Anda di halaman 1dari 19

REFERAT

Gangguan Mental Organik; Demensia dan Delirium

Disusun oleh :

Zalila Angelica Aliffani


1102015249

Pembimbing:
AKBP dr. Karjana, Sp.KJ

Kepaniteraan Klinik Psikiatri


Rumah Sakit Bhayangkara Tk.I R.S.Sukanto
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi
Periode 2 September– 5 Oktober 2019
BAB I
PENDAHULUAN

Gangguan Mental Organik (GMO) merupakan gangguan mental yang


berkaitan dengan penyakit atau gangguan sistemik atau otak yang dapat di
diagnosis tersendiri. Termasuk, gangguan mental simtomatik, dimana pengaruh
terhadap otak merupakan akibat sekunder dari penyakit atau gangguan sistemik di
luar otak (Extracerebral).
Menurut PPDGJ III gangguan mental organik meliputi berbagai gangguan
jiwa yang dikelompokkan atas dasar penyebab yang lama dan dapat dibuktikan
adanya penyakit, cedera, atau ruda paksa otak, yang berakibat disfungsi otak.
Disfungsi ini dapat primer seperti pada penyakit, cedera, dan ruda paksa yang
langsung atau diduga mengenai otak, atau sekunder, seperti pada gangguan dan
penyakit sistemik yang menyerang otak sebagai salah satu dari beberapa organ
atau sistem tubuh.
PPDGJ II membedakan antara Sindroma Otak Organik dengan Gangguan
Mental Organik. Sindrom Otak Organik dipakai untuk menyatakan sindrom
(gejala) psikologik atau perilaku tanpa kaitan etiologi. Gangguan Mental Organik
dipakai untuk Sindrom Otak Organik yang etiologi nya diduga jelas Sindrom Otak
Organik dikatakan akut atau menahun berdasarkan dapat atau tidak dapat kembali
nya (reversibilitas). Ganguan jaringan otak atau Sindrom Otak Organik
berdasarkan penyebabnya, permulaan gejala atau lama nya penyakit yang
menyebabkannya. Gejala utama Sindrom Otak Organik akut ialah kesadaran yang
menurun (Delirium) dan sesudahnya terdapat amnesia, pada Sindrom Otak
Organik menahun (kronik) ialah Demensia
Gambaran utama pada Gangguan Mental Organik berupa:
1. Gangguan fungsi kognitif : daya ingat (memori), daya pikir ((intellect),
daya belajar (learning).
2. Gangguan sensorium : gangguan kesadaran (consciousness) dan
perhatian (attention).
3. Sindrom dan manifestasi yang menonjol : persepsi (halusinasi), isi
pikiran (waham/deluai), suasana perasaan dan emosi (depresi, gembira,
cemas).

B. Etiologi Gangguan Mental Organik


1. Disfungsi Primer pada otak akibat berbagai macam penyakit, cedera, atau
ruda paksa pada otak yang menyebabkan gangguan fisiologis pada otak seperti :
epilepsi, ensefalitis limbik, penyakit huntington, trauma kepala, neoplasia kepala,
dan malformasi pada otak
2. Disfungsi sekunder pada otak oleh penyakit pada tubuh (di luar otak) yang
kemudian secara sistemik menimbulkan gangguan fisiologis pada ota, seperti :
neoplasia ekstrakranial, lupus erimatosus, penyakit endokrin, gangguan
metabolik, penyakit infeksi, parasit tropis, efek toksis obat non psikotropis.

F00-F09 GANGGUAN MENTAL ORGANIK


F00 Demensia pada Penyakit Alzheimer
F01 Demensia Vaskular
F02 Demensia pada Penyakit Lain Yang Diklasifikasikan di Tempat Lain
F03 Demensia Yang Tidak Tergolongkan
F04 Sindrom Amnesik Organik Bukan Akibat Alkohol dan Zat Psikoaktif
Lainnya
F05 Delirium Bukan Akibat Alkohol dan Psikoaktif Lainnya
F06 Gangguan Mental Lainnya Akibat Kerusakan dan Disfungsi Otak dan
Penyakit Fisik
F07 Gangguan Kepribadian dan Perilaku Akibat Penyakit, Kerusakan dan
Disfungsi Otak
F09 Gangguan Mental Organik atau Simtomatik Yang Tidak Tergolongkan

2
BAB II
ISI
2.1 Definisi Demensia
Demensia merupakan suatu sindrom akibat penyakit atau gangguan otak
yang biasanya bersifat kronik-progresif, dimana terdapat gangguan fungsi luhur
kortikal yang multipel (multiple higher cortical function), termasuk di dalamnya :
daya ingat, daya pikir, daya orientasi, daya tangkap, berhitung, kemampuan
belajar, berbahasa, dan daya nilai.
Umumnya disertai, dan kalanya diawali, dengan kemerosotan dalam pengendalian
emosi, perilaku sosial, atau motivasi hidup.
Ditandai dengan adanya penurunan daya ingat dan daya pikir yang sampai
mengganggu kegiatan harian seseorang seperti : mandi, berpakaian, makan,
kebersihan diri, buang air besar dan kecil. Tidak didapatkan gangguan kesadaran
dan gejala sudah nyata paling sedikit selama enam bulan (PPDGJ III dan DSM V,
2013).

2.2 Epidemiologi

Konferensi Internasional Alzheimer (The Alzeimer’s Association International


Conference) atau AAIC2019 di Los Angeles Amerikaa Serikat menyatakan bahwa
epidemiologi padaa 10 tahun ke depan untuk kasus Alzheimer atau Demensia
meningkat tajam pada negara berkembang.
Penyakit Alzheimer merupakan penyakit paling sering ditemukan pada orang tua
berusia >65 tahun, tetapi dapat juga menyerang orang yang berusia 40 tahun.
Menurut BAPENNAS, angka harapan hidup di Indonesia (laki-laki dan
perempuan) naik dari 70,1 tahun pada periode 2010-2015 menjadi 72,2 tahun
pada periode 2030-2035. Hasil proyeksi juga meunjukkan bahwa jumlah
penduduk Indonesia selama 25 tahun ke depan akan mengalami peningkatan dari
238,5 juta pada tahun 2010 menjadi 305,8 juta pada tahun 2035. Jumlah penduduk
berusia 65 tahun keatas akan meningkat dari 5,0% menjadi 10,8% pada tahun
2035.

3
2.3 Etiologi

Etiologi dari Demensia terjadi akibat disfungsi otak yang bermanifestasi sebagai
gejala-gejala defisit kognitif seperti kelemahan memori, hendaya berbahasa,
gangguan fungsi eksekutif, apraksia, dan agnosia (DSM IV).
Penyebab Demensia semua penyakit yang menyebabkan disfungsi otak, antara
lain penyakit Alzheimer, Stroke, Hidrosephalus, Parkinson, AIDS, Huntington,
dan gangguan metabolik termasuk defisiensi vitamin.

2.4 Klasifikasi Demensia


A. Demensia yang tak dapat pulih (irreversibel)
1. Demensia pada penyakit Alzheimer
Penyakit Alzheimer murapaka penyakit neurodegeneratif yang tersering
ditemukan (60-80%). Onset bertahap dengan deteriorasi lambat, onset
biasanya sulit ditentukan waktunya yang persis, tiba-tiba orang lain sudah
menyadari adanya kelainan tersebut.
Tidak terdapat bukti klinis atau temuan dari pemeriksaan khusus, yang
menyatakan bahwa kondisi mental itu dapat disebabkan oleh penyakit otak
atau penyakit lainnya yang dapat menimbulkan demensia (misalnya
hipotiroidisme, hiperkalsemia, dan defisiensi B12).
Tidak ada serangan apoplektik mendadak atau gejala neurologik kerusakan
otak fokal seperti hemiparesis, hilangnya daya sensorik, defek lapang
pandang mata, dan inkoordinasi yang terjadi dalam masa dini dari
gangguan itu walaupun fenomena ini di kemudian hari akan tumpang
tindih. Gejala yang tampak dalam kehidupan sehari-hari adalah
kegelisahan yang terjadi terus menerus dan sering mencari dalih untuk
menghidari kegiatan, namun respons seringkali masih utuh dampai saat
akhir.
2. Korea Huntington
Pada penyakit ini yang terjadi adalah demensia subkortikal. Gejala
psikiatrik bervariasi dari neurotik sampai psikotik (termasuk demensia)

4
dapat mendahului. Demensia selalu terjadi pada stadium akhir. Penyakit
ini termasuk autosomal dominan (lengan pendek dari kromosom p),
sehingga perlu ditelusuri adakah riwayat penyakit dalam keluarga.
3. Penyakit Parkinson
Lesi terletak di basal ganglia (subkorteks) pada beberapa pasien terdapat
depresi(40%) dan atau demensia. Pemberian Levodopa hanya
memperbaiki gejala sementara saja.
4. Lain-lain
Penyebab Demensia lainnya adalah kelumpuhan progresif supranuklear,
degenerasi spinoserebelar, penyakit pick, Parkinsonisme-Demensia
kompleks Guam, SSPE, Penyakit Creutzfeldt Jacob, Ensefalitis herpes
simpleks, Multiple sklerosis, HIV, dan trauma kepala.
B. Demensia yang dapat pulih
1. Demensia Vaskular
Merupakan suatu penyakit heterogen dengan patologi vaskular yang luas
termasuk infark tunggal, demensia multi-infark, lesi kortikal iskemik,
stroke perdarahan, gangguan hipoperfusi,gangguan hipoksik dan demensia
tipe campuran.
Suatu onset yang mendadak atau detorientasi yang bertahap, disertai
adanya gejala neurologis fokal, meningkatkan kemungkinan diagnosis
demensia vaskuler.
Ditandai dengan fungsi kognitif tidak merata, hilangnya daya ingat,
gangguan daya pikir, dan gejala neurologis fokal. Daya relatif dan daya
nilai relatif tetap baik.
2. Hidrosefalus tekanan normal (Normal Pressure Hidrocephalus)
Memiliki trias gejala klasik yaitu ataksia, inkontinensia, dan demensia
progresif-demikian juga idiopatik dan setelah trauma serebri, perdarahan
atau infeksi.
3. Demensia menetap yang diinduksi oleh zat
Diagnosis dilakukan dengan menyingkirkan kemungkinan diagnosis
lainnya. Umumnya ada riwayat menjadi peminum alkohol berat

5
selama bertahun-tahun. Sebagian kasus dapat reversibel dengan nutrisi
yang baik dan abstinensia. Kemungkinan penyebab demensia meliputi:
- Intoksikasi Obat : Sering pada usia lanjut. Umumnya karena
tterlalu banyak makan obat, dan tidak paham intruksi nya
- Tumor Otak : Terutama tumor metastatik (dari paru dan mammae)
dan meningioma. Biasanya ada tanda fokal, kecuali jika tumor ada
di lobus frontal.
- Trauma Otak : pada trauma otak tidak biasa dijumpai demensia
kecuali pada hematom subdural yang dapat terjadi pada usia lanjut.
Gejala berupa demensia, sakit kepala, dan mengantuk yang
berkembang selama beberapa minggu atau bulan dengan atau tanpa
riwayat trauma.
- Infeksi : Setiap infeksi bermakna (pneumonia, ISK) dapat
menyebabkan delirium dan memperburuk demensia pada usia
lanjut. Demensia dapat disebabkan oleh abses otak, sifilis SSP, TB,
dan meningitis kriptokokus.
- Gangguan Metabolik : Paling banyak adalah gangguan tiroid-
hipotiroidisme. Demensia terjadi bahkan dengan kadar hormon
yang mendekati normal dapat reversibel. Ketidakstabilan elektrolit
juga merupakan penyebab demensia yang umum dijumpai pada
usia lanjut, seperti hipo atau hipernatremia, hiperkalsemia.
- Gangguan jantug, paru-paru hati dan ginjal : terutama gagal
jantung kronik, aritmia, emfisema
- Lainnya : malnutrisi, terutama pada vitamin B12 dan defisiensi
folat.

2.6 Diagnosis

6
Diagnosis dibuat berdasarkan pemeriksaan klinis berpedoman pada ICD 10 atau
PPDGJ III. Kriteria diagnosis lain yang umum digunakan adalah DSM IV dan
NINCDS-ADRDA, diagnosis dibedakan mulai dari diagnosis pasti, diagnosis
probable, dan diagnosis possible untuk demensia tipe Alzheimer dan Vaskular.
Umumnya diagnosis dibuat berdasarkan riwayat penyakit, pemeriksaan dan
observasi langsung, tes psikometrik, pemeriksaan laboratorium dan radio imaging
jika perlu.akurasi informasi yang didapat sangat bermakna dalam menentukan ada
tidaknya kemunduran intelektual individu dari kecakapan mental sebelumnya
dalam bidang sosial dan pekerjaan.
Kriteria Diagnostik :
1. Adanya penurunan kemampuan daya ingat dan daya pikir, yang
sampai menganggu kegiatan harian seseorang seperti mandi,
berpakaian, makan, kebersihan diri, buang air besar dan kecil.
2. Tidak ada gangguan kesadaran
3. Gejala dan disabilitas sudah nyata selama minimal 6 bulan.

Diagnosis demensia harus dibuat berdasarkan kriteria DSM-IV untuk demensia


dengan anamnesis yang didapatkan dari sumber yang terpercaya.
Saat ini sudah ada bukti yang cukup untuk skrining orang dengan demensia usia
lanjut. Atas dasar itu US Preventive Services Tasks Force (UPSTF) dan UK
National Institute for Health and Clinical and Health Excellence (NICE)
merekomendaasikan untuk menskrining demensia populasi. Evaluasi ditujukan
pada orang dengan kecurigaan gangguan kognitif yaitu dalam keadaan sebagai
berikut :
- Subjek dengan gangguan memori dan gangguan kognitif baik yang
dilaporkan oleh pasien itu sendiri maupun oleh yang lainnya.
- Gejala pikun yang regresif
- Subjek yang dicurigai memiliki gangguan perilaku saat dilakukan
pemeriksaan oleh dokter pada saat pemeriksaa, walaupun tidak
mengeluhkan adanya keluhan kognitif atau memori.

7
- Subjek yang memiliki resiko tinggi demensia (adanya riwayat
keluarga dengan demensia)

Tanda dan gejala dini


1. DEMENSIA STADIUM DINI

Dampak demensia fase dini umum nya berupa perubahan sama-samar


kepribadian, hendaya dalam ketrampilan sosial, berkurangnya minat dan ambisi,
afek yang labil dan dangkal, agitasi, sejumlah keluhan somatik, gejala psikiatrik
yang samar, penurunan bertahap kemampuan intelektual dan ketajaman pikiran.
Demensia dini sering mencetuskan kondisi depresi. Ingat bahwa demensia dini
dapat muncul pertama-tama berupa gangguan emosi (biasanya depresi) daripada
gejala kognitifnya. Tetapi gangguan emosi juga dapat menyerupai demensia dini.
2. DEMENSIA STADIUM LANJUT
Gambaran umum yang muncul adalah
- Penurunan memori (daya ingat) : Biasanya yang menurun adalah
daya ingat segera dan daya ingat peristiwa jangka pendek tetapi
kemudian daya ingat recall juga menurun.
- Perubahan mood dan kepribadian : Seringkali diwarnai oleh ciri
kepribadian sebelumnya, misalnya menjadi lebih kompulsif atau
lebih mudah bereaksi. Mula-mula depresi, ansietas, atau iritabilitas
kemudian menarik diri.
- Penurunan daya orientasi : terutama orientasi waktu (nama hari,
tanggal, bulan, tahun dan musim) dan juga orientasi tempat serta
orientasi orang jika berat.
- Hendaya intelektual : Pasien menjadi kurang tajam pemikirannya
dibandingkan dengan biasanya.
- Gangguan daya nilai : Pasien tidak mengantisipasi akibat dari
perbuatannya.
- Gejala psikotik : Halusinasi(biasanya sederhana) ilusi, delusi,
preokupasi yang tak tergoyahkan, ide-ide mirip waham.

8
- Hendaya berbahasa : seringkali samar dan tidak begitu persis;
kadang-kadang hampir mutisme. Adakah perseverasi, blocking,
atau afasia dini. Tanyakan tentang penyakit kronis

Pemeriksaan Fisik (termasuk pemeriksaan neurologis standar)


Pemeriksaan terhadap sejumlah penyebab medik seperti gangguan endokrin,
jantung, paru, hati, infeksi. Lakukan uji neurologik yang cermat dan
mengidentifikasikan kemungkinan adanya fokus di sistem saraf pusat yang dapat
menyebabkan demensia. Lakukan tes penghidu dan tes pendengaran.
Pada demensia stasium lanjut terlihat adanya ataksia, wajah menyeringai, agnosia,
apraksia, impersisten motorik, dan atau perseverasi dan refleks patologik.

Pemeriksaan laboratorium
Pemilihan tes berdasarkan etiologi yang dicurigai. Pertimbangkan skrining dengan
ESR, CBC, STS, SMA 12, T3%T4, Vitamin B12, CT scan. Tes lain nya
dilakukan sesuai kadar obat, EEG yang berfungsi untuk mengidentifikasi patologi
yang tersembunyi di area SSP.

Psikometrik
Pemeriksaan Psikometrik berguna untuk membantu mengidentifikasi lesi fokal,
memberikan gambaran data dasar, membantu diagnosis, dan mengidentifikasi
kekuatan/kelebihan pasien untuk dipakai perencanaan terapi.
Tes yang bermanfaat untuk klinikus adalah WAIS, tes Bender Gestalt, tes Luria,
dan tes baterai Halstead.
Tes skrining yang singkat naun bermanfaat adalah pemeriksaan status mini mental
(MMSE) dari Folstein, dilengkapi dengan tes menggambar jam.

DIFFERENTIAL DIAGNOSIS

9
Proses menua normal dapat menyerupai demensia ringan, terutama jika
pasien tertekan oleh lingkungan nya, isolasi sosial, kelelahan, atau gangguan
penglihatan dan pendengaran. Dalam mendiagnosis demensia pastikan bahwa
terdapat defisit kognitif yang terjadi multipel (amnesia, afasia, agnosia, apraksia,
penurunan fungsi eksekutif dll) yang disebabkan disfungsi otak karena berbagai
kondisi medis.

DETEKSI DINI
Deteksi dini demensia dapat dilakukan oleh berbagai kalangan bila gejala
dan tanda demensia dapat terpantau. Pencegahan primer merupakan salah satu
cara menghambat progresivitas penyakit. Ada berbagai macam kondisi peralihan
antara normal dan demensia yang disebut ringan (Mild Cognitive Impairment),
(Vascular Cognitive Impairment)

2.7 Penatalaksanaan
TERAPI SUPORTIF
-Berikan perawatan fisik yang baik, nutrisi yang bagus, berikan kacamata, alat
bantu dengar.
-Pertahankan pasien berada dalam lingkungan yang sudah dikenalnya dengan
baik, seperti berkumpul dengan teman-teman lama nya.
-Pertahankan keterlibatan pasien melalui kontak personal, diskusikan berita aktual
dengan pasien menggunakan televisi,kalender dan radio.
-Bantu untuk mempertahankan rasa percaya diri pasien.

TERAPI SIMTOMATIK
-Ansietas akut, kegelisahan, agresi, agitasi : Haloperidol 0,5 mg per oral 3x1,
Risperidon 1 mg per oral sehari.
-Ansietas non psikotik, agitasi : Diazepam 2 mg per oral 2x1
-Agitasi kronik: SSRI seperti Fluoxetine 10-20 mg/hari, Buspiron 15 mg 2x1.
Pertimbangkan beta bloker dosis rendah.

10
-Depresi : pertimbangkan SSRI dan anti depresan baru lainnya dahulu dengan
Trisiklik mulai perlahan-lahan dan tingkatkan sampai ada efek. Misal despiramin
75-150 mg per oral sehari.
-Insomnia : hanya untuk penggunaan jangka pendek.

Behaviour and Psychological Syndrome of Dementia


Perubahan perilaku dan berbagai aspek psikologis pada orang dengan demensia
merupakan problem tersendiri bagi keluarga. Beberapa prinsip tatalaksana yang
perlu diperhatikan adalah :
-Kualitas hidup orang dengan demensia
-Kemunduran kognitif terjadi pelan berangsur-angsur, tidak sekaligus semuanya
hilang
-Kenikmatan tidak memerlukan memori yang utuh
-Sesuaikan lingkungan terhadap pasien, jangan sebaliknya
-Sikap keluarga atau pelaku rawat berpengaruh terhadap kondisi demensia

2.8 Prognosis
Prognosis demensia bervariasi tergantung pada penyakit atau kondisi
medik yang mendasari nya. Jiak penyebab demensia dapat dikoreksi atau
disembuhkan maka prognosis baik, namun untuk jenis penyakit
degeneratif yang belum ada obatnya maka prognosis kurang baik.

2.9 Prevensi dan rehabilitasi


Pencegahan primer saat ini ditujukan agar orang selalu mengaktifkan otak
nya untuk bekerja atau melakukan aktivitas, bersosialisasi, berpikir kreatif
dan menyelesaikan problem/tantangan hidup.
Pencegahan sekunder progresivitas penyakit dilakukan dengan pemberian
obat yang dapat menahan laju perkembangan demensia. Diperlukan
keteraturan dan kesinambungan dalam minum obat.

3.1. Definisi Delirium

11
Delirium merupakan salah satu jenis Gangguan Mental Organik yang penting dan
sering dijumpai dalam klinik. Kondisi ini bukan merupakan penyakit tetapi
merupakan gejala sehingga untuk menentukan adanya delirium harus didasarkan
penyebabnya.
3.2. Epidemiologi

penelitian mengenai epidemiologi delirium masih sangat sedikit, diduga sekitar


10-15% pasien rawat bedah umum pernah mengalami delirium, 15-25% pasien
rawat medik umum pernah mengalami delirium selama dirawat di rumah sakit.
3.3. Etiologi

Penyebab utama delirium adalah penyakit pada sistem saraf pusat, penyakit
sistemik, intoksikasi atau withdrawal obat-obatan atau zat toksik. Beberapa
laporan menyebutkan bahwa faktor penyebab terjadinya delirium adalah karena
terjadi penurunan aktivitas acetylcholine dalam otak. Salah satu penyebab lain
timbulnya delirium adalah toksisitas penggunaan obat dengan aktivitas
antikolinergik tersebut amitryptiline,doxepine,imipramine,thioridazine, dan
chlorpramazine yang merupakan obat-obatan sering digunakan dalam psikiatri.
3.4. Klasifikasi
- Delirium yang berhubungan dengan kondisi medik umum
- Delirium yang diinduksi oleh zat (intoksikasi zat&putus zat)
- Delirium akibat etiologi multipel
- Delirium yang tidak tergolongkan
3.5. Kriteria diagnostik

Delirium yang berhubungan dengan kondisi medik umum (DSM-IV-TR)


a. Gangguan kesadaran (berkurangnya kejernihan kesadaran terhadap
lingkungan dalam bentuk memusatkan, mempertahankan dan mengalihkan
perhatian.
b. Hambatan dalam fungsi kognitif (hendaya daya ingat segera dan jangka
pendek namun daya ingat jangka panjang tetep utuh, distorsi persepsi, ilusi
dan halusinasi terutama visual, hendaya daya pikir dan pengertian abstrak

12
dengan atau tanpa waham sementara, yang khas terdapat sedikit
inkoherensi, disorientasi waktu, tempat dan orang.
c. Awitannya tiba-tiba, perjalanan penyakitnya singkat dan kecenderungan
fluktuasi tiap hari,
d. Berdasarkan bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik atau
laboratorium untuk menemukan penyebab delirium ini.

Delirium yang disebabkan intoksikasi zat (DSM-IV-TR)


a. Gangguan kesadaran (berkurangnya kejernihan kesadaran terhadap
lingkungan dalam bentuk memusatkan, mempertahankan dan mengalihkan
perhatian).
b. Hambatan dalam fungsi kognitif (hendaya daya ingat segera dan jangka
pendek namun daya ingat jangka panjang tetap utuh)
c. Awitannya tiba-tiba, perjalanan penyakit singkat dan ada kecenderungan
berfluktuasi sepanjang hari.
d. Bedasarkan bukti dan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik atau
laboratorium untuk menemukan delirium ini 1 atau 2 :
-gejala pada kriteria A dan B berkembang selama intoksikasi
-penggunaan intoksikasi disini untuk mengatasi penyebab yang ada
hubungan dengan gangguannya. Intoksikasi zat yang menimbulkan
delirium : alkohol, amfetamin, kanabis, kokain.

13
Delirium yang disebabkan putus obat (DSM-IV-TR)
a. Gangguan kesadaran (berkurangnya kejernihan kesadaran terhadap
lingkungan dalam bentuk memusatkan, mempertahankan dan mengalihkan
perhatian
b. Khas terdapat inkoherensi sedikit, disorientasi waktu, tempat dan orang.
c. Awitannya tiba-tiba, perjalanan penyakit singkat dan ada kecenderungan
berfluktuasi sepanjang hari.
d. Berdasarkan bukti dan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik atau
laboratorium untuk menemukan penyaakit delirium ini dalam kriteria A
dan B. Keadaan ini berkembang selama atau dalam waktu singkat sesudah
sindroma putus zat.

Delirium yang dikaitkan dengan berbagai penyebab (DSM-IV-TR)


a. Gangguan kesadaran (berkurangnya kejernihan kesadaran terhadap
lingkungan dalam bentuk memusatkan, mempertahankan dan mengalihkan
perhatian
b. Khas terdapat inkoherensi sedikit, disorientasi waktu, tempat dan orang.
c. Awitannya tiba-tiba, perjalanan penyakit singkat dan ada kecenderungan
berfluktuasi sepanjang hari.
d. Berdasarkan bukti dan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik atau
laboratorium untuk menemukan penyaakit delirium ini yang disebabkan
oleh lebih dari satu penyebab kondisi medik umum, disertai intoksikasi zat
atau efek samping medikasi.
3.6. Gambaran klinis yang dapat ditemukan pada pasien dengan
delirium diantaranya :
1. Prodromal
Pasien mengeluh kelelahan, cemas, menjadi irritabel, tidur terganggu.
2. Gangguan kesadaran
Penurunan kejernihan tingkat kesadaran terhadap lingkungan (kesadaran
berkabut)
3. Kewaspadaan

14
Terdiri dari hiperaktivitas dan hipoaktivitas. Hiperaktivitas kaitannya
dengan sindrom putus zat, seperti berkeringat, takikardi, nausea.
Hipoaktivitas seluruh aktivitas menurun hingga sering dikatakan depresi
4. Gangguan pemusatan perhatian
Ditandai dengan adanya kesulitan mempertahankan, memusatkan dan
mengalihkan perhatian
5. Orientasi
Gangguan orientasi waktu sering terjadi pada delirium yang ringan. Bila
pada delirium berat akan mencakup orientasi tempat dan orang.
6. Bahasa dan kognitif
Sering terjadi abnormalitas dalam berbahasa dan terjadi inkoherensi, daya
ingat dan fungsi kognitif umum mungkin terganggu.
7. Persepsi
Halusinasi visual dan auditorik sering ditemukan
8. Mood
Gejala yang sering nampak adalah marah, mengamuk, ketakutan yang tak
beralasan. Perubahan mood dapat berfluktuasi sepanjang hari.
9. Gangguan tidur bangun
Sering menunjukkan agitasi pada malam hari dan masalah perilaku pada
saat waktu tidur.
10. Gejala neurologi
Meliputi disfasia, tremor, asteriksis, inkoordinasi, dan inkontinensia urin.
3.7. Diagnosis Banding
- Delirium dengan demensia
Perbedaan paling nyata diantara kedua nya adalah mengenai
awitannya. Yaitu delirium awitannya secara tiba-tiba, sedangkan
pada demensia berjalan perlahan, meskipun keduanya mengalami
gangguan kognitif, tetapi pada demensia lebih stabil dan pada
delirium berfluktuasi

15
- Delirium dengan skizofrenia
Beberapa pasien dengan gangguan psikotik terutama skizofrenia
atau episode manikmungkin pada satu keadaanmenunjukkan
perilaku yang sangat kacau sulit dibedakan dengan delirium.
Secara umum, halusinasi dan waham pada skizofrenia lebih
menetap dan konstan dibandingkan pada pasien delirium.
3.8. Terapi
Dalam mengobati pasien delirium hal yang paling utama adalah
mengobati penyebabnya. Bila penyebabnya akibat toksisitas
antikolinergik maka gunakan pisotigmin salisilat 1-2 mg intravena atau
intramuskular dapat diulang 15-30 menit jika diperlukan.
Farmakoterapi
Dua gejala utama delirium yang memerlukan terapi obat yaitu psikosis
dan insomnia. Obat yang dianggap cocok untuk psikosis adalah
haloperidol umum nya dosis 2-10 mg intramuskular da dapat diulang
satu jam kemudia bila pasien masih menunjukkan agitasi. Bila pasien
sudah tenang dapat diberikan obat peroral yang terbagi atas dua dosis
yang sepertiganya diberikan pada pagi hari dan dua pertiga pada saat
tidur. Dosis efektif haloperidol pada kebanyakan penderita delirium
berkisar 5-10mg.
Pada pasien insomnia sebaiknya diatasi dengan golongan
benzodiazepine yang mempunyai waktu paruh pendek atau menengah
seperti lorazepam 1-2mg sebelum tidur.
3.9. Prognosis
Awitan delirium yang akut, gejala prodromalnya seperti gelisah dan
perasaan takut mungkin muncul pada awal awitan. Bila penyebabnya
telah diketahui dan dapat dihilangkan maka gejala-gejala nya akan
menghilang dalam waktu 3-7 hari dan menghilang seluruhnya dalam
waktu dua minggu.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Margaret Chan. Psychosis and Bipolar disorder, bab II and III in mhGAP
Intervention Guide for mental, neurological and substance use disorders in
non-specialized health settings. Version 1.0. Switzerland: World Health
Organization. 2008. p 18-30.
2. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan dan sadock Buku ajar psikiatri klinis. Edisi 2.
Jakarta: Penerit Buku EGC; 2010.h.366-85.
3. Kegawatdaruratan bipolar. Diunduh dari
http://www.scribd.com/doc/77881152/Afektif-Bipolar; 4 Oktober 2012
4. Bipolar disorder. National Institute of Mental Health.
http://www.nimh.nih.gov/health/publications/bipolar-disorder/complete-
index.shtml. Accessed Nov. 2, 2011.
5. Bipolar disorders. The Merck Manuals: The Merck Manual for Healthcare
Professionals.
http://www.merckmanuals.com/professional/psychiatric_disorders/mood_diso
rders/bipolar_disorders.html#v1028598. Accessed Nov. 2, 2011.
6. Mood disorders. In: Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders
DSM-IV-TR. 4th ed. Arlington, Va.: American Psychiatric Association; 2000.
http://www.psychiatryonline.com. Accessed Nov. 3, 2011
7. Practice parameter for the assessment and treatment of children and
adolescents with bipolar disorder. Washington, D.C.: American Academy of
Child and Adolescent Psychiatry.
http://www.aacap.org/cs/root/member_information/practice_information/
practice_parameters/practice_parameters. Accessed Nov. 2, 2011.

17
8. Joska JA. Mood disorders. In: Hales RE, et al. The American Psychiatric
Publishing Textbook of Psychiatry. 5th ed. Washington, D.C.: American
Psychiatric Publishing; 2008.
http://www.psychiatryonline.com/pracGuide/pracGuideChapToc_8.aspx.
Accessed Nov. 3, 2011.
9. Martinez M, et al. Psychopharmacology. In: Hales RE, et al. The American
Psychiatric Publishing Textbook of Psychiatry. 5th ed. Washington, D.C.:
American Psychiatric Publishing; 2008.
http://www.psychiatryonline.com/content.aspx?aID=320111. Accessed Nov.
3, 2011.
10. Post RM. Bipolar disorder in adults: Maintenance treatment.
http://www.uptodate.com/home/index.html. Accessed Nov. 2, 2011.
11. Andreescu C, et al. Complementary and alternative medicine in the treatment
of bipolar disorder: A review of the evidence. Journal of Affective Disorders.
2008;110:16.
12. Sarris J, et al. Bipolar disorder and complementary medicine: Current
evidence, safety issues, and clinical considerations. The Journal of Alternative
and Complementary Medicine. 2011;17:881.
13. Hall-Flavin DK (expert opinion). Mayo Clinic, Rochester, Minn. Nov. 8,
2011.
14. Yatham LN, et.al., Canadian Network for Mood and Anxiety Treatments
(CANMAT) guidelines for the management of patients with bipolar disorder:
update 2007, Bipolar Disorders 2006: 8: 721–739

18

Anda mungkin juga menyukai