Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penulisan


Kognitif adalah kemampuan berpikir dan memberikan rasional, termasuk proses
mengingat, menilai, orientasi, persepsi dan memperhatikan. Kognitif memberikan
peran penting dalam intilegensi seseorang, yang paling utama adalah mengingat,
dimana proses tersebut melibatkan fungsi kerja otak untuk merekam dan memanggil
ulang semua atau beberapa kejadian yang pernahh dialami.
Gangguan kognitif yang paling sering ditemui meliputi Demensia dan
Delirium. Banyak orang mensalah artikan antara Demensia, Delirium dan Depresi.
Juga tentang respon kognitif yang maladaptive pada seseorang. Hal ini merupaka tugas
perawat sebagai tenaga professional yang mencakup bio-psiko-sosial yang
memberikan asuhan keperawatan khususnya pada klien dengaan gangguan kognitif
yang akan dibahas oleh kelompok kali ini.

1.1 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari gangguan kognitif?
2. Apa saja macam-macam dari gangguan kognitif?
3. Apa perbedaan dari delirium, depresi dan demensia?
4. Faktor apa sajakah yang mempengaruhi dari gangguan kognitif?
5. Stressor apa saja yang berpengaruh terhadap gangguan kognitif?
6. Bagaimana pola mekanisme koping yang digunakan pasien dengan gangguan
kognitif?

1.2 Tujuan Penulissan


Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa pada semester 5
STIKES Muhammadiyah Lamongan. Dan diharapkan untuk dapat memahami tentang
asuhan keperawatan jiwa khususnya pada klien dengan gangguan kognitif.
Tujuan Khusus
Untuk mengetahui dari:
1. Pengertian dari gangguan kognitif
2. Macam-macam dari gangguan kognitif

Asuhan Keperawatan GangguanKognitif | 1


3. Perbedaan dari delirium, depresi dan demensia
4. Faktor apa saja yang mempengaruhi dari gangguan kognitif
5. Stressor apa saja yang berpengaruh terhadap gangguan kognitif
6. Pola mekanisme koping yang digunakan pasien dengan gangguan kognitif

Asuhan Keperawatan GangguanKognitif | 2


BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian
Kognitif adalah Kemampuan berpikir dan memberikan rasional, termasuk proses
mengingat, menilai, orientasi, persepsi dan memperhatikan. (Stuart and Sundeen,
1987. Hal.612). Gangguan kognitif erat kaitannya dengan fungsi otak, karena
kemampuan pasien untuk berpikir akan dipengaruhi oleh keadaan otak .
Respon kognitif maladaptif meliputi ketidakmampuan untuk membuat keputusan,
kerusakan memori dan penilaian, disorientasi, salah persepsi, penurunan rentang
perhatian, dan kesulitan berfikir logis. Respon tersebut dapat terjadi secara episodik
atau terjadi terus-menerus. Suatu kondisi dapat reversibel atau ditandai dengan
penurunan fungsi secara progresif tergantung stressor.
Fungsi Otak
1. Lobus Frontalis
Pada bagian lobus ini berfungsi untuk : Proses belajar : Abstraksi, Alasan
2. Lobus Temporal
 Diskriminasi bunyi
 Perilaku verbal
 Berbicara
3. Lobus Parietal
 Diskriminasi waktu
 Fungsi somatic
 Fungsi motorik
4. Lobus Oksipitalis
 Diskriminasi visual
 Diskriminasi beberapa aspek memori
5. Sisitim Limbik
 Perhatian
 Flight of idea
 Memori
 Daya ingat
Secara umum apabila terjadi gangguan pada otak, maka seseorang akan mengalami
gejala yang berbeda, sesuai dengan daerah yang terganggu yaitu :

Asuhan Keperawatan GangguanKognitif | 3


1. Gangguan pada lobus frontalis , akan ditemukan gejala-gejala sbb :
 Kemampuan memecahkan masalah berkurang
 Hilang rasa sosial dan moral
 Impilsif
 Regresi
2. Gangguan pada lobus temporalis akan ditemukan gejala sbb :
 Amnesia
 Dimensia
3. Gangguan pada lobus parietalis dan oksipitalis akan ditemukan gejala gejala yang
hampir sama, tapi secara umum akan terjadi disorientasi
4. Gangguan pada sistim limbik akan menimbulkan gejala yang bervariasi antara lain :
 Gangguan daya ingat
 Memori
 Disorientasi

2.2 Macam Gangguan Kognitif


Gangguan kognitif spesifik yang perlu mendapat perhatian adalah delirium dan
demensia. Tabel berikut menjelaskan karakteristik delirium dan demensia. Depresi
pada lansia seringkali salah didiagnosis sebagai demensia, tabel dibawah dapat
digunakan sebagai acuan.

Rentang Respon Kognitif

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Tegas Ketidaktegasan periodik Ketidakmampuan membuat


Memori utuh Mudah lupa keputusan
Orientasi lengkap Kebingungan sementara yg ringan Kerusakan memori & penilaian
Persepsi akurat Terkadang salah persepsi Disorientasi
Perhatian terfokus Distrakbilitas Salah persepsi serius
Pikiran koheren dan logis Kadang berfikir tidak jelas Ketidakmampuan memfokuskan
Perhatian
Kesulitan berfikir logis

2.3 Perbandingan Delirium, Depresi dan Demensia


Perbedaan Delirium Depresi Demensia
Awitan Cepat (beberapa jam Cepat (beberapa minggu Bertahap (bertahun-
sampai beberapa sampai beberapa bulan) tahun)
hari)

Asuhan Keperawatan GangguanKognitif | 4


Proses Fluktuasi luas; dapat Mungkin ada Kronik; lambat namun
gangguan berlangsung terus pembatasan diri atau terus menurun
selama beberapa menjadi kronik tanpa
minggu jika pengobatan
penyebab tidak
diketahui
Tingkat Berfluktuasi dari Normal Normal
kesadaran waspadfa hingga
sulit untuk
dibangunkan
Orientasi Pasien disorientasi, Pasien mungkin tampak Pasien disorientasi,
bingung disorientasi bingung
Afek Berfluktuasi Sedih, depresi, cemas, Labil, apatis pada tahap
rasa bersalah lanjut
Perhatian Selalu terganggu Kesulitan Mungkin utuh; pasien
berkonsentrasi; dapat memusatkan
menelaah kembali perhatian pada satu hal
semua tindakannya untuk waktu yang lama
Tidur Selalu terganggu Terganggu Biasanya normal
Perilaku Pasien agitasi, Pasien mungkin lelah, Pasien mungkin agitas,
gelisah apatis, mungkin agitasi apatis, keluyuran
Pembicaraan Jarang atau cepat; Datar, jarang, mungkin Jarang atau cepat;
pasien mungkin meledak-ledak; dapat berulang-ulang, mungkin
inkoheren dimengerti inkoheren
Memori Terganggu, Bervariasi dari hari ke Terganggu, terutama
terutama untuk hari; lamban dalam untuk peristiwa yang
peristiwa yang baru mengingat; sering defisit sudah lama terjadi
saja terjadi memori jangka pendek
Kognisi Gangguan berfikir Mungkin tampak Gangguan berfikir dan
terganggu menghitung
Isi pikir Inkoheren, bingung; Negatif; hipokondriasis, Tidak teratur, kaya isi
waham; stereotip pikiran tentang pikir, waham, paranoid
kematian; paranoid

Asuhan Keperawatan GangguanKognitif | 5


Persepsi Salah penafsiran, Terganggu; pasien Tidak berubah
ilusi, halusinasi mungkin mengalami
halusinasi pendengaran;
penafsiran terhadap
orang lain dan kejadian
Penilaian Buruk Buruk Buruk; perilaku tidak
tepat secara sosial
Daya tilik Mungkin ada saat- Mungkin terganggu Tidak ada
saat berfikir jernih
Penampilan Buruk tetapi Kerusakan memori; Secara konsisten buruk;
pada bervariasi; menghitung, makin memburuk;
penilaian meningkat saat menggambar, mengikuti pasien berupaya
status mental berfikir jernih dan perintah biasanya tidak menjawab semua
saat penyembuhan terganggu; sering pertanyaan
menjawab ”Saya tidak
tahu”

2.4 Faktor yang Mempengaruhi Gangguan Kognitif


Respon kognitif pada umumnya merupakan akibat dari gangguan biologis pada
fungsi sistem saraf pusat. Faktor yang mempengaruhi individu mengalami gangguan
kognitif termasuk:
1. Gangguan suplai oksigen, glukosa, dan zat gizi dasar yang penting lainnya ke
otak
a. Perubahan vaskuler arterisklerotik
b. Serangan iskemik sementara
c. Hemoragi serebral
d. Infark otak kecil multipel
2. Degenerasi yang berhubungan dengan penuaan
3. Pengumpulan zat beracun dalam jaringan otak
4. Penyakit Alzheimer
5. Human Immunodeficiency Virus (HIV)
6. Penyakit hati kronik
7. Penyakit ginjal kronik

Asuhan Keperawatan GangguanKognitif | 6


8. Defisiensi vitamin (terutama thiamin)
9. Malnutrisi
10. Abnormalitas genetik
Gangguan jiwa mayor seperti skizofrenia, gangguan bipolar, gangguan ansietas,
dan depresi, juga dapat mempengaruhi fungsi kognitif.

2.5 Stressor yang Berpengaruh Terhadap Gangguan Kognitif


Setiap serangan mayor pada otak cenderung mengakibatkan gangguan fungsi
kognitif. Berikut ini merupakan kategori stressor:
1. Hipoksia
2. Gangguan metabolik, termasuk hipertiroidisme, hipotiroidisme, hipoglikemi,
hipopituitarisme, dan penyakit adrenal
3. Toksisitas dan infeksi
4. Respon yang berlawanan terhadap pengobatan
5. Perubahan struktur otak, seperti tumor atau trauma
6. Kekurangan atau kelebihan sensori.
Stressor spesifik yang berhubungan dengan gangguan kognitif sering kali tidak
dapat diidentifikasi, walaupun hal ini berubah secara cepat saat ilmu pengetahuan
tentang saraf meningkat, secara umum, ketika mengkaji respon kognitif maladaptif,
penyebab fifiologis disingkirkan terlebih dahulu, kemudian steressor psikososial
dipertimbangkan. Walaupun ada faktor fisiologis, stres psokososial dapat mengganggu
proses fikir individu. Oleh karena itu, penilaian stressor individu sangat penting.

2.6 Mekanisme Koping pada Pasien dengan Gangguan Kognitif


Respon individu termasuk kekuatan dan ketrampilan. Pemberi perawatan dapat
bersifat mendukung dan juga dapat memberi informasi tentang karakteristik
kepribadian, kebiasaan dan rutinitas individu. Self-help group dapat menjadi sumber
koping yang efektif bagi pemberi perawatan.
Cara individu menghadapi secara emosional respon kognitif maladaptif sangat
dipengaruhi oleh pengalaman hidup yang lalu. Individu yang mengembangkan
mekanisme koping yang efektif pada masa lalu akan lebih mampu mengatasi awitan
masalah kognitif daripada individu yang telah mempunyai masalah koping.
Mekanisme koping yang biasanya digunakan mungkin berlebihan ketika individu
mencoba beradaptasi terhadap kehilangan kemampuan kognitif.

Asuhan Keperawatan GangguanKognitif | 7


Karena gangguan perilaku yang mendasar pada delirium adalah perubahan
kesadaran, yang mencerminkan gangguan biologis yang berat dalam otak, mekanisme
koping psikologis pada umumnya tidak digunakan. Dengan demikian perawat harus
melindungi pasien dari bahaya dan mengganti mekanisme koping individu dengan
tetap mengorientasikan pasien dan mendorongnya menghadapi realitas.
Perilaku yang menunjukkan upaya seseorang yang mengalami demensia untuk
mengatasi kehilangan kemampuan kognitif dapat meliputi kecurigaan, permusuhan,
bercanda, depresi, seduktif, dan menarik diri. Mekanisme pertahanan ego yang
mungkin teramati pada pasien yang mengalami gangguan kognitif meliputi:
- Regresi
- Penyangkalan
- Kompensasi

Asuhan Keperawatan GangguanKognitif | 8


BAB IV
APLIKASI KASUS PADA DEMENSIA

A. Pengkajian
1. Identitas
Nama : Tn. R
Umur : 22 tahun
Jenis kemain : laki-laki
Suku/bangsa : Jawa/indonesia
Agama : Islam
Alamat : Jl. K U IV/34 SDR
Pendidikan : lulusan STM teknik mesin
Pekerjaan : Swasta
MRS : 8 Agustus 2011
Tanggal pengkajian : 9 Agustus 2011
Sumber data : klien, teman, keluarga (ayah dan ibu klien)

2. Keluhan utama
Ngomel-ngomel

Autoanamnese :
Klien dapat menyebutkan namanya yang dijawab dengan lambat dengan suara
yang agak keras, tetapi klien salah dalam menyebutkan nama siapa ayah dan ibunya serta
teman yang ada disekitarnya.

Heteroanamnese :
- 1 minggu yang lalu klien sakit panas, disertai bicara ngelantur, gelisah, sulit tidur dan
seperti bingung dan marah-marah.
- Klien sering melihat dan mendengar sesuatu yang terasa pada tangan yang dipasang infus
ada bunyi derap sapi sebanyak 4 (empat) yang sedang berkejar-kejaran (“tak-tuk-tak tuk”)
- Klien juga tidak mengenal orang-orang disekitarnya yang sebelumnya sudah dikenalnya
(salah menyebutkan namanya)
- Klien banyak melamun, tidak bisa tidur dan juga tidak mau makan

Asuhan Keperawatan GangguanKognitif | 9


- Klien pernah mempunyai keinginan untuk mencarai ilmu yang bermanfaat bagi dirinya
dan orang lain sejak 4 bulan yang lalu tetapi klien tidak mampu dalam menjalaninya dan
bertirakat sehingga klien tergoncang jiwanya, ngomel-ngomel, berbicara keras dan
kadang-kadang marah sehingga harus dibawa ke RS.

3. Faktor Predisposisi
- Klien belum pernah mengalami gangguan jiwa
- tidak ada anggota keluarganya yang mengalami gangguan jiwa
- kien pernah menjalani operasi usus buntuk pada bulan desember tahun 2000 di RS kartini
Krian.
- Pengalaman klien yang tidak menyenangkan adalah pada gurunya saat menjalani
pembekalaln ilmu sehingga dirinya merasa tidak kuat lagi.

4. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran yang meningkat, GCS 456, Refleks fiologis (+), refleks patologis (-).
Tensi 120/70, nadi 80 x/mnt, RR 20 x/mnt, temperatur 37,1 C, BB 44 kg, TB 158 cm.,
takikardia, febris, BB menurun karena nafsu makan yang menurun dan tidak mau makan.

5. Psikososial
a. Genogram

: laki-laki

: perempuan

/ : meninggal

: klien

b. Konsep diri : meninggal

 Gambaran diri, klien tidak mengeluh tentang gambaran diri yang:dimilik,


kien (menerima
dir sendiri apa adanya).

Asuhan Keperawatan GangguanKognitif | 10


 Identitas, klien laki-laki.
 Peran, klien sebagai anak yang perlu mengabdi kepada keluarga (ayah dan ibu)
dengan bekerja keras membantu di sawah.
 Ideal diri, keinginan yang tidak sesuai dengan kenyataan dan kemampuan yang ada
(mencari ilmu untuk menjaga diri dan membantu orang lain tetapi tidak mampu
untuk mencapainya)
 Harga diri, tidakmampuan dalam mencapai tujuan sehingga klien merasa harga
dirinya rendah karena kegagalannya.
c. Hubungan sosial
Klien menganggap bahwa orang tua merupakan orang yang paling berarti dan perlu
berbakti kepadanya serta berbalas budi. Berbagai faktor di masyarakat yang membuat
klien diterima sebagai anggota kelompok remaja karena mempunyai kepandaian dalam
bidang olah raga (seperti badminton, pingpon, sepak bola dan permaina ringan lainya).
Klien juga mengikuti permainan yang sifatnya totoan dan klien pernah kalah sehingga
berkeinginan untuk mencari ilmu utnuk menambah kamatangan diri dan membantu orang
lain tetapi klien tidak mampu sehingga mengalami gangguan interaksi dan jengkel pada
gurunya.
d. Spiritual
Keyakinan klien terhadapa agama dan keyakinannya masih kuat. tetapi tidak atau
kurang mampu dalam melaksnakan ibadahnya sesuai dengan agama dan kepercayaannya.

6. Status mental
a. Penampilan
Klien tidak rapi dan tidak mampu utnuk merawat dirinya sendiri, berbaring dan
dipasang infus dextrose 5 % 20 tetes/mnt pada tangan kiri
b. Pembicaraan
Keras, cepat dan inkoheren.
c. Aktivitas motorik,
Perubahan motorik dapat dimanifestasikan adanya peningkatan kegiatan motorik,
gelisah, agitasi.
d. Alam perasaan
Klien nampak ketakutan dan putus asa dan harga diri rendah.

Asuhan Keperawatan GangguanKognitif | 11


e. Afek dan emosi.
Keadaan ini menimbulkan perubahan afek yang digunakan klien untuk melindungi
dirinya, karena afek yang telah berubah memampukan kien mengingkari dampak
emosional yang menyakitkan dari lingkungan eksternal. Respon emosional klien mungkin
tampak bizar dan tidak sesuai karena datang dari kerangka pikir yang telah berubah.
Perubahan afek adalah tumpul, datar, tidak sesuai, berlebihan dan ambivalen.
f. Interaksi selama wawancara
Sikap klien terhadap pemeriksa kurang kooperatif, kontak mata kurang serta secara
memik menunjukkan sifat bermusuhan.
g. Persepsi
Perubahan persepsi yang paling sering ditemukan adalah halusinasi penglihatan
dan pendengaran.
h. Proses berpikir
Klien yang terganggu pikirannya sukar berperilaku kohern, tindakannya cenderung
berdasarkan penilaian pribadi klien terhadap realitas yang tidak sesuai dengan penilaian
yang umum diterima. Bentuk pikir non realistik. Penilaian realitas secara pribadi oleh klien
merupakan penilaian subyektif yang dikaitkan dengan orang, benda atau kejadian yang
tidak logis (Pemikiran autistik). Klien tidak menelaah ulang kebenaran realitas. Arus pikir
(Asosiasi longgar), dan isi pikir (pemikiran tak memadai)
i. Tingkat kesadaran
Kesadaran berkabut, bingung. Disorientasi waktu, tempat dan orang.
j. Memori
Gangguan daya ingat yang baru saja terjadi (kejadian pada beberapa jam atau hari
yang lampau) dan yang sudah lama berselang terjadi (kejadian beberapa tahun yang lalu).
k. Tingkat konsentrasi
Klien tidak mampu berkonsentrasi
l. Kemampuan penilaian
Gangguan ringan dalam penilaian atau dan lambat dalam pengambilan keputusan.

7. Kebutuhan klien sehari-hari


a. Tidur
Klien sukar tidur karena cemas, gelisah, berbaring atau duduk dan gelisah. Kadang-
kadang terbangun tengah malam dan sukar tidur kemabali. Tidurnya terganggu sepanjang

Asuhan Keperawatan GangguanKognitif | 12


malam, sehingga tidak merasa segar di pagi hari yang ditandai adanya kien tampak
nagantuk, mata merah dikuatkan oleh cerita keluagra (ayah dan ibu klien)
b. Selera makan
Klien tidak mempunyai selera makan atau makannya hanya sedikit, karea putus
asa, merasa tidak berharga, aktivitas terbatas sehingga bisa terjadi penurunan berat badan.
c. Eliminasi
Klien terganggu buang air kecilnya, kadang-kadang ldibantu dan kadang ngompol
dan belum BAB selam 2 hari setelah MRS.

8. Mekanisme koping
Apabila klien merasa tidak berhasil, kegagalan maka ia akan menetralisir,
mengingkari atau meniadakannya dengan mengembangkan berbagai pola koping
mekanisme. Ketidak- mampuan mengatasi secara konstruktif menyebbkan klien ngomel-
ngomel, menarik diri diri dari kelompoknya dan kadang-kadang marah.

9. Penatalaksanaan
Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium :
Tanggal 10 Agustus 2011
Hb : 12,5 gr%
LED : 45 mg/L
Leukosit : 5,0 x 109 /dl
Pemeriksaan widal :
S thyphi O : negatif
S. Typhi H : negatif
S. Para A : negatif
S. Para B : negatif

Perawatan
a. Pengobatan etiologik harus sedini mungkin dan di samping faal otak dibantu agar
tidak terjadi kerusakan otak yang menetap.
b. Peredaran darah harus diperhatikan (nadi, jantung dan tekanan darah), bila perlu diberi
stimulansia.
c. Pemberian cairan harus cukup, sebab tidak jarang terjadi dehidrasi. Hati-hati dengan

Asuhan Keperawatan GangguanKognitif | 13


sedativa dan narkotika (barbiturat, morfin) sebab kadang-kadang tidak menolong,
tetapi dapat menimbulkan efek paradoksal, yaitu klien tidak menjadi tenang, tetapi
bertambah gelisah.
d. Klien harus dijaga terus, lebih-lebih bila ia sangat gelisah, sebab berbahaya untuk
dirinya sendiri (jatuh, lari dan loncat keluar dari jendela dan sebagainya) ataupun untuk
orang lain.
e. Dicoba menenangkan klien dengan kata-kata (biarpun kesadarannya menurun) atau
dengan kompres es. Klien mungkin lebih tenang bila ia dapat melihat orang atau
barang yang ia kenal dari rumah. Sebaiknya kamar jangan terlalu gelap , klien tidak
tahan terlalu diisolasi.
f. Terdapat gejala psikiatrik bila sangat mengganggu dapat diberikan neroleptika,
terutama yang mempunyai dosis efektif tinggi.
g. Pemberian obat Haloperidol 2x1 mg

9. Dampak masalah
a. Individu
 Pola persepsi dalam pemeliharaan kesehatan, klien secara tidak sadar bahwa dirinya
mengaami gangguan jiwa
 Pola nutrisi dan metabolime, penurunan berat bdan dan pemenuhan kebutuhan nutrisi
kurang dari kebutuhan
 Pola aktivitas, perilkua yang hiperkinesia, agitasi dan gelisah
 Pola eliminasi, bak masih ngompol (kadang-kadang), 2 hari belum BAB setelah
MRS
 Pola istirahat dan tidur, kien sulit tidur dan gelisah
 Pola kognitif, klien tidak bisa konsentrasi dan lambat berbicara dan mengambil
keputusan
 Pola persepsi diri, halusinasi dengar dan penglihatan
 Pola peran, harga diri rendah, putus asa, kegagalan
 Pola penyesuai diri, isolasi diri
 Pola hubungan sosial, keursakan interkasi sosial
 Pola kepercayaan dan agama, gangguan dalam beribadah

Asuhan Keperawatan GangguanKognitif | 14


b. Keluarga :
 klien mungkin mengabaikan atau mendapat kesulitan dalam melakukan kegiatan
sehari-hari seperti kebersihan diri misalnya tidak mau mandi, tidak mau menyisir
atau mengganti pakaian.
 Kesejahateraan dan konsep diri, klien merasa kehilangan harga diri, harga diri
rendah, merasa tidak berarti, tidak berguna dan putus asa sehingga klien perlu
diisolasi.
 Kemadirian , klien kehilangan kemandirian adan hidup ketergantungan pada
keluarga atau orang yang merawat cukup tinggi, sehingga menimbulkan stres fisik.
 Ketegangan tingkat konflik, mengganggu satu atau lebih anggota keluarga berperan
dengann baik .

B. Pohon Masalah
Kekerasan resiko tinggi Defisit perawatan diri,
mandii,kbersihan,
berpakaian

Akibat Perubahahn sensori-


perseptual : halusinasi Intoleransi aktiovitas
pendengaran dan
penglihatan

Masalah utama
Interasaksi sosial dan
keruskan, menarik diri

Penyebab Harga diri rendah

C. Analisa Data
DATA PENYEBAB MASALAH
Data Subyektif : Sistem pendukung Interaksi sosial
- Keluarga mengatakan klien kadang- yang tidak (isolasi sosial)
kdang berbicara sendiri dengan nada adequat, halusinasi
yang agak keras.
- Klien gelisah

Asuhan Keperawatan GangguanKognitif | 15


Data Obyektif :
- Kurang rasa percaya pada orang lain,
sukar berinteraksi dengan orang lain,
komnuikasi yang tidak realistik, kontak
mata kurang, berpikir tentang sesuatu
menurut pikirannya sendiri, afek emosi
yang dangkal.
- Klien bila diajak kenalan dengan klien
liannya seperti (sdr. JS dan Sdr. S)
masih belum bersahabat dan masih
salah dalam mengulang nama yang
baru saja dikenalkan
- Kesadran berkabut, Psikomotor
meningkat, bentuk pikir non realistik,
arus (asosiasi longgar) dan isi
(pemikiran tak memadai), Afek emosi
yang dangkal
Kemauan yang
Data Subyektif : menurun Perawatan diri-
- Kleluarga mengatakan sudah dua sendiri
belum mandi hanya saja diseka pada
bagian yang terbuka (yang tak tertutup
baju.
- Klien kadang-kadang masih ngompol
dan kadang bilang kalau ingin kencing
dengan menggunakan penampung
(urinal)

Data Obyektif : Kurangnya Pengetahuan klien


- Kemauan yang menurun, penampilan informasi dan keluarga
kurang rapi dan muka agak lusut.
- Celana nampak sedkit basah
- Klien dalam keadaan terfiksasi

Asuhan Keperawatan GangguanKognitif | 16


sehingga kebutuhan klien dibantu
(makan, minum dan kencing serta
mandi dengan diseka).

Data Subyektif :
- Keluarga belum mengetahui tentang
obat yang diminumkan klien serta efek
samping nya.
- Pendidikan keluarga lulusan SD
- Keluarga mengatakan bahwa klien
ingin tidur saja.
- Dalam makan klien merasa kurang
enak untuk menelan dengan memegang
lehernya.
Data Obyektif :
- Adanya pertanyaan kurangnya
pengetahuan, permintaaan untuk
mendapatkan informasi dan.
- Nampak mata klien merah dan
sepertinya masih mengantuk
- Didapatkan adanya rigiditas (kuduk,
punggung)
- distonia akut (spame lidah, wajah, leher
dan punggung), akatisia (gelisah, tidak
dapat duduk dengan tenang, mengetuk-
negetukan kaki, tremor otot, rifgiditas
dan diskinesia tardif (mengecapkan
bibir, torticolis dan OCC krisis)
- Malam jam 22.30 Wib diinjeksi
Delladryl 2 cc dan THD 2x2 mg

Asuhan Keperawatan GangguanKognitif | 17


D. Diagnosa Keperawatan
a. Kurangnya interaksi sosial (isolasi sosial) berhubungan dengan sistem penbdukung
yang tidak adequat.
b. Kurangnya perawatan diri berhubugan dengan kemauan yang menurun
c. Ketidaktahuan keluarga dan klien tentang efek samping obat antipsikotik
berhubungan dengan kurangnya informasi.
E. Rencana Tindakan
c. Kurangnya interaksi sosial (isolasi sosial) berhubungan dengan sistem pendukung
yang tidak adequat.
Batasan kriteria :
Kurang rasa percaya pada orang lain, sukar berinteraksi dengan orang lain,
komnuikasi yang tidak realistik, kontak mata kurang, berpikir tentang sesuatu menurut
pikirannya sendiri, afek emosi yang dangkal.
Sasaran jangka pendek :
Klien siap masuk dalam terapi aktivitas ditemani oleh seorang perawat yang
dipercayai dalam 1 minggu.
Sasaran jangka panjang :
Klien dapat secara sukarela meluangkan waktu bersama klien lainnya dan perawat
dalam aktivitas kelompok di unit rawat inap.
INTERVENSI RASIONAL
1. Ciptakan lingkungan terapeutik : 1. Lingkungan fisik dan psikososial yang
- bina hubungan saling percaya terapeutik akan menstimulasi
((menyapa klien dengan rama kemmapuan klien terhadap kenyataan.
memanggil nama klien, jujur,
tepat janji, empati dan
menghargai).
- tunjukkan perawat yang
bertanggung jawab
- tingkatkan kontak klien dengan
lingkungan sosial secara bertahap
2. Perlihatkan penguatan positif pada 2. Hal ini akan membuat klien merasa
klien. menjado orang yang berguna.
Temani klien untuk

Asuhan Keperawatan GangguanKognitif | 18


memperlihatkan dukungan selama
aktivitas kelompok yang mungkin
mnerupakan hal yang sukar bagi
klien.
3. Orientasikan klien pada waktu, 3. Kesadran diri yang meningkat dalam
tempat dan orang. hubungannya dengan lingkungan
waktu, tempat dan orang.
4. Berikan obat anti psikotik sesuai 4. Obat ini dipakai untuk mengendalikan
dengan program terapi psikosis dan mengurangi tanda-tanda
(Haloperidol 2x 2 mg) agitasi

d. Kurangnya perawatan diri berhubugan dengan kemauan yang menurun


Batasan kriteria :
Kemauan yang kurang untuk membersihkan tubuh, defekasi, be3rkemih dan
kurang minat dalam berpakaian yang rapi.
Sasaran jangka pendek :
Klien dapat mengatakan keinginan untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari
dalam 1 minggu
Sasaran jangka panjang :
Klien mampu melakukan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri dan
mendemosntrasikan suatu keinginan untuk melakukannya.
INTERVENSI RASIONAL
1. Dukung klien untuk melakukan 1. Keberhasilan menampilkan kemandirian
kegiatan hidup sehari-hari sesuai dalam melakukan suatu aktivitas akan
dengan tingkat kemampuan kien. meningkatkan harga diri.
2. Dukung kemandirina klien, tetapi 2. Kenyamanan dan keamanan klien
beri bantuan kien saat kurang merupakan priotoritas dalam
mampu melakukan beberapa keperawatan.
kegiatan.
3. Berikan pengakuan dan 3. Penguatan positif akan menignkatakan
penghargaan positif untuk harga diri dan mendukung terjadinya

Asuhan Keperawatan GangguanKognitif | 19


kemampuan mandiri. pengulangan perilaku yang diharapkan.
4. Perlihatkan secara konkrit, 4. Karena berlaku pikiran yang konkrit,
bagaimana melakukan kegiatan penjelasan harus diberikan sesuai tingkat
yang menurut kien sulit untuk pengetian yang nyata.
dilakukaknya.

e. Ketidaktahuan keluarga dan klien tentang efek samping obat antipsikotik


berhubungan dengan kurangnya informasi.
Batasan kriteria :
Adanya pertanyaan kurangnya pengetahuan, permintaaan untuk mendaptkan
informasi dan mengastakan adanya permaslah yang dialami kien.
Sasaran jangka pendek :
Klien dapat mengatakan efek terhadap tubuh yang diikuti dengan implemetasi
rencana pengjaran.
Sasaran jangka panjang :
Klien dapat mengatan pentingnya mengetahui dan kerja sama dalam memantau
gejala dan tanda efek samping obat.
INTERVENSI RASIONAL
1. Pantau tanda-tanda vital 1. Hipotensi ortostatik mungikn terjadi pada
pemakain obat antipsikotik, Pemeriksaan
tekanan darah dalam posisi berbaring,
dudujk dan berdiri.
2. Tetaplah bersama klien ketika 2. Beberapa klien mungkin
minum obat antipsikotik menyembunyikan oabt-obat tersebut.
3. Amati klien akan adanya EPS, 3. Distonia akut (spame lidah, wajah, leher
dan punggung), akatisia (gelisah, tidak
dapat duduk dengan tenang, mengetuk-
negetukan kaki,pseudoparkinsonisme
(tremor otot, rifgiditas, berjalan dengan
menyeret kaki) dan diskinesia tardif
(mengecapkan bibir, menjulurkan lidah
dan gerakan mengunyah yang konstan).
4. Beritahu klien bahwa dapat terjadi 4. Wanita dapat mempunyai periode

Asuhan Keperawatan GangguanKognitif | 20


perubahan yang berkaitandengan menstruasi yang tidak teratus atau
fungsi seksual dan menstruasi. amenorhea dan pria mungkin mengalmi
impotens atau ginekomastik.

F. IMPLEMENTASI (PELAKSANAAN)
DIAGNOSA JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
08.00

Jam 12.00 WIB :


S
- Keluarga mengatakan klien
kadang-kdang berbicara
08.00 sendiri dengan nada yang
agak keras.
- Klien masih gelisah
O
- Klien masih sukar
1. Menciptakan lingkungan berinteraksi dengan orang
terapeutik : lain, komnuikasi yang tidak
- Membina hubungan saling realistik, kontak mata
percaya ((menyapa klien dengan kurang, berpikir tentang
rama memanggil nama klien, jujur sesuatu menurut pikirannya
, tepat janji, empati dan sendiri, afek emosi yang
menghargai). dangkal.
09.00 - Menunjukkan perawat yang - Psikomotor meningkat,
c. Kurangnya bertanggung jawab bentuk pikir non realistik,
interaksi so- - Meningkatkan kontak klien arus (asosiasi longgar) dan
sial (isolasi dengan lingkungan sosial secara isi (pemikiran tak memadai)
sosial) ber- 10.30 bertahap - Klien masih lupa dan daya
hubungan de- 2. Memperlihatkan penguatan ingatnya berkurang
ngan sistem positif pada klien. A
penbdukung Temani klien untuk Masalah belum teratasi

Asuhan Keperawatan GangguanKognitif | 21


yang tidak memperlihatkan dukungan selama P
adequat. aktivitas kelompok yang mungkin Dilanjutkan
merupakan hal yang sukar bagi
klien. Jam 12.00 wib
08.00 3. Mengorientasikan klien pada S
waktu, tempat dan orang. - Kleluarga mengatakan
4. Memberikan obat anti psikotik untuk siang masih belum
sesuai dengan program terapi mandi hanya sebatas diseka
10.00 (Haloperidol 2x 1 mg) dan saja.
memastikan - Kebutuhan untuk kencing
dibantu
O
1. Memberi dukungan pada klien - Kemauan yang menurun,
untuk melakukan kegiatan hidup penampilan kurang rapi dan
sehari-hari sesuai dengan tingkat muka agak lusut.
07.30 kemampuan kien. - Klien dalam keadaan
2. Memberi dukungan atas terfiksasi sehingga
kemandirian klien, tetapi beri kebutuhan klien dibantu
bantuan kien saat kurang mampu (makan, minum dan kencing
07.00 melakukan beberapa kegiatan. serta mandi dengan diseka).
d. Kurangnya 3. Memberikan pengakuan dan A
perawatan diri penghargaan positif untuk Masalah belum teratasi
berhubugan kemampuan mandiri P
dengan ke- 4. Memperlihatkan secara konkrit, Dilanjutkan
mauan yang bagaimana melakukan kegiatan
menurun yang menurut kien sulit untuk S:
dilakukaknya. - Keluarga dapat
menyebutkan maksud dan
07.00 tujuan dari obat yang
dimnumkan
07.30 - Keluarga mengetahui bahwa
keluhan yang dirasakan
klien adalah salah satu efeks

Asuhan Keperawatan GangguanKognitif | 22


samping obat.
08.00 1. Memantau tanda-tanda vital O
tensi, nadi, suhi dan respirasi rate - Keluarga dapat menjawab
2. Menetapkan bersama klien ketika dilakukan evaluasi
ketika minum obat antipsikotik terminasi sementara
3. Mengamati klien akan adanya - Suhu 36,7 C, nadi 88 x/mnt
08.00 EPS, distonia akut (spame lidah, dan tensi 120/80 mmHg
wajah, leher dan punggung), A
07.00 akatisia (gelisah, tidak dapat Masalah teratasi
d. Ketidak- duduk dengan tenang, mengetuk-
tahuan ke- negetukan
luarga dan kaki,pseudoparkinsonisme
klien tentang (tremor otot, rifgiditas, berjalan
efek samping dengan menyeret kaki) dan
obat anti- diskinesia tardif (mengecapkan
psikotik ber-- bibir, menjulurkan lidah dan
hubungan de- gerakan mengunyah yang
ngan konstan).
kurangnya 4. Memberi penjelasan pada klien
informasi. dan keluarga tentang berbagai
kemungkinan yang terjadi efek
samping obat yang diminum
terhadap gangguan fisik atau
psikologisnya.
5. Memberi tahu salah satu contoh
yang dikeluhkan kien (seperti
08.30 kaku serasa seluruh tubuh, buat
makan susah, mengantuk, gemetar
dan lainnya.

Asuhan Keperawatan GangguanKognitif | 23


10.00

07.00

07.30

07.30

07.30

07.30

07.30

08.00

09.00

Asuhan Keperawatan GangguanKognitif | 24


07.30

07.30

08.00

09.00

09.30

Asuhan Keperawatan GangguanKognitif | 25


G. CATATAN PERKEMBANGAN
DIAGNOSA CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal 10-08- S
2011 - Keluarga mengatakan bahwa gelisahnya sudah mulai menurun
Jam 07.30 - Klien meminta agar tali pengikatnya dilepas
Dx. a
O
- klien masih terfiksasi
- Ditempat infus terjadi plebtis dan akhirnya infus dilepas
- Kontak verbal mulai membaik, masih irealistik, kesadran berkabut
- Kesadran berkabut, Proses berpikir non realistik, asosiasi longgar dan
pemikiran tidak memadai
- Nada dan frekuensi ngomelnya berkurang, gelisah, afek emosi
dangkal
- Halusinasi
A
- Masalah belum teratasi
P
Lanjutkan

Dx. c S
- Keluarga mengatakan klien masih belum bisa diajak bicara dengan
tepat
- Klien tidak mau bicara kalau tidak ditanyakan lebih dahulu
O
- Kontak verbal mulai membaik, masih irealistik, kesadran berkabut
- Proses berpikir non realistik, asosiasi longga dan pemikiran tidak
memadai
- Komunikasi pasif, dan kurang bersahabat
A
Masalah belum teratasi
P

Asuhan Keperawatan GangguanKognitif | 26


Lanjutkan

Dx. d (jam S
10.30 wib) - Setelah infus dilepas dan tali pengikatnya dilepas (jam 10.00) klien
dimandikan oleh keluarganya di kamar mandi
- Klien dapat mandi dan keramas dengan menggunakan sabun dan
sampoe
O
- Klien nampak segar
- Klien duduk di luar ruangannya bersama ayah dan ibunya
A
Masalah teratasi

Tanggal 13-08- S
2011 - Keluarga mengatakan bahwa gelisahnya sudah mulai menurun
Jam 07.30 - Klien bisa tidur pada malam harinya
Dx. a O
- Kontak verbal mulai membaik, sudah mulai realistik, kesadran
membaik
- Proses berpikir kohern
- Pembicaraan lambat dan daya ingat lambat
A
- Masalah teratasi

Dx. c S
- Keluarga mengatakan klien sudah bisa bicara tentang apa yang
diminta dan cerita tentang keluhan yang dirasakan seperti pusing
O
- Kontak verbal mulai membaik, realistik, kesadran berkabut
- Klien dapat menjawab apa yang tanyakan padanya
- Proses berpikir non realistik, asosiasi longga dan pemikiran tidak
memadai
- Komunikasi pasif, dan kurang bersahabat, afek emosi dangkal

Asuhan Keperawatan GangguanKognitif | 27


A
Masalah belum teratasi
P
Lanjutkan
- Mensosialisakan klien pada terapi bermain dan klien lainnya
I
- Melanjutkan rencana keperwatan
- Mensososialisasikan klien pada klien lainnya
- Mengajak klien pada temapt terapi bermain (olah raga)
E
- Klien dapat bermain bulu tangkis dan tenis meja
- Komunikasi dan sosialisasi masih pasif

Tanggal 17 -08- S
2011 - Klien merasa ngantuk
Jam 08.30 wib - Klien mau ketika diajak berolah raga dan mengikuti lomba
O
- Komunikasi masih pasif
- Psikomotor membaik
A
Masalah tetasi sebagian
P
Mengikut sertakan klien pada tepai bermain dengan sistem kompetisi
I
Melaksnakan planning
Menguatkan dan memberi reinforcement terhadap kemampuan klien
yang t elah dilakukan
E
- klien dapat mengikuti peraturan permainan yang telah dijelaskan
- klien dapat menyelsaikan permainan lomba bendera, klereng dan
menggambar
- Setelah dievaluasi klien mendapat juara satu dalam lomba bendera
- Klien merasa senang ketika mendapatkan hadiah

Asuhan Keperawatan GangguanKognitif | 28


S
- Klien mengajak samalam pada saya dan mengatakan bahwa hari ini
boleh pulang
- Klien mengatakan “Bapak saya sekarang sudah boleh pulang)
O
- Kien tampat cerah, rapi dan bersahaja
- Komunikasi dua arah baik
A.
Masalah teratasi

Bimbingan dan penyuluhan :


- Melakukan skedul aktivitas paling tidak seperti yang direncanakn di
rumah sakit
- Jangan lupa minum obat sesuai dengan anjuran
- Menganjurkan kontrol pada waktunya atau sewaktuwaktu bila
dibutuhkan

H. EVALUASI
Masalah yang muncul selama perawatan di rumah sakit dapat dilakukan tindakan
perawatan dan kolaboratif sehingga tujuan dapat dicapai dan teratasi.

Asuhan Keperawatan GangguanKognitif | 29


BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Respon kognitif maladaptif adalah ketidakmampuan untuk membuat
keputusan, kerusakan memori dan penilaian, disorientasi, salah persepsi, penurunan
rentang perhatian, dan kesulitan berfikir logis. Macam gangguan kognitif melitputi
Delirium dan Demensia.
Terdapat beberapa perbedaan antara Delirium, Demensia, dan Depresi,
terutama pada tingkat kesadaran pasien dimana pasien dengan delirium dapat
mengalami penurunan tingkat kesadaran.
Delirum adalah suatu keadaan proses pikir yang terganggu, ditandai
dengan: Gangguan perhatian, memori, pikiran dan orientasi
Sedangkan demensia adalah suatu keadaan respon kognitif maladaptif yang
ditandai dengan hilangnya kemampuan intelektual/ kerusakan memori, penilaian,
berpikir abstrak.
Faktor yang menyebabkan terjadinya respon kognitif pada umumnya
merupakan akibat dari gangguan biologis pada fungsi sistem saraf pusat.

B. Saran
Sebagai tenaga kesehatan yang professional, hendaknya kita:
- Dalam memberikan asuhan keperawatan menarik diri hendaknya hubungan saling
percaya dilakukan secara bertahap, mulai dari perawat kemudian perawat lain
serta pada klien lainnya
- Membuat kontrak yang dibuat bersama klien hendaknya dilakukan secara
konsisten.

Asuhan Keperawatan GangguanKognitif | 30


- Menerapkan terapi aktivitas kelompok dan stimulus hendaknya dilakukan secara
teratur.
- Memberikan feed back positif setiap melakukan kegiatan dan kemajuan yang
dialami pasien.
- Mampu membedakan klien dengan delirium dan demensia sehingga dapat
memberikan asuhan keperawatan yang tepat.

Daftar Pustaka

Stuart, G.W.2007.Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta. Penerbit Buku


Kedokteran EGC
http://akatsuki-ners.blogspot.com/2011/02/askep-dengan-gangguan-kognitif.html
29/11/2011_15.45
http://ameliarina.blogspot.com/gangguan-kognitif.html 29/11/2011_15.55
http://imron46.blogspot.com/2009/02/mengenal-terapi-kognitif.html 01/12/2011_23.22

Asuhan Keperawatan GangguanKognitif | 31

Anda mungkin juga menyukai