LAPORAN PENDAHULUAN
KELOMPOK 3
1. MUH. EFAN BAHRUL AHARI
2. SITI KUDUSIAH
3. ACHMAD SYA’RONI
I. KAJIAN TEORI
A. PENGERTIAN
b. Pikiran otistik
Menandakan bahwa penyebab distorsi arus asosiasi ialah dari dalam
pasien itu sendiri dalam bentuk lamunan, fantasi, waham atau halusinasi.
Cara berpikir seperti ini hanya akan memuaskan keinginannya yang tak
terpenuhi tanpa memperdulikan keadaan sekitarnya; hidup dalam alam
pikirannya sendiri. Kadang-kadang istilah ini dipakai juga untuk pikiran
dereistik.
Gangguan arus pikiran yaitu tentang cara dan lajunya proses asosiasi dalam
pemikiran yang timbul dalam berbagai jenis:
a. Perseverasi
Berulang-ulang menceritakan suatu idea, pikiran atau tema secara
berlebihan. Seorang penulis pernah mendengar seorang pasien berkata,
”Nanti besok saya pulang, ya saya sudah kangen rumah, besok saya sudah
berada di rumah, sudah makan enak di rumah sendiri, ya pak dokter, satu
hari lagi nanti saya sudah bisa tidur di rumah, besok ayah akan datang
mengambil saya pulang…”.
b. Asosiasi longgar
Mengatakan hal-hal yang tidak ada hubungannya satu sama lain, umpama,
“saya mau makan. Semua orang dapat berjalan”. Bila ekstrim, maka akan
terjadi inkoherensi. Asosiasi yang sabgat longgar dapat silihat dari ucapan
seorang penderita seperti berikut ini, “….Saya yang menjalankan mobil kita
harus membikin tenaga nuklir dan harus minum es krim…”.
c. Inkoherensi
Gangguan dalam bentuk bicara, sehingga satu kalimat pun sudah sukar
ditangkap atau diikuti maksudnya. Suatu waham yang aneh mungkin
diterangkan secara incoherent. Inkoherensi itu boleh dikatakan merupakan
asosiasi yang longgar secara ekstrim. Seorang penulis pernah menerima surat
antara lain sebagai berikut, “Saya minta dijanji, tidur, lahir, dengan pakaian
lengkap untuk anak saya satu atau lebih menurut pengadilan Allah dengan
suami jodohnya yang menyinggung segala percobaan…”.
d. Kecepatan bicara
Untuk mengutarakan pikiran mungkin lambat sekali atau sangat cepat.
e. Benturan (blocking)
Jalan pikiran tiba-tiba berhenti atau berhenti di tengah sebuah kalimat.
Pasien tidak dapat menerangkan kenapa ia berhenti.
f. Logorea
Banyak bicara, kata-kata dikeluarkan bertubi-tubi tanpa control mungkin
coherent atau incoherent.
g. Pikiran melayang (flight of ideas)
Perubahan yang mendadak lagi cepat dalam pembicaran, sehingga suatu idea
yang belum selesai diceritakan sudah disusul oleh idea yang lain.
Umpamanya seorang pasien pernah bercerita, “Waktu saya datang ke rumah
sakit kakak saya baru mendapat rebewes, lalu untung saya pakai kemeja
biru, hingga pak dokter menanyakan bila sudah makan…”.
h. Asosiasi bunyi (clang association)
Mengucapkan perkataan yang mempunyai persamaan bunyi, umpamanya
pernah didengar, “Saya mau makan di Tarakan, seakan-akan berantakan”.
i. Neologisme
Membentuk kata-kata baru yang tidak dipahami oleh umum, misalnya “Saya
radiltu semua partimun”.
j. Irelevansi
Isi pikiran atau ucapan yang tidak ada hubungannya dengan pertanyaan atau
dengan hal yang sedang dibicarakan.
k. Pikiran berputar-putar (circumstantiality)
Menuju secara tidak langsung kepada idea pokok denga menambahakan
banyak hal yang remeh-remeh, yang menjemukan, dan yang tidak relevant.
l. Main-main dengan kata-kata
Menyajak (membuat sajak) secara tidak wajar. Umpamanya pernah seorang
penulis menerima sajak yang antara lain berbunyi:
Wahai jagoku yang tersembunyi
Meskipun kau jago
Tanpa kau hatiku sunyi
Tanpa kau hatiku mewangi
m. Afasi
Mungkin sensorik (tidak atau sukar mengerti bicara orang lain) atau motorik
(tidak dapat atau sukar berbicara), sering kedua-duanya sekaligus dan terjadi
karena kerusakan otak.
Waham merupakan keyakinan yang salah yang tidak diyakini oleh orang lain
yang secara kokoh dipertahankan walaupun bertentangan dengan realitas. (Stuart, 2010,
hal. 236).
Menurut Kaplan dan Sadock (2010), waham adalah keyakinan yang palsu,
didasarkan pada kesimpulan yang salah tentang kenyataan eksternal, tidak sejalan
dengan intelegensia pasien dan latar belakang cultural.
David A Tomb (2010) mengemukakan bahwa waham merupakan suatu
keyakinan kokoh yang salah yang tidak sesuai dengan fakta dan keyakinan tersebut,
mungkin aneh dan tetap dipertahankan meskipun telah dipertahankan bukti-bukti yang
jelas untuk mengoreksinya. Waham sering ditemukan pada gangguan jiwa berat dan
beberapa bentuk waham spesifik sering ditemukan pada skizofrenia. Semakin akut
psikosis, semakin sering ditemukan waham disorganisasi dan waham tidak sitematis.
(hal. 27)
Waham dibangun atas unsur-unsur yang tidak berdasarkan logika, individu tidak
mau melepaskan wahamnya, walaupun telah tersedia cukup bukti-bukti yang objektif
tentang kebenaran itu. Biasanya waham digunakan untuk mengisi keperluan atau
keinginan-keinginan dari penderita itu sendiri. Waham merupakan suatu cara untuk
memberikan gambaran dari berbagai problem sendiri atau tekanan-tekanan yang ada
dalam kepribadian penderita biasanya:
B. RENTANG RESPON
Rentang respon gangguan adaptif dan maladaptif dapat dijelaskan sebagai
berikut :
Rentang respon neurobiologis
Respon adaptif Respon maladaptif
Pikiran logis dan Kadang-kadang isi Gangguan isi pikir
persepsi akurat pikir terganggu ilusi waham halusinasi
Emosi konsisten Reaksi emosional Ketidakmampuan
dengan pengalaman ber-lebihan atau kurang untuk mengalami emosi
Prilaku sesuai Prilaku ganjil atau Ketidakmampuan
dengan hubungan tidak lazim isolasi sosial
social
C. PSIKOPATOLOGI
1. ETIOLOGI
a. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi dari perubahan isi pikir : waham kebesaran dapat
dibagi menjadi 2 teori yang diuraikan sebagai berikut :
1) Teori Biologis
a) Faktor-faktor genetik yang pasti mungkin terlibat dalam
perkembangan suatu kelainan ini adalah mereka yang memiliki
anggota keluarga dengan kelainan yang sama (orang tua, saudara
kandung, sanak saudara lain).
b) Secara relatif ada penelitian baru yang menyatakan bahwa
kelainan skizofrenia mungkin pada kenyataannya merupakan suatu
kecacatan sejak lahir terjadi pada bagian hipokampus otak.
Pengamatan memperlihatkan suatu kekacauan dari sel-sel pramidal di
dalam otak dari orang-orang yang menderita skizofrenia.
c) Teori biokimia menyatakan adanya peningkatan dari
dopamin neurotransmiter yang dipertukarkan menghasilkan gejala-
gejala peningkatan aktivitas yang berlebihan dari pemecahan
asosiasi-asosiasi yang umumnya diobservasi pada psikosis.
2) Teori Psikososial
a) Teori sistem keluarga Bawen dalam Lowsend (2010 : 147)
menggambarkan perkembangan skizofrenia sebagai suatu
perkembangan disfungsi keluarga. Konflik diantara suami istri
mempengaruhi anak. Penanaman hal ini dalam anak akan
menghasilkan keluarga yang selalu berfokus pada ansielas dan suatu
kondsi yang lebih stabil mengakibatkan timbulnya suatu hubungan
yang saling mempengaruhi yang berkembang antara orang tua dan
anak-anak. Anak harus meninggalkan ketergantungan diri kepada
orang tua dan anak dan masuk ke dalam masa dewasa, dan dimana
dimasa ini anak tidak akan mamapu memenuhi tugas perkembangan
dewasanya.
b) Teori interpersonal menyatakan bahwa orang yang mengalami
psikosis akan menghasilkan hubungan orang tua anak yang penuh
akan kecemasan. Anak menerima pesan-pesan yang membingungkan
dan penuh konflik dan orang tua tidak mampu membentuk rasa
percaya terhadap orang lain.
c) Teori psikodinamik menegaskan bahwa psikosis adalah hasil dari
suatu ego yang lemah. Perkembangan yang dihambat dan suatu
hubungan saling mempengaruhi antara orang tua, anak. Karena ego
menjadi lebih lemah penggunaan mekanisme pertahanan ego pada
waktu kecemasan yang ekstrim menjadi suatu yang maladaptif dan
perilakunya sering kali merupakan penampilan dan segmen diri
dalam kepribadian.
b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dari perubahan isi pikir : waham, yaitu :
1) Biologis
Stressor biologis yang berhubungan dengan neurobiologis yang
maladaptif termasuk gangguan dalam putaran umpan balik otak yang
mengatur perubahan isi informasi dan abnormalitas pada mekanisme
pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk
secara selektif menanggapi rangsangan.
2) Stres lingkungan
Secara biologis menetapkan ambang toleransi terhadap stres yang
berinterasksi dengan sterssor lingkungan untuk menentukan terjadinya
gangguan prilaku.
3) Pemicu gejala
Pemicu yang biasanya terdapat pada respon neurobiologis yang
maladaptif berhubungan dengan kesehatan lingkungan, sikap dan prilaku
individu, seperti : gizi buruk, kurang tidur, infeksi, keletihan, rasa
bermusuhan atau lingkungan yang penuh kritik, masalah perumahan,
kelainan terhadap penampilan, stres gangguan dalam berhubungan
interpersonal, kesepain, tekanan, pekerjaan, kemiskinan, keputusasaan
dan sebagainya.
2. TANDA DAN GEJALA
a. Data subyektif
Klien mengatakan tidak mampu mengambil/membuat keputusan, klien
mengatakan mempunyai kekuatan super dan maha kuasa, klien mengatakan
merasa takut dan perasaan tidak nyaman, merasa cemas, klien mengatakan
sulit untuk tidur, isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan.
b. Data obyektif
Usaha bunuh diri atau membunuh orang lain, menolak makan atau minum
obat, tidak ada perhatian terhadap asuhan mandiri, ekspresi muka
sedih/gembira, ketakutan, gerakan tidak terkontrol mudah tersinggung, isi
pembicaran tidak sesuai dengan kenyataan, tidak bias membedakan antara
yang nyata dengan yang tidak nyata, menghindar dari orang lain,
mendominasi pembicaraan, berbicara kasar, kegiatan keagamaan yang
berlebihan, kecurigaan terhadap orang lain, tindakan menyombongkan diri,
menyiksa orang lain secara psikologis, peningkatan aktivitas motorik, sukar
berinteraksi dengan orang lain.
e. Fase comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta
menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan
mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien
menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien sering menyendiri dan
menghindari interaksi sosial (isolasi sosial).
f. Fase improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu
keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang
muncul sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-
kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat
menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman
diri dan orang lain.
4. JENIS-JENIS WAHAM
Waham terbagi atas beberapa jenis, yaitu :
a. Waham Kejar
Individu merasa dirinya dikejar-kejar oleh orang lain atau sekelompok orang
yang bermaksud berbuat jahat kepada dirinya, sering ditemukan pada klien
dengan stres anektif tipe depresi dan gangguan organik.
b. Waham Kebesaran
Penderita merasa dirinya paling besar, mempunyai kekuatan, kepandaian
atau kekayaan yang luar biasa, misalnya adalah ratu adil dapat membaca
pikiran orang lain, mempunyai puluhan rumah, dll.
c. Waham Somatik
Perasaan mengenai berbagai penyakit yang berada pada tubuhnya sering
didapatkan pada tubuhnya.
d. Waham Agama
Waham dengan tema agama, dalam hal ini klien selalu meningkatkan
tingkah lakunya yang telah ia perbuat dengan keagamaan.
e. Waham Curiga
Individu merasa dirinya selalu disindir oleh orang-orang sekitarnya sehingga
ia merasa curiga terhadap sekitarnya.
f. Waham Intulistik
Bahwa sesuatu yang diyakini sudah hancur atau bahwa dirinya atau orang
lain sudah mati, sering ditemukan pada klien depresi.
g. Waham Berdosa
Timbul perasaan bersalah yang luar biasa dan merasakan suatu dosa yang
besar. Penderita percaya sudah selayaknya ia di hukum berat.
h. Waham Cemburu
Selalu cemburu pada orang lain.
i. Waham Pengaruh
Yaitu pikiran, emosi dan perbuatannya diawasi atau dipengaruhi oleh orang
lain atau kekuatan.
5. SUMBER KOPING
Ada beberapa sumber koping individu yang harus dikaji yang dapat
berpengaruh terhadap gangguan otak dan prilaku kekuatan dalam sumber koping
dapat meliputi seperti : modal intelegensi atau kreativitas yang tinggi. Orang tua
harus secara aktif mendidik anak-anaknya, dewasa muda tentang keterampilan
koping karena mereka biasanya tidak hanya belajar dan pengamatan. Sumber
keluarga dapat berupa pengetahuan tentang penyakit, finansial yang cukup,
ketersediaan waktu dan tenaga dan kemampuan untuk memberikan dukungan secara
berkesinambungan.
Penggolongan Mekanisme Koping
Berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi 2 (dua) (Stuart dan Sundeen,
2010) yaitu :
1. Mekanisme koping adaptif
Adalah mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan,
belajar dan mencapai tujuan. Kategorinya adalah berbicara dengan orang lain,
memecahkan masalah secara efektif, teknik relaksasi, latihan seimbang dan
aktivitas konstruktif.
2. Mekanisme koping maladaptive
Adalah mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah
pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan.
Kategorinya adalah makan berlebihan / tidak makan, bekerja berlebihan,
menghindar.
Mekanisme pertahanan ego sering disebut sebagai mekanisme pertahanan
mental. Adapun mekanisme pertahanan ego adalah sebagai berikut :
1. Kompensasi
Proses seseorang memperbaiki penurunan citra diri dengan tegas menonjolkan
keistimewaan atau kelebihan yang dimiliki.
2. Penyangkalan (denial)
Menyatakan tidak setuju terhadap realitas dengan mengingkari realitas tersebut.
Bila individu menyangkal kenyataan, maka dia menganggap tidak ada atau
menolak pengalaman yang tidak menyenangkan (sebenarnya mereka sadari
sepenuhnya) dengan maksud melindungi diri.
3. Pemindahan (displacement)
Pengalihan emosi yang semula ditujukan pada seseorang atau benda lain yang
biasanya netral atau lebih sedikit mengancam dirinya. Misalnya : Seorang
pemuda bertengkar dengan pacarnya dan sepulangnya ke rumah marah pada
adiknya.
4. Disosiasi
Pemisahan suatu kelompok proses mental atau perilaku dari kesadaran atau
identitasnya. Keadaan dimana terdapat dua atau lebih kepribadian pada diri
seorang individu. Misalnya : Seorang laki-laki yang dibawa ke ruang emergensi
karena mengamuk ternyata tidak mampu menjelaskan kembali kejadian tersebut
(ia lupa sama sekali)
5. Identifikasi (identification)
Proses dimana seseorang untuk menjadi seseorang yang ia kagumi berupaya
dengan menirukan pikiran-pikiran, perilaku dan selera orang tersebut.
6. Intelektualisasi (intelectualization)
Pengguna logika dan alasan yang berlebihan untuk menghindari pengalaman
yang mengganggu perasaannya. Dengan intelektualisasi, manusia dapat
mengurangi hal-hal yang pengaruhnya tidak menyenangkan, dan memberikan
kesempatan untuk meninjau permasalah secara obyektif.
7. Introjeksi (Introjection)
Suatu jenis identifikasi yang kuat dimana seseorang mengambil dan melebur
nilai-nilai dan kualitas seseorang atau suatu kelompok ke dalam struktur egonya
sendiri, merupakan hati nurani. Contoh : Rasa benci atau kecewa terhadap
kematian orang yang dicintai dialihkan dengan cara menyalahkan diri sendiri.
8. Isolasi
Pemisahan unsur emosional dari suatu pikiran yang mengganggu dapat bersifat
sementara atau berjangka lama.
9. Proyeksi
Pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri kepada orang lain
terutama keinginan, perasaan emosional dan motivasi yang tidak dapat
ditoleransi. Teknik ini mungkin dapat digunakan untuk mengurangi kecemasan
karena dia harus menerima kenyataan akan keburukan dirinya sendiri. Contoh :
Seorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual
terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya tersebut
mencoba merayunya
10. Rasionalisasi
Rasionalisasi dimaksudkan sebagai usaha individu mencari alasan yang dapat
diterima secara sosial untuk membenarkan atau menyembunyikan perilakunya
yang buruk. Rasionalisasi juga muncul ketika individu menipu dirinya sendiri
dengan berpura-pura menganggap yang buruk adalah baik, atau yang baik
adalah yang buruk.
11. Reaksi formasi
Individu mengadakan pembentukan reaksi ketika berusaha menyembunyikan
motif dan perasaan sebenarnya, dan menampilkan ekspresi wajah yang
berlawanan. Dengan cara ini individu dapat menghindarkan diri dari kecemasan
yang disebabkan oleh keharusan menghadapi ciri pribadi yang tidak
menyenangkan. Misalnya: Kebencian dibuat samar dengan menampilkan sikap
penuh kasih saying
12. Regresi
Regresi merupakan respon yang umum bagi individu bila berada dalam situasi
frustrasi, setidak-tidaknya pada anak-anak. Dapat pula terjadi bila individu yang
menghadapi tekanan kembali lagi kepada metode perilaku yang khas individu
yang berusia lebih muda. Misalnya : anak yang baru memperoleh adik,akan
memperlihatkan respons mengompol padahal sudah lama tidak dilakukannya.
13. Represi
Represi didefinisikan sebagai upaya individu menyingkirkan frustrasi, konflik
batin, mimpi buruk, dan sejenisnya yang menimbulkan kecemasan. Bila represi
terjadi, hal-hal yang mencemaskan itu tidak akan memasuki kesadaran walaupun
masih tetap ada pengaruhnya terhadap perilaku. Misalnya : individu lebih sering
menekankan pada kejadian yang membahagiakan dan enggan menekankan yang
tidak membahagiakan
14. Pemisahan (splitting)
Sikap mengelompokkan orang atau keadaan hanya sebagai semuanya baik atau
semuanya buruk; kegagalan untuk memadukan nilai-nilai positif dan negatif di
dalam diri sendiri.
15. Sublimasi
Mengganti keinginan atau tujuan yang terhambat dengan cara yang dapat
diterima oleh masyarakat. Impuls yang berasal dari Id yang sukar disalurkan
karena mengganggu individu atau masyarakat, oleh karena itu impuls harus
dirubah bentuknya agar tidak merugikan individu/masyarakat sekaligus
mendapatkan pemuasan. Misalnya : Impuls agresif disalurkan ke olah raga,
usaha-usaha yang bermanfaat
16. Supresi
Supresi merupakan proses pengendalian diri yang terang-terangan ditujukan
menjaga agar impuls dan dorongan yang ada tetap terjaga. Misalnya : Individu
sewaktu-waktu mengesampingkan ingatan yang menyakitkan agar dapat menitik
beratkan kepada tugas.
17. Undoing
Meniadakan pikiran-pikiran, impuls yang tidak baik, seolah-olah menghapus
suatu kesalahan. Misalnya : Seorang ibu yang menyesal karena telah memukul
anaknya akan segera memperlakukannya penuh dengan kasih saying
18. Fiksasi
Dalam menghadapi kehidupannya individu dihadapkan pada situasi menekan
yang membuatnya frustrasi dan cemas, sehingga individu tersebut merasa tidak
sanggup menghadapinya dan membuat perkembangan normalnya terhenti
sementara atau selamanya. Individu menjadi terfiksasi pada satu tahap
perkembangan karena tahap berikutnya penuh dengan kecemasan.
Misalnya : Individu sangat tergantung dengan individu lain merupakan salah
satu contoh pertahan diri dengan fiksasi, kecemasan menghalanginya untuk
menjadi mandiri
D. PENATALAKSANAAN
Perawatan dan pengobatan harus secepat mungkin dilaksanakan karena,
kemungkinan dapat menimbulkan kemunduran mental. Tetapi jangan memandang klien
dengan waham pada gangguan skizofrenia ini sebagai pasien yang tidak dapat
disembuhkan lagi atau orang yang aneh dan inferior bila sudah dapat kontak maka
dilakukan bimbingan tentang hal-hal yang praktis. Mesikpun klien tidak sembuh
sempurna, dengan pengobatan dan bimbingan yang baik dapat ditolong untuk bekerja
sederhana di rumah ataupun di luar rumah. Keluarga atau orang lain di lingkungan klien
diberi penjelasan (manipulasi lingkungan) agar mereka lebih sabar menghadapinya.
1. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Terapi aktivitas
1) Terapi musik
Terapi difokuskan untuk mengoptimalkan fungsi mendengar dan
menikmati jenis music yang disukai klien sembari relaksasi, memainkan
alat musik, dan bernyanyi.
2) Terapi seni
Focus pada pengekspresian perasaan klien melalui berbagai kegiatan seni
seperti menggambar/melukis, seni rupa, dan lain-lain
3) Terapi menari
Focus pada pengekspresian perasaan melalui bahasa tubuh.
4) Terapi relaksasi
Klien belajar dan mempraktikkan teknik relaksasi dalam kelompok.
Adapun gunanya untuk membuat klien lebih tenang, lebih fresh, dan
meningkatkan partisipasi dan kesenangan klien dalam kehidupan.
d. Terapi lingkungan
Suasana rumah sakit dibuat seperti suasana dalam keluarga (home like
atmosphere).
2. Farmakoterapi
b. Anti Parkinson
1) Triheksipenydil (Artane), untuk semua bentuk parkinsonisme, dan untuk
menghilangkan reaksi ekstrapiramidal akibat obat. Dosis yang digunakan
: 1-15 mg/hari
2) Difehidamin, dosis yang diberikan : 10- 400 mg/hari
c. Anti Depresan
1) Amitriptylin, untuk gejala depresi, depresi oleh karena ansietas, dan
keluhan somatik. Dosis : 75-300 mg/hari.
2) Imipramin, untuk depresi dengan hambatan psikomotorik, dan depresi
neurotik. Dosis awal : 25 mg/hari, dosis pemeliharaan : 50-75 mg/hari.
d. Anti Ansietas
Anti ansietas digunakan untuk mengotrol ansietas, kelainan
somatroform, kelainan disosiatif, kelainan kejang, dan untuk meringankan
sementara gejala-gejala insomnia dan ansietas. Obat- obat yang termasuk anti
ansietas antara lain:
1) Fenobarbital : 16-320 mg/hari
2) Meprobamat : 200-2400 mg/hari
3) Klordiazepoksida : 15-100 mg/hari
3. Psikoterapi
4. Terapi Keluarga
B. Pohon masalah
Penyebab
Harga diri rendah
Koping Individu tidak efektif
C. Diagnosa Keperawatan
Perubahan isi pikir : waham kebesaran
C. INTERVENSI
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN GANGGUAN ISI PIKIR: WAHAM
D. Evaluasi
Hasil yang diharapkan setelah melakukan intervensi pada klien dengan perubahan
isi pikir : waham kebesaran yaitu :
6. Klien dapat melakukan tekhnik distraksi sebagai cara menghentikan pikiran yang
terpusat pada wahamnya
Aziz R, dkk. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang: RSJD Dr. Amino
Gondoutomo. 2010
Keliat, Budi Anna dan Akemat. 2012. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.
Jakarta : EGC
Nurarif, Amin Huda. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
dan NANDA NIC-NOC. Yogyakarta : Mediaction
Stuart, G.W. 2010. Buku Saku Keperawatan Jiwa (Edisi 5). Jakarta : EGC
Tim Direktorat Keswa. Standart asuhan keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1. Bandung:
RSJP.2010