Anda di halaman 1dari 15

GANGGUAN PIKIR, BENTUK, ISI DAN ARUS PIKIR

Proses berpikir itu meliputi proses pertimbangan


(“judgment”), pemahaman (”comprehension”),
ingatan serta penalaran (“reasoning”). Proses
berpikir yang normal mengandung arus idea,
symbol dan asosiasi yang terarah kepada tujuan
dan yang dibangkitkan oleh suatu masalah atau
tugas dan yang menghantarkan kepada suatu
penyelesaian yang berorientasi kepada
kenyataan.
Gangguan bentuk pikiran,
Dalam kategori ganggauan bentuk pikiran termasuk semua penyimpangan dari pemikiran rasional, logik,
dan terarah kepada tujuan.
1. Dereisme atau pikiran dereistik,
titik berat pada tidak adanya sangkut paut terjadi antara proses mental individu dan pengalamannya
yang sedang berjalan. Proses mentalnya tidak sesuai dengan atau tidak mengikuti kenyataan, logika,
atau pengalaman. Umpamanya seorang kepala kantor pemerintah pernah mengatakan, “Seorang
pegawai negeri dan seorang warga negara yang baik harus kebal korupsi, biarpun gajinya tidak
cukup, biarpun keluarganya menderita; bila tidak tahan silakan keluar…”, atau seorang lain lagi, “Kita
harus memberantas perjudian dan pelacuran, karena hal-hal itu merupakan ‘exploitation de I’home
parr I’home’; adalah ‘homo homini lupus’ adalah ‘machiavellisme’; karena itu kita harus mengikis
habis segala bentuknya, tanpa kecuali…”.
2. Pikiran otistik;
menandakan bahwa penyebab distorsi arus asosiasi ialah dari dalam pasien itu sendiri dalam bentuk
lamunan, fantasi, waham atau halusinasi. Cara berpikir seperti ini hanya akan memuaskan
keinginannya yang tak terpenuhi tanpa memperdulikan keadaan sekitarnya; hidup dalam alam
pikirannya sendiri. Kadang-kadang istilah ini dipakai juga untuk pikiran dereistik.
3. Bentuk pikiran yang non-realistik:
bentuk pikiran yang sama sekali tidak berdasarkan kenyataan, umapamanya: menyelidiki sesuatu
yang spektakuler dan revolusioner bila ditemui; mengambil kesimpulan yang aneh serta tidak masuk
akal (merupakan gejala yang menonjol pada skizoprenia hebefrenik di samping tingkah laku kekanak-
kanakan). Dibedakan dari pikiran dereistik dan otistik tapi kadang-kadang ketiga gangguan bentuk
pikiran ini dijadikan satu dengan salah satu istilah itu.
Gangguan arus pikiran
Gangguan arus pikiran yaitu tentang cara dan lajunya proses asosiasi dalam pemikiran
yang timbul dalam berbagai jenis:
1. Perseverasi:
berulang-ulang menceritakan suatu idea, pikiran atau tema secara berlebihan.
Seoraqng penulis pernah mendengar seorang pasien berkata,”Nanti besok saya
pulang, ya saya sudah kangen rumah, besok saya sudah berada di rumah, sudah
makan enak di rumah sendiri, ya pak dokter, satu hari lagi nanti saya sudah bisa
tidur di rumah, besok ayah akan datang mengambil saya pulang…”.
2. Asosiasi longgar:
mengatakan hal-hal yang tidak ada hubungannya satu sama lain, umpama, “saya
mau makan. Semua orang dapat berjalan”. Bila ekstrim, maka akan terjadi
inkoherensi. Asosiasi yang sabgat longgar dapat silihat dari ucapan seorang
penderita seperti berikut ini, “….Saya yang menjalankan mobil kita harus
membikin tenaga nuklir dan harus minum es krim…”.
3. Inkoherensi:
gangguan dalam bentuk bicara, sehingga satu kalimat pun sudah sukar ditangkap
atau diikuti maksudnya. Suatu waham yang aneh mungkin diterangkan secara
incoherent. Inkoherensi itu boleh dikatakan merupakan asosiasi yang longgar
secara ekstrim. Seorang penulis pernah menerima surat antara lain sebagai
berikut, “Saya minta dijanji, tidur, lahir, dengan pakaian lengkap untuk anak saya
satu atau lebih menurut pengadilan Allah dengan suami jodohnya yang
menyinggung segala percobaan…”.
4. Kecepatan bicra:
untuk mengutarakan pikiran mungkin lambat sekali atau sangat cepat.
5. Benturan (“blocking”):
Jalan pikiran tiba-tiba berhenti atau berhenti di tengah sebuah kalimat. Pasien tidak
dapat menerangkan kenapa ia berhenti.
6. Logorea:
banya bicara, kata-kata dikeluarkan bertubi-tubi tanpa control mungkin coherent atau
incoherent.
7. Pikiran melayang (“flight of ideas”):
perubahan yang mendadak lagi cepat dalam pembicaran, sehingga suatu idea yang
belum selesai diceritakan sudah disusul oleh idea yang lain. Umpamanya seorang
pasien pernah bercerita, “Waktu saya datang ke rumah sakit kakak saya baru
mendapat rebewes, lalu untung saya pakai kemeja biru, hingga pak dokter
menanyakan bila sudah makan…”.
8. Asosiasi bunyi (“clang association”):
mengucapkan perkataan yang mempunyai persamaan bunyi, umpamanya pernah
didengar, “Saya mau makan di Tarakan, seakan-akan berantakan”.
9. Neologisme:
• membentuk kata-kata baru yang tidak dipahami oleh umum, misalnya “Saya
radiltu semua partimun”.
10. Irelevansi:
• isi pikiran atau ucapan yang tidak ada hubungannya dengan pertanyaan atau
dengan hal yang sedang dibicarakan.
11. Pikiran berputar-putar (”circumstantiality”):
• menuju secara tidak langsung kepada idea pokok denga menambahakan banyak
hal yang remeh-remeh, yang menjemukan, dan yang tidak relevant.
12. Main-main dengan kata-kata:
• menyajak (membuat sajak) secara tidak wajar. Umpamanya pernah seorang
penulis menerima sajak yang antara lain berbunyi:
• Wahai jagoku yang tersembunyi
• Meskipun kau jago
• Tanpa kau hatiku sunyi
• Tanpa kau hatiku mewangi
13. Afasi:
mungkin sensorik (tidak atau sukar mengerti bicara orang lain) atau motorik (tidak
dapat atau sukar berbicara), sering kedua-duanya sekaligus dan terjadi karena
kerusakan otak.
Gangguan isi pikiran:
dapat terjadi baik pada isi pikiran non-verbal, maupun pada isi pikiran
yang diceritkan, misalnya:
1. Kegembiraan yang luar biasa atau ekstasi (“ectasy”)
dapat timbul secara mengambang pada orang yang normal
selama fase permulaan narkosa (anesthesia umum). Boleh juga
disebabkan oleh narkotika (“feeling high” atau “fligh” sebagai
logat para narkotik) atau kadang-kadang timbul sepintas lalu pada
skizofrenia. Semua mengatakan bahwa isi pikiran mereka itu tidak
dapat diceritakan.
2. Fantasi:
ialah isi pikiran tentang suatu keadaan atau kejadian yang
diharapkan atau diinginkan, tetapi dikenal sebagai tidak nyata.
Fantasi yang kreatif menyiapkan si individu untuk bertindak
sesudahnya: fntasi dalam lamunan merupakan pelarian bagi
keinginan yang tidak dapat dipenuhi. Pada psedologia fantastika
(“psedologia fantastica”) orang itu percaya akan kebenaran
fantasinya secara intermittent dan selama jangka waktu yang
cukup lama untuk bertindak sesuai dengan itu.
3. Fobi:
rasa takut yang irasional terhadap sesuatu benda atau keadaan yang
tidak dapat dihilangkan atau ditekan oleh pasien, biarpun
diketahuinya bahwa hal itu irasioanl adanya. Fobi itu dapat
mengakibatkan kompulsi, umpamanya fobi kotor atau fobi kuman
menimbulkan kompulsi cuci-cuci tangan. Ini perlu dibedakan dari
kecemasan yang mengambang (“free-floating anxiety”) atau
kecemasan terhadap keadaan umum, nisalnya takut akan jatuh sakit,
takut gagal dalam usahanya.
4. Obsesi:
isi pikiran yang kukuh (“persistent”) timbul, biarpun tidak
dikehendakinya, dan diketahuinya bahwa hal itu tidak wajar atau
tidak mungkin.
5. Preokupasi:
pikiran terpaku hanya pada sebuah idea saja, yang biasanya
berhubungan dengan keadaan yang bernada emosional yan kuat. Ini
belum merupakan, tetapi dapat menjadi obsesi.
6. Pikiran yang tidak memadai (“inadequate”): pikiran yang eksentrik,
tidak cocok dengan banyak hal, terutama dalam pergaulan dan
pekerjaan seseorang.
7. Pikiran bubuh diri (“suicidal thoughts/ideation”):
mulai dari kadang-kadang memikirkan hal bunuh diri sampai terus-
menerus memikirkan cara bagaiman ia dapat membunuh dirinya.
8. Pikiran hubungan (“ideas of reference”):
pembicaraan orang lain, benda-benda atau sesuatu kejadian
dihubungkannya dengan dirinya.
9. Rasa terasing (alienasi):
perasaan bahwa dirinya sudah menjadi lain, berbeda, asing.
10. Pikiran isolasi social (“social isolation”:
rasa terisolasi, tersekat, terkunci, terpencil dari masyarakat; rasa
ditolak, tidak disukai oleh orang lain; rasa tidak enak bila berkumpul
dengan orang lain; lebih suka menyendiri.
11. Pikiran rendah diri:
merendahkan, menghinakan dirinya sendiri, menyalahkan dirinya
tentang suatu hal yang pernah atau tidak pernah dilakukannya.
12. Merasa dirugikan orang lain
13. Merasa dingin dalam bidang seksual
14. Rasa salah
15. Pesimisme
16. Sering curiga
17. Waham
Keyakinan tentang suatu isi pikiran yang tidak
sesuai dengan kenyataannya atau tidak cocok
dengan intelegensi dan latar belakang
kebudayaannya, biarpun dibuktika kemusyahilan
hal itu.
18. Kekuatan yang tidak wajar tentang kesehatan
fisiknya

Anda mungkin juga menyukai