pikiran yang diarahkan oleh
tujuan; pasien tidak pemah berangkat dari titik awal dari tujuan yang diinginkan.
5. lnkoherensi: pikiran yang, biasanya, tidak dapat dimengerti; berjalan bersama pikiran atau
atau kata-kata dengan hubungan yang tidak logis atau tanpa tata bahasa, yang menyebabkan
disorganisasi; terputusnya asosiasi antar ide-ide yang ekstrim sehingga tidak dapat dimengerti
sama sekali.
Contoh : ”…………ada tiga durian kemarin mandi sudah ke pasar saya Agnes Monica tidak lupa
menggosok sepatu Hypermart low price low hipssssst”.
6. Perseverasi: respon terhadap stimulus sebelumnya yang menetap setelah stimulus baru
diberikan, sering disertai dengan gangguan kognitif.
7. Verbigerasi: pengulangan kata-kata atau frasa-frasa spesifik yang tidak mempunyai arti.
8. Ekolalia: pengulangan kata-kata atau frasa-frasa seseorang oleh seseorang lain secara
psikopatologis; cenderung berulang dan menetap, dapat diucapkan dengan mengejek atau
intonasi yang terputus-putus.
9. Kondensasi: penggabungan berbagai konsep menjadi satu konsep.
10. Jawaban yang tidak relevan: jawaban yang tidak harmonis dengan pertanyaan yang ditanyakan
(pasien tampaknya mengabaikan pertanyaan).
Contoh : ”Ada dimana sayang?” jawaban diujung Hp yang lain “Ooooh iiiyo kakanda segera
kesana!”
11. Pengenduran asosiasi: aliran pikiran di mana gagasan-gagasan bergeser dari satu subjek ke
subjek lain dalam cara yang sama sekali tidak berhubungan; jika berat, bicara mungkin
membingungkan (inkoheren).
12. Keluar dari jalur (derailment): penyimpangan yang mendadak dalarn urutan pikiran tanpa
penghambatan; seringkali digunakan secara sama dengan pengenduran asosiasi.
13. Lompat gagasan (flight of ideas): verbalisasi atau permainan kata-kata yang cepat dan terus
menerus yang menghasilkan terus pergeseran terus menerus dari satu ide ke ide lain; ide-ide
cenderung dihubungkan, dan dalam bentuk yang kurang parah pendengar mungkin mampu
untuk mengikutinya.
Contoh : ”tadi ada supervisor yang masuk Cuma sebentar,ya saya akan jadi pedagang grosir –
menjual pasir di pasar – hati-hati kesasar di Makasar- ombak besar pernah menyambar
Sumbar……………………..”
14. Asosiasi bunyi (clang assosiation): asosiasi kata-kata yang mirip bunyinya tetapi berbeda
artinya; kata tidak mempunyai hubungan logis, dapat termasuk permainan sajak dan
permainan kata.
15. Penghambatan (blocking): terputusnya aliran berpikir secara tiba-tiba sebelum pikiran atau
gagasan diselesaikan; setelah suatu periode terhenti singkat; orang tampak tidak teringat pada
apa yang telah dikatakan atau apa yang akan dikatakan (juga dikenal sebagai pencabutan
pikiran).
Contoh : sering terjadi pada saat Co-Ass ujian.
16. Glossolalia: ekspresi pesan-pesan yang relevan melalui kata-kata yang tidak dipahami (juga
dikenal sebagai "berbahasa lidah"); tidak dianggap sebagai gangguan pikiran jika terjadi pada
praktek keagamaan tertentu.

Gangguan Spesifik Pada Isi Pikiran:


1. Kemiskinan isi pikiran: pikiran yang memberikan sedikit informasi karena tidak ada pengertian,
pengulangan kosong atau frasa yang tidak jelas.
2. Gagasan yang berlebihan: keyakinan palsu yang dipertahankan dan tidak beralasan yang
dipertahankan secara kurang kuat dibandingkan dengan suatu waham.
3. Waham: keyakinan palsu, didasarkan pada kesimpulan yang salah tentang kenyataan eksternal
tidak sejalan dengan inteligensia pasien dan latar belakang kultural, yang tidak dapat dikoreksi
dengan suatu alasan apapun.
a. Waham yang kacau dan aneh (bizzare delusion): keyakinan palsu yang aneh, mustahil dan
sama sekali tidak masuk akal (sebagai contohnya: orang dari angkasa luar telah
menanamkan suatu elektroda pada otak pasien).
b. Waham tersistematisasi: keyakinan yang palsu yang digabungkan oleh suatu tema atau
peristiwa tunggal (sebagai contohnya: pasien dimata--matai oleh agen rahasia, mafia atau
bos).
c. Waham yang sejalan dengan mood (mood congruent delusion): waham yang sesuai dengan
mood (sebagai contoh: seorang pasien depresi percaya bahwa ia bertanggungjawab untuk
penghancuran dunia).
d. Waham yang tidak sejalan dengan mood (mood incongruent delusion): waham dengan isi
yang tidak mempunyai hubungan dengan mood atau merupakan mood netral (sebagai
contohnya, pasien depresi mempunyai waham kontrol pikiran atau siar pikiran).

e. Waham nihilistik: perasaan palsu bahwa dirinya dan orang lain dan dunia adalah tidak ada
atau berakhir.
f. Waham kemiskinan: keyakinan palsu bahwa pasien kehilangan atau akan terampas semua
harta miliknya.
g. Waham somatik: keyakinan yang palsu menyangkut fungsi tubuh pasien (sebagai
contohnya, keyakinan bahwa otak pasien adalah berakar atau mencair).
h. Waham paranoid: termasuk waham persekutorik dan waham referensi, kontrol dan
kebesaran (dibedakan dari ide paranoid, dimana kecurigaan adalah lebih kecil dari bagian
waham).
i. Waham persekutorik: keyakinan palsu bahwa pasien sedang diganggu, ditipu atau
disiksa; sering ditemukan pada seorang pasien yang senang menuntut yang mempunyai
kecenderungan patologis untuk mengambil tindakan hukum karena penganiayaan yang
dibayangkan.
ii. Waham kebesaran: gambaran kepentingan, kekuatan atau identitas seseorang yang
berlebihan. (sebagai contoh, seorang laki-laki yang ditinggal lari istrinya mengaku
memiliki penis khusus yang hanya boleh dipakai untuk senggama dengan Zulaika
Rivera.Seorang wanita mengaku jauh lebih cantik dari Nadine Chandrawinata padahal
dia labiopalatoschizis.)
iii. Waham referensi: keyakinan palsu bahwa perilaku orang lain ditujukan pada dirinya;
bahwa peritiwa, benda-benda atau orang lain, mempunyai kepentingan tertentu dan
tidak biasanya, umumnya dalam bentuk negatif, diturunkan dari idea referensi, di mana
seseorang secara salah merasa bahwa ia sedang dibicarakan oleh orang lain (sebagai
contohnya, percaya bahwa orang di televisi atau di radio berbicara padanya atau
membicarakan dirinya).
i. Waham menyalahkan diri sendiri: keyakinan yang palsu tentang penyesalan yang dalam
dan bersalah. (sebagai contoh, seorang pemuda di Aceh karena ulahnya merasa sebagai
penyebab Tsunami.)
j. Waham pengendalian: perasaan palsu bahwa kemauan, pikiran atau perasaan pasien
dikendalikan oleh tenaga dari luar.
Contoh : ”……sasasaya dokter ada yang suruh suruh masuk ke tempat hiburan sex yang
tidak bisa saya tolaaaak”.
i. Penarikan pikiran (thought withdrawal): waham bahwa pikiran pasien dihilangkan dari
ingatanya oleh orang lain atau tenaga lain.
ii. Penanaman pikiran (thought insertion): waham bahwa pikiran ditanam dalam pikiran
pasien oleh orang atau tenaga lain.
iii. Siar pikiran (thought broadcasting): waham bahwa pikiran pasien dapat didengar oleh
orang lain, seperti pikiran mereka sedang disiarkan di udara.
iv. Pengendalian pikiran (thought control): waham bahwa pikiran pasien dikendalikan oleh
orang atau tenaga lain. Contoh : Seorang laki-laki mengatakan bahwa ada microchips
didalam kepalanya yang berisi program kegiatan sehari-hari.
k. Waham ketidaksetiaan (waham cemburu): keyakinan palsu yang didapatkan dari
kecemburuan patologis bahwa kekasih pasien adalah tidak jujur.
l. Erotomania: waham bahwa seseorang sangat mencintai dirinya; lebih sering pada
perempuan; juga dikenal dengan Kompleks Cleramnault--Kandinsky). Contoh : Seorang
wanita tidak mau kawin-kawin karena menunggu Prince Charming datang menjemput.
m. Pseudologia phantastica: suatu jenis kebohongan, di mana seseorang tampaknya percaya
terhadap kenyataan fantasinya dan bertindak atas kenyataan; disertai dengan sindroma
Munchausen, berpura-pura sakit yang berulang.
4. Kecenderungan atau preokupasi pikiran: pemusatan isi pikiran pada ide tertentu, disertai
dengan irama efektif yang kuat, seperti kecenderungan paranoid atau preokupasi tentang
bunuh diri atau membunuh.
5. Egomania: preokupasi dengan diri sendiri yang patologis.
6. Monomania: preokupasi dengan suatu objek tunggal.
7. Hipokondria: keprihatinan yang berlebihan tentang kesehatan pasien yang didasarkan bukan
pada patologi organik yang nyata, tetapi pada interpretasi yang tidak realistik terhadap tanda
atau sensasi fisik sebagai suatu yang tak normal. Contoh : Seorang pasien merasa yakin bahwa
isi perutnya berdarah-darah karena terasa tidak enak.
8. Obsesi: pikiran kukuh (persisten) yang patologis, sekalipun tidak dikehendaki pasien, pikiran
mana yang tidak dapat ditentang dan tidak dapat dihilangkan dari kesadaran oleh usaha logika;
biasanya disertai dengan kecemasan.
9. Kompulsi: kebutuhan yang patologis untuk melakukan suatu tindakan yang jika ditahan,
menyebabkan kecemasan; perilaku berulang sebagai respon suatu obsesi atau dilakukan
menurut aturan tertentu, tanpa akhir yang sebenarnya. Contoh : Seseorang merasa belum
mengunci pintu dan berulang kali mengeceknya bahkan sampai tidak tertidur sepanjang
malam.
10. Koprolalia: pengungkapan kompulsif dari kata kata yang cabul/kotor.
11. Fobia: rasa takut patologis yang persisten, irasional, berlebihan, dan selalu terjadi terhadap
suatu jenis stimulasi atau situasi tertentu; menyebabkan keinginan yang memaksa untuk
menghindari stimulasi yang ditakuti.
a. Fobia sederhana: rasa takut yang jelas terhadap objek atau situasi yang jelas (sebagai
contohnya, rasa takut terhadap laba-laba atau ular).
b. Fobia sosial: rasa takut akan keramaian masyarakat, seperti rasa takut berbicara dengan
masyarakat, bekerja atau makan dalam masyarakat.
c. Akrofobia: rasa takut terhadap tempat yang tinggi.
d. Agorafobia: rasa takut terhadap tempat yang terbuka
e. Algofobia: rasa takut terhadap rasa nyeri.
f. Ailurofobia: rasa takut terhadap kucing.
g. Eritrofobia: rasa takut terhadap warna merah (merujuk terhadap rasa takut terhadap
darah).
h. Panfobia: Rasa takut terhadap segala sesuatu.
i. Klaustrofobia: rasa takut terhadap tempat yang tertutup.
j. Xenofobia: rasa takut terhadap orang asing.
k. Zoofobia: rasa takut terhadap binatang.
12. Noesis: suatu wahyu di mana terjadi pencerahan yang besar sekali disertai dengan perasaan
bahwa pasien telah dipilih untuk memimpin dan memerintah.
13. Unio mystica: suatu perasaan yang meluap, pasien secara mistik bersatu dengan kekuatan yang
tidak terbatas; tidak dianggap suatu gangguan dalam isi pikiran jika sejalan dengan keyakinan
pasien atau lingkungan kultural.
2. What are the criteria of organic mental disorder?
Gangguan mental organik merupakan gangguan-ganguan yang dikaitkan dengan disfungsi otak
secara temporer atau permanen. Oeh karena itu, ganguan mental organik disebut juga organic
brain syndromes, yang dikelompokkan dalam 7 tipe (Choca, 1980), yaitu :
dikelompokkan dalam 7 tipe (Choca, 1980), yaitu :
No Nama Gangguan Karateristik Utama
1 Dimensia Gangguan Fungsi Intelektual
2 Delirium Gangguan Konsentrasi dan kesadaran
3 Sindrom Amnesic Gangguan Memori
4 Sindrom Delusi Organic Munculnya Khayalan - khayalan
5 Halusinasi Organik Munculnya Halusinasi
6 Sindrom Mental Organik Gangguan Pada fungsi emosi
7 Intoksikasi Gangguan Intelektual dan Fungsi Motorik
Gambaran umum gangguan mental organik (Rathus & Nevid, 1991) yaitu :
1. Penurunan fungsi intelektual dan memori
2. Gangguan dalam bahasa (language) dan berbicara (speak)
3. Disorientasi waktu, ruang, dan orang
4. Gangguan motorik
5. Gangguan dalam pembuatan keputusan tindakan
6. Ketidakstabilan perasaan dan emosi
7. Perubahan kepribadian

Sulit untuk melakukan diagnosa yang tepat pada perilaku abnormal yang disebabkan oleh faktor
organik. Kerusakan otak mengakibatkan simptom-simptom yang bervariasi, tergantung pada faktor
lokasi dan luasnya area kerusakan, dan adanya kemampuan penderita dalam mengatasinya, serta
adanya dukungan sosial (social support).
Kerusakan pada struktur terntu atau bagian yang mempunyai fungsi tertentu, dapat
menyebabkan terganggunya fungsi tersebut. Misal, bila yang mendapat gangguan kerusakan
adalah area bicara motoris, maka individu tersebut akan mengalami kesulitan untuk berbicara
(secara motorik).
Kerusakan pada area otak yang sama, tidak selalu mengakibatkan pola simptom yang sama;
mungkin dikarenakan terjadinya perubahan minor pada tempat terjadinya kerusakan; mungkin
karena faktor psikologis yang berinteraksi dengan faktor organik. Dengan mengetahui luas dan
lokasi kerusakan pada otak dapat membantu menentukan range dan beratnya kerusakan. Makin
meluasnya kerusakan otak, makin luas pula kerusakan pada fungsinya.
Diagnosis dini dari simptom-simptom yang terjadi, memungkinkan beberapa gangguan
kondisi organik dapat segera diobati atau dipulihkan, dengan menggunakan treatment yang
tepat. Misal, treatment yang tepat untuk tumor otak adalah dengan pembedahan/operasi, bukan
dengan psikoterapi.
Pada umumnya, gangguan mental organik disebabkan oleh kerusakan atau trauma otak,
penyakit (disease), ketidakseimbangan nutrisi.
Gambaran utama dari gangguan mental organik yaitu :
1. Gangguan fungsi kognitif
Meliputi gangguan daya ingat (memory), daya pikir (intelect), daya belajar (learning)
2. Gangguan sensorium
Misalnya, gangguan kesadaran (consciousness) dan perhatian (attention)
3. Sindrom dengan manifestasi yang menonjol dalam bidang :
· persepsi (halusinasi)
· isi pikiran (waham/delusi)
· suasana perasaan dan emosi (depresi, gembira, dan cemas)
(PPDGJ-III, 1999)

III. DELIRIUM
Delirium berasal dari bahasa latin; de = dari, lira = garis/line: yang berarti menyimpang dari
garis atau norma, dalam persepsi, kognitif, dan perilaku. Delirium merupakan sindrom yang
meliputi keadaan mental yang kacau dan kesulitan dalam meusatkan perhatian/konsentrasi (Rathus
& Nevid, 1991); yang mungkin disebabkan oleh gangguan fisik seperti benturan pada kepala, infeksi
otak, intoksikasi atau pasca penggunaan zat-zat psikoaktif.
1. Diagnosa dan gambaran umum penderita
a) Gangguan kesadaran
Yaitu dari taraf kesadaran berkabut sampai dengan koma
b) Gangguan perhatian
Penderita mengalami penurunan kemampuan untuk mengarahkan, memusatkan, dan
mengalihkan perhatian, sehingga penderita mengalami kesulitan untuk mengikuti
pembicaraan yang berpindah topik pada waktu yang hampir bersamaan. Penderita juga
mengalami penurunan perhatian terhadap lingkungannya.
c) Gangguan kognitif secara umum
· Penderita mengalami halusinasi (terutama halusinasi visual), ilusi, dan distorsi persepsi
Ikesalahan interpretasi pada stimuli sensori)
· Mengalami hendaya daya ingat dan pengertian abstrak, dengan/tanpa waham yang
bersifat sementara. Tetapi sangat khas terdapat inkoherensi yaitu penderita tidak dapat
mengorganisasikan pikirannya (mengalami kekacauan), yang diperlihatkan dengan
berbicara melantur dan kacau (tidak mempunyai arti).
· Mengalami hendaya daya ingat segera dan jangka pendek, namun daya ingat jangka
panjang masih utuh.
· Mengalami diorientasi waktu. Pad kasus yang berat, terdapat juga disorientasi tempat
dan orang.
d) Gangguan psikomotor
· Penderita mengalami hipo atau hiper-aktivitas yang tidak terduga. Terjadi fluktuasi yang
cepat antara keadaan gelisah (restlessness) dan keadaan pingsan (stupor).
· Waktu bereaksi yang lebih panjang
· Arus pembicaraan yang bertambah atau berkurang
· Reaksi terperanjat meningkat
· Melakukan gerakan yang tidak ada tujuannya dan tidak tenang, misal memukul obyek
yang tidak jelas.
e) Gangguan siklus tidur-bangun
· Penderita mengalami insomnia atau tidak bisa tidur samasekali (pada kasus yang
berat); atau mengalami terbaliknya siklus tidur bangun, mengantuk pada siang hari.
· Gejala-gejala makin memburuk pada malam hari dan dalam keadaan tidak bisa tidur
· Mengalami mimpi buruk dan sering terjaga dari tidur. Mimpi buruk tersebut dapat
berlanjut menjadi halusinasi setelah bangun tidur.
f) Gangguan emosional
Penderita dapat mengalami depresi, anxietas, lekas marah, euforia, apatis, atau merasa
kehilangan akal.
g) Onset biasanya cepat, perjalanan penyakitnya hilang-timbul sepanjang hari, dan keadaan
itu berlangsung kurang dari 6 bulan.
(Rathus & Nevid, 1991; PPDGJ-III, kategori diagnosis F05)

SINDROM AMNESTIK (AMNESIA)


Sindrom amnestik atau disebut juga amnesia, memiliki karakteristik utama terjadinya
kemunduran fungsi daya ingat (memoru) yang cukup tajam, baik memori jangka pendek
(short-therm memory) maupun memori jangka panjang (long-term memory).
1. Diagnosa dan gambaran umum penderita
a. Ketidakmampuan daya ingat
· Hendaya memori jangka pendek, yaitu mengalami ketidakmampuan untuk mengingat
hal-hal baru (lemahnya kemampuan belajar materi baru). Penderita tidak mampu
mengingat orang atau nama orang yang baru ditemui lima atau sepuluh menit yang
lalu.
· Hendaya memori jangka panjang, yaitu mengalami ketidakmampuan untuk mengingat
hal-hal atau pengalaman di masa lalu dalam urutan terbalik menurut kejadiannya.
· Daya ingat segera (immediate memory/recall) masih berfungsi dengan baik , misal
masih dapat untuk mengulang menyebutkan deret angka.
b. Penderita tidak mengalami gangguan perhatian (attention) dan kesadaran
(consciousness). Fungsi intelektual secara umum masih baik.
c Keadaan amnesia ini membuat penderita merasa terganggua karena hilangnya identitas
diri. Untuk menutupi hal ini, penderita mungkin mengingkari problem memorinya ini
atau kadang mengakuinya tapi tampak bersikap tak acuh dan ditutup dengan obrolan.
(Rathus & Nevid, 1991; PPDGJ-III, kategori diagnosis F04)

DEMENSIA
Demensia berasal dari kata de = keluar dan mens = mental. Demensia merupakan
gangguan kognitif yang memiliki ciri menonjol adanya kemunduran ingatan secara progresif,
terganggunya kemampuan berbahasa (language) dan kordinasi motorik.
Menurut PPDGJ-III, demensia merupakan suatu sindrom akibat gangguan otak yang
biasanya, bersifat kronik-progresif, dimana terdapat gangguan fungsi luhur kortikal yang
multipel, termasuk di dalamnya: daya ingat, daya pikir, orientasi, daya tangkap
(comprehension), berhitung, kemampuan belajar, berbahasa, dan daya nilai. Umumnya
disertai, dan ada kalnya diawali dengan kemerosotan dalam pengendalian emosi, perilaku
sosial, atau motivasi hidup.
Proses kemunduran mental atau fungsi intelektual pada demensia tidak dapat
disamakan dengan proses perubahan kemampuan intelektual pada manula, karena pada kasus
demensia lebih mengacu pada gangguan degeneratif otak.
Demensia terjadi pada usia 65 tahun atau sebelumnya disebut presenile
dementia. Simptom-simptomnya mulai berkembang cepat pada usia 40-50 tahun. Terjadi
perubahan mental dan kerusakan-kerusakan otak dari tingkat ringan sampai tingkat
berat. Menunjukkan adanya riwayat keluarga yang berpenyakit Alzheimer (PPDGJ-III:
F00.0). Sedangkan demensia yang terjadi di atas usdia 65 tahun disebut senile dementia, yang
ditandai dengan kemunduran fisik dan mental secara lamban dan progresif, dengan gangguan
daya ingat sebagai gambaran utamanya (PPDGJ-III: F00.1). Meskipun demikian, demensia
dapat saja terjadi pada semua tingkat umur.
1. Diagnosis dan gambaran umum penderita
a) Adanya kemunduran mental, seperti daya ingat, daya pikir atau kemampuan problem
solving, dan berpikir abstrak, yang semuanya itu dapat menggangu fungsi sosial dan fungsi
keseharian, seperti : mandi, berpakaian, makan, kebersihan diri, dll.
b) Tidak ada gangguan kesadaran (clear consciousness)
c) Gejala dan disabilitas sudah nyata untuk paling sedikit 6 bulan.
PPDGJ
3. Mention any kind of organic mental disorder!
Menurut PPDGJ III gangguan mental organik meliputi berbagai gangguan jiwa yang dikelompokkan
atas dasar penyebab yang lama dan dapat dibuktikan adanya penyakit, cedera atau ruda paksa otak,
yang berakibat disfungsi otak, disfungsi ini dapat primer seperti pada penyakit, cedera, dan ruda paksa
yang langsung atau diduga mengenai otak, atau sekunder, seperti pada gangguan dan penyakit
sistemik yang menyerang otak sebagai salah satu dari beberapa organ atau sistem tubuh.
Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III, Editor Dr, Rusdi Maslim. Jakarta 2003. hal
3-43.

PPDGJ III
FOO DEMENSIA PADA PENYAKIT ALZHEIMER
FOO.O Demensia pada penyakit Alzheimer dengan onset dini
FOO.l Demensia pad a penyakit Alzheimer dengan onset lambat
FOO.2 Demensia pada penyakit Alzheimer, tipe tak khas atau tipe campuran
FOO.9 Demensia pada penyakit Alzheimer YTT
FOI DEMENSIA VASKULAR
FOl.O Demensia vaskular onset akut
FOl.l Demensia multi-infark
FOl.2 Demensia vaskular subkortikal
FOl.3 Demensia vaskular campuran kortikal dan subkortikol
FOl.8 Demensia vaskular lainnya
FOl.9 Demensia vaskular YTT
F02 DEMENSIA PADA PENYAKIT LAIN YDK
F02.0 Demensia pada penyakit Pick
F02.1 Demensia pada penyakit Creutzfeldt-Jakob
F02.2 Demensia pada penyakit Huntington
F02.3 Demensia pad a penyakit Parkinson
F02.4 Demensia pada penyakit human immunodeficienci virus [HIV]
F02.8 Demensia pada penyakit lain YDT YDK
F03 DEMENSIA Y'IT
Karakter kelima dapat digunakan untuk menentukan demensia pada FOO - F03 sebagai berikut :
.xO Tanpa gejala tambahan
.xl Gejala lain, terutama waham
.x2 Gejala lain, terutama halusinasi
.x3 Gejala lain, terutama depresi
.x4 Gejala campuran lain
F04 SINDROM AMNESIK ORGANIK BUKAN AKIBAT ALKOHOL daD ZAT PSIKOAKTIF LAlNNYA
F05 DELIRIUM BUKAN AKIBAT ALKOHOL dan Zat PSIKOAKTIF LAlNNYA
F05.0 Delirium, tak bertumpangtindih dengan demensia
F05.1 Delirium, bertumpangtindih dengan demensia
F05.8 Delirium lainnya
F05.9 Delirium YTT
FOG GANGGUAN MENTAL LAlNNYA AKIBAT KERUSAKAN dan DISFUNGSI OTAK daD PENYAKIT FISIK
F06.0 Halusinosis organik
F06.1 Gangguan katatonik organik
F06.2 Gangguan waham 'organik (lir-skizofemia)
F06.3 Gangguan suasana perasaan (mood [afektif]) organ
.30 Gangguan manik organik
.31 Gangguan bipolar organik
.32 Gangguan depresif organik
.33 Gangguan afektif organik campuran
F06.4 Gangguan anxeitas organik
F06.5 Gangguan disosiatif organik
F06.6 Gangguan astenik organik
F06.7 Gangguan kognitif ringan
F06.8 Gangguan mental lain YDK akibat kerusakan dan disfungsi otak dan penyakit fisik
F06.9 Ganguan mental YTI akibat kerusakan dan disfungsi otak dan penyakit fisik
F07 GANGGUAN KEPRIBADIAN dan PERILAKU AKIBAT PENYAKIT, KERUSAKAN dan DISFUNGSI OTAK
F07.0 Gangguan kepribadian organik
F07.1 Sindrom pasca-ensefalitik
F07.2 Sindrom pasca-kontusio
F07.8 Gangguan kepribadian dan perilaku organik lain akibat penyakit, kerusakan dan disfungsi otak
F07.9 Gangguan kepribadian dan perilaku organik YTT akibat penyakit, kerusakan dan disfunsi otak
F09 GANGGUAN MENTAL ORGANIK ATAU SIMTOMATIK
Diagnosis Gangguan Jiwa, rujukan ringkas dari PPDGJ-III, editor Dr, Rusdi Maslim.1993. hal 3.

DSM-IV-TR:
- Delirium karena kondisi medis umum
- Delirium karena intoksikasi zat
- Delirium karena sindrom putus zat
- Delirium karena etiologi yang multiple
- Delirium yang tak terklasifikasikan
Diktat Psikiatri GMO dari departemen Psikiatri FK Universitas Sumatera Utara oleh Syallmsir Bs,
Psikiater

Terbagi 4:
1. Sindrom sintom organik
o Sindrom delirium
o Dementia
o Sindrom amnestik
o halusinosis
o Sindrom delusi organic dan afektif organic
o Sindrom kepribadian organic
2. Paresis Umum (serangan pada system saraf)
3. Dementia senile dan prasenil
4. Arteriosklerosis cerebral (pengerasan pembuluh darah pada otak)

Menurut PPDGJ III gangguan mental organik meliputi berbagai gangguan jiwa yang
dikelompokkan atas dasar penyebab yang lama dan dapat dibuktikan adanya penyakit,
cedera atau ruda paksa otak, yang berakibat disfungsi otak. Disfungsi ini dapat primer
seperti pada penyakit, cedera, dan ruda paksa yang langsung atau diduga mengenai otak,
atau sekunder, seperti pada gangguan dan penyakit sistemik yang menyerang otak
sebagai salah satu dari beberapa organ atau sistem tubuh
Kriteria diagnostik :
1. kriteria diagnostik umum
2. kriteria diagnostik khusus

Kriteria diagnostik umum :

1. adanya penurunan kemampuan, baik dlm daya ingat, maupun daya pikir seseorg sehingga
mengganggu kegiatan sehari-hari
2. tidak ada ggn kesadaran, kecuali bila bertumpang tindih dengan delirium
3. gejala dan hendaya tsb harus sudah nyata untuk setidak-tidaknya 6 bulan
Kriteria diagnostik dementia pd penyakit alzheimer :

a. Tdptnya gejala dementia


b. Onset yg tersembunyi dengan deteriorasi lambat
c. Tdk adanya bukti klinis, atau temuan dari penyelidikan khusus, yg menyatakan bhw
kondisi mental itu dpt disebabkan oleh penyakit otak atau sistemik lain yg dpt menimbulkan
dementia (mis : hipertiroid, hiperkalsemia, dll)
d. Tdk adanya serangan apoplektik mendadak, atau gejala neurologis kerusakan otak fokal
seperti : hemiparesis, hilangnya daya sensorik, defek lapangan pandang mata, dll

Kriteria diagnostik dementia pd penyakit vaskular :

a. Terdapatnya gejala dementia


b.Hendaya fungsi kognitif biasanya tidak merata, jadi mungkin tdpt hilangnya daya ingat,
hendaya intelek, dan tanda neurologis fokal
- daya tilik diri (insight) dan daya nilai (judgment) secara relatif tetap baik
- suatu onset yg mendadak atau kemunduran yg lambat laun serta tdptnya tanda/gejala
neurologis fokal
c. Adanya gambaran penyerta : hipertensi, labilitas emosional dengan depresif sementara,
tangis dan tawa yg meledak dan episode kesadaran berkabut

(Syamsir Bs, Psikiater,Departemen Psikiatri,FK-USU)

4. What is the relation between agitation and screwed talk with


symptoms 2 weeks ago?
- Termasuk dalam tanda2 delirium, karena suatu penyakit dalam otak (toksik) sehinnga terjadi
penurunan asetil kolin dan gangguan peningkatan hormone serotonin dan glutamate.
- Neurotransmitter yang berkaitan dengan delirium ACTH dan asetil kolin, lesi terdapat pada
farmasio retikuloralis , timbul marah karena tidak bisa membedakan rangsangan merasa
gangguan.
(hal 22 PPDGJ III)
Informasi yang masuk ke otak diterima oleh otak dalam bentuk persepsi. Persepsi adalah
rangkaian proses mengenali, mengatur, dan memahami sensasi dari pancaindra yang
diterima dari rangsang lingkungan. Persepsi memerlukan konsentrasi. Jika konsentrasi
menurun, informasi ke otak tidak lengkap. Terjadilah lupa.
Kesibukan dan cemas berlebihan juga bisa membuat kita mudah lupa. Makin cemas dan
makin stres, makin sedikit pula energi otak yang dialokasikan untuk mencari informasi di
otak. Masing-masing orang menghadapi stres berbeda. Ada yang terbiasa bekerja dalam
tekanan tinggi dalam jangka waktu lama, sehingga fungsi memorinya tetap baik. Sementara,
tidak sedikit orang yang dalam situasi tersebut justru kewalahan. Dalam hal ini, stres intensif
memicu pelepasan hormon kortisol yang dapat mengganggu ingatan.

 Stres
Stres yang terlalu berat sangat tidak baik, karena akan mempengaruhi sistem kerja otak
yang normal sehingga akan menjadi racun bagi otak. Keadaan ini juga membahayakan
memori yang tersimpan dalam otak, dan akan mudah teresiko penyakit Alzheimer.
 Kehamilan
Banyak nya perubahan yang terjadi pada masa kehamilan ternyata juga berpengaruh pada
kelupaan yang terjadi. Perubahan hormon dan cairan pada tubuh akan memicu sakit kepala
dan meningkatkan cortisol serta akan berpengaruh pada memori yang tersimpan dalam
otak.
 Diet yang tidak sehat
Seseorang akan cepat mengalami kelupaan karena kurang nya asupan gula darah (glukosa).
Sedangkan bila seseorang diet, ia akan kehilangan berat badan nya dalam waktu cepat, dan
hal ini tentu karena ia rela menahan lapar dalam waktu yang lama. Ternyata ini juga sangat
berpengaruh bagi daya ingat dan kemampuan berpikir seseorang.
 Kemoterapi
Kemoterapi ini akan menyebabkan efek anemia, kelelahan, insomia, bahkan sulit
berkonsentrasi. Jadi wajar saja bila seseorang dengan perawatan kemoterapi akan
mengalami kelupaan dan kurang konsentrasi, karena saat perawatan, obat-obatan yang
diberikan kerjanya seperti memukul di dalam kepala. Selain itu pasien kemoterapi juga
pasti akan mengalami gizi buruk, karena nafsu makan juga akan berkurang.
Penyebab sering lupa- /archive/main/issue/issue_detail.asp?id=634&cid=2&views=84

5. Why the patient shows bizarre behavior after has a high fever
(between thypi and organic mental disorder)?

Patogenesis Delirium:
Walaupun patogenesis delirium belum diketahui secara pasti, beberapa teori yang diungkapkan oleh
beberapa pakar tetap penting untuk diperhatikan.Perubahan Electro Encephalo Graphic (EEG) (-8 kali
per detik, lebih lambat dari fungsi sistem saraf pusat normal) sering terjadi pada delirium yang terkait
dengan disfungsi korteks, hal ini disebabkan karena EEG mengukur aktivitas listrik di korteks.Struktur
subkorteks (formasiretikuler, thalamus) mengendalikan aktivitas listrik di korteks sehingga struktur ini
juga erat kaitannya dengan delirium.Disaritmia korteks mengindikasikan adanya defisiensi substrat
tertentu, umumnya karena paparan abnormal glukosa dan oksigen dalam kada rtertentu.Sayangnya,
tidak semua pasien dengan delirium menunjukkan adanya perlambatan EEG, dan bukti adanya
defisiensi substrat tertentu tidak dapat ditemukan pada sebagian besar kasus.Ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit mengganggu kemampuan sel saraf untuk menginisiasi aktivitas listrik.
Menurunnya aktivitas listrik antar sel saraf akan menyebabkan melambatnya gelombang EEG.
Delirium menyebabkan variasi yang luas terhadap gangguanstructural dan fisiologik.Neuropatologi
dari delirium telah dipelajari padapasien dengan hepatic encephalopathy dan pada pasien dengan
putusalkohol. Patogenesis delirium terdiri dari beberapa transmitter, yaitu :

a. Asetilkolin
Asetilkolin adalah salahsatu dari neurotransmiter yang penting dari pathogenesis terjadinya
delirium.Hal yang mendukung teori ini adalah bahwa obat antikolinergik diketahui sebagai
penyebab keadaan bingung, pada pasien dengan transmisi kolinergik yang terganggu juga muncul
gejala ini.Pada pasien postoperatif delirium serum antikolinergik juga meningkat.
b. Dopamine
Pada otak,hubungan muncul antara aktivitas kolinergik dandopaminergik. Pada delirium muncul
aktivitas berlebih daridopaminergik,pengobatan simptomatis muncul pada pemberianobat
antipsikosis seperti haloperidol dan obat penghambatdopamine.
c. Neurotransmitter lainnya
Serotonin: terdapat peningkatan serotonin pada pasien denganencephalopati hepatikum.GABA
(Gamma-Aminobutyric Acid); pada pasien dengan hepaticencephalopati, peningkatan inhibitor
GABA juga ditemukan. Peningkatan level ammonia terjadi pada pasien hepaticencephalopati,
yang menyebabkan peningkatan pada asamamino glutamat dan glutamine (kedua asam amino
inimerupakan precursor GABA). Penurunan level GABA pada susunan saraf pusat juga ditemukan
pada pasien yang mengalami gejala putus benzodiazepine dan alkohol.

Perjalanan Penyakit Demensia:


 Stadium Awal
Perilaku berubah dapat diamati keluargasemangat & kemauan, dorongan untuk
melakukan aktifitas rutin sehari-hari, tak mampu melakukan aktifitas multipel, depresi ringan.
 Stadium Menengah: Gangguan memori & kognitif
Deteriorasi intelektual : orientsi, memori, berhitung, percakapan kurang efisien, pemahaman
misinterpretasi
Penderita murung, menarik diri, menjauhi teman lama
Obsesi, kebiasaan pramorbid
Daya nilai menurun.
 Stadium Lanjut : Kemunduran psikologik & perilaku
Apati
Gangguan kepribadian menyeluruhmengurus diri (-)
Tak mampu mengingat, komunikasi
Gejala neurologikafasia, apraksia, agnosia, buta kortikal
Pasien meninggal 2-5 tahun, komplikasi terbanyak karena infeksi.

Prognosis dan Patogenesis Demensia:


Pada umumnya demensia dimulai pada umur 50 sampai 60 tahun dengan deteriorasi selam 5-10
tahun yang berujung kematian. Onset dan kecepatan dari deteriorasi berbeda pada tiap jenis
dementia dan kategori diagnosis individu.Rata-rata tingkat survival expectation untuk pasien
demensia dengan tipe alzheimer adalah 8 tahun dari range 1-20 tahun. Data menunjukkan bahwa
orang yang memiliki onset lebih awal atau memiliki latar belakang keluarga yang mungkin pernaj
memiliki dementia akan memiliki perjalanan penyakit yang lebih cepat. Segera setelah demensia di
diagnosis, pasien harus menjalani tes medis dan neuropsikologis karena 10-15% dari seluruh pasien
dengan demensia memiliki potensi reversibel jika treatment diberikan sebelum munculnya
kerusakan otak secara permanen.
Diktat Psikiatri GMO dari departemen Psikiatri FK Universitas Sumatera Utara oleh Syallmsir Bs,
Psikiater

Gambaran Demensia Delirium Pseudodemensia


Umur Biasanya lansia Tak spesifik Tak spesifik
Riwayat Kronik Akut Gangguan afek
Awal Lambat laun Cepat Samar
Lamanya Berbulan- Berhari-hari/berminggu-
Perjalanan bulan/bertahun- Berhari- minggu
Taraf kesadaran tahun hari/berminggu- Cepat
minggu
Orientasi Kronik progresif Distress
Naik turun
Afek Normal Apatis
Naik turun
Alam pikiran Intak pd awalnya Depresi
Terganggu,periodik
Daya Ingat Labil tapi tidak cemas Turun jumlahnya
Cemas dan iritabel
Persepsi Turun jumlahnya Agak terganggu
Sering terganggu
Psikomotor Jgk pendek dan jgk Kadang-kadang
Jgk pendek
Tidur panjang terganggu Apatis
terganggu secara
Atensi & Halusinasi jarang Terganggu
nyata
kesadaran (kecuali fase berat) Apatis
Halusinasi
Reversibilitas Normal (kecuali fase Reversibel
(terutama visual)
berat)
Sedikit terganggu Retardasi, agitasi
Sedikit terganggu ,atau campuran
Umumnya ireversibel Terganggu
Amat terganggu
Sering reversibel

Feature Dementia Delirium

Onset Slow Rapid

Duration Months to years Hours to weeks

Attention Preserved Fluctuates

Memory Impaired remote memoryImpaired recent and immediate memory

Speech Word-finding difficulty Incoherent (slow or rapid)

Sleep–wake cycle Fragmented sleep Frequent disruption (e.g., day–night


reversal)

Thoughts Impoverished Disorganized

Awareness Unchanged Reduced

Alertness Usually normal Hypervigilant or reduced vigilance


(Adapted from Lipowski ZJ. Delirium: Acute Confusional States. Oxford: Oxford
University Press; 1990, with permission.)

Delirium Demensia
Riwayat Penyakit akut Penyakit kronik
Muncul Cepat Biasanya Insidius
Lama Harian - mingguan Bulanan – Tahunan
Perjalanan Fluktuatif Progresif Kronis
Tingkat Kesadaran Fluktuatif Normal
Orientasi Terganggu, minimal Awalnya intak
secara berkala
Afek Anxietas, irritable Labil tapi biasanya
tanpa anxietas
Pikiran Sering terganggu Menurun jumlahnya
Ingatan Ingatan baru jelas Ingatan baru dan
terganggu jauh terganggu
Persepsi Sering halusinasi Halusinasi lebih
(visual) jarang
Psikomotor Retardasi, agitasi Normal
atau campuran
Tidur Siklus bangun / Siklus bangun /
tidur terganggu tidur kurang
terganggu
Atensi dan Sangat terganggu Kurang terganggu
Pengenalan
Reversibilitas Seing reversible Umumnya
irreversible
Buku Saku Psikiatri Klinik, Harold J. Kaplan, Benjamin J. Sadock, Binarupa
Aksara

Definisi
gangguan mental yang berkaitan dengan penyakit/gangguan sistemik atau otak yang dapat
didiagnosis tersendiri. Termasuk, gangguan mental simtomatik, dimana pengaruh terhadap
otak merupakan akibat sekunder dari penyakit/gangguan sistemik di luar otak
(extracerebral)
PPDGJ III

Etiologi
Primer : penyakit otak, cedera kranial
Sekunder : penyakit sistemik ( TB, DM) yang menyerang otak sebagai salah satu dari
beberapa organ atau sistem tubuh, infeksi sistemik, penyakit endokrin hormonal.
Organobiologi : primer, sekunder
Psikologi : konflik, tekanan batin
Sosiokultural : problem keluarga, Lingkungan, sekolah

Klasifikasi :Demensia, Delirium, Amnestik


DEMENSIA
gejala klinis
Pada stadium awal demensia, pasien menunjukkan kesulitan untuk mempertahankan
kinerja mental, fatigue, dan kecenderungan untuk gagal jikasuatu tugas adalah baru
atau kompleks atau memerlukan penggeseran strategi pemecahan maslah.
Ketidakmampuan melakukan tugas menjadi makin berat dan menyebar ke tugas-tugas
harian,seperti berbelanja, saat demensia berkembang.Akhirnya, pasien demensia
mungkin memerlukan pengawasan dan bantuan yang terus menerus untuk melakukan
bahkan tugas yang paling dasar dalam kehidupan sehari-hari. Defek utama dalam
demensia melibatkan orientasi, ingatan, persepsi, fungsi intelektual, dan pemikiran,
dan semua fungsi tersebut menjadi secara progresif terkena saat proses penyakit
berlanjut. Perubahan afektif dan perilaku, seperti kontrol impuls yang defektif dan
labilitas emosional, sering ditemukan, seperti juga penonjolan dan perubahan sifat ke-
pribadian premorbid.
 Gangguan Daya Ingat
Gangguan ingatan biasanya merupakan ciri yang awal dan menonjol pada demensia,
khususnya pada demensia yang mengenai korteks, seperti demensia tipe Alzheimer.
Pada awal perjalanan demensia, gangguan daya ingat adalah ringan dan biasanya
paling jelas untuk peristiwa yang baru terjadi, seperti melupakan nomor telepon, perca-
kapan, dan peristiwa hari tersebut. Saat perjalanan dimensia berkembang, gangguan
emosional menjadi parah, dan hanya informasi yang dipelajari paling baik (sebagai
contohnya, tempat kelahiran) dipertahankan.
 Orientasi
Karena daya ingat adalah penting untuk orientasi terhadap orang, tempat, dan waktu,
orientasi dapat terganggu secara progresif selama perjalanan penyakit
demensia.Sebagai contohnya, pasien dengan demensia mungkin lupa bagaimana kem-
bali ke ruangannya setelah pergi ke kamar mandi.Tetapi, tidak masalah bagaimana
beratnya disorientasi, pasien tidak menunjukkan gangguan pada tingkat kesadaran.
 Gangguan Bahasa
Proses demensia yang mengenai korteks, terutama demensia tipe Alzheimer dan
demensia vaskular, dapat mempengaruhi kemampuan berbahasa pasien. Pada
kenyataannya, DSM-IV memasukkan afasia sebagai salah satu kriteria diag-
nostik.Kesulitan berbahasa mungkin ditandai oleh cara berkata yang samar-samar,
stereotipik, tidak tepat, atau berputar-putar. Pasien mungkin juga memiliki kesulitan
dalam menyebutkan namasuatu benda.
 Perubahan Kepribadian
Perubahan kepribadian pasien demensia merupakan gambaran yang paling
mengganggu bagi keluarga pasien yang terkena.Sifat kepribadian sebelumnya
mungkin diperkuat selama perkembangan demensia. Pasien dengan demensia juga
mungkin menjadi introvert dan tampaknya kurang memperhatikan tentang efek
perilaku mereka terhadap orang lain. Pasien demensia yang mempunyai waham
paranoid biasanya bersikap bermusuhan terhadap anggota keluarga dan penga-
suhnya.Pasien dengan gangguan frontal dan temporal kemungkinan mengalami
perubahan kepribadian yang jelas dan mungkin mudah marah dan meledak-ledak.
 Psikosis
Diperkirakan 20 sampai 30 persen pasien demensia, terutama pasien dengan
demensia tipe Alzheimer, memiliki halusinasi, dan 30 sampai 40 persen pasien
memiliki waham, terutama dengan sifat paranoid atau persekutorik dan tidak sistema-
tik, walaupun waham yang kompleks, menetap, tersistematik dengan baik juga
dilaporkan pada pasien demensia. Agresi fisik dan bentuk kekerasan lainnya
adalah sering pada pasien demensia yang juga mempunyai gejala psikotik.
 Gangguan Lain
Psikiatrik. Di samping psikosis dan perubahan kepribadian, depresi dan kecernasan
adalah gejala utama pada kira-kira 40 sarnpai 50 persen pasien demensia, walaupun
sindroma gangguan depresif yang sepenuhnya mungkin hanya ditemukan pada 10
sampai 20 persen pasien demensia. Pasien dengan demensia juga menunjukkan
tertawa atau menangis yang patologis-yaitu, emosi yang ekstrim tanpa provokasi
yang terlihat.
Neurologis. Di samping afasia pada pasien demensia, apraksia dan agnosia adalah
sering, dan keberadaannya dimasukkan sebagai kriteria diagnostik potensial dalam
DSM-IV. Tanda neurologis lain yang dapat berhubungan dengan demensia adalah
kejang, yang terlihat pada kira-kira 10 persen pasien dengan demensia tipe
Alzheimer dan 20 persen pasien dengan demensia vaskular, dan presentasi neurologis
yang atipikal, seperti sindroma lobus parietalis nondominan. Refleks primitif-seperti
refleks menggenggam, moncong, mengisap, kaki-tonik, dan palmomental mungkin
ditemukan pada pemeriksaan neurologis, dan jerks mioklonik ditemukan pada 5
sampai 10 persen pasien.
Pasien dengan demensia vaskular mungkin mempunyai gejala neurologis tambahan-
seperti nyeri kepala, pusing, pingsan, kelemahan, tanda neurologis fokal, dan
gangguan tidur-mungkin menunjukkan lokasi penyakit serebrovaskular.Palsi
serebrobulbar, disartria, dan disfagia juga lebih sering pada demensia vaskular
dibandingkan demensia lain.
Reaksi katastropik. Pasien demensia juga menunjukkan penurunan kemampuan untuk
menerapkan apa yang disebut oleh Kurt Goldstein sebagai perilaku abstrak. Pasien
mempunyai kesulitan dalam generalisasi dari suatu contoh tunggal dalam membentuk
konsep, dan dalam mengambil perbedaan dan persamaan di antara konsep-
konsep.Selanjutnya, kemampuan untuk memecahkan masalah, untuk memberikan
alasan secara logis dan untuk membuat pertimbangan yang sehat adalah
terganggu.Goldstein juga menggambarkan suatu reaksi katastropik, yang ditandai oleh
agitasisekunder karena kesadaran subjektif tentang defisit intelektualnya di bawah
keadaan yang menegangkan. Pasien biasanya berusaha untuk mengkompensasi
defek tersebut dengan menggunakan strategi untuk menghindari terlihatnya
kegagalan dalam daya intelektual, seperti mengubah subyek,membuat lelucon, atau
mengalihkan pewawancaradengan cara lain. Tidak adanya pertimbangan kontrol
impuls yang buruk sering ditemukankhususnya pada demensia yang terutama mempe-
ngaruhi lobus frontalis.Contoh dari gangguantersebut adalah bahasa yang kasar,
humor yang tidak sesuai, pengabaian penampilan dan higine pribadi, dan
mengabaikan aturan konvensionaltingkah laku sosial.
Sindroma "sundowner." Sindroma downer ditandai oleh mengantuk, konfusi, ataksia
dan terjatuh secara tidak disengaja. Keadaan ini terjadi pada pasien lanjut usiayang
mengalamisedasi berat dan pada pasien demensia yang bereaksi secara menyimpang
bahkan terhadap dosiskecil obat psikoaktif. Sindroma juga terjadi pada pasien
demensia jika stimuli eksternal, seperti cahaya dan isyarat yang menyatakan
interpersonal adalah menghilang.
Onset yang perlahan-lahan dengan perjalanan yang memburuk secara progresif, tidak
adanya tanda neurologis, tidak adanya riwayat trauma atau penyakit serebrovaskular,
hasil tes darah yang normal, dan bukti atrofi kortikal pada CT scan berarti diagnosis
demensia tipe Alzheimer. Karena tidak terdapat ciri psikotik atau gangguan mood,
diagnosis dicatat tanpa komplikasi.Beratnya demensia dinyatakan sebagai moderat
karena pasien memerlukan suatu pengawasan.
Sinopsis Psikiatri Jilid I, Kaplan dan Sadock

DELIRIUM
Definisi
Suatu gangguan kesadaran, biasanya terlihat bersamaan dengan gangguan fungsi kognitif
secara global. Kelainan mood, persepsi dan perilaku adalah gejala psikiatrik yang umum
Sinopsis Psikiatri Jilid I, Kaplan dan Sadock

Etiologi
Penyebab intrakranial  Racun
Epilepsi atau keadaan pascakejang Karbon monoksida
Trauma otak ( terutama gegar ) Logam berat dan racun industri lain
Infeksi  Disfungsi endokrin ( hipofungsi atau
Meningitis hiperfungsi )
Ensefalitis Hipofisis
Neoplasma Pankreas
Gangguan vaskular Adrenal
Penyebab ekstrakranial Paratiroid
 Obat”an dan racun Tiroid
Obat antikolinergik  Penyakit organ non endokrin
Antikonvulsan Hati ( ensefalopati hepatik )
Obat antihipertensif Ginjal dan saluran kemih ( ensefalopati
Obat antiparkinson uremik )
Obat antipsikotik Paru” ( narkosis karbon dioksida &
Glikosida jantung hipoksia )
Cimetidine Sistem kardiovaskular ( gagal jantung,
Clonidine aritmia, dan hipotensi )
Dilsufiram  Penyakit defisiensi ( defisiensi tiamin,
Insulin asam nikotinik, B12 atau asam folat )
Opiat  Infeksi sistemik dengan demam dan sepsis
Phencyclidine  Ketidakseimbangan elektroit dengan
Phenytoin penyebab apapun
Ranitidine  Keadaan pascaoperatif
Salisilat  Trauma ( kepala atau seluruh tubuh )
Sedatif dan hipnotik
Steroid

Pedoman diagnostic
o Gangguan kesadaran dan perhatian :
 Dari kesadaran berkabut sampai koma.
 Menurunnya kemampuan untuk mengarahkan, memusatkan, mempertahankan dan
mengalihkan perhatian.
o Gangguan kognitif secara umum : distorsi persepsi, ilusi dan halusinasi, seringkali visual.
o Gangguan psikomotor : bisa hipo atau hiperaktif, pengalihan aktifitas dari satu ke lainnya,
waktu bereaksinya lebih panjang.
o Gangguan siklus tidur bangun : insomnia;gejala memburuk pada malam hari, mimpi buruk
, yang dapat menjadi halusinasi setelah bangun tidur.
o Gangguan emosional, missal : depresi, anxietas, cepat marah, euphoria, apatis atau rasa
kehilangan akal.
o Onset : biasanya cepat, perjalannya hilang timbul sepanjang hari dan berlangsung kurang
dari 6 bulan.

Klasifikasi
Menurut PPDGJ III
F05 : Delirium bukan akibat alcohol dan zat psikoaktif lainnya.
F05.0 : Delirium , tak bertumpang tindih dengan demensia.
F05.1 : Delirium bertumpang tindih dengan demensia.
F05.8 : Delirium lainnya.
F05.9 : Delirium ytt

 Delirium karena kondisi medis umum


 Delirium akibat zat
 Delirium yang tidak ditentukan (YTT) (NOS)
Sinopsis Psikiatri Jilid I, Kaplan dan Sadock
Gejala klinis
Gambaran kunci dari delirium : GANGGUAN KESADARAN.
Dalam DSM IV : ”‘penurunan kejernihan kesadaran terhadap lingkungan’, dengaan
penurunan kemampuan untuk memusatkan, mempertahankan, atau mengalihkan
perhatian”.
Keadaan delirium mungkin didahului selama beberapa hari oleh perkembangan kecemasan,
mengantuk, insomnia, halusinasi transien, mimpi menakutkan di malam hari, kegelisahan. 
jika ada pasien yang mengalami gejala2 ini, dokter harus mengamatinya dengan cermat.
Pasien yan gpernah mengalami delirium, kemungkinan akan mengalami delirium kembali
dalam keadaan yang sama (REKUREN).
Kesadaran( Arousal)
Terdapat DUA pola kelainan kesadaran.
1. HIPERAKTIVITAS , berhubungan dengan peningkatan kesiagaan. Biasanya dialami
oleh pasien yang delirium karena PUTUS ZAT, yang juga disertai oleh tanda otonomik,
seperti kemerahan kulit, pucat, berkeringat, takikardi, pupil dilatasi, mual,
muntah,dll.
2. PENURUNAN KESIAGAAN.
Terdapat pula pasien dengan campuran dari dua pola di atas.
Orientasi
Orientasi terhadap waktu, tempat, dan orang harus di uji.
Orientasi terhadap waktu sering hilang (meskipun pada delirium ringan)
Orientasi tempat dan orang (hilang pada delirium berat).
Orientasi terhadap diri sendiri jarang hilang.
Bahasa dan Kognisi
Sering terdapat kelainan bahasa.
Berupa : bicara melantur, tidak relevan, membungungkan, gangguan mengerti
pembicaraan.  DSM IV ; dalam mendiagnosis tidak diperlukan adanya kelainan bahasa
karena orang bisu tidak dapat didiagnosis.
Fungsi kognisi dan ingatan terganggu.
Kemampuan untuk menyusun, mempertahankan, dn mengingat kenangan mungkin
terganggu, tetapi INGATAN JAUH masih dipertahankan.
Fungki kognisi menurun drastis.
Mungkin memiliki WAHAM yang tidak sistematik dan kadang2 PARANOID.
Persepsi
Pasien delirium tidak mampu membedakan STIMULI dan untuk MENYATUKAN persepsi
sekarang dengan pengalaman masa lalu mereka.
Dengan demikian pasien sering tertarik oleh stimuli yang tidak relevan atau menjadi
teragitasi jika dihadapkan informasi baru.
Sering mengalami HALUSINASI.
Halusinasi tersering : visual/auditoris, jarang : taktil/olfaktoris.
Sering juga mengalami ILUSI visualdan auditori.
Mood
Kelainan PENGATURAN mood.
Gejala tersering : kemarahan, kegusaran, rasa takut yang tidak beralasan.
Gejala lain : apati, depresi, dan euforia.
Beberapa pasien dengan cepat berpindah antara emosi-emosi di atas.
Gejala Penyerta
Gangguan TIDUR-BANGUN.
Tidur singkat danterputus-putus. Pasien sering mengalami eksaserbasi gejala delirium
tepat sebelum tidur  di kenal dengan SUNDOWNING.
Gejala neurologis
Disfasia, tremor, inkoordinasi dan inkontinensia urin, dan tanda neurologis fokal.
Sinopsis Psikiatri Jilid I, Kaplan dan Sadock

AMNESTIK
Definisi :
Sindrom yang ditandai dengan gangguan daya ingat jangka panjang dan pendek
yang amat menonjol, sedangkan daya ingat segera masih baik. Sehingga jelas
mengganggu proses belajar materi yang baru, dapat juga menyebabkan amnesia
anterograd dan disorientasi waktu.

Gejala tunggal suatu gangguan daya ingat yang menyebabkan gangguan bermakna
dalam fungsi sosial maupun pekerjaan
Sinopsis Psikiatri Jilid I, Kaplan dan Sadock

Etiologi
 Kondisi medis sistemik
☃ Defisiensi tiamin (sindroma korsakoff)
☃ hipoglikemia
 Kondisi otak primer
☃ Kejang
☃ Trauma kepala (tertutup dan tembus)
☃ Tumor serebral (terutama talamik dan lobus temporalis)
☃ Penyakit serebrovaskular(terutama talamik dan lobus temporalis)
☃ Prosedur bedah pada otak
☃ Ensefalitis karena herpes simplex
☃ Hipoksia (termask usaha pencekikan yang tidak mematikan dan keracunan
karbondioksida
☃ Amnesia global transien
☃ Terapi elektrokonvulsif
☃ Sklerosis multiel
 Penyebab yang berhubungan dengan zat
☃ Gangguan pengguna alkkohol
☃ Neurotoksin
☃ Benzodiazepine (dan sedative hipnotik lain )
☃ Banyak preparat yang dijual bebas
Sinopsis Psikiatri Jilid I, Kaplan dan Sadock

DD
Delirium vs Demensia
Delirium : onset tiba2, perubahan kognisi tidak stabil/berfluktuasi,kadang2 terjadi pada
pasien demensia (disebut PENGABURAN DEMENSIA/BECLOUDED DEMENTIA)
Demensia : sebaliknya.
Delirium vs Psikosis/Depresi
Pada depresi :biasanya pasien berpura-pura delirium/buatan.
Pada delirium buatan : mereka biasanya mengungkapkan sifat berpura-pura dari gejalanya
dengan inkontinensia pada pemeriksaan status mentalnya, dan EEG dapat secara mudah
memisahkan kedua diagnosis.
Pasien psikotik : memiliki episode perilaku yang sangat terdisorganisasi yang mungkin sulit
dibedakan dari delirium. Tapi umumnya halusinasi dan waham pada pasien ini biasanya
lebih konstan dan terorganisasi dengan baik.
Diagnosis Banding Lain : gangguan psikotik singkat, skizofreniform, dan gangguan disosiatif.
Sinopsis Psikiatri Jilid I, Kaplan dan Sadock

Penatalaksanaan Delirium:
Prinsip terapi pada pasien dengan delirium yaitu mengobati gejala-gejala klinis yang timbul (medikasi)
dan melakukan intervensi personal danlingkungan terhadap pasien agar timbul fungsi kognitif yang
optimal.Medikasi yang dapat diberikan antara lain :
1. Neuroleptik (haloperidol,risperidone,olanzapine)
Haloperidol (haldol)
Suatu antipsikosis dengan potensi tinggi.Salah satu antipsikosis efektif untuk delirium.
Risperidone (risperdal)
Antipsikotik golongan terbaru dengan efek ekstrapiramidal lebih sedikitdibandingkan dengan
haldol.Mengikat reseptor dopamine D2 dengan afinitas 20 kali lebih rendah daripada 5-ht2-
reseptor.
2. Short acting sedative (lorazepam)
Digunakan untuk delirium yang diakibatkan oleh gejala putus obat atau alcohol. Tidak digunakan
benzodiazepine karena dapat mendepresi nafas, terutama pada pasien dengan usia tua, pasien
dengan masalah paru.
3. Vitamin, thiamine (thiamilate) dancyanocobalamine (nascobal, cyomin, crystamine)
Bahwadefisiensi vitamin B6 dan vitamin B12 dapat menyebabkan delirium maka untuk
mencegahnya diberikan preparat vitamin B per oral.
4. Terapi Cairan dan Nutrisi
Intervensi personal dan lingkungan terhadap pasien delirium jugasangat berguna untuk membina
hubungan yang erat terhadap pasien dengan lingkungan sekitar untuk dapat berinteraksi serta
dapat mempermudah pasien untuk melakukan ADL (activity of daily living) sendirinya tanpa
tergantung orang lain.

Penatalaksanaan Demensia:
Bantuan yang baik mereka yang membantu pasien berjuang dengan perasaan bersalah, berduka,
marah, dan kelelahan sebagaimana mereka menyaksian anggota keluarga mereka sendiri menderita.
Pasien yang mendapat dukungan dan psikoterapi edukasional dimana penyakitnya secara terang
dijelaskan.Mereka juga mendapat keuntungan dari dukungan yang diberikan oleh keluarganya dalam
menghadapi penyakit yang membuat mereka memiliki disfungsi.
Diktat PsikiatriGMO dari departemen Psikiatri FK Universitas Sumatera Utara oleh Syallmsir Bs,
Psikiater

Anda mungkin juga menyukai