Step 1
1. Anorexia : keinginan tidsak mau makan menyebabkan turunnya berat badan. Gangguan emosional yang berkaitan
dengan berat badan
2. Insomnia : gangguan pola tidur. Kualitas dan kuantitas tidur tidak efektif atau kurang. Ada 3: early (susah memulai
tidur), middle (sering terbangun dari tidur & masih bisa kembali tidur), late (tidur larut, bangun lebih pagi)
3. Kejang : peningkatan eksitasi di ssp yang menyebabkan peningkatan aktivitas motorik. Gangguan dimana GABA tidak
bisa membuka sehingga kanal ion Cl tidak bisa masuk dari presinap ke postsinaps.
Bisa dipicu oleh suhu yang terlalu tinggi.
Gejala : motorik, rigiditas
STEP 3
1. Mengapa pasien merasa mual, anorexia, keringat meningkat, cemas, insomnia? Hubungannya dengan terjadinya GMO?
2. Bagaimana diagnosis multiaksial dari pasien di skenario?
Aksis I F10.3 Gangguan mental dan perilaku akibat keadaan putus alkohol
Aksis II Z03.2 Tidak ada Diagnosis ( Gambaran Kepribadian Dissosial )
Aksis III Tidak ada ( None )
Aksis IV Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial
Aksis V 11 ( Mutakhir )
Teori psikodinamik :
Ada 5 fase kepribadian:
-Oral : umur 0-1 tahun. Lebih memuaskan diri di mulut (ngisap asi). Jika tidak puas saat dewasa melampiaskan ke
alkohol
-anal : 2-3th. Puas melalui anal. Harus diajarkan toilet training. Jika terlalu galak saat diajarkan OCD. Jika terlalu
lembek melampiaskan ke alkohol
-Falik : pengenalan gender. Elektra sindrom (wanita), pria(Odipal). Pria : fase odipal (mencintai ibu) berebut dg ayah
untuk mencintai ibunya.
Elektra sindrom : pas kecil, si cewek ingin jadi ayah kesal dengan ibunya melampiaskan dengan miripin diri dg ibu
-fase laten : 5th – remaja. Menyimpan ego seksual untuk arahin ke hal2 lain (hobi)
-fase genital : mengarahkan ego seksual ke lawan jenis.
• Delirium peny. SSP (epilepsi), sistemik (gagal jantung), intoksikasi antikolinergik, putus zat.
NT : asetikolin. Neuroanatomis : formatio retikularis (yang atur perhatian dan kesadaran)
• Demensia tipe alzheimer
NT : asetilkolin, NE hipoaktif
kelainan dalam pengaturan metabolisme fosfolipid membran membran yang kurang cairan jadi kaku
• Demensia vaskuler
gg pembuluh darah serebral kecil mengalami infark dan menghasilkan lesi parenkim multipel yang menyebar
pada daerah otak yang luas
Efek lainnya :
-absorbsi : diabsorbsi ke seluruh aliran darah semua jaringan tubuh tergantung kandungan air. Makin banyak
kanduang air, makin banyak alkohol
-otak : meningkatkan ach nikotinik, serotonin, GABAa. Dan inhibisi glutamat, kanal Ca voltage gate
-tidur : menurunkan tidur REM & tidur dalam
-efek perilaku : tergantung persenan di darah :
0,05% : ganggu isi pikir, daya nilai, pengendalian longgar
0,1% : gerak motorik terganggu
0,2% : fungsi seluruh motorik otak terganggu
0,3% : gaduh gelisah, stupor
` 0,4%- 0,5% : koma
>0,5% : kematian dengan cara pusat yang atur nafas & denyut jantung terganggu.
Efek toleransi. Harus meningkatkan kadar & jumlah yang diminum, untuk mendapat efek yang sama.
- SSP. Alkohol ada metanol akan berpengaruh ke eksitatori :
Agonis thd GABA (inhibitorik meningkat)
Reseptor opioid ssp meningkat NT dopamin, serotonin inhibitorik meningkat
Antagonis thd glutamat inhibitorik
Alkohol bersifat depresi SSP tergantung organ mana.
Cortex serebrum penurunan kesadaran, fx kognisi, memori
Amygdala emosi eforia
Limbik perilaku & eprsepsi halusinasi
Cerebellum hilang keseimbangan
Alkohol berkali2 sensitifitas thd reseptor gaba & opioid berkurang jadi rasa ingin tambah kadar & jumlah
alkohol.
Psikoterapi :
-hipnoterapi
-konseling
-rehabilitasi
Monitoring.
7. Apa faktor risiko timbulnya GMO?
Konflik keluarga sangat mempengaruhi perkembangan psikopatologis anak. Konflik dalam keluarga juga akan
mempengaruhi sikap atau didikan orangtua terhadap anak, dan sikap orangtua sangat berpengaruh terhadap pola asuh
kepada anak. Pola pengasuhan orangtua mempengaruhi perkembangan perilaku sosial anak.
GMO :
Hiperlipidemi, hipertensi,
Alkohol : kelas sosioekonomi tinggi alkohol
- Latar belakang pendidikan : semakin tinggi alkohol
- Gender : pria
8. Apa definisi gangguan mental organik?
Gangguan mental yang disebabkan karena ada penyakit di otak atau gangguan di luar sistemik tubuh (zat2 NAPZA). Ada
3 gejajla utama:
- Gangguan kognitif : mudah lupa
- Gg. Sensorium : gg kesadaran
- Gg lain yang menonjol : gg persepsi (halusinasi/ilusi), gg isi pikir (waham),
Gg mental non organik : di sel, atau neurotransmitter nya.
Gangguan Akibat
Alkohol dan Gangguan kepribadian dan perilaku akibat
Obat/Zat penyakit,kerusakan dan disfungsi otak
• Zat adiktif lain yang dimaksud disini adalah bahan/zat yang berpengaruh psikoaktif diluar yang
disebutNarkotika dan Psikotropika, meliputi :
a. Minuman berakohol mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh menekan susunan syaraf pusat,
dan sering menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari - hari dalam kebudayaan tertentu. Jika
digunakan sebagai campuran dengan narkotika atau psikotropika, memperkuat pengaruh obat/zat itu
dalam tubuh manusia.
Ada 3 golongan minuman berakohol, yaitu :
1. Golongan A : kadar etanol 1 - 5%, (Bir)
2. Golongan B : kadar etanol 5 - 20%, (Berbagai jenis minuman anggur)
3. Golongan C : kadar etanol 20 - 45 %, (whiskey, vodca, TKW, manson house, johny walker,
kamput.)
b. Inhalansia (gas yang dihirup) dan solven (zat pelarut) mudah menguap berupa senyawa organik, yang terdapat pada
berbagai barang keperluan rumah tangga, kantor dan sebagai pelumas mesin. Yang sering disalah gunakan, antara lain :
Lem, thinner, penghapus cat kuku, bensin.
c. Tembakau : Pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas di masyarakat. Pada upaya penanggulangan
narkoba di masyarakat, pemakaian rokok dan alkohol terutamapada remaja, harus menjadi bagian dari upaya pencegahan,
karena rokok dan alkohol sering menjadi pintu masuk penyalahgunaan narkoba lain yang lebih berbahaya. Bahan atau
obat serta zat yang disalahgunakan dapat juga diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Sama sekali dilarang : narkotika golongan I dan psikotropika Golongan I.
2. Penggunaan dengan resep dokter : amfetamin, sedatif, dan hipnotika.
3. Diperjual belikan secara bebas : lem, thinner dan lain-lain. 4. Ada batas umur dalam penggunannya :
alkohol, rokok.
KETERGANTUNGAN ZAT
Ketergantungan zat dibagi menjadi dua konsep, ketergantungan fisik dan ketergantungan perilaku. Ketergantungan
perilaku telah menekankan aktivitas mencari-cari zat (subtance-seeking behaviour) dan bukti-bukti pola pengunaan patologis.
Ketergantungan fisik adalah menekankan pada efek fisik (yaitu, fisiologis) dari episode multiple penggunaan zat.
Kriteria Diagnostik untuk ketergantungan zat berdasarkan DSM IV adalah sebagai berikut :
Suatu pola penggunaan zat maladaptif, yang menyebabkan gangguan atau penderitaan yang bermakna secara
klinis, seperti yang dimanifestasikan oleh tiga (atau lebih) hal berikut, terjadi pada setiap saar dalam periode 12
bulan yang sama.
1. Toleransi, seperti yang didefinisikan oleh berikut :
a. Kebutuhan untuk meningkatkan jumlah zat secara jelas untuk mencapai intoksikasi atau efek
yang diinginkan
b. Penurunan efek yang bermakna pada pemakaian berlanjut dengan jumlah yang sama
2. Putus, seperti yang dimanifestasikan oleh berikut :
a. Sindom putus yang karakteristik bagi zat (lihat kriteria A dan B dari kumpulan kriteria untuk
putus dari zat spesifik)
b. Zat yang sama (atau yang berhubungan erat) digunakan untuk menghilangkan atau
menghindari gejala putus
3. Zat seringkali digunakan dalam jumlah yang lebih besar atau selama periode yang lebih lama dari yang
diinginkan
4. Terdapat keinginan terus menerus atau usaha yang gagal untuk menghentikan atau mengendalikan
penggunaan zat
5. Dihabiskan banyak waktu dalam aktivitas untuk mendapatkan zat (misalnya, mengunjungi banyak
dokter atau pergi jarak jauh), menggunakan zat (misalnya, chain-smoking), atau pulih dari efeknya
6. Aktivitas sosial, pekerjaan, atau rekreasional yang penting dihentikan atau dikurangi karena
pengguanaan zat
7. Pemakaian zat dilanjutkan walaupun mengetahui memiliki fisik dan psikologis yang menetap atau
rekuren yang kemungkinan telah disebabkan atau di eksaserbasi oleh zat (misalnya, baru saja
menggunakan kokain walaupun menyadari adanya depresi akibat kokain, atau terus minum walaupun
mengetahui bahwa ulkus memburuk oleh konsumsi alkohol)
Sebutkan jika :
Dengan ketergantungan fisiologis : tanda-tanda toleransi atau putus (yaitu, terdapat butir 1 maupun 2).
Tanpa ketergantungan fisiologis : tidak ada tanda-tanda toleransi atau putus (yaitu, tidak terdapat butir 1
maupun 2)
Penentu perjalanan :
Remisi penuh awal
Remisi parsial awal
Remisi penuh bertahan
Remisi parsial bertahan
Pada terapi agonis
Dalam lingkungan terkendali
Kriteria diagnostik untuk intoksikasi zat berdasarkan DSM IV adalah sebagai berikut
A. Perkembangan sindrom spesifik zat yang reversibel karena ingesti (atau pemaparan) suatu zat yang
belum lama terjadi.
Catatan : zat yang berbeda dapat menimbulkan sindrom yang mirip atau identik
B. Perilaku maladaptif atau perubahan psikologis yang bermakna secara klinis yang disebabkan oleh efek
zat pada sistem saraf pusat (misalnya, kenakalan, labilitas mood, gangguan kognitif, gangguan
pertimbangan, gangguan fungsi sosial atau pekerjaan) dan berkembangan selama atau segera setelah
penggunaan zat
C. Gejala tidak disebabkan oleh kondisi medis umum dan tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan
mental lain
Kriteria diagnostik untuk putus zat berdasarkan DSM IV adalah sebagai berikut
A. Perkembangan suatu sindrom spesifik zat karena penghentian (atau penurunan) pemakaian zat yang
telah digunakan lama dan berat
B. Sindrom spesifik zat menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam
fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya
C. Gejala tidak disebabkan oleh kondisi umum dan tidak lebih baik diterangkan oleg gangguan mental lain
GANGGUAN BERHUBUNGAN DENGAN ALKOHOL
Efek alkohol pada otak terutama efek biokimia, efek perilaku dan efek pada tidur. Efek perilaku yang ditimbulkan oleh
penggunaan alkohol adalah pada tingkat 0,05 % alkohol di dalam darah, pikiran, pertimbangan dan pengendalian mengendur dan
seringkali terputus. Pada konsentrasi 0,1 %, aksi motorik yang disadari biasanya menjadi dirasakan canggung. Pada konsentrasi
0,2 % fungai seluruh daerah motorik di otak menjadi terdepresi; bagian otak yang mengontrol perilaku emosional juga
terpengaruhi. Pada konsentrasi 0,3 % seseorang umumnya mengalami konfusi atau dapat menjadi stupor. Pada konsentrasi 0,4
sampai 0,5 % orang berada dalam koma. Pada konsentrasi yang lebih tinggi, pusat primitif di otak yang mengontrol pernafasan
dan kecepatan denyut jantung terpengaruhi dan dapat terjadi kematian. Sedangkan efek pada tidur yang ditimbulkan oleh alkohol
adalah menurunnya tidur REM (rapid eye movement), menurunnya tidur dalam (staidum 4), dan meningkatnya fragmentasi tidur,
termasuk lebih banyaknya dan lebih lamanya episode terbangun.
Selain pada otak, alkohol juga menimbulkan efek kerusakan pada hati, berkembangnnya esofagitis, gastritis dan ulkus
lambung.
Gangguan akibat alkohol yang dapat terjadi adalah ketergantungan alkohol, intoksikasi alkohol, putus alkoholm, delirium,
demensia menetap, gangguan amnestik, gangguan psikotik dengan halusinasi, gangguan psikoti dengan waham, gangguan mood,
gangguan kecemasan, disfungsi seksual, gangguan tidur dan gangguan berhubungan alkohol yang tidak ditentukan.
INTOKSIKASI ALKOHOL
Kriteria diagnostik untuk intoksikasi alkohol berdasarkan DSM IV adalah sebagai berikut :
A. Baru saja menggunakan alkohol
B. Perilaku maladaptif atau perubahan psikolgis yang bemakna secara klinis (misalnya, perilaku seksual
atau agresif yang tidak tepat, labilitas mood, gangguan pertimbangan, gangguan fungsi sosial atau
pekerjaan) yang berkembang selama atau segera setelah, ingesti alkhol
C. Satu (atau lebih) tanda berikut ini, yang berkembang selama, atau segera setelah, pemakaian alkhol :
1) Bicara cadel
2) Inkoordinasi
3) Gaya berjalan tidak mantap
4) Nistagmus
5) Gangguan atensi atau daya ingat
6) Stupor atau koma
D. Gejala tidak disebabkan oleh kondisi medis umum dan tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan
mental lain
Intoksikasi alkohol yang parah dapat menyebabkan koma, depresi pernafasa, dan kematian, baik karena henti pernafasan
atau karena aspirasi muntah. Hal ini berhubungan dengan konsentrasi alkohol di dalam darah dan kadarnya di dalam otak.
PUTUS ALKOHOL
Tanda klasik dari putus alkohol adalah gemetar, walaupun spektrum gejala dapat meluas sampai termasuk gejala psikotik
dan persepsi, kejang dan gejala delirium putus alkohol. Gemetar berkembang 6 – 8 jam setelah dihentikannya minuman, gejala
psikotik dan persepsi mulai dalam 8 – 12 jam. Kejang dalam 12 – 24 jam, dan delirium dalam 72 jam. Gejala lain putus alkohol
adalah iritabilitas umum, gejala gastrointestinal dan hiperaktivitas otonomik simpaik, termasuk kecemasan, kesiagaan,
berkeringat, kemerahan pada wajah, midriasis, takikardia dan hipertensi ringan. Pasien biasanya sadar tetapi mudah dikagetkan.
Pada pasien putus alkohol juga bisa kejang dan delirium.
Kriteria diagnostik untuk putus alkohol berdasarkan DSM IV adalah sebagai berikut :
A. Penghentian (atau penurunan) pemakaian alkhol yang telah lama atau berat
B. Dua (atau lebih) tanda berikut ini, yang berkembang dalam beberapa jam sampai beberapa hari setelah
kriteria A :
1. Hiperaktivitas otonomik (misalnya, berkeringat atau kecepatan denyut nadi lebih dari 100)
2. Peningkatan tremor tangan
3. Insomnia
4. Mual atau muntah
5. Halusinasi atau ilusi lihat, raba atau engar yang transien
6. Agitasi motorik
7. Kecemasan
8. Kejang grand mal
C. Gejala dalam kriteria B menyebabkan penderitaan yang serius secara klinis atau gangguan fungsi sosial,
pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.
D. Gejala tidak disebabkan suatu kondisi medis umum dan tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan
mental lain
Sebutkan jika :
Dengan gangguan persepsi
c) Komorbiditas
Dikenal juga sebagai diagnosis ganda adalah diagnosis dua atau lebih gangguan psikiatrik pada pasien. Survey
menunjukkan 76 % laki-laki dan 65 % wanita dengan diagnosis penyalahgunaan atau ketergantungan zat mempunyai
diagnosis psikiatrik tambahan. Diagnosis psikiatrik lain yang sering yang sering berhubungan dengan penyalahgunaan zat
adalah gangguan kepribadian antisosial, fobia (dan gangguan kecemasan lainnya), gangguan depresif berat, dan
gangguan distimik. Pada umumnya, zat yang paling kuat dan berbahaya mempunyai angka komorbiditas yang paling
tinggi. Contohnya lebih sering penggunaan opioid dan kokain dibandingkan penggunaan marijuana.
d) Pengobatan
1) Farmakologi
Detoksifikasi
a. Konvensional : dibatasi (abtinensia zat)
b. Asupan zat/ zat subtitusi atau pengganti sebagai contoh methadone (untuk mengurangi efek
putus zat), atau untuk mengobati suatu perkiraan gangguan psikiatrik dasar sebagai contoh
antidepresan.
2) Non Farmakologi
Terapi keluarga
Terapi kelompok
Terapi obat untuk Intoksikasi dan Putus alkohol adalah sebagai berikut :
Masalah klinis Obat Jalur Dosis Keterangan
Gemetaran dan Chlordiazepoxide Oral 25–100 mg tiap 4-6 jam Dosis awal dapat diulangi tiap 2 jam
agitasi ringan – sampai pasien tenang; dosis
sedang selanjutnya harus ditentukan secara
individual dan titrasi