Anda di halaman 1dari 157

TUGAS RANGKUMAN F0-F9

Billy Danarto
11 2016 317
F0 Gangguan Mental Organik
F00

F01
Demensia pada penyakit Alzheimer
F02
Demensia Vaskular
F03 Demensia pada penyakit lain YDK
Demensia YTT
F04 Sindrom Amnesik Organik bukan akibat alkohol dan zat psikoaktif lainnya
Delirium bukan akibat alkohol dan zat psikoaktif lainnya
F05 Gangguan mental lainnya akibat kerusakan dan disfungsi otak dan penyakit fisik
Gangguan kepriadian dan perilaku akibat penyakit, kerusakan,kerusakan dan disfungsi otak
F06 Gangguan mental organik atau simtomatik YTT
F07
F09
Demensia

 Defenisi:
Demensia merupakan sindrom yang ditandai oleh berbagai gangguan fungsi
kognitif tanpa gangguan kesadaran. Fungsi kognitif yang dapat dipengaruhi pada
demensia adalah inteligensia umum, belajar, dan ingatan, bahasa, memecahkan
masalah, orientasi, persepsi, perhatian, dan konsentrasi, pertimbangan dan
kemampuan sosial
Diagnosis DSM IV-TR

 Demensia ditandai dg adanya hendaya yang didapat pada


memori dengan tambahan penurunan paling tidak satu bidang
(misalnya bahasa, praksis, gnosis, ketrampilan eksekutif) yang
mengganggu fungsi okupasional atau sosial atau hubungan
interpersonal.
 Jadi demensia ditandai dengan adanya penurunan kemampuan
daya ingat dan daya pikir yang sampai mengganggu kegiatan
sehari-hari seperti : mandi, berpakaian, makan, kebersihan diri,
buang air besar dan kecil.
 Tanpa gangguan kesadaran
 Gejala dan disabilitas dialami paling sedikit 6 bulan.
F00 DEMENSIA ALZHEIMER
 Dimulai setelah usia 50 th, akan meningkat sesuai pertambahan
usia.
 3% penyakit ini diturunkan ( ada gen autosom dominan).
 97% terdapat peningkatan insiden diantara anggota keluarga yang
telah mengalami demensia sebelumnya.
 Onset bertahap (insidious onset) dengan  Tidak adanya bukti klinis yang menyatakan
deteriorasi lambat. bahwa kondisi mental itu dapat disebabkan
oleh penyakit otak atau sistemik lain yang
 Onset biasanya sulit ditentukan dengan dapat menimbulkan demensia.
persis, tiba-tiba orang lain sudah
menyadari adanya kelainan tersebut.  Tidak ditemukan serangan apoplektik
mendadak / gejala neurologik kerusakan otak
 Dalam perjalanan penyakitnya terjadi fokal.
suatu taraf yang stabil (plateau) secara
nyata
Kriteria Diagnosis Demensia Alzheimer

1. Ada demensia
2. Onset umur 40-90 tahun
3. Defisit dua / lebih area kognitif
4. Penurunan defisit > 6 bln
5. Tanpa gangguan kesadaran
6. Tanpa etiologi yg potensial
F01 DEMENSIA VASKULAR

 Infark jaringan  kerusakan jaringan yg progresif dr


fungsi otak  demensia
 Gejala yang muncul bervariasi tergantung regio otak
yg terkena.
1. Korteks : afasia, amnesia, agnosia, afraksia
2. Subkorteks : kelambatan, depresi, pelupa dan
gangguan fungsi kognitif)
3. Kombinasi : retardasai psikomotor dan labilitas
emosional
Pedoman Diagnostik

 Ditemukan gejala demensia


 Hendaya fungsi kognitif biasanya tidak merata.
Insight dan judgement relatif tetap baik
 Onset mendadak / bertahap,dengan adanya gejala
neurologis fokal  meningkatkan kemungkinan
demensia vaskular.
 Diperlukan pemeriksaan CT-Scan atau
pemeriksaan neuropatologis.
Tipenya :
Demensia Vaskular
Onset Akut Demensia Multi-infark
 Terjadi secara cepat, setelah  Onset lambat, setelah serangkaian
rangkaian stroke karena trombosis episode iskemik minor.
serebrovaskular, embolisme /
perdarahan.
Demensia Vaskular
Demensia Vaskular Campuran Kortikal dan
Subkortikal Subkortikal
 Fokus kerusakan akibat iskemia
pada subs.alba di hemisfer serebral.  Dapat diduga dari gambaran klinis,
pemeriksaan, atau keduanya.
 Dibuktikan dengan CT-Scan.

Demensia vaskular lainnya


Demensia vaskular YTT
F02 Demensia pada Penyakit Lainnya

Demensia pada Penyakit Pick


 Gejala demensia yang progresif
 Gambaran neuropatologis  atrofi selektif lobus frontalis yang menonjol dg
euforia, emosi tumpul, perilaku sosial yang kasar, disinhibisi, serta apatis
atau gelisah
 Gangguan perilaku pada umumnya mendahului gangguan daya ingat
 DD/ :
 Demensia pada penyakit Alzheimer
 Demensia Vaskular
 Demensia akibat penyakit lain
Demensia pada Penyakit Demensia pada Penyakit
Creutzfelt-Jakob Parkinson

 Trias diagnosis penyakit ini :  Demensia ini berkembang pada


seseorang dengan penyakit Parkinson
 Demensia yang progresif merusak.
yang parah, tidak ada gambaran klinis
 Penyakit piramidal dan khusus.
ektrapiramidal disertai mioklonus.
 Penyakit parkinson dulu dikenal
 Gambaran EEG trifasik yang khas. dengan “Dementia with Lewy Bodies”
Demensia pada Penyakit Huntington

 Gangguan gerakan corrheiform, demensia, dan


riw. keluarga dengan penyakit Huntington.
 Gerakan corrheiform involunter, t.u pada wajah,
tangan dan bahu,cara berjalan yang khas.
 Gerakan ini adalah manifestasi dini yang biasanya
mendahului gejala demensia.
 Gejala demensia ditandai dengan gangguan fungsi
lobus frontalis pada tahap dini, dengan daya ingat
relatif masih terpelihara, sampai saat selanjutnya
Demensia pada Penyakit Demensia pada Penyakit
HIV Lain YDT YDK
 Demensia yang  Terjadi sebagai
berkembang pada manifestasi / konsekuensi
seseorang dengan beberapa macam kondisi
penyakit HIV, tanpa somatik dan serebral
penyakit atau KMU lain lainnya.
yang bersamaan selain
infeksi HIV itu.
PEMERIKSAAN DEMENSIA

MMSE (Mini Mental status Examination) adalah salah satu


metode test yang paling sering digunakan untuk
mendiagnosa demensia

HVLT: Hopkins Verbal Learning Test


MMSE
Interpretasi MMSE
HVLT: Hopkins Verbal Learning Test
PENATALAKSANAAN DEMENSIA
SECARA UMUM
1. Modifikasi dari faktor resiko sehingga memperlambat penyebab demensia
atau mengkoreksi penyebab demensia yang bersifat reversibel.
2. Terapi terhadap gejala-gejala kognitif.
3. Terapi terhadap gejala-gejala dan perilaku yang terjadi, contoh: perilaku
agitasi )
F04 Sindrom Amnesik Organik bukan akibat alkohol dan
zat psikoaktif lainnya

 Berkurangnya daya ingat jangka pendek


 Bukti nyata adanya cedera atau penyakit pada otak
 Tidak berkurangnya daya ingat segera, tidak ada gangguan perhatian dan
kesadaran, tidak ada hendaya intelektual secara umum
F05 DELIRIUM BUKAN AKIBAT ALKOHOL DAN ZAT PSIKOAKTIF
LAINNYA

Pedoman Diagnostik F05.0 Delirium, Tak bertumpang tindih dengan Demensia


1. Gangguan Kesadaran dan  Tidak tumpang tindih dengan demensia yang sudah ada sebelumnya
perhatian

2. Gangguan Kognitif secara F05.1 Dellirium bertumpang tindih dengan Demensia


umum  Terjadi saat sudah ada demensia
3. Ganggaun psikomotor
F05.8 Delirium lainnya
4. Gangguan siklus tidur- F05.9 Delirium YTT
bangun
5. Gangguan emosional

6. Onset cepat < 6 bulan


F06 GANGGUAN MENTAL LAINNYA AKIBAT KERUSAKAN
DAN DISFUNGSI OTAK DAN PENYAKIT FISIK

Adanya penyakit atau disfungsi otak atau penyakit fisik sistemik


yang berhubungan dengan salah satu sindrom mental yang tercantum
Ada hubungan waktu antara perkembangan penyakit yang mendasari
dengan timbulnya sindrom mental
Kesembuhan dari gangguan mental setelah dihilangkan penyakit
yang mendasarinya
 Tidak adanya bukti yang mengarah pada penyebab alternatif dari
sindrom mental ini.
F07 GANGGUAN KEPRIBADIAN DAN PERILAKU AKIBAT PENYAKIT
DAN DISFUNGSI OTAK
 Gangguan kepribadian organik
 Sindrom pasca ensefalitis
 sindrom pasca contusio
 Gangguan kepribadian dan perilaku organik lain akibat penyakit, kerusakan,
dan disfungsi otak
 Gangguan kepribadian dan perilaku organik YTT akibat penyakit, kerusakan,
dan disfungsi otak

F09 GANGGUAN MENTAL ORGANIK ATAU SIMTOMATIK YTT


Termasuk:
1. Psikosis organik YTT
2. Psikosis simtomatik YTT
F1. Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat
Psikoaktif
F10 • Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan alkohol

F11 • Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan Opioida

F12 • Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan kanabinoida

F13 • Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan sedativa atau hipnotika

F14 • Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan kokain

F15 • Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan stimulansia lain termasuk kafein

F16 • Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan halusinogenika

F17 • Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan tembakau

F18 • Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan pelarut yang mudah menguap

• Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat multipel dan penggunaan zat psikoaktif
F19
lainnya
Epidemiologi

 Di Indonesia terdapat peningkatan jumlah penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan zat adiktif
lainnya (NAPZA) dari tahun ke tahun.
 Tahun 2008  1,99%; tahun 2010  2,21 %; tahun 2015  2,8% (setara dengan 5,1-5,6 juta orang)
 Amerika Serikat  prevalensi ketergantungan zat psikoaktif berusia >18 tahun mencapai 16,7 %,
dengan jumlah konsumsi zat terbanyak adalah alkohol
NAPZA
Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya
 Narkotika
 Tanaman papaver, opium mentah, opium masak, opium obat, morfina, Tanaman koka, daun koka, kokain
mentah, kokaina, ekgonina,Tanaman ganja, damar ganja.
 Garam dan turunan dari morfin dan kokain
 Bahan alam atau sintetik lain yang memiliki efek yang sama dengan kokain dan morfin.
 Campuran atau seduan yang mengandung opium, morfin, kokain, ganja
• Psikotropika
Zat atau obat, alamiah maupun sintetik yang bukan narkotika, berkhasiat psikoaktif melalui
pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang perubahan khas pada aktivitas mental
dan perilaku.
Penggolongan berdasarkan efek psikoaktif :
Depresant Bekerja mengendorkan atau mengurangi aktivitas syaraf pusat.

Sedatin (Pil BK / Pil Koplo), Rohypnol, Megadon, Valium, Mandrax.

Stimulant Bekerja mengaktifkan kerja syaraf pusat.


Amphetamin dan turunannya, Ectasy.

Halusinogen Bekerja menimbulkan rasa halusinasi atau khayalan.


LSD (Lysergid Acid Diethylamide).
 Gangguan penggunaan NAPZA, terdiri atas 2 bentuk:

 Penyalahgunaan : mempunyai harmful effects terhadap kehidupan orang, menimbulkan masalah dalam kerja,
mengganggu hubungan dengan orang lain serta mempunyai aspek legal.
 Adiksi atau ketergantungan : mengalami toleransi, putus zat, tidak mampu menghentikan kebiasaan
menggunakan, menggunakan dosis NAPZA lebih dari yang diinginkan.
TINGKATAN PEMAKAIAN NAPZA

EXPERIMENTAL USE Pemakaian coba-coba

RECREATIONAL USE Pemakaian untuk bersenang-senang saat


rekreasi

DEPENDENT USE Toleransi & gejala putus zat ketergantungan

Pemakaian pada saat mengalami keadaan


SITUATIONAL USE tertentu

ABUSE Pola penggunaan yang bersifat patologik/klinis (menyimpang)


Tanda Dan Gejala Klinis Penggunaan NAPZA

TANDA / GEJALA
ZAT
INTOKSIKASI PUTUS ZAT
ALKOHOL •Ringan : Euforia, cadel, kantuk, • Halusinasi, ilusi
Ataksia • Kejang
• Berat : Stupor, Koma, Bradikardia, • Gemetar
Hipotensi, Hipotermia, Kejang • Mual / Muntah
• Sangat Berat : Reflek negatif • Muka Merah
• Konjungtiva Merah
 G. Kesadaran • Kelemahan umum
 G. Kognitif • Insomnia
 G. Afektif dan Perilaku • Lemas, marah (Iritabel)
• Berkeringat
• Hipertensi
• Keinginan untuk minum alkohol terus
Tanda Dan Gejala Klinis Penggunaan NAPZA

TANDA / GEJALA
ZAT
INTOKSIKASI PUTUS ZAT
OPIOIDA • Penekanan SSP, Sedasi • Mengantuk, disertai Pilek / Bersin
(Heroin, Putauw) • Motilitas Gastro-Intestinal • Lakrimasi
• Menurun Sampai Konstipasi • Dilatasi Pupil
• Analgesia • Pilo Ereksi
• Mual Muntah • Takikardi
• Bicara Cadel • Tekanan Darah Naik
• Bradikardia • Respirasi dan Suhu Badan Naik
• Kontriksi Pupil • Mual-Muntah
• Kejang • Diare
• Insomia
• Gemetar / Tremor
• Mengeluh Sugesti
• Ansietas , Gelisah
• Tidak Selera Makan
Tanda Dan Gejala Klinis Penggunaan NAPZA

TANDA / GEJALA
ZAT
INTOKSIKASI PUTUS ZAT
KANABIS • Tremor • Gangguan daya ingat jangka pendek • Insomia
(Ganja, Marijuana, • Takhikardi • Halusinasi visual/pendengaran • Mual
Hashis) • Mulut Kering • Emosi labil, bingung • Mialgia
• Nistagmus • Waham kejar dan paranoia, ilusi, • Cemas
• Keringat Banyak cemas, depresi, panik serta takut mati • Gelisah
• Gelisah • Pusing, mual, diare, haus dan nafsu • Mudah tersinggung
• Mata Merah makan meningkat • Demam
• Ataksia • Perubahan proses pikir, inkoheren dan • Berkeringat
• Sering Kencing asosiasi longgar • Nafsu makan menurun
• Fungsi Sosial/pekerjaan • Merasa identitas diri berubah • Foto fobia
terganggu • Depresif
• Percaya diri meningkat • Bingung
• Perasaan melambung • Menguap
• Disorientasi • Diare
• Depersonalisasi • Kehilangan berat badan
• Tremor
Tanda Dan Gejala Klinis Penggunaan NAPZA

TANDA / GEJALA
ZAT
INTOKSIKASI PUTUS ZAT
SEDATIF HIPNOTIKA • Neurologis : • Mual, muntah
(obat tidur / Bicara cadel, Gangguan koordinasi • Lemah, letih
penenang) motorik, cara jalan tidak stabil, Nistagmus • Takhikardia
• Psikologis : • Berkeringat
• Afek labil • Tekanan darah tinggi
• Hilangnya hambatan impuls seksual • Ansietas
• Agresif • Depresi
• Iritabel • Iritabel
• Banyak bicara • Tremor kasar pada tangan, lidah
• G. Pemusatan perhatian • Kadang- kadang hipotensi
• G. Daya ingat ortostatik
• G. Daya nilai
Tanda Dan Gejala Klinis Penggunaan NAPZA

TANDA / GEJALA
ZAT
INTOKSIKASI PUTUS ZAT
KOKAIN • Takhikardia • Nyeri Dada • Keletihan
• Dilatasi Pupil • Euforia • Insomnia atau
• Meningkatnya • Agitasi Psikomotor Hypersomnia
Tekanan Darah • Agresif • Agitasi Psikomotor
• Berkeringat • Waham Kebesaran • Ide Bunuh Diri dan
• Tremor • Halusinasi Paranoid
• Mual , Muntah • Mulut Kering • Mudah Tersinggung
• Menungkatnya • Percaya Diri Meningkat atau Iritabel Perasaan
Suhu Tubuh • Nafsu Makan Menurun depresif
• Aritnia • Panik
• Halusinasi Visual
• Sinkope
Tanda Dan Gejala Klinis Penggunaan NAPZA

TANDA / GEJALA
ZAT
INTOKSIKASI PUTUS ZAT
AMFETAMIN Kardio Vaskuler : Fase Awal
(Ekstasi, Shabu) • Palpitasi • Depresi
• Angina • Ansietas
• Aritmia • Anergia
• Hiper/ Hipotensi • Capek
• Keringat banyak
• Muka pucat/Merah
• Perilaku maladaptif
• Gangguan daya nilai
• Gangguan fungsi sosial
Pernafasan  Bronko-dilatasi
Gastro-Intestinal  Mual, diare, kram
Ginjal  Diuresis
Endokrin  Libido berubah, impotensi
PEDOMAN DIAGNOSTIK

Dapat ditegakkan jika ditemukan 3 atau lebih gejala dibawah

1. Dorongan yang kuat untuk menggunakan zat


2. Kesulitan dalam mengendalikan perilaku
3. Keadaan sindroma putus zat.
4. Adanya toleransi.
5. Mengabaikan alternatif menikmati kesenangan.
6. Terus menggunakan zat meskipun menyadari akibatnya.
AKSIS I : GANGGUAN KLINIS KONDISI LAINNYA YANG
MUNGKIN MERUPAKAN FOKUS PERHATIAN
KLINIS
AKSIS II : GANGGUAN KEPRIBADIAN RETARDASI MENTAL
AKSIS III : KONDISI MEDIS UMUM
AKSIS IV : PROBLEM PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
AKSIS V : PENILAIAN FUNGSI SECARA GLOBAL
Tahapan Terapi

 Fase Penilaian
Diperoleh informasi mengenai Napza yang digunakan dan keparahannya, riwayat medik dan psikiatri, riwayat
terapi Napza sebelumnya, riwayat penggunaan Napza sebelumnya, riwayat sosioekonomi, penapisan urin dan
darah, skrining penyakit infeksi
 Fase Terapi Detoksifikasi
Rawat inap dan rawat jalan
Intensive out-patient treatment
Cold turkey, Terapi simptomatik
Detoksifikasi dengan menggunakan : kodein dan ibuprofen, klontrex (klonidin dan naltrekson), buprenorfin,
metadon
 Fase Terapi lanjutan
BAHAYA NAPZA TERHADAP INDIVIDU/PEMAKAI
F1x.0 Intoksikasi Akut

Kondisi gangguan kesadaran, fungsi kognitif (berpikir), persepsi, afektif


(perasaan), perilaku atau fungsi dan respon psikologis lainnya

F1x.1 Penggunaan Yang Merugikan


Penggunaan dalam dosis berlebihan tanpa pengawasan dokter dapat merusak kesehatan fisik maupun
mental (pencernaan, pernafasan, depresi dan keinginan bunuh diri) KEADAAN OVERDOSIS

F1x.2 Sindroma Ketergantungan


Ditegakkan jika ditemukan 3 atau lebih gejala dibawah:

1. Adanya keinginan kuat umtuk menggunakan zat psikoaktif


2. Kesulitan dalam mengendalikan perilaku menggunakan zat
3. Menggunakan golongan zat seenis untuk menghindari gejala putus zat
4. Adanya toleransi
5. Meningkatkanya jumlah waktu untuk pulih dari efek zat
6. Tetap menggunakan zat meskipun telah menyadari akibat bagi kesehatan
nya

F1x.3 Keadaan Putus Zat


Adanya gangguan psikologis berupa depresi, cemas, gangguan tidur
BAHAYA NAPZA TERHADAP INDIVIDU/PEMAKAI
F1x.4 Keadaan Putus Zat Dengan Delirium

TRIAS KLASIK:
1. Kesadaran berkabut dan kebingungan
2. Halusinasi dan ilusi yang hidup yang mengenai salah satu pencaindera
3. Tremor berat

F1x.5 Gangguan Psikotik

terjadi setelah 48 jam penggunaan zat psikoaktif atau setelah 2 minggu setelah penggunaan zat

F1x.6 Sindrom Amnestik

SYARAT UTAMA
1. Adanya gangguan daya ingat jangka pendek
2. Tidak ada gangguan daya ingat segera, tidak ada gangguan
kesadaran mau gangguan kognitif
3. Adanya riwayat penggunaan alkohol atau zat dengan dosis tinggi

F1x.7 Gangguan Psikotik Residual Atau Onset Lambat

Ditegakkan dengan menggunakan kode lima karakter berikut:


F1x.70 Kilas Balik episodik berlangsung singkat
F1x.71 Gangguan Kepribadian Atau Perilaku
F1x.72 Gangguan Afektif Residual
F1x.73 Demensia
F1x.74 Hendaya Kognitif Menetap Lainnya
F1x.75 Gangguan Psikotik Onset Lambat
Mehadone
 Merupakan opiat (narkotik) sintetis yang kuat seperti heroin (putaw) atau morfin,
tetapi tidak menimbulkan efek sedatif yang kuat.
 Metadon biasanya disediakan pada Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM), yaitu
program yang mengalihkan pengguna heroin pada obat lain yang lebih aman.
 Tujuan PTMR:
 membantu pengguna berhenti penggunaan heroin, diganti dengan takaran metadon
yang dikurangi tahap-demi-tahap selama jangka waktu tertentu (takaran metadon
yang dikurangi tahap-demi-tahap selama jangka waktu tertentu)
 mengurangi beberapa dampak buruk akibat penggunaan heroin secara suntikan
(takaran yang disesuaikan agar pengguna tidak mengalami gejala putus zat
(sakaw) atau sedasi)
 Diberikan dalam bentuk cairan (larutan sirup).
 Diberikan bertahan dalam terapi dan mampu menghentikan penggunaan heroin dengan
takaran metadon sedang hingga tinggi (60-100mg).
Metode Terapi dan Rehabilitasi untuk penanganan pecandu
narkoba
 Detoksifikasi dengan abrupt withdrawal (Cold Turkey)
 Langsung menghentikan penggunaan napza
 Merupakan metode tertua, dengan mengurung pecandu dalam masa putus obat
tanpa memberikan obat-obatan.
 Setelah gejala putus obat hilang, pecandu dikeluarkan dan diikutsertakan
dalam sesi konseling (rehabilitasi nonmedis).
 Detoksifikasi subtitusi
 Memberikan obat pengganti opioda yang mempunyai efek samping lebih sedikit.
 Biasanya obat agonis (mempunyai efek yang sama) atau berasal dari golongan
yang sama.
 Diberikan dengan dosis yang diturunkan secara bertahap
 Codein HCL, Klonidin, methadone
Metode Terapi dan Rehabilitasi untuk penanganan pecandu
narkoba
 Detoksifikasi simtomatis
 Sama dengan cold turkey, namun dibantu dengan obat-obatan untuk mengatasi
sakaw.
 Obat yang diberikan hanya untuk menghilangkan gejala saja.
 Detoksifikasi dipercepat dengan anestesi ringan
 Prinsipnya dengan menidurkan pasien dengan obat tidur biasa tetapi segera
setelah tidur diberikan obat antagonis opiate dengan dosis kecil bertahap.
 Detoksifikasi cepat di ICU
 Fase akut sakaw dipercepat, berlangsung selama 8-10 hari dengan siksaan fisik
yang cukup berat, tetapi fase sakaw hanya berlangsung 4 jam.
F2 Skizofrenia dan gangguan
psikotiklainnya
 F20 Skizofrenia
 F21 Gangguan Skizotipal
 F22 Gangguan Waham Menetap
 F23 Gangguan Psikotik Akut dan Sementara
 F24 Gangguan Waham Induksi
 F25 Gangguan Skizoafektif
 F28 Gangguan Psikotik non-Organik Lainnya
 F29 Gangguan Psikotik non-Organik yangTidak Tergolongkan
F20 Skizofrenia

• GEJALA POSITIF : peningkatan atau gangguan fungsi


normal  waham, halusinasi, peningkatan
pembicaraan, asosiasi longgar dan katatonia.
• GEJALA NEGATIF : pengurangan atau kehilangan fungsi
Gejala normal  ekspresi efektif tumpul atau datar,
kemiskinan pembiacaraan atau pikiran, anhedonia,
skizofrenia kurang motivasi, penarikan diri.
Faktor neurobiologis (lobus frontalis, sistem limbik, ganglia basalis)

Neurotransmiter: Neuropatologi Pencintraan Otak

• Dopamin • Sistem limbik: • Comuted Tomography


• Serotonin • Peranan dalam • MRI  pelebaran daerah
• GABA mengendalikan emosi. ventrikular III dan lateral,
• Gejala disorganisasi; terutama bila gejala negatif
peningkatan aliran darah menonjol; implikasi
daerah korteks singulat dan perubahan daerah
striatum periventrikular limbik
• Ganglia Basalis: striata, mengecilnya ukuran
dari lobus frontal dan
• Gejala positif; peningkatan
temporal.
aliran darah di daerah
temporomedial • PET (positron emission
tomography)  aktivitas
• Halusinasi; perubahan
lobus frontal <<
aliran darah regio
hipokampus, • EEG  hilangnya aktivitas
parahipokampus, amigdala gamma band; melemahnya
integrasi jaringan saraf di
otak.
KRITERIA DIAGNOSTIK SKIZOFRENIA
1. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang
tajam atau kurang jelas):

• Thought echo, Thought insertion or withdrawal, Thought broadcasting.


• Delusion of control, Delusion of influence, Delusion of passivity, Delusion of perception.
• Halusional Auditorik  Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien,
mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri atau jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu
bagian tubuh.
• Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil,
misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia biasa

Atau paling sedikitnya dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:

• Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja.


• Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation) yang berakibat inkoherensia atau
pembicaraan yang tidak relevan atau neologisme.
• Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu (posturing) atau fleksibilitas
cerea, negativisme, mutisme, dan stupor.
• Gejala negatif seperti sikap apatis, bicara yang jarang dan respons emosional yang menumpul tidak wajar, biasanya
yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunya kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua
hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neureptika.
• telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih
• Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku
pribadi (personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam
diri sendiri (self absorbed attitute), dan penarikan diri secara sosial.
Skizofrenia Paranoid F20.0
1. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia

2. Sebagai tambahan :
• · Halusinasi dan/atau waham harus menonjol;
• a) Suara – suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau halusinasi auditorik
tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa
(laughing);
• b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain– lain perasaan tubuh;
halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol;
• c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion of control),
dipengaruhi (delusion of influence), atau “passivity” (delusion of passivity), dan keyakinan dikejar –
kejar beraneka ragam, adalah yang paling khas;
Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, gejala katatonik  tidak
menonjol
Skizofrenia Hebrefrenik (F20.1)
1. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
2. Diagnosis hebefrenia untuk pertama kalinya hanya ditegakkan pada usia remaja atau dewasa muda
(onset 15 – 25 tahun)
3. Kepribadian premorbid menunjukkan ciri khas pemalu dan senang menyendiri (solitary), namun
tidak harus demikian untuk menentukan diagnosis.
4. Untuk diagnosis hebrefrenik yang meyakinkan umumnya diperlukan pengamatan kontinu selama 2
atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan bahwa gambaran yang khas berikut ini memang benar
bertahan :
a) Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tidak dapat diramalkan, serta mannerisme; ada kecenderungan untuk selalu
menyendiri (solitary), dan perilaku menunjukkan hampa tujuan atau hampa perasaan;
b) Afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar (inappropiate), sering disertai oleh cekikikan (giggling) atau perasaan puas diri
(self satisfied), senyum sendiri (self absorbed smilling) atau oleh sikap, tinggi hati (lofty manner), tertawa menyeringai (
grimaces), mannerisme, mengibuli secara bersenda gurau (pranks), keluahan hipokondriakal, dan ungkapan kata yang diulang –
ulang (reiterated phrase).
c) Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu (rambling) serta inkoheren.

5. Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir umumnya menonjol
halusinasi atau waham mungkin ada tetapi biasanya tidak menonjol (fleeting and fragmentary
delusions and hallucinations).
Dorongan kehendak (drive) dan yang bertujuan (determination) hilang serta sasaran ditinggalkan 
perilaku tanpa tujuan (aimless) dan tanpa maksud (empty of puspose)
Skizofrenia Katatonik (F20.2)
1. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofenia

2. Satu atau lebih perilaku berikut ini harus mendominasi gambaran klinisnya :
•a) Stupor (amat berkurangnya dalam reaktifitas terhadap lingkungan dan dalam gerakan serta aktifitas spontan) atau
mutisme (tidak berbicara);
•b) Gaduh gelisah ( tampak jelas aktifitas motorik yang tak bertujuan, yang tidak dipengaruhi oleh stimuli eksternal);
•c) Menampilkan posisi tubuh tertentu (secara sukarela mengambil dan mempertahankan anggota gerak dan tubuh dalam
posisi tubuh tertentu yang tidak wajar atau aneh);
•d) Negativisme (tampak jelas perlawanan yang tidak bermotif terhadap semua perintah atau upaya untuk menggerakkan,
atau pergerakan kearah yang berlawanan);
•e) Rigiditas (mempertahankan posisi tubuhyang kaku untuk melawan upaya menggerakan dirinya);
•f) Fleksibilitas cerea/waxy flexibility (mempertahankan anggota gerak dan tubuh dalam posisi yang dapat dibentuk dari luar);
dan
•g) Gejala – gejala lain seperti “command automatism” (kepatuhan secara otomatis terhadap perintah), dan pengulangan kata
- kata serta kalimat – kalimat.

3. Pada pasien yang tidak komunikatif dengan manifestasi perilaku dan gangguan katatonik, diagnosis
skizofrenia mungkin harus ditunda sampai diperoleh bukti yang memadai tentang adanya gejala –
gejala lain. Penting untuk diperhatikan bahwa gejala –gejala katatonik bukan petunjuk untuk diagnosis
skizofrenia.
Skizofrenia Tak Terinci

Tidak memenuhi
Tidak memenuhi
kriteria untuk
Memenuhi kriteria untuk
diagnosis
kriteria umum skizofrenia
skizofrenia
untuk diagnosis residual atau
paranoid,
skizofrenia. depresi
hebefrenik, atau
pascaskizofrenia.
katatonik.
Depresi Pasca Skizofrenia (F20.4)

1. Diagnosis harus ditegakan hanya kalau:


• a) Pasien telah menderita skizofrenia (yang memenuhi kriteria umum skizofrenia)
selama 12 bulan terakhir ini;
• b) Beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada (tetapi tidak lagi mendominasi gambaran
klinisnya)
• c) Gejala – gejala depresif menonjol dan mengganggu, memenuhi paling sedikit kriteria
untuk episode depresif (F32.-), dan telah ada dalam kurun waktu paling sedikit 2
minggu.

2. Apabila pasien tidak menunjukkan lagi gejala skizofrenia, diagnosis menjadi


episode depresif (F32.-). Bila gejala skizofrenia masih jelas dan menonjol,
diagnosis harus tetap salah satu dari subtipe skizofrenia yang sesuai (F20.0-F20.3).
F20.5 Skizofrenia Residual

F20.6 Skizofrenia Simpleks


Terapi Terapi
somatik Psikososial

Terapi
Antipsikotik
perilaku

Terapi
brorientasi
keluarga

Terapi
kelompok

Psikoterapi
individual

INDIKASI MASUK RUMAH SAKIT

Tujuan untuk Keamanan pasien Perilaku yang Perawatan diri


Menstabilkan dosis
(sucide/
diagnosis obat
homicide) sangat kacau yang buruk
Terdapat 3 kelompok besar antipsikotik yang dipergunakan masa kini, yaitu :

Dopamin Reseptor Antagonis


• Kekurangannya :
• 50 % penderita tetap tidak banyak perbaikan
• Efek samping yang cukup serius ( tardive diskinesia dam neuroleptik malignan sindrom )
• Beberapa kelompok obat yang sering dipergunakan :
• Chlorpromazine
• Trifluoperazine
• Haloperidol
• Thionidazine

(II) Risperindon ( Risperidal )


• Lebih efektif
• Efek samping neurologik sangat berkurang
• Dapat mengatasi “positif” dan “negatif symtomps”
(III) Clozapine
• Kekurangan : agranulositosis dan harganya mahal
• Kelebihannya : tidak menyebabkan tardive diskinesia
PROGNOSIS
PROGNOSIS KEARAH BURUK

PROGNOSIS KEARAH BAIK • Onset perlahan-lahan dengan faktor


pencetus tidak jelas
• Onset akut dengan faktor pencetus • Riwayat hubungan sosial dan pekerjaan
yang jelas buruk (premorbid)
• Riwayat hubungan sosial & • Menarik diri , tingka laku yang artistik
pekerjaan yang baik (premorbid) • Tipe Herbefrenik dan tipe tak
• Adanya gejala afektif tergolongkan
• Subtipe paranoid • Belum menikah
• Subtipe katatonik • Riwayat skizofrenia dalam keluarga
• Sudah menikah • Adanya gejala neurologik
• Banyak symptoms positif • Banyak symptom negatif
• Kebingungan • Tidak ada gejala afektif atau hostilitas
• Tension, Cemas hostilitas yang jelas
F22 Gangguan Waham Menetap
Sekelompok gangguan jiwa dengan waham-waham yang
berlangsung lama, dan merupakan satu-satunya gejala
klinik yang khas atau yang mencolok serta tidak dapat
digolongkan sebagai gangguan organik, skizofrenik atau
afektif.
 Pedoman diagnosis gangguan waham:
 (1). Merupakan satu-satunya gejala atau gejala yang paling mencolok
 (2). Sudah berlangsung paling sedikit 3 bulan
 (3). Bila terdapat gejala depresi, maka gejala waham harus tetap ada pada saat
depresinya hilang.
 (4). Tidak disebabkan penyakit otak, tidak terdapat halusinasi, dan tanpa riwayat
skizofrenia,
Gangguan Waham Menetap Lainnya

• Gangguan waham menetap yang tidak memenuhi kriteria untuk


gangguan waham.
• Termasuk : Gangguan waham dengan halusinasi yang
• Tidak memenuhi kriteria skizofrenia
• Gangguan waham menetap kurang 3 bulan
PERJALANAN PENYAKIT GANGGUAN WAHAM MENETAP

1. Kurang dari 25% menjadi skizofrenia

2. Kurang dari 10% menjadi gangguan afektif

3. 50% sembuh untuk waktu yang lama

4. 20% hanya penurun gejala

5. 30% tidak mengalami perubahan gejala


F23 Gangguan Psikotik Akut dan Sementara

 Gangguan psikosis akut dan sementara adalah sekelompok gangguan jiwa yang :
 Onsetnya akut ( 2 minggu)
 Sindrom polimorfik
 Ada stresor yang jelas
 Tidak memenuhi kriteria episode manik atau depresif
 Tidak ada penyebab organik
Beberapa Gangguan Jiwa Gangguan Psikosis Akut atau
Sementara
Gangguan Psikotik Polimorfik Akut tanpa Gejala Skizofrenia
• (a). Onset harus akut (dari suatu keadaan non psikotik sampai keadaan psikotik yang jelas
dalam kurun waktu 2 minggu atau kurang);
• (b). Harus ada beberapa jenis halusinasi atau waham yang berubah dalam jenis dan
intensitasnya dari hari ke hari atau dalam hari yang sama ;
• (c). Harus ada keadaan emosional yang beranekaragamnya ;
• (c). Walaupun gejala-gejalanya beraneka ragam, tidak satupun dari gejala itu ada secara
cukup konsisten dapat memenuhi kriteria skizofrenia atau episode manik atau episode
depresif.

Gangguan Psikotik Polimorfik Akut dengan Gejala Skizofrenia


• Memenuhi kriteria yang khas untuk gangguan psikotik polimorfik akut.
• Disertai gejala-gejala yang memenuhi kriteria untuk diagnosis Skizofrenia
yang harus sudah ada untuk sebagian besar waktu sejak munculnya
gambaran klinis psikotik itu secara jelas.
• Apabila gejala-gejala skizofrenia menetap untuk lebih dari 1 bulan maka
diagnosis harus diubah menjadi skizofrenia.
Gangguan Psikotik Lir – Skizofrenia Akut
• Suatu gangguan psikotik akut dengan gejala yang stabil dan memenuhi kriteria
skizofrenia, tetapi hanya berlangsung kurang dari satu bulan lamanya.
• Pedoman Diagnosis
• (1).Onset psikotiknya akut (dua minggu atau kurang)
• (2). Memenuhi kriteria skizofrenia, tetapi lamanya kurang 1 bulan.
• (3).Tidak memenuhi kriteria psikosis pilimorfik akut.

Gangguan Psikotik Akut Lainnya dengan Predominan Waham

• Gambaran klinis berupa waham dan halusinasi yang cukup


stabil, tetapi tidak memenuhi skizofrenia. Sering berupa
waham kejaran dan waham rujukan, dan halusinasi
pendengaran.
F25 Gangguan Skizoafektif
• Suatu gangguan jiwa yang gejala skizofrenia dan gejala afektif terjadi
bersamaan dan sama-sama menonjol.

PENGERTIAN
• Onset yang tiba-tiba pada masa remaja ; fungsi pramorbid baik ; terdapat
stresor yang jelas ; riwayat keluarga dan gangguan afektif.
• Prevalensi : ½ % ; lebih banyak pada wanita.
• Prognosis lebih buruk dari gangguan depresif maupun bipolar ; tetapi lebih
baik dari skizofrenia.

• 1. Pedoman Diagnosis Gangguan Skizoafektif


• Gejala Skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama menonjol atau dalam
beberapa hari sesudah yang lain, tetapi dalam satu episode penyakit (tidak

DIAGNOSIS
memenuhi kriteria diagnosis skizofrenia maupun gangguan afektif).
• 2. Beberapa Tipe Skizoafektif
• Gangguan Skizoafektif tipe Manik
• Gangguan Skizoafektif tipe Depresif
• Gangguan Skizoafektif tipe Campuran
F3 Gangguan suasana perasaan

 F30 episode manic


 F31 gangguan afektif bipolar
 F32 episode depresi
 F33 gangguan depresi berulang
 F34 gangguan mood menetap
 F38 gangguan mood lainnya
 F39 gangguan mood yang tidak tergolongkan
F30.0 Hipomania
 Derajat gangguan yang lebih ringan dari mania (F30.1)
 afek yang meninggi atau berubah disertai peningkatan aktivitas, menetap
selama sekurang-kurangnya beberapa hari berturut-turut, pada suatu derajat
intensitas dan yang bertahan melebihi apa yang digambarkan bagi siklotimia
(F34.0), dan tidak disertai halusinasi atau waham.
 Pengaruh nyata atas kelancaran pekerjaan dan aktivitas sosial memang sesuai
dengan diagnosis hipomania, akan tetapi bila kakacauan itu berat atau
menyeluruh, maka diagnosis mania (F30.1 atau F30.2) harus ditegakkan.

F30.1 Mania Tanpa Gejala Psikotik


 Episode harus berlangsung sekurang-kurangnya 1 minggu, dan cukup berat
sampai mengacaukan seluruh atau hampir seluruh pekerjaan dan aktivitas
sosial yang biasa dilakukan.
 Perubahan afek harus disertai dengan energi yang bertambah sehingga terjadi
aktivitas berlabihan, percepatan dan kebanyakan bicara, kebutuhan tidur
yang berkurang, ide-ide perihal kebesaran/ “grandiose ideas” dan terlalu
optimistik.
F30.2 Mania Dengan Gejala Psikotik

 Gambaran klinis merupakan bentuk mania yang lebih berat dari F30.1 (mania
tanpa gejala psikotik).
 Harga diri yang membumbung dan gagasan kebesaran dapat berkembang
menjadi waham kebesaran (delusion of grandeur), irritabilitas dan kecurigaan
menjadi waham kejar (delusion of persecution). Waham dan halusinasi
“sesuai” dengan keadaan afek tersebut (mood congruent).
F31 gangguan afektif bipolar

 Episode berulang sekurangnya 2 episode dimana afek dan aktifitas pasien


terganggu,pada waktu tertentu dapat berlaku peningkatan afek disertai
penambhan energi & aktifitas (mania/hipomania), dab waktu lain penurunan
afek disertai pengurangan energi dan aktifitas (depresi)

 Khas : penyembuhan sempurna antara episode


F31.0 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Hipomanik
 Episode yang sekarang harus memenuhi criteria untuk hipomania (F30);
 dan Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik,
manik , depresif, atau campuran) di masa lampau.

F31.1 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik Tanpa Gejala


Psikotik
 Untuk menegakkan diagnosis pasti:
 Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania tanpa gejala psikotik (F30.1); dan
 Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif atau
campuran) di masa lampau.

F31.2 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik Dengan Gejala


Psikotik
 Untuk menegakkan diagnosis pasti:
 Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania dengan gejala psikotik (F30.2); dan
 Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif atau
campuran) di masa lampau.
F31.3 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Ringan atau Sedang
 Untuk menegakkan diagnosis pasti:
 Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif ringan(F32.0) ataupun sedang
(F32.1); dan
 Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau campuran di masa lampau.

F31.4 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat Tanpa Gejala
Psikotik
 Untuk menegakkan diagnosis pasti:
 Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat tanpa gejala psikotik
(F32.2); dan
 Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau campuran di masa lampau.
F31.5 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat Dengan Gejala
Psikotik
 Untuk menegakkan diagnosis pasti:
 Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat dengan gejala psikotik (F32.3);
dan
 Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau campuran di masa lampau.
F31.6 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Campuran
 Untuk menegakkan diagnosis pasti:
 Episode yang sekarang menunjukkan gejala-gejala manik, hipomani, dan depresif yang tercampur
atau bergantian dengan cepat (gejala mania/ hipomania dan depresi sama-sama mencolok selama
masa terbesar dari episode penyakit yang sekarang, dan telah berlangsung sekurang-kurangnya 2
minggu); dan
 Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau campuran di masa
lampau.

F31.7 Gangguan Afektif Bipolar Episode Kini Dalam Remisi

 Sekarang tidak menderita gangguan afektif yang nyata selama beberapa bulan terakhir ini,
tetapi pernah mengalami sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau
campuran dimasa lampau dan ditambah sekurangnya satu episode afektif lain (hipomanik,
manik, depresif atau campuran).
F32. Episode Depresi
Gejala utama depresi
• Afek depresi, kehilangan minat kegembiraan, dan berkurangnya energi yang menuju
meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata setelah kerja sedikit saja)
dan menurunnya aktivitas

Gejala lainnya
• Konsentrasi dan perhatian berkurang, harga diri dan kepercayaan berkurang, gagasan
tentang rasa bersalah dan tidak berguna, pandangan tetang masa depan yang suram
dan pesimistis, gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri, tidur
terganggu, dan nafsu makan berkurang
Kriteria diagnosis menurut PPDGJ-III
Episode depresi berat tanpa Episode depresi berat dengan
Episode depresif ringan Episode depresif sedang gejala psikotik
gejala psikotik
• Gejala seperti depresi berat
• Minimal ada 2 dari 3 gejala • Minimal ada 2 dari 3 gejala • Semua 3 gejala utama harus tersebut di atas
utama utama ada • Disertai waham, halusinasi,
• Ditambah 2 dari gejala lainnya • Minimal 3 (sebaiknya 4) gejala • Minimal 4 gejala lainnya dan atau stupor depresi. Waham
• Tidak boleh ada gejala yang lainnya beberapa diantaranya biasanya melibatkan ide
berat diantaranya • Menghadapi kesulitan nyata intensitasnya berat tentang dosa, kemiskinan,
• Hanya sedikit kesulitan dalam untuk meneruskan kegiatan • Sangat tidak mungkin pasien atau malapetaka yang
pekerjaan dan aktivitas sosial sosial, pekerjaan dan urusan akan mampu meneruskan mengancam, dan pasien
rumah tangga kegiatan sosial merasa bertanggungjawab
atas hal itu. Halusinasi
auditorik atau halusinasi
olfatorik biasanya berupa
suara yang menghina atau
menuduh, atau bau kotoran
atau anjing yang membusuk.
Retardasi psikomotor yang
berat dapat menuju kepada
stupor.
F33 Gangguan Depresif Berulang
Gangguan Depresif Berulang , Episode Kini Ringan

Gangguan Depresif Berulang , Episode Kini Sedang

Gangguan Depresif Berulang , Episode Kini Berat tanpa Gejala Psikotik

Gangguan Depresif Berulang , Episode Kini Berat dengan Gejala Psikotik

Gangguan Depresif Berulang , Episode Kini dalam Remisi

Gangguan Depresif Berulang Lainnya

Gangguan Depresif Berulang YTT


Pedoman Diagnostik

Gangguan Depresif Berulang , Episode Kini Ringan


• Kriteria untuk gangguan depresif berulang harus dipenuhi, dan episode sekarang harus
memenuhi kriteria untuk episode depresif ringan
Gangguan Depresif Berulang , Episode Kini Sedang
• Kriteria untuk gangguan depresif berulang harus dipenuhi, dan episode sekarang harus
memenuhi kriteria untuk episode depresif sedang
Gangguan Depresif Berulang , Episode Kini Berat tanpa Gejala Psikotik
• Kriteria untuk gangguan depresif berulang harus dipenuhi, dan episode sekarang harus
memenuhi kriteria untuk episode depresif berat tanpa gejala psikotik
Gangguan Depresif Berulang , Episode Kini Berat dengan
Gejala Psikotik
• Kriteria untuk gangguan depresif berulang harus dipenuhi, dan episode
sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat dengan
gejala psikotik

Gangguan Depresif Berulang , Episode Kini dalam Remisi


• Kriteria untuk gangguan depresif berulang harus dipenuhi di masa lampau,
tetapi keadaan sekarang seharusnya tidak memenuhi kriteria untuk
episode depresif dengan derajat keparahan apapun atau gangguan lain
apapun dalam F30-F39
Dengan,
 Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama minimal 2 minggu dengan
sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang bermakna
F34.0 GANGGUAN SIKLOTIMIK
 Gejala gangguan siklotimik adalah identik dengan gejala yang ditemukan pada gangguan bipolar I,
tetapi terkadang gejala mungkin sama dalam keparahannya tetapi dengan durasi yang lebih singkat
 Pada gangguan siklotimik perubahan mood adalah tidak teratur dan mendadak, kadang-kadang
terjadi dalam beberapa jam.
 Penyalahgunaan zat sering ditemukan pada pasien gangguan siklotimik
Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Siklotimik
 A. Selama sekurangnya 2 tahun, adanya banyak periode dengan gejala hipomanik dan depresif yang tidak memenuhi
kriteria untuk episode depresif berat. Catatan: Pada anak-anak dan remaja, lama harus sekurangnya 1 tahun

 B. Selama periode 2 tahun diatas (1 tahun pada anak-anak dan remaja), orang tidak pernah tanpa gejala dalam kriteria
A selama lebih dari 2 bulan.

 C. Tidak ada episode depresif berat, episode manik, atau episode campuran yang ditemukan selama 2 tahun pertama
gangguan.

 D.Gejala dalam kriteria A tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan skizoafektif dan tidak menumpang pada
skizofrenia, gangguan skizofreniform, gangguan delusional, atau gangguan psikotik yang tidak ditentukan

 E. Gejala bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, obat yang disalahgunakan, medikasi) atau
suatu kondisi medis umum (misalnya, hipertiroidisme)

 F. Gejala menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau
fungsi penting lainnya.
Terapi

Terapi • Obat mood stabilizer (Carbamazepine, Valproate,


Lithium)
Biologis • Obat Antidepresan

Terapi • Psioterapi
• Terapi keluarga dan kelompok berupa suportif,
Psikososial edukasional, dan terapeutik untuk pasien dan
mereka yang terlibat di dalam kehidupan pasien
Prognosis

 Reaksi pasien terhadap gangguan tersebut adalah bervariasi, pasien dengan


strategi mengatasi atau pertahanan ego yang adaptif memiliki hasil yang lebih
baik dibandingkan dengan pasien dengan strategi mengatasi yang buruk.
 Kira-kira 1/3 dari semua pasien gangguan siklotimik berkembang memiliki
gangguan depresif berat.
F34.1 GANGGUAN DISTIMIK

 “Distimia” berarti suatu disforia temperamental


 Definisi: suatu gangguan kronis yang ditandai oleh adanya mood yang
terdepresi (atau mudah marah pada anak-anak dan remaja) yang berlangsung
hampir sepanjang hari.
 Persistent depressive disorder. Sekurang-kurangnya 2 tahun.
diagnosis
A. Mood terdepresi untuk sebagian besar hari, lebih banyak hari d. Kriteria gangguan depresi berat dapat terus menerus ada
dibandingkan tidak, seperti yang ditunjukkan oleh keterangan selama 2 tahun.
subjektif atau pengamatan orang lain, selama sekurangnya 2 e. Tidak pernah terdapat episode manik, episode campuran, atau
tahun (pada anak dan remaja, mood dapat mudah episode hipomanik, dan tidak pernah memenuhi kriteria untuk
tersinggung/iritabel dan lama harus sekurangnya 1 tahun). gangguan siklotimik.
B. Adanya, saat terdepresi, dua (atau lebih) berikut: f. Gangguan tidak terjadi semata-mata selama perjalanan
(1) nafsu makan yang buruk atau makan berlebihan gangguan psikotik kronis, seperti skizofrenia atau gangguan
delusional.
(2) insomnia atau hipersomnia
g. Gejala tidak merupakan efek fisiologis langsung dari suatu zat
(3) energi lemah atau lelah (misalnya, obat yang disalahgunakan, suatu medikasi) atau
(4) harga diri yang rendah suatu kondisi medis umum (misalnya hipotiroidisme).

(5) konsentrasi buruk atau sulit mengambil keputusan h. Gejala menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis
atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi
(6) perasaan putus asa penting lainnya.
C. Selama periode 2 tahun gangguan (1 tahun untuk anak-anak
atau remaja), individu tersebut tidak pernah tanpa gejala
dalam kriteria A dan B selama lebih dari 2 bulan pada suatu
waktu
Terapi

 Terapi kognitif → pasien diajarkan cara berpikir dan berkelakuan yang baru untuk
menggantikan sikap negatif yang salah terhadap dirinya, dunia, dan masa depan
 Terapi perilaku → meningkatkan aktivitas, untuk mendapatkan pengalaman
menyenangkan, dan untuk mengajarkan pasien bagaimana bersantai
 Psikoterapi berorientasi-tilikan (psikoanalitik) → menghubungkan perkembangan dan
pemeliharaan gejala depresif dan ciri kepribadian maladaptif dengan konflik yang tidak
terpecahkan pada masa anak-anak awal
 Terapi interpersonal → penilaian pengalaman interpersonal pasien dan cara mereka
mengatasi stres untuk menurunkan gejala depresif dan meningkatkan harga diri
 Terapi keluarga dan kelompok → mempelajari cara baru mengatasi masalah
interpersonalnya di dalam situasi sosial
 Farmakoterapi → antidepresan gol. Trisiklik, SSRIs, MAOI
Prognosis

 Pasien yang memilik onset gejala yang dini beresiko untuk mengalami
gangguan depresif berat atau gangguan bipolar I di dalam perjalanan
gangguannya.
 Hanya 10 sampai 15% pasien gangguan distimik yang berada dalam remisi satu
tahun setelah diagnosis awal
 Kira-kira 25% dari semua pasien gangguan distimik tidak pernah mencapai
pemulihan yang lengkap
Gangguan Depresif Yang Tidak
Terklasifikasikan
Pasien menunjukkan gejala depresif sebagai ciri utama dan tidak memenuhi
kriteria diagnostik untuk gangguan mood lain atau gangguan mental DSM-IV
lain
F40. Gangguan Neurotik Gangguan
Somatoform Dan Gangguan Terkait Stress
 F40. GANGGUAN ANXIETAS FOBIK
 F40.0 Agorafobia
Gangguan panik tanpa agorafobia
Mengalami (1) dan (2) :
Serangan panik berulang yang tidak diduga, sedikitnya satu serangan telah diikuti selama 1 bulan
(atau lebih)
Tidak ada agorafobia
Serangan panik tidak disebabkan efek fisiologis langsung zat atau keadaan medis umum
Serangan panik tidak dapat dimasukkan ke dalam gangguan jiwa lain
Gangguan panik dengan agorafobia
Sama dengan kriteria diagnostik gangguan panik tanpa agorafobia, ditambah dengan adanya
agorafobia.
Penatalaksanaan :Dengan terapi, sebagian besaar pasien mengalami perbaikan dramatis gejala
gangguan panik dan agorafobia. Dua terapi yang paling efektif adalah farmakoterapi dan terapi
kognitif perilaku.
F40.1 Fobia Sosial
KRITERIA DIAGNOSIS:
 Rasa takut yang nyata dan menetap terhadap satu atau lebih situasi sosial atau penampilan saat
seseorang terpajan dengan orang yang tidak dikenalnya atau terpajan dengan kemungkinan akan
diperhatikan orang lain
 Pajanan terhadap situasi sosial yang ditakuti hampir selalu mencetuskan asietas yang dapat berupa
serangan panic
 Orang tersebut menyadari rasa takutnya berlebihan dan tidak beralasan
 Situasi sosial atau penampilan social yang ditakuti dihindari atau dihadapi dengan ansietas maupun
penderitaan yang intens
 Penghindaran, antisipasi ansietasm atau distress pada situasi social atau penampilan yang ditakuti
mengganggu fungsi rutin normal
 Pada seseorang yang berusia dibawah 18 tahun, durasinya sedikitnya 6 bulan
 Rasa takut atau penghindaran tidak disebabkan efek fisiologis langsung suatu zat atau keadaan medis
umum dan tidak dapat digolongkan sebagai gangguan jiwa lain
PENATALAKSANAAN: Terapi yang paling efektif untuk fobia adalah terapi perilaku. Aspek kunci
keberhasilan terapi adalah : (1) komitmen pasien terhadap terapi, (2) masalah dan tujuan yang
teridentifikasi jelas, (3) strategi alternatif yang tersedia untuk menghadapi perasaannya
F40.2 FOBIA SPESIFIK
KRITERIA DIAGNOSIS:
 Rasa takut berlebihan yang nyata, menetap dan tidak beralasan, dicetuskan oleh adanya atau antisipasi
terhadap suatu objek atau situasi spesifik.
 Pajanan terhadap stimulus fobik hampir selalu mencetuskan respons ansietas segera, dapat berupa
serangan panik terikat secara situasional atau serangan panik dengan predisposisi situasional.
 Orang tersebut menyadari bahwa rasa takutnya beralasan atau tidak beralasan
 Situasi fobik dihindari atau dihadapi dengan ansietas maupun penderitaan yang intens
 Penghindaran, antisipasi ansietas, atau distres pada situasi yang ditakuti mengganggu fungsi rutin
normal, pekerjaan ( atau akademik ), atau aktivitas maupun hubungan sosial secara bermakna, atau
terdapat distres yang nyata karena memiliki fobia ini.
 Pada seseorang berusia 18 tahun, durasinya sedikitnya 6 bulan
 Ansietas, serangan panik, atau penghindaran fobik yang berkaitan dengan objek atau situasi tidak
disebabkan gangguan jiwa lain, seperti gangguan kompulsif, gangguan stres pascatrauma, atau
gangguan ansietas perpisahan, fosia sosial, gangguan panik dengan agorafobia, atau agorafobia tanpa
riwayat gangguan panik.
PENATALAKSANAAN: Terapi pemaparan : menggunakan pemaparan stimulus fobik yang serial dan bertahap,
Pendekatan kognitif
Farmakoterapi : antagonis β-adrenergik
 F41. GANGGUAN ANXIETAS LAINNYA
 F41.0 GANGGUAN PANIK
KRITERIA DIAGNOSIS:
 Serangan dimulai dengan periode gejala yg meningkat cepat selama 10menit
 Gejala mental utama, yaitu ketakutan yg kuat dan perasaan ancaman kematian
 Pasien tidak mampu menyebutkan sumber ketakutannya
 Pasien merasa kebingungan dan mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian
 Tanda fisik, yaitu takikardi, palpitasi, sesak nafas, dan berkeringat
 Pasien sering mencoba meninggalkan situasi dimana dia berada untuk mencari bantuan
PENATALAKSANAAN:
Alprazolam ( Xanax ) dan paroksetin ( Paxil ) adalah dua obat yang disetujui U.S. Food and Drugs
Administration ( FDA ) untuk terapi gangguan panik.
 F41.1 GANGGUAN CEMAS MENYELURUH
 Menurut kriteria DSM IV – TR (pasien harus menunjukkan gejala anxietas primer) yang meliputi:
 Kecemasan atau kekhawatiran yang berlebihan, timbul setiap hari, sepanjang hari dan terjadi selama
sekurangnya 6 bulan terhadap suatu aktivitas atau situasi
 Sulit mengendalikan kekhawatirannya
 Kecemasan dan kekhawatirannya disertai dengan 3 dari 6 gejala penyerta yaitu:
 Kegelisahan
 Merasa mudah lelah
 Sulit berkonsentrasi atau pikiran menjadi kosong
 Iritabilitas
 Ketegangan otot
 Gangguan tidur (sulit atau tetap tidur, tidur gelisah dan tidak puas)

PENATALAKSANAAN:
Secara farmakologis
DOC: gol Benzodiazepin (dari dosis terendah kemudian ditingkatkan sampai mencapai respons terapi selama 2-6
minggu, kemudian tappering off selama 1-2 minggu)
Gol non-benzodiazepin seperti buspirone (lebih efektif memperbaiki gejala kognitif), sulpiride, hydroxyzine
SSRI (Selective Serotonin Re-uptake Inhibitor): sertraline dan paroxetin, efektif pada pasien GAD dengan
riwayat depresif.
 F41.2 GANGGUAN CAMPURAN ANSIETAS DAN DEPRESI
 Menurut kriteria PPDGJ-III
 Terdapat gejala ansietas maupun depresi dimana masing-masing tidak menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat
untuk menegakkan diagnosis tersendiri. Bagi ansietas, beberapa gejala seperti otonomik harus ditemukan
 Bila ditemukan ansietas berat disertai depresi yang lebih ringan, harus dipertimbangkan kategori gangguan ansietas
lainnya atau gangguan ansietas fobik
 Bila ditemukan sindrom depresi dan ansietas yang cukup berat untuk menegakkan masing-masing diagnosis, maka kedua
diagnosis tersebut dikemukakan dan diagnosis gangguan campuran tidak bisa digunakan
 Bila gejala tersebut berkaitan erat dengan stress kehidupan yang jelas maka harus digunakan kategori F43.2 gangguan
penyesuaian
PENATALAKSANAAN:
Secara farmakologis
Triazolobenzodiazepines (co: alprazolam)
Buspirone
Fluoxetin (anti-depresan)
Non-farmakologis
Psikoterapi
Relaksasi
Biofeedback
Terapi suportif
Psikoterapi bersifat tilikan
 F42. GANGGUAN OBSESIF KOMPULSIF
KRITERIA DIAGNOSIS:
 Pikiran, impuls, atau bayangan yang berulang dan menetap yang dialami pada suatu waktu.
Dapat menimbulkan ansietas atau distress yang nyata
 Pikiran, impuls, atau bayangan bukanlah kekhawatiran berlebih mengenai masalah kehidupan
nyata
 Orang tersebut berupaya mengabaikan atau menekan pikiran tersebut dengan pikiran atau
tinakan lain
 Orang tersebut menyadari bahwa pikiran obsessional itu adalah hasil pikiran mereka sendiri
 Perilaku berulang
 Perilaku atau tindakan mental tersebut ditujukan untuk mencegah atau mengurangi
penderitaan atau mencegah peristiwa atau situasi yang menakutkan
 Pada satu titik selama perjalanan gangguan, penderita menyadari bahwa obsesi atau kompulsi
mereka berlebihan
 Obsesi atau kompulsi menyebabkan distress nyata
 Gangguan ini tidak disebabkan efek fisiologis langsung suatu zat
TERAPI : Studi menemukan bahwa farmakoterapi, terapi perilaku, atau komninasi keduanya sama
efektif dalam mengurangi gejala pasien OCD/GOK
 F43. REAKSI TERHADAP STRES BERAT DAN GANGGUAN PENYESUAIAN
F43.1 Gangguan Stres Pasca Trauma
PEDOMAN DIAGNOSIS
Diagnosis baru ditegakkan bilamana gangguan ini timbul dalam kurun waktu 6 bulan setelah kejadian
traumatik berat (massa laten yang berkisar antara beberapa minggu beberapa bulan, jarangg sampai
melampaui 6 bulan).
Sebagai bukti tambahan selain trauma barus didapatkan bayang-bayang atau mimpi-mimpi dari
kejadian traumatik tersebut secara berulang-ulang kembali (flashback).
Gangguan otonomik, gangguan afek dan kelainan tingkah laku semuanya dapat mewarnai diagnosis
tetapi tidak khas.
Penatalaksanaan :
amitriptyline
benzodiazepine
SSRI : citalopram, sertraline, fluvoxamine, paroxetine
 F44. Gangguan Disosiatif (Konversi)
 Adanya kehilangan (sebagian/seluruh) dari integrasi normal antara ingatan masa lalu, kesadaran
akan identitas & penginderaan, serta kendali terhadap gerakan tubuh.
 Gangguan ini merupakan hal yang bersifat psikogenik yang berkaitan dengan kejadian traumatik,
problem yang tidak dapat diselesaikan dan tidak dapat ditolerir atau gangguan dalam pergaulan.
 Pedoman diagnostik :
 Tidak ada bukti gangguan fisik
 Bukan merupakan akibat keadaan medis
 Adanya gangguan psikologis dalam keadaan yang penuh tekanan (stress) atau hubungan
interpersonal yang terganggu (meskipun disangkal)
Bentuk Gangguan Disosiatif :
1. Amnesia Disosiatif
Adalah ketidakmampuan untuk mengingat informasi penting yang baru saja terjadi, biasanya
tentang peristiwa yang menegangkan atau traumatik dalam kehidupannya bukan disebabkan oleh
gangguan mental organik.
2. Fugue Disosiatif
Memiliki semua ciri amnesia disosiatif, ditambah gejala melakukan perjalanan meninggalkan
rumah atau tempat kerja yang disengaja, seringkali mengambil identitas dan pekerjaan yang
sepenuhnya baru walaupun identitas baru biasanya kurang lengkap.
3. Gangguan identitas disosiatif
 Umumnya dianggap sebagai gangguan disosiasi yang paling berat
 dan kronis, ditandai dengan dua kepribadian atau lebih.
4. Gangguan Depersonalisasi
 Ditandai dengan rasa berulang atau menetap mengenai lepas dari tubuh atau pikiran.

F45. GANGGUAN SOMATOFORM


Kelompok penyakit yang luas dan memiliki tanda serta gejala yang berkaitan dengan tubuh sebagai
komponen utama. Gangguan ini mencakup interaksi pikiran-tubuh; didalam interaksi ini dengan cara yang
masih belum diketahui otak mengirimkan berbagai sinyal yang memengaruhi kesadaran pasien dan
menunjukkan adanya masalah serius dalam tubuh. Disamping itu, perubahan ringan neurokimia,
neurofisiologi, dan neuroimunologi dapat terjadi akibat mekanisme otak atau jiwa yang tidak diketahui
yang menyebabkan penyakit.
Diagnosis (DSM-IV-TR)
Awitan gejala sebelum usia 30tahun.
Selama perjalanan gangguan, keluhan pasien harus memenuhi minimal 4 gejala nyeri, 2 gejala git,1 gejala
seksual, dan 1 gejala pseudoneurologik serta tak satupun dapat dijelaskan melalui pemeriksaan fisik dan
lab.

Terapi
Psikoterapi individual / kelompok
psikofarmakoterapi
Hipokondriasis
 Keyakinan yang menetap adanya sekurang-kurangnya satu penyakit fisik yang serius yang
melandasi keluhan-keluhannya, meskipun dari pemeriksaan tidak menunjang adanya alasan fisik,
ataupun adanya preokupasi yang menetap
Diganosis (DSm-IV-TR)
 Preokupasi dengan ketakutan atau ide bahwa seseorang mempunyai penyakit serius berdasarkan
interpretasi yang salah terhadap gejala-gejala tubuh
 Preokupasi menetap meskipun telah dilakukan evaluasi medik dan penentraman
 Keyakinan pada kriteria a tidak mempunyai intensitas waham dan tak terbatas pada kepedulian
tentang penampilan seperti pada kelainan dismorfik tubuh
 Preokupasi menimbulkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau hendaya dalam bidang
sosial, pekerjaan dan fungsi penting lainnya
 Lamanya gangguan sekurangnya 6 bulan
 Preokupasi bukan disebabkan karena gangguan cemas menyeluruh, gangguan obsesif kompulsif,
gangguan panik, episode depresif, cemas perpisahan/ gangguan somatoform.

Terapi : psikoterapi, terapi perilaku, terapi kognitif dan hipnosis, farmakoterapi


Gangguan Dismorfik Tubuh
 Perasaan subyektif yang pervasif bahwa beberapa aspek penampilannya buruk padahal
penampilannya normal.
 Awitan umum terjadi pada usia 15-30 tahun
 Wanita>laki-laki
Diagnosis (DSm-IV-TR)
 Preokupasi dengan cacat yang dikhayalkan. Bila terdapat anomali fisik ringan, keprihatinannya
sangat berlebihan.
 Preokupasinya mengakibatkan pederitaan dan hendaya yang secara klinis bermakna dibidang sosial,
pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.
 Preokupasinya bukan karena gangguan mentak lainnya(cth: ketidakpuasan dengan bentuk dan
ukuran tubuh pada anoreksia nervosa)
Terapi:
 Obat-obatan yang bekerja pada serotonin (klomipramin dan fluoksentin)
 Antidepresan trisklik Penghambat monoamin dan pimozide untuk kasus individual
F50. SINDROM PERILAKU YANG BERHUBUNGAN
DENGAN GANGGUAN FISIOLOGIS DAN FISIK
INSOMNIA
 Kriteria Diagnostik DSM-IV-TR Insomnia Primer:
 Keluhan dominan berupa kesulitan memulai atau mempertahankan tidur, atau tidur yang tidak
menyegarkan selama sedikitnya 1 bulan
 Ggn tidur (atau kelelahan di siang hari yang terkait) penderitaan yang secara klinis bermakna atau
hendaya fungsi sosial, pekerjaan, atau area fungsi penting lain
 Ggn tidur tidak hanya terjadi selama perjalanan ggn tidur apapun (narkolepsi, ggn tidur yang terkait
dengan pernapasan, ggn tidur irama sirkadian, atau parasomnia)
 Ggn ini tidak hanya terjadi selama perjalanan ggn jiwa lain (ggn depresif berat, ggn ansietas
menyeluruh, delirium)
 Ggn ini bukan disebabkan efek fisiologis langsung suatu zat (penyalahgunaan obat), atau keadaan
medis umum
 FARMAKOTERAPI
HIPERSOMNIA
- Kriteria Diagnostik DSM-IV-TR Hipersomnia primer:
- Keluhan yang dominan adalah rasa mengantuk berlebihan sedikitnya 1 bulan (atau < jika berulang)
- Rasa kantuk berlebihan penderitaan yg secara klinis bermakna atau hendaya fs sosial, pekerjaan,
atau area fungsi penting lain
- Rasa kantuk tidak disebabkan oleh insomnia dan tidak hanya terjadi selama perjalanan ggn tidur
lain dan bukan karena kurang tidur
- Ggn ini tidak hanya terjadi selama perjalanan ggn jiwa lain
- Ggn ini bukan disebabkan efek fisiologis langsung suatu zat atau kondisi medis umum
TERAPI:
- Hipersomnia yang diakibatkan karena waktu tidur yang kurang dapat diatasi dengan memanjangkan
dan mengatur waktu tidur
- Jika diakibatkan karena narkolepsi, kondisi medis, atau hipersomnia idiopatik, biasanya
ditatalaksana secara farmakologik
- Tidak ada penyembuh dari keadaan ini tapi gejala-gejalanya dapat diatasi dengan pemberian :
- Wake-promoting substance – modafinil (Provigil – 1st line)
- Psikostimulan seperti amfetamin (pagi dan sore)
- Antidepresan non sedasi – buproprion (Wellbutrin)
 GANGGUAN TIDUR IRAMA SIRKADIAN
 Sleep wake schedule disorders (gangguan jadwal tidur)
= gangguan dimana penderita tidak dapat tidur dan bangun pada waktu yang dikehendaki,walaupun
jumlah tidurnya tetap.
 Gangguan ini sangat berhubungan dengan irama tidur sirkadian normal.
 Dalam keadan normal fungsi irama sirkadian mengatur siklus biologi irama tidur bangun, dimana 1/3
waktu untuk tidur dan 2/3 untuk bangun / aktivitas. Siklus irama sirkadian ini dapat mengalami
gangguan, apabila irama tersebut mengalami pergeseran.

 TERAPI :
Tipe fase tidur tertunda dapat diterapi dengan menunda waktu tidur selama periode waktu beberapa
hari secara bertahap sampai waktu tidur yang diinginkan tercapai
Teknik deconditioning juga dapat dilakukan, pasien diminta hanya menggunakan tempat tidurnya hanya
untuk tidur, jika saat ingin tidur pasien berada di tempat tidur selama 5 menit, maka pasien diminta
segera bangun dan melakukan aktifitas lain
Proses penyesuaian fase tidur dapat dibantu dengan penggunaan singkat agen hipnotik dengan waktu
paruh pendek, seperti triazolam.

Obat tidur sebaiknya tidak diresepkan untuk waktu yang lebih dari 2 minggu karena dapat terjadi
toleransi dan gejala putus obat
NIGHTMARE (MIMPI BURUK)
 Mimpi yang menakutkan yang membuat orang terbangun dengan rasa ketakutan.
 Setelah terbangun dari mimpi, dapat sadar penuh secara spontan dan mampu mengenali
lingkungannya
 Biasanya mimpi berkisar ancaman kelangsungan hidup, keamanan, ataupun harga diri.
 Khasnya pada paruh kedua masa tidur
 Mimpi buruk ini dikaitkan dengan penghentian konsumsi hipnotik, penghentian konsumsi alkohol,
dan karena depresi.

SLEEP WALKING (SOMNAMBULISME)

Suatu keadaan perubahan kesadaran pada seseorang yang bangun dari tidur sementara masih tertidur
dan berjalan.

Individu sulit bangkit tetapi biasanya kembali ke tempat tidur dengan atau tanpa tuntutan
Resiko mengalami cidera ↑, dan pasien sering tidak ingat apa yang telah dialaminya
Rasio pria : wanita adalah 3:4 dan lebih sering terjadi pada anak-anak
F60. GANGGUAN KEPRIBADIAN DAN
PERILAKU MASA DEWASA
 Kriteria Diagnosis Umum DSM-IV-TR Gangguan Kepribadian
 Pola pengalaman batin dan perilaku yang menyimpang dari budaya yang diharapkan. Pola ini dapat
ditunjukkan dalam dua atau lebih area berikut:
 kesadaran,
 afek,
 pengendalian impuls,
 hubungan dengan orang lain (fungsi interpersonal)
 Pola yang tidak fleksibel dan berakar mendalam (menyerap).
 Pola yang mengarah pada penderitaan yang signifikan.
 Pola yang stabil dan dapat ditelusuri kembali ke masa remaja dan awal masa dewasa.
 Pola ini bukan merupakan manifestasi dari gangguan mental lain.
 Pola ini tidak memiliki efek fisiologis langsung dari penggunaan zat (contoh penyalahgunaan zat,
medikasi) atau kondisi medis umum (contoh cidera kepala).
 Klasifikasi
F60.0 Gangguan Kepribadian Paranoid

 Definisi : Kecurigaan dan ketidakpercayaan pada orang lain bahwa orang lain berniat buruk
kepadanya, bersifat pervasif, awitan dewasa muda, nyata dalam berbagai konteks.

 Gejala Klinis :
 Perasaan curiga yang berlebihan
 Melemparkan tanggung jawab pada orang lain
 Bersikap bermusuhan, mudah tersinggung dan marah termasuk pasangan yang cemburu secara
patologis
 Sering bertanya tanpa pertimbangan, tentang loyalitas dan kejujuran teman atau teman kerjanya
atau cemburu dengan bertanya-tanya tanpa pertimbangan tentang kesetiaan pasangan atau mitra
seksualnya.
 F60.1Gangguan Kepribadian Skizoid
 Definisi : Pola perilaku berupa pelepasan diri dari hubungan sosial disertai kemampuan ekspresi
emosi yang terbatas dalam hubungan interpersonal.

 Gejala klinis:
 Memberi kesan dingin dan mengucilkan diri
 Tampak menjauhkan diri dan tidak ingin terlibat dengan peristiwa sehari-hari dan permasalahan
orang lain.
 Tampak tenang, jauh, menutup diri dan tidak dapat bersosialisasi.
 F60.2 Gangguan Kepribadian Dissosial
 Definisi : Pola perilaku pengabaian dan perlanggaran berbagai hak orang lain, bersifat pervasif,
berawal sejak usia dewasa muda dan nyata dalam berbagai konteks.

 Gejala klinis :
 Ditandai oleh tindakan antisosial atau kriminal
 Seringkali menunjukkan kesan luar yang normal dan bahkan hangat dan mengambil muka
 Perilaku nakal, lari diri dari rumah, sering berbohong, mencuri, membakar, atau merusak dengan
cara lain. Pola ini akan berlanjut hingga dewasa yang ditandai dengan tidak memiliki tanggung
jawab, bekerja tidak konsisten, melawan hukum, agresif, gegabah, impulsif,dan gagal dalam
merencanakan sesuatu.
 Tidak ada rasa penyesalan terhadap perbuatannya dan tampak tidak ada hati nurani.
 F60.3Gangguan Emosional Tidak Stabil
Definisi : Bertindak impulsif tanpa mempetimbangkan dampaknya, afek atau emosi tidak
stabil atau kurang pengendalian diri, dapat menjurus kepada ledakan kemarahan atau
perilaku kekerasan

 F60.30
Ciri khas yang predominan adalah ketidakstabilan emosional dan kekurangan pengendalian
impuls (dorongan hati).

 F60.31
 Ciri khas: ketidakstabilan emosi, citra diri, tujuan hidup, serta preferensi internalnya
(seringkali juga orientasi seksualnya) sering tidak jelas atau terganggu.
 F60.4 Gangguan Kepribadian Histrionik
 Definisi : Pola perilaku berupa emosionalitas berlebih dan menarik perhatian,
bersifat pervasif, berawal sejak usia dewasa muda, dan nyata dalam berbagai
konteks.

 Gejala klinis :
 Ditandai oleh perilaku yang bermacam-macam, dramatik, ekstovert pada orang
yang meluap-luap dan emosional
 Menunjukkan perilaku mencari perhatian yang tinggi
 Memperbesar pikiran dan perasaan mereka
 F60.6 Gangguan Kepribadian Cemas (Menghindar)
 Gangguan kepribadian dengan ciri-ciri :
 Perasaan tegang dan takut yang menetap dan pervasif.
 Merasa dirinya tak mampu, tidak menarik atau lebih rendah daripada orang lain.
 Kekhawatiran yang berlebihan terhadap kritik dan penolakan dalam situasi sosial.
 Keengganan untuk terlibat dengan orang kecuali merasa yakin akan disukai.
 Pembatasan gaya hidup karena alasan keamanan fisik.
 Menghindari aktivitas sosial atau pekerjaan yang banyak melibatkan kontak
interpersonal karena takut dikritik, tidak didukung atau ditolak.
 F60.7 Gangguan Kepribadian Dependen

 Definisi : Suatu pola perilaku berupa kebutuhan berlebih agar dirinya dipelihara, yang
menyebabkan seorang individu berperilaku submisif, bergantung kepada orang lain, dan
ketakutan akan perpisahan dengan orang tempat ia bergantung.

 Gejala klinis:
 Menempatkan kebutuhan mereka sendiri dibawah kebutuhan orang lain
 Meminta orang lain untuk mengambil tanggung jawab untuk masalah besar dalam
kehidupan mereka
 Tidak memiliki kepercayaan diri
 Mengalami rasa tidak nyaman yang kuat jika sedang sendirian lebih dari suatu periode
yang singkat
 Ditandai oleh ketergantungan yang pervasif dan perilaku patuh
 Keraguan diri, pasivitas, dan ketakutan untuk mengekspresikan perasaan seksual dan
agresif
 F61 Gangguan Kepribadian Campur & Lainnya
 F61.0 Gangguan Kepribadan Campuran
Dengan gambaran beberapa gangguan pada F60.- tetapi tanpa suatu kumpulan gejala yang dominan
yang memungkinkan suatu diagnosis yang lebih khas.

 F61.1 Perubahan kepribadian yang bermasalah


Dianggap sebagai sekunder terhadap suatu diagnosis utama berupa gangguan afektif atau anxietas yang
bersamaan

 F62 Perubahan Kepribadian Yang Berlangsung Lama Yang Tidak Diakibatkan Oleh Kerusakan/Penyakit
Otak
 Kelompok ini meliputi gangguan dari kepribadian dan perilaku dewasa yang berkembang setelah
mengalami katastrofik atau stres yang sangat berkepanjangan, atau setelah mengalami gangguan
jiwa yang berat, pada penderita yang tanpa gangguan kepribadian sebelumnya

 Diagnosis ini hanya dibuat apabila terbukti adanya perubahan yang jelas dan berlangsung lama dari
pola seseorang dalam memandang, berhubungan dengan, atau berpikir tentang lingkungan dan
dirinya sendiri.

 Perubahan kepribadian ini berkaitan dengan perilaku yang menjadi tidak luwes (inflexibel) dan
maladaptif yang mengarah ke kegagalan dalam fungsi interpersonal, sosial dan pekerjaan.
 F62.0 Perubahan Kepribadian yang Berlangsung Lama Setelah Mengalami
Katastrofa
 Perubahan kepribadian harus berlangsung lama dan bermanifestasi dalam
gambaran perilaku yang tidak luwes dan maladaptif yang menjurus kepada
disabilitas dalam hubungan interpersonal, sosial, dan pekerjaan. Perubahan
kepribadian ini harus dipastikan dengan keterangan dari orang-orang terdekat.

 Untuk menegakkan diagnosis, memantapkan adanya gambaran berikut (tidak


tampak sebelumnya) adalah esensial, misalnya:
 Sikap bermusuhan atau tidak percaya terhadap semua orang.
 Menarik diri dari kehidupan bermasyarakat.
 Perasaan hampa atau putus asa.
 Perasaan terpojok (on edge) yang kronis, seperti terus menerus merasa
terancam.
 Keterasingan
F62 Perubahan Kepribadian Yang Berlangsung Lama Yang Tidak Diakibatkan Oleh
Kerusakan/Penyakit Otak
 Perubahan kepribadian ini harus sudah berlangsung paling sedikit selama 2 tahun,
dan tidak berkaitan dengan gangguan kepribadian yang sebelumnya sudah ada
atau dengan gangguan jiwa (kecuali gangguan stres pasca trauma).
 Harus disingkirkan adanya kerusakan atau penyakit otak yang dapat memberikan
gambaran klinis yang serupa.
 Termasuk: Perubahan kepribadian setelah suatu pengalaman di kamp konsentrasi,
bencana, berada dalam sekapan yang berkepanjangan yang disertai ancaman
kemungkinan dibunuh seperti menjadi korban terorisme atau penyiksaan.
F62.1 Perubahan Kepribadian yang Berlangsung Lama Setelah Menderita Gangguan Jiwa
 Perubahan kepribadian yang disebabkan oleh pengalaman traumatik akibat menderita gangguan
jiwa yang berat:
 Ketergantungan yang berlebihan pada orang lain dan sikap selalu minta dibantu.
 Tuduhan bahwa dirinya berubah atau cacat oleh karena penyakit terdahulu, menjurus kepada
ketidakmampuan membentuk dan mempertahankan hubungan pribadi yang dekat dan dapat
dipercaya serta isolasi sosial.
 Pasif, minat berkurang dan menurunnya keterlibatan dalam aktivitas rekreasi.
 Selalu mengeluh sakit, yang mungkin berhubungan dengan keluhan hipokondrik dan perilaku sakit.
 Afek yang disforik atau labil, yang tidak disebabkan oleh adanya gangguan jiwa saat ini atau
gangguan jiwa sebelumnya dengan gejala afektif residual.
 Hendaya yang bermakna dalam fungsi sosial dan pekerjaan dibandingkan dengan keadaan sebelum
sakit.
 Perubahan kepribadian yang disebabkan oleh pengalaman traumatik akibat menderita gangguan
jiwa yang berat
 Manifestasi tersebut di atas harus sudah ada selama kurun waktu 2 tahun atau lebih.
 Perubahan bukan terjadi karena kerusakan atau penyakit otak yang berat. Adanya diagnosis
skizofrenia sebelumnya tidak menyingkirkan kemungkinan diagnosis ini.
 F63. Gangguan Kebiasaan dan Impuls
 F64. GANGGUAN IDENTITAS JENIS KELAMIN
 F65 Gangguan Preferensi Seksual

1.Fetishisme
 Mengandalkan benda mati ( pakaian, sepatu ) sebagai sumber paling penting untuk membangkitkan
gairah seksual dan memberikan kepuasan seksual.
2, Transvestisme Fetihistik
 Memakai pakaian lawan jenis untuk mencapai kepuasan seksual.
3. Ekshibisionisme
 Memamerkan alat kelamin kepada lawan jenis atau pada orang banyak ditempat umum tanpa ajakan /
niat untuk berhubungan lebih akrab. Umumnya diikuti masturbasi.
4. Voyeurisme
 Melihat orang berhubungan seksual atau berperilaku intim lain ( buka baju, mandi ) yang diikuti
pemuasan seksual / masturbasi, tanpa disadari oleh yang diintip.
5. Pedofilia
 Preferensi seksual pada anak-anak (prapubertas, awal pubertas ).
6. Sadomasokisme
 Preferensi terhadap aktivitas seksual yang meliputi pengikatan, menimbulkan rasa sakit atau
penghinaan. ( Resipien : masokisme, pelaku : sadisme )
Lain-lain
 ( Bestialisme, Frotteurisme, Nekrofilia )
 F66 Gangguan Maturitas Seksual
 Tentang identitas jenis kelaminnya atau orientasi seksualnya, yang menimbulkan
kecemasan atau depresi.Paling sering terjadi pada remaja yang tidak tahu pasti
apakah mereka homoseksual, heteroseksual, atau biseksual dalam orientasi, atau
pada individu yang sesudah suatu periode orientasi seksual yang tampak stabil,
sering kali setelah hubungan yang berlangsung lama, ternyata menemukan bahwa
dirinya mengalami perubahan orientasi seksual.

 F66.1Orientasi Seksual Egodistonik


 Identitas jenis kelamin atau preferensi seksual tidak diragukan, tetapi individu
mengharapkan yang lain, disebabkan oleh gangguan psikologis dan perilaku dan
mungkin mencari pengobatan untuk mengubahnya.

 F66.2Gangguan hubungan seksual


 Abnormalitas identitas jenis kelamin atau preferensi seksual merupakan
penyebab kesulitan dalam membentuk atau memelihara hubungan dengan
partner seksual.
 F68 Gangguan Kepribadian dan Perilaku Dewasa Lainnya
 Elaborasi Gejala Fisik karena Alasan Psikologis
 Gejala fisik yang sesuai dan semula disebabkan oleh gangguan fisik, penyakit atau disabilitas
menjadi berlebihan dan berkepanjangan disebabkan kondisi psikologis pasien.
 Motivasi : kompensasi keuangan, tidak puas terhadap terapi atau perhatian di RS.

 Gangguan Buatan
 Kesengajaan atau Berpura-pura Membuat Gejala atau Disabilitas, baik Fisik maupun
Psikologis.
 Motivasi keuntungan (-)

 Malingering
 Kesengajaan atau Berpura-pura Membuat Gejala atau Disabilitas, baik Fisik maupun Psikologis
yang disebabkan stres eksternal atau insentif .
 Motivasi keuntungan (+)
 F69 Gangguan Kepribadian dan Perilaku Masa Dewasa YTT
Kode ini harus digunakan hanya sebagai jalan terakhir, kalau adanya suatu gangguan kepribadian dan
perilaku masa dewasa dapat diterima, tetapi informasi untuk menegakkan diagnosis dan
mengalokasikan dalam kategori khusus tidak tersedia.

Gangguan Hasrat Seksual Hipoaktif


 Defisiensi atau tidak adanya fantasi seksual dan hasrat untuk aktivitas seksual. Gangguan ini lebih
sering ditemukan dan keluhan adalah lebih ditemukan pada wanita berbanding laki laki.

 Pedoman Klinis untuk Gangguan Hasrat Seksual Hipoaktif Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders edisi kelima (DSM –V)4
 Kekurangan atau tidak adanya khayalan seksual dan keinginan untuk aktivitas seksual yang persisten
atau rekuren.Pertimbangan kekurangan atau tidak adanya hal tersebut dilakukan oleh klinisi
,dengan mempertimbangkan fungsi seksual ,seperti usia dan konteks kehidupan pasien.
 Kriteria A persisten sekurang kurangnya selama 6 bulan.
 Kriteria A mengakibatkan distress fungsi pada penderita.
 Disfungsi seksual tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan Axis I lainnya (kecuali disfungsi seksual
lain) , dan semata-mata bukan efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya obatyang
disalahgunakan,medikasi) atau suatu kondisi medis umum.
Gangguan Keengganan Seksual
 Gangguan keengganan seksual (sexual aversion disorder) adalah gangguan yang ditandai dengan rasa
jijik, takut, muak, atau kurangnya keinginan dalam hubungan yang melibatkan kontak kelamin.

 Keengganan mengambil bentuk yang berbeda-beda, tetapi mungkin terkait dengan aspek-aspek
tertentu dari hubungan seksual, seperti melihat alat kelamin, mencium bau badan atau bau sekresi
tubuh pasangannya, dll.

 Keengganan seksual dapat seumur hidup (selalu hadir) atau diperoleh setelah pengalaman traumatik
situasional (dengan mitra tertentu atau dalam keadaan tertentu) atau umum (terjadi dengan
pasangan manapun dan dalam segala situasi). Keengganan seksual dapat disebabkan oleh faktor
psikologis atau kombinasi faktor fisik dan psikologis.
Gangguan Orgasme Pada Perempuan

Penundaan berulang atau tidak adanya orgasme setelah fase gairah seksual, yang oleh klinisi, fokus,
intensitas dan lamanya dianggap adekuat, dengan kata lain ketidakmampuan perempuan mendapatkan
orgasme melalui masturbasi atau hubungan seksual.
Perempuan dengan gangguan orgasme seumur hidup tidak pernah mengalami orgasme dengan stimulasi
apapun (lebih lazim ditemukan pada perempuan yang tidak menikah).

Gangguan orgasmik yang didapat pada perempuan merupakan keluhan yang lazim dalam
populasi klinis (46% perempuan mengeluhkan kesulitan mencapai orgasme).
 Gangguan Orgasme Pada Laki-Laki
 Gangguan orgasme pada laki-laki atau ejakulasi tertunda adalah keadaan sangat sulitnya atau
bahkan tidak dapat memperoleh ejakulasi saat berhubungan seksual. Gangguan ini didiagosis
sebagai gangguan yang didapat, apabila sebelumnya pernah mengalami ejakulasi. Insiden
gangguan orgasmic lebih tinggi perempuan dibandingkan laki-laki.

 Gangguan orgasme seumur hidup pada laki-laki menunjukkan psikopatologi berat. Penderita
biasanya memiliki pandangan bahwa seks itu berdosa dan kotor, serta diperburuk dengan
gangguan defisit atensi sehingga mencegah rangsangan menjadi cukup untuk mencapai klimaks.

 Dalam suatu hubungan, laki-laki yang mengalami gangguan orgasme dapat mencerminkan
hilangnya daya tarik seksual terhadap pasangan, permusuhan yang tidak dieskpresikan terhadap
perempuan. Masalah gangguan orgasme lebih lazim pada orang dengan gangguan obsesif
kompulsif daripada gangguan lain.
 Gangguan Orgasme Ejakulasi Dini
 Laki-laki secara berulang atau menetap mencapai orgasme dan ejakulasi sebelum
mereka menginginkannya. Tidak ada batas waktu yang jelas untuk mendefinisikan
ejakulasi dini, diagnosis ditegakkan ketika laki-laki secara teratur mengalami
ejakulasi sebelum atau segera setelah memasuki vagina.

 Hal yang mempengaruhi durasi fase gairah adalah usia, pasangan seksual
baru atau lama, dan frekuensi serta lama koitus. Diagnosis tidak ditegakkan jika
gangguan hanya disebabkan faktor organic atau jika gangguan tidak simptomatik
bagi sindrom psikiatrik klinis lain.

 Kesulitan pengendalian ejakulasi dapat dikaitkan dengan ansietas mengenai


kegiatan seksual, dengan rasa takut yang tidak disadari mengenai vagina atau
pembelajaran budaya yang negatif. Perkawinan yang penuh tekanan akan
memperburuk gangguan ini, namun seiring pengalaman masalah ini akan
membaik.
 Sexual Pain Disorder
F70. RETARDASI MENTAL
Penyebab:
 Terjadi oleh karena otak tidak berkembang secara optimal dengan latar belakang :
 Adanya masalah dalam kandungan
 Masalah pada saat anak dilahirkan
 Masalah pada tahun-tahun pertama kehidupan anak
 Masalah dalam pola asuh seperti kurangnya stimulasi, kekerasan pada anak, penelantaran, dsb
 Faktor genetik, seperti down’s syndrome

Berat sekali : IQ di bawah 20 ( 1-2%)

Berat : IQ sekitar 20-25 sampai 35-40 (4%)

Sedang : IQ sekitar 35-40 sampai 50-55 ( 10%)

Ringan : IQ sekitar 50-55 sampai 70 (85%)


 F78 : Retardasi Mental Lainnya
 Kategori ini hanya digunakan bila penilaian dari tingkat retardasi mental dengan memakai
prosedur biasa sangat sulit atau tidak mungkin dilakukan karena adanya gangguan sensorik
atau fisik, misalnya buta, bisu tuli, dan penderita yang perilakunya terganggu berat atau
fisiknya tidak mampu.
 Retardasi Mental YTT
 Jelas terdapat retardasi mental, tetapi tidak ada informasi yang cukup untuk
menggolongkannya dalam salah satu ketegori di atas.

Penatalaksanaan:
 Berikan informasi mengenai RM dan dampaknya kepada orang tua atau pengasuhnya
 Tidak ada pengobatan khusus. Obat-obatan hanya diberikan jika RM disertai dengan gangguan
fisik atau mental lainnya
 Program pelatihan khusus yang intensif berupa pelatihan keterampilan hidup yang mendasar
 Program pendidikan luar biasa
 Konsultasi dengan profesional di bidang kesehatan jiwa lainnya bila diperlukan
F80. GANGGUAN PERKEMBANGAN PSIKOLOGIS
 Afasia didapat dengan epilepsi
 Gangguan Membaca Khas
 GANGGUAN MOTORIK KHAS
 F80, F81, F82, tetapi tidak ada gejala yang dominan

Kelainan dan/atau hendaya perkembangan yang muncul sebelum usia 3 tahun


 3 bidang:
 Interaksi sosial
 Komunikasi
 Perilaku yang terbatas dan berulang
 Selalu ada hendaya kualitatif dalam interaksi sosial
 Hendaya kualitatif dalam komunikasi
 Kondisi ini juga ditandai dengan pola prilaku, minat dan kegiatan yang terbatas, berulang, dan
stereotipok
 Muncul setelah 3 tahun

 Tidak menunjukkan 1 atau 2 dari 3 bidang


 Sering muncul pada individu dengan retradasi mental yang berat
 ONSET 7-24 BLN
 PERKEMBANGAN AWAL NORMAL ATAU MENDEKATI NORMAL KEHILANGAN SEBAGIAN ATAU
KESELURUHAN KETERAMPILAN TANGAN DAN BERBICARA YANG TELAH DIDAPAT, BERSAMAAN
DENGAN TERDAPATNYA KEMUNDURAN/PERLAMBATAN PERTUMBUHAN KEPALA
 GEJALA KHAS PALING MENONJOL : HILANGNYA KEMAMPUAN GERAKAN TANGAN YANG
BERTUJUAN DAN KETERAMPILAN MANIPULATIF DARI MOTORIK HALUS YANG TELAH TERLATIH.
KEHILANGAN/HAMBATAN PERKEMBANGAN BAHASA
 DAPAT SENYUM SOSIAL, MENATAP KOSONG, TAPI TIDAK TERJADI INTERAKSI SOSIAL
 CARA BERDIRI DAN BERJALAN MELEBAR, HIPOTONIK, ATAKSIA, SKOLIOSIS ATAU KIFOSKOLIOSIS

 PERKEMBANGAN NORMAL SAMPAI 2TH DIIKUTI KEHILANGAN KEMAMPUAN YANG SUDAH


DIPEROLEH DISERTAI KELAINAN KUALITATIF FUNGSI SOSIAL

 TERJADI REGRESI BERAT BERBAHASA, BERMAIN, KETERAMPPILAN SOSIAL, KEMAMPUAN


ADAPTIF, HILANG PENGENDALIAN BAK & BAB, PEGENDALLIAN MOTORIK

 YANG KHAS : HILANG SECARA MENYELURUH PERHATIAN/MINAT TERHADAP LINGKUNGAN


 KOMBINASI ANTARA PERKEMBANGAN TAK SERASI DARI OVERAKTIVITAS YANG BERAT, STEREOTIPIK
MOTOTRIK DAN RETARDASI MENTAL YANG BERAT HARUS ADA
 KOMBINASI ANTARA :
 TIDAK ADA KETERLAMBATAN/HAMBATAN PERKEMBANGAN BAHASA ATAU PERKEMBANGAN KOGNITIF
 ADA DEFISIENSI KUALITATIIF DALAM FUNGSI INTERAKSI SOSIAL
 ADA POLA PERILAKU, PERHATIAN DAN AKTIVITAS YANG TERBATAS, BERULANG DAN STEREOTIPIK

F84.8 GANGGUAN PERKEMBANGAN PERVASIF LAINNYA


F84.9 GANGGUAN PERKEMBANGAN PERVASIF YTT
F88 GANGGUAN PERKEMBANGAN PSIKOLOGIS LAINNYA

F89 GANGGUAN PERKEMBANGAN PSIKOLOGIS YTT


F9. GANGGUAN PERILAKU DAN EMOSIONAL
DENGAN ONSET BIASANYA PADA MASA KANAK DAN REMAJA
 CASE STUDY 1
 Taswin, 10 tahun, di sekolahnya ia terkenal sebagai anak yang sangat sulit
diatur oleh gurunya sejak setahun yang lalu. Taswin sangat sering tidak
memperhatikan pelajaran di sekolah, saat pelajaran dimulai biasanya ia
melempar sepatu ke arah papan tulis sambil berlari meninggakan kelas dan
berteriak kata-kata kasar. Pada waktu istirahat sekolah, taswin selalu
mengganggu teman-teman sekelasnya. Saat anak-anak perempuan bermain
boneka, taswin segera merampasnya dan merusak boneka tersebut. Taswin
sering mengejek teman-temannya sampai merasa terintimidasi sehingga
terjadinya perkelahian. Pihak sekolah pun sudah sangat sering memanggil
orang tua taswin. Orang tuanya tidak terlalu peduli dan mengakui bahwa
memang kurangnya pengawasan karena sibuk bekerja. Ayahnya sebagai
pekerja pabrik dan ibunya sebagai penjual warung nasi. Ayahnya juga sering
melampiaskan amarahnya pada taswin.
IDENTIFIKASI MASALAH

 •Berkelahi dengan anak yang lain


 •Mengejek temannya
 •Merampas dan merusak boneka
 •Tidak bisa diatur oleh guru
 •Berkata kasar
 •Melempar sepatu
 •Kurang pengawasan orang tua
 •Sering dimarahi ayahnya
 Kriteria diagnostic:
 A. Pola perilaku berulang dan menetap yang melanggar hak dasar orang lain, atau norma atau peraturan social utama yang
sesuai usia, dan ditunjukkan dengan adanya tiga (atau lebih) kriteria ini dalam 12 bulan terakhir, dengan sedikitnya satu kriteria
ada pada 6 bulan terakhir
 Agresi pada orang dan hewan
 1)Sering menggertak, menakuti, mengintimidasi
 2)Sering memulai perkelahian
 3)Menggunakan senjata
 4)Kejam pada orang
 5)Kejam pada hewan
 6)Mencuri
 7)Memaksa seseorang melakukan aktivitas seksual Perusakan barang kepemilikan
 8)Sengaja menimbulkan kebakaran
 9)Merusak barang Penipuan atau pencurian
 10)Masuk rumah, gedung, mobil orang secara paksa
 11)Sering berbohong untuk mendapatkan barang atau pertolongan atau untuk menghindari keajiban
 12)Mencuri barang yang bernilai Pelanggaran peraturan yang serius
 13)Sering bergadang meskipun dilarang orang tua, sebelum usia 13 tahun
 14)Lari dari rumah
 15)Bolos dari sekolah, sebelum 13 tahun
 B.Gangguan perilaku menyebabkan hendaya di dalam fungsi sosial, akademik, atau pekerjaan
yang secara klinis bermakna
 C.Jika usia orang ini 18 tahun atau lebih, kriteria gangguan kepribadian antisosial tidak
terpenuhi
BERDASARKAN ONSET USIA
 A.TIPE ONSET MASA KANAK Onset sedikitnya satu kriteria yang menjadi ciri khas gangguan
tingkah laku sebelum usia 10 tahun
 B.TIPE ONSET MASA REMAJA Tidak adanya kriteria yang menjadi ciri khas gangguan tingkah
laku sebelum usia 10 tahun
 C.ONSET TIDAK TERINCI Usia onset tidak diketahui
BERDASARKAN KEPARAHANNYA
 A.TIPE ONSET MASA KANAK Onset sedikitnya satu kriteria yang menjadi ciri khas gangguan
tingkah laku sebelum usia 10 tahun
 B.TIPE ONSET MASA REMAJA Tidak adanya kriteria yang menjadi ciri khas gangguan tingkah
laku sebelum usia 10 tahun
 C.ONSET TIDAK TERINCI Usia onset tidak diketahui
 Terapi:
 Diagnisis multiaxial
 Farmakologi :
 HALOPERIDOL
 Aksis 1 : F91. Gangguan tingkah laku
 RISPERIDONE
 Aksis 2 : Perlu observasi
 LITHIUM
 Aksis 3 : Tidak ada
 FLUOXETINE
 Aksis 4 : masalah “primary support group”
pendidikan, ekonomi
 Non farmakologi:
 Aksis 5 : GAF 70-61
 PSIKOTERAPI INDIVIDUAL
 PROGRAM TERAPI MULTIMODALITAS
 CASE STUDY 2
 Boy, usia 10 tahun kelas 5 SD dirujuk untuk perawatan psikiatrik karena orang tua Boy sudah
menyerah untuk membujuk anaknya tetap pergi ke sekolah. Boy mulai menolak untuk hadir di
sekolah karena teman-teman menghina perilaku Boy yang sering mendadak berjalan ke depan
dan berkeliling di dalam lingkaran. Boy melakukan hal ini sedikitnya sekali dalam satu jam.
Menurut info dari ayahnya, Boy pernah memiliki riwayat berkedip saat berusia 6 tahun yaitu
kelas 1 SD, tetapi tidak mengganggu kehidupan sosial atau pencapaian hingga saat kini. Setelah
beberapa bulan, boy mengalami gerakan berkedut pada kepala dan bahunya hingga sekarang
menjadi pergerakan seperti berjalan yang mendadak.

IDENTIFIKASI MASALAH
 Perilaku mendadak berjalan ke depan dan berkeliling di dalam lingkaran
 Tidak mau ke sekolah
Diagnisis multiaxial Farmakologi:
 HALOPERIDOL
 Aksis 1 : F95.1, Gangguan “Tic” motorik  RISPERIDONE
 Aksis 2 : Perlu observasi Non farmakologi:
 Aksis 3 : Perlu observasi  PSIKOTERAPI INDIVIDUAL
 Aksis 4 : Perlu observasi  PROGRAM TERAPI MULTIMODALITAS
 Aksis 5 : GAF 70-61
Kriteria DSM-IV untuk Gangguan Tic motoric atau Vocal :
 Satu atau beberapa tic motorik atau vokal (yaitu getakan motorik stereotipik atau vokalisasi tiba-tiba,
cepat, berulang, nonritmik) tetapi tidak keduanya, telah ada untuk beberapa saat selama penyakit
 Tic terjadi beberapa kali dalam sehari hampir setiap hari atau secara intermitten sepanjang suatu
periode lebih dari 1 tahun, dan selama periode ini tidak pernah ada periode bebas tic selama lebih
dari 3 bulan berturut turut.
 Onsetnya sebelum usia 18 tahun
 Gangguan ini tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya stimulan) atau
keadaan medis umum (misanya penyakit Huntington atau pasca ensefalitis virus)
 Kriteria tidak pernah terpenuhi untuk gangguan tourette

Kriteria DSM-IV untuk Gangguan Tourette


 •Tic motorik multipel dan atau satu atau lebih tic vokal telah ada pada suatu saat selama penyakit,
meskipun tidak harus bersamaan. (tic adalah gerakan motorik atau vokalisasi yang mendadak, cepat,
berulang, tidak berirama, dan stereotipik)
 •Tic terjadi beberapa kali dalam sehari (biasanya dalam serangan) hampir setiap hari atau secara
intermittern sepanjang suatu periode lebih dari 1 tahun, dan selama lebih dari 3 bulan berturut turut.
 •Onsetnya sebelum usia 18 tahun.
 •Gangguan ini tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya stimulan) atau
keadaan medis umum (misalnya penyakit huntington atau pasca ensefalitis virus)
Kriteria DSM-IV untuk Gangguan Tic sementara:
 •Satu atau beberapa tic motorik dan/atau vokal
 •Tic terjadi beberapa kali dalam sehari hampir setiap hari untuk sedikitnya 4 minggu, tetapi
tidak lebih dari 12 bulan berturut turut.
 •Onsetnya sebelum usia 18 tahun
 •Gangguan ini tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya stimulan)
atau keadaan medis umum (misanya penyakit Huntington atau pasca ensefalitis virus)
 •Kriteria tidak pernah terpenuhi untuk gangguan tourette atau gangguan tic vocal atau motorik
kronis

Kriteria DSM-IV untuk Gangguan Tic yang tidak tergolongkan:


 •Kategori ini untuk gangguan yang ditandai dengan tic yang tidak memenuhi kriteria untuk
gangguan tic tertentu. Contohnya mencakup tic yang berlangsung kurang dari 4 minggu atau
tic dengan onset setelah usia 18 tahun
 CASE STUDY 3
 Andi, seorang anak laki-laki berusia 5 tahun dengan penampakan kurus dan pucat
masuk ke rumah sakit karena anemia. Dari hasil anamnesis didapatkan anak
tersebut senang mengonsumsi cat, plester, kotoran, kayu dan pasta. Ia telah
beberapa kali dirawat semenjak berusia 19 bulan dikarenakan mengonsumsi cairan
korek api. Orang tua andi tidak memiliki pekerjaan yang tetap dan digambarkan
sebagai seseorang yang imatur. Ia merupakan hasil dari kehamilan tidak diinginkan.
Dari hasil riwayat kehamilan didapatkan bahwa ibu andi hamil saat berusia 25
tahun dan memulai minum bensin. Selain perilaku ibu tersebut, didapatkan juga
bahwa ayah andi gemar mengonsumsi alkohol dan rokok.
IDENTIFIKASI MASALAH

 Penampakan kurus dan pucat


 Anak mengonsumsi cat, plester, kotoran, kayu, pasta, dan korek api
 Ibunya saat hamil mengonsumsi bensin
 Ayahnya mengonsumsi alkohol dan rokok
(F98.3) PICA, In children
 Kriteria DSM-IV untuk pika :
 •Makanan zat tanpa gizi yang menetap untuk periode sedikitnya 1 bulan
 •Makan zat tanpa gizi tidak sesuai dengan tingkat perkembangan
 •Perilaku makan bukan bagian dari praktik yang di setujui budaya
 •Jika perilaku makan ini terjadi hanya selama perjalanan gangguan jiwa lain (misalnya retardasi
mental,gangguan perkembangan pervasif, skizofrenia) gangguan ini cukup berat sehingga
memerlukan perhatian klinis tersendiri
 •Onset pika biasanya antara usia 12 dan 24 bulan dan berkurang seiring usia.
 •Zat khusus yang dikonsumsi bervariasi (cat, plester, kawat, rambut, dan pakaian)
Diagnisis multiaxial

 Aksis 1 : F98.3 PICA, In children


 Aksis 2 : Perlu observasi
 Aksis 3 : Perlu observasi
 Aksis 4 : Perlu observasi
 Aksis 5 : GAF 50-41
 Terapi:
 Temukan penyebabnya
 •Tidak ada terapi definitif
 •Terapi pada umumnya berupa edukasi dan modifikasi perilaku

Prognosis
Prognosis untuk pika beragam, pada anak-anak dengan intelegensi normal
biasanya pulih dengan spontan dan dengan seiring bertambahnya usia pun, hal
tersebut akan hilang. Pika pada perempuan hamil biasanya terbatas pada masa
kehamilan saja, sedangkan pada orang dewasa dengan retardasi mental pika
dapat berlanjut hingga bertahun-tahun
 CASE STUDY 4
 Sean adalah anak laki-laki berusia 5 tahun yang dirujuk untuk evaluasi ketika guru
taman kanak-kanaknya menemukan bahwa ia tidak dapat tetap mengerjakan tugas
dan akan berlarian disekeliling ruangan mengganggu anak lain. Sean juga
bertentangan dengan gurunya serta tidak dapat duduk dikursinya, meskipun ia
punya sifat baik dan jarang mengalami perselisihan fisik dengan teman sebayanya.
Sean adalah anak yang aktif yang memiliki kemampuan untuk mengenali
huruf,angka dan bentuk dibawah sebagian besar teman sekelasnya. Meskipun
gurunya merasa bahwa sean ditolak oleh teman sebayanya, kadang-kadang karena
sifat impulsifnya, sean merasa bahwa tidak ada yang menyukainya. Dirumah, sean
jauh lebih aktif dibanding dengan dua orang saudara perempuanya. Dan
saudaranya sering menyerah padanya agar tidak diganggu. Sean adalah anak
tengah dengan 1 kakak perempuan 2 tahun lebih tua dan 1 adik perempuan 1
tahun lebih muda. Sean tampak lebih lambat dibanding dengan teman sekelasnya
didalam mempelajari kata-kata baru dan keseluruhan penggunaan bahasanya. Pada
tes intelektual, IQ skala penuh sean adalah 105 dengan skor kinerja sedikit lebih
tinggi dibandingkan skor verbal.
IDENTIFIKASI MASALAH

 TIDAK BISA MENGERJAKAN TUGAS


 BERLARI SEKELILING RUANGAN
 TIDAK BISA MENGENAL ANGKA, HURUF
 TIDAK DISUKAI TEMANYA
 TIDAK BISA DIAM DISEKOLAH
 LEBIH AKTIF DARI SAUDARA PEREMPUANYA
Diagnisis multiaxial

 Aksis 1 : F90.0 Gangguan Aktivitas dan


pemusatan perhatian
 Aksis 2 : tidak ada
 Aksis 3 : Perlu observasi
 Aksis 4 : masalah psikososial
 Aksis 5 : GAF 70-61
F90.Gangguan Hiperkinetik
 Gangguan daya perhatian, impulsivitas dan aktivitas berlebih yang terjadi pada lebih satu lingkungan
(tidak hanya rumah atau sekolah)
 Diawali pada usia muda (dibawah 6 tahun)
 Diagnosis yang setara menurut DSM-IV adalah gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas
(ADHD)

KRITERIA DIAGNOSTIK DSM-IV-TR ADHD


 a) Didominasi enam atau lebih gejala kurangnya perhatian sekarang lebih dari enam bulan pada titik
yang "tidak pantas untuk tingkat perkembangan".
 Kurangnya perhatian.
 Kurangnya perhatian terhadap tugas dan kegiatan bermain.
 Tidak mendengarkan bila diajak bicara
 Tidak mengikuti petunjuk.
 Tidak dapat mengatur kegiatan.
 Kurangnya minat dalam kegiatan yang membutuhkan usaha mental.
 Kehilangan hal-hal yang diperlukan untuk kegiatan dan tugas.
 Mudah terganggu.
 Pelupa.
 b) Didominasi hiperaktif-impulsif-enam atau lebih gejala hiperaktif impulsif hadir selama
enam bulan di titik yang "mengganggu tidak pantas untuk tingkat perkembangan".
 Hiperaktivitas-
 a. Fidgets atau squirms.
 b. Sering bangkit ketika diminta untuk duduk.
 c. Berlebihan menjalankan, pendakian dan gerakan.
 d. Kesulitan dengan bermain dan kegiatan santai.
 e. Sering "di perjalanan" seolah-olah "digerakkan oleh motor".
 f. Excessive berbicara.
 Impulsivitas-
 g. Blurting komentar dan jawaban sebelum pertanyaan selesai.
 h. Kesulitan menunggu giliran seseorang.
 i. Kebiasaan mengganggu percakapan.
 Kriteria lain diantaranya :
 · Gejala (beberapa) hadir sebelum usia 7.
 · Gejala hadir di lebih dari satu lingkungan (misalnya sekolah, taman bermain dan rumah).
 · Gejala-gejala yang mempengaruhi kinerja sosial, kerja dan sekolah.
 · Tidak ada lain psikiatri atau psikologis penyakit seperti Pembangunan Disorder,
gangguankecemasan, gangguan kepribadian, kepribadian gangguan atau skizofrenia dapat
menjelaskan gejala

Terapi:
FARMAKOTERAPI
Stimulan SSP : Metilfenidat, Dextroamfetamin dan Kombinasi Dextroamfetamin dengan garam
amfetamin.
Monitoring Terapi Stimulan

Anda mungkin juga menyukai