Billy Danarto
11 2016 317
F0 Gangguan Mental Organik
F00
F01
Demensia pada penyakit Alzheimer
F02
Demensia Vaskular
F03 Demensia pada penyakit lain YDK
Demensia YTT
F04 Sindrom Amnesik Organik bukan akibat alkohol dan zat psikoaktif lainnya
Delirium bukan akibat alkohol dan zat psikoaktif lainnya
F05 Gangguan mental lainnya akibat kerusakan dan disfungsi otak dan penyakit fisik
Gangguan kepriadian dan perilaku akibat penyakit, kerusakan,kerusakan dan disfungsi otak
F06 Gangguan mental organik atau simtomatik YTT
F07
F09
Demensia
Defenisi:
Demensia merupakan sindrom yang ditandai oleh berbagai gangguan fungsi
kognitif tanpa gangguan kesadaran. Fungsi kognitif yang dapat dipengaruhi pada
demensia adalah inteligensia umum, belajar, dan ingatan, bahasa, memecahkan
masalah, orientasi, persepsi, perhatian, dan konsentrasi, pertimbangan dan
kemampuan sosial
Diagnosis DSM IV-TR
1. Ada demensia
2. Onset umur 40-90 tahun
3. Defisit dua / lebih area kognitif
4. Penurunan defisit > 6 bln
5. Tanpa gangguan kesadaran
6. Tanpa etiologi yg potensial
F01 DEMENSIA VASKULAR
F13 • Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan sedativa atau hipnotika
F15 • Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan stimulansia lain termasuk kafein
F18 • Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan pelarut yang mudah menguap
• Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat multipel dan penggunaan zat psikoaktif
F19
lainnya
Epidemiologi
Di Indonesia terdapat peningkatan jumlah penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan zat adiktif
lainnya (NAPZA) dari tahun ke tahun.
Tahun 2008 1,99%; tahun 2010 2,21 %; tahun 2015 2,8% (setara dengan 5,1-5,6 juta orang)
Amerika Serikat prevalensi ketergantungan zat psikoaktif berusia >18 tahun mencapai 16,7 %,
dengan jumlah konsumsi zat terbanyak adalah alkohol
NAPZA
Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya
Narkotika
Tanaman papaver, opium mentah, opium masak, opium obat, morfina, Tanaman koka, daun koka, kokain
mentah, kokaina, ekgonina,Tanaman ganja, damar ganja.
Garam dan turunan dari morfin dan kokain
Bahan alam atau sintetik lain yang memiliki efek yang sama dengan kokain dan morfin.
Campuran atau seduan yang mengandung opium, morfin, kokain, ganja
• Psikotropika
Zat atau obat, alamiah maupun sintetik yang bukan narkotika, berkhasiat psikoaktif melalui
pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang perubahan khas pada aktivitas mental
dan perilaku.
Penggolongan berdasarkan efek psikoaktif :
Depresant Bekerja mengendorkan atau mengurangi aktivitas syaraf pusat.
Penyalahgunaan : mempunyai harmful effects terhadap kehidupan orang, menimbulkan masalah dalam kerja,
mengganggu hubungan dengan orang lain serta mempunyai aspek legal.
Adiksi atau ketergantungan : mengalami toleransi, putus zat, tidak mampu menghentikan kebiasaan
menggunakan, menggunakan dosis NAPZA lebih dari yang diinginkan.
TINGKATAN PEMAKAIAN NAPZA
TANDA / GEJALA
ZAT
INTOKSIKASI PUTUS ZAT
ALKOHOL •Ringan : Euforia, cadel, kantuk, • Halusinasi, ilusi
Ataksia • Kejang
• Berat : Stupor, Koma, Bradikardia, • Gemetar
Hipotensi, Hipotermia, Kejang • Mual / Muntah
• Sangat Berat : Reflek negatif • Muka Merah
• Konjungtiva Merah
G. Kesadaran • Kelemahan umum
G. Kognitif • Insomnia
G. Afektif dan Perilaku • Lemas, marah (Iritabel)
• Berkeringat
• Hipertensi
• Keinginan untuk minum alkohol terus
Tanda Dan Gejala Klinis Penggunaan NAPZA
TANDA / GEJALA
ZAT
INTOKSIKASI PUTUS ZAT
OPIOIDA • Penekanan SSP, Sedasi • Mengantuk, disertai Pilek / Bersin
(Heroin, Putauw) • Motilitas Gastro-Intestinal • Lakrimasi
• Menurun Sampai Konstipasi • Dilatasi Pupil
• Analgesia • Pilo Ereksi
• Mual Muntah • Takikardi
• Bicara Cadel • Tekanan Darah Naik
• Bradikardia • Respirasi dan Suhu Badan Naik
• Kontriksi Pupil • Mual-Muntah
• Kejang • Diare
• Insomia
• Gemetar / Tremor
• Mengeluh Sugesti
• Ansietas , Gelisah
• Tidak Selera Makan
Tanda Dan Gejala Klinis Penggunaan NAPZA
TANDA / GEJALA
ZAT
INTOKSIKASI PUTUS ZAT
KANABIS • Tremor • Gangguan daya ingat jangka pendek • Insomia
(Ganja, Marijuana, • Takhikardi • Halusinasi visual/pendengaran • Mual
Hashis) • Mulut Kering • Emosi labil, bingung • Mialgia
• Nistagmus • Waham kejar dan paranoia, ilusi, • Cemas
• Keringat Banyak cemas, depresi, panik serta takut mati • Gelisah
• Gelisah • Pusing, mual, diare, haus dan nafsu • Mudah tersinggung
• Mata Merah makan meningkat • Demam
• Ataksia • Perubahan proses pikir, inkoheren dan • Berkeringat
• Sering Kencing asosiasi longgar • Nafsu makan menurun
• Fungsi Sosial/pekerjaan • Merasa identitas diri berubah • Foto fobia
terganggu • Depresif
• Percaya diri meningkat • Bingung
• Perasaan melambung • Menguap
• Disorientasi • Diare
• Depersonalisasi • Kehilangan berat badan
• Tremor
Tanda Dan Gejala Klinis Penggunaan NAPZA
TANDA / GEJALA
ZAT
INTOKSIKASI PUTUS ZAT
SEDATIF HIPNOTIKA • Neurologis : • Mual, muntah
(obat tidur / Bicara cadel, Gangguan koordinasi • Lemah, letih
penenang) motorik, cara jalan tidak stabil, Nistagmus • Takhikardia
• Psikologis : • Berkeringat
• Afek labil • Tekanan darah tinggi
• Hilangnya hambatan impuls seksual • Ansietas
• Agresif • Depresi
• Iritabel • Iritabel
• Banyak bicara • Tremor kasar pada tangan, lidah
• G. Pemusatan perhatian • Kadang- kadang hipotensi
• G. Daya ingat ortostatik
• G. Daya nilai
Tanda Dan Gejala Klinis Penggunaan NAPZA
TANDA / GEJALA
ZAT
INTOKSIKASI PUTUS ZAT
KOKAIN • Takhikardia • Nyeri Dada • Keletihan
• Dilatasi Pupil • Euforia • Insomnia atau
• Meningkatnya • Agitasi Psikomotor Hypersomnia
Tekanan Darah • Agresif • Agitasi Psikomotor
• Berkeringat • Waham Kebesaran • Ide Bunuh Diri dan
• Tremor • Halusinasi Paranoid
• Mual , Muntah • Mulut Kering • Mudah Tersinggung
• Menungkatnya • Percaya Diri Meningkat atau Iritabel Perasaan
Suhu Tubuh • Nafsu Makan Menurun depresif
• Aritnia • Panik
• Halusinasi Visual
• Sinkope
Tanda Dan Gejala Klinis Penggunaan NAPZA
TANDA / GEJALA
ZAT
INTOKSIKASI PUTUS ZAT
AMFETAMIN Kardio Vaskuler : Fase Awal
(Ekstasi, Shabu) • Palpitasi • Depresi
• Angina • Ansietas
• Aritmia • Anergia
• Hiper/ Hipotensi • Capek
• Keringat banyak
• Muka pucat/Merah
• Perilaku maladaptif
• Gangguan daya nilai
• Gangguan fungsi sosial
Pernafasan Bronko-dilatasi
Gastro-Intestinal Mual, diare, kram
Ginjal Diuresis
Endokrin Libido berubah, impotensi
PEDOMAN DIAGNOSTIK
Fase Penilaian
Diperoleh informasi mengenai Napza yang digunakan dan keparahannya, riwayat medik dan psikiatri, riwayat
terapi Napza sebelumnya, riwayat penggunaan Napza sebelumnya, riwayat sosioekonomi, penapisan urin dan
darah, skrining penyakit infeksi
Fase Terapi Detoksifikasi
Rawat inap dan rawat jalan
Intensive out-patient treatment
Cold turkey, Terapi simptomatik
Detoksifikasi dengan menggunakan : kodein dan ibuprofen, klontrex (klonidin dan naltrekson), buprenorfin,
metadon
Fase Terapi lanjutan
BAHAYA NAPZA TERHADAP INDIVIDU/PEMAKAI
F1x.0 Intoksikasi Akut
TRIAS KLASIK:
1. Kesadaran berkabut dan kebingungan
2. Halusinasi dan ilusi yang hidup yang mengenai salah satu pencaindera
3. Tremor berat
terjadi setelah 48 jam penggunaan zat psikoaktif atau setelah 2 minggu setelah penggunaan zat
SYARAT UTAMA
1. Adanya gangguan daya ingat jangka pendek
2. Tidak ada gangguan daya ingat segera, tidak ada gangguan
kesadaran mau gangguan kognitif
3. Adanya riwayat penggunaan alkohol atau zat dengan dosis tinggi
Atau paling sedikitnya dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
2. Sebagai tambahan :
• · Halusinasi dan/atau waham harus menonjol;
• a) Suara – suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau halusinasi auditorik
tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa
(laughing);
• b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain– lain perasaan tubuh;
halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol;
• c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion of control),
dipengaruhi (delusion of influence), atau “passivity” (delusion of passivity), dan keyakinan dikejar –
kejar beraneka ragam, adalah yang paling khas;
Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, gejala katatonik tidak
menonjol
Skizofrenia Hebrefrenik (F20.1)
1. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
2. Diagnosis hebefrenia untuk pertama kalinya hanya ditegakkan pada usia remaja atau dewasa muda
(onset 15 – 25 tahun)
3. Kepribadian premorbid menunjukkan ciri khas pemalu dan senang menyendiri (solitary), namun
tidak harus demikian untuk menentukan diagnosis.
4. Untuk diagnosis hebrefrenik yang meyakinkan umumnya diperlukan pengamatan kontinu selama 2
atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan bahwa gambaran yang khas berikut ini memang benar
bertahan :
a) Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tidak dapat diramalkan, serta mannerisme; ada kecenderungan untuk selalu
menyendiri (solitary), dan perilaku menunjukkan hampa tujuan atau hampa perasaan;
b) Afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar (inappropiate), sering disertai oleh cekikikan (giggling) atau perasaan puas diri
(self satisfied), senyum sendiri (self absorbed smilling) atau oleh sikap, tinggi hati (lofty manner), tertawa menyeringai (
grimaces), mannerisme, mengibuli secara bersenda gurau (pranks), keluahan hipokondriakal, dan ungkapan kata yang diulang –
ulang (reiterated phrase).
c) Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu (rambling) serta inkoheren.
5. Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir umumnya menonjol
halusinasi atau waham mungkin ada tetapi biasanya tidak menonjol (fleeting and fragmentary
delusions and hallucinations).
Dorongan kehendak (drive) dan yang bertujuan (determination) hilang serta sasaran ditinggalkan
perilaku tanpa tujuan (aimless) dan tanpa maksud (empty of puspose)
Skizofrenia Katatonik (F20.2)
1. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofenia
2. Satu atau lebih perilaku berikut ini harus mendominasi gambaran klinisnya :
•a) Stupor (amat berkurangnya dalam reaktifitas terhadap lingkungan dan dalam gerakan serta aktifitas spontan) atau
mutisme (tidak berbicara);
•b) Gaduh gelisah ( tampak jelas aktifitas motorik yang tak bertujuan, yang tidak dipengaruhi oleh stimuli eksternal);
•c) Menampilkan posisi tubuh tertentu (secara sukarela mengambil dan mempertahankan anggota gerak dan tubuh dalam
posisi tubuh tertentu yang tidak wajar atau aneh);
•d) Negativisme (tampak jelas perlawanan yang tidak bermotif terhadap semua perintah atau upaya untuk menggerakkan,
atau pergerakan kearah yang berlawanan);
•e) Rigiditas (mempertahankan posisi tubuhyang kaku untuk melawan upaya menggerakan dirinya);
•f) Fleksibilitas cerea/waxy flexibility (mempertahankan anggota gerak dan tubuh dalam posisi yang dapat dibentuk dari luar);
dan
•g) Gejala – gejala lain seperti “command automatism” (kepatuhan secara otomatis terhadap perintah), dan pengulangan kata
- kata serta kalimat – kalimat.
3. Pada pasien yang tidak komunikatif dengan manifestasi perilaku dan gangguan katatonik, diagnosis
skizofrenia mungkin harus ditunda sampai diperoleh bukti yang memadai tentang adanya gejala –
gejala lain. Penting untuk diperhatikan bahwa gejala –gejala katatonik bukan petunjuk untuk diagnosis
skizofrenia.
Skizofrenia Tak Terinci
Tidak memenuhi
Tidak memenuhi
kriteria untuk
Memenuhi kriteria untuk
diagnosis
kriteria umum skizofrenia
skizofrenia
untuk diagnosis residual atau
paranoid,
skizofrenia. depresi
hebefrenik, atau
pascaskizofrenia.
katatonik.
Depresi Pasca Skizofrenia (F20.4)
Terapi
Antipsikotik
perilaku
Terapi
brorientasi
keluarga
Terapi
kelompok
Psikoterapi
individual
Gangguan psikosis akut dan sementara adalah sekelompok gangguan jiwa yang :
Onsetnya akut ( 2 minggu)
Sindrom polimorfik
Ada stresor yang jelas
Tidak memenuhi kriteria episode manik atau depresif
Tidak ada penyebab organik
Beberapa Gangguan Jiwa Gangguan Psikosis Akut atau
Sementara
Gangguan Psikotik Polimorfik Akut tanpa Gejala Skizofrenia
• (a). Onset harus akut (dari suatu keadaan non psikotik sampai keadaan psikotik yang jelas
dalam kurun waktu 2 minggu atau kurang);
• (b). Harus ada beberapa jenis halusinasi atau waham yang berubah dalam jenis dan
intensitasnya dari hari ke hari atau dalam hari yang sama ;
• (c). Harus ada keadaan emosional yang beranekaragamnya ;
• (c). Walaupun gejala-gejalanya beraneka ragam, tidak satupun dari gejala itu ada secara
cukup konsisten dapat memenuhi kriteria skizofrenia atau episode manik atau episode
depresif.
PENGERTIAN
• Onset yang tiba-tiba pada masa remaja ; fungsi pramorbid baik ; terdapat
stresor yang jelas ; riwayat keluarga dan gangguan afektif.
• Prevalensi : ½ % ; lebih banyak pada wanita.
• Prognosis lebih buruk dari gangguan depresif maupun bipolar ; tetapi lebih
baik dari skizofrenia.
DIAGNOSIS
memenuhi kriteria diagnosis skizofrenia maupun gangguan afektif).
• 2. Beberapa Tipe Skizoafektif
• Gangguan Skizoafektif tipe Manik
• Gangguan Skizoafektif tipe Depresif
• Gangguan Skizoafektif tipe Campuran
F3 Gangguan suasana perasaan
Gambaran klinis merupakan bentuk mania yang lebih berat dari F30.1 (mania
tanpa gejala psikotik).
Harga diri yang membumbung dan gagasan kebesaran dapat berkembang
menjadi waham kebesaran (delusion of grandeur), irritabilitas dan kecurigaan
menjadi waham kejar (delusion of persecution). Waham dan halusinasi
“sesuai” dengan keadaan afek tersebut (mood congruent).
F31 gangguan afektif bipolar
F31.4 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat Tanpa Gejala
Psikotik
Untuk menegakkan diagnosis pasti:
Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat tanpa gejala psikotik
(F32.2); dan
Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau campuran di masa lampau.
F31.5 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat Dengan Gejala
Psikotik
Untuk menegakkan diagnosis pasti:
Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat dengan gejala psikotik (F32.3);
dan
Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau campuran di masa lampau.
F31.6 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Campuran
Untuk menegakkan diagnosis pasti:
Episode yang sekarang menunjukkan gejala-gejala manik, hipomani, dan depresif yang tercampur
atau bergantian dengan cepat (gejala mania/ hipomania dan depresi sama-sama mencolok selama
masa terbesar dari episode penyakit yang sekarang, dan telah berlangsung sekurang-kurangnya 2
minggu); dan
Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau campuran di masa
lampau.
Sekarang tidak menderita gangguan afektif yang nyata selama beberapa bulan terakhir ini,
tetapi pernah mengalami sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau
campuran dimasa lampau dan ditambah sekurangnya satu episode afektif lain (hipomanik,
manik, depresif atau campuran).
F32. Episode Depresi
Gejala utama depresi
• Afek depresi, kehilangan minat kegembiraan, dan berkurangnya energi yang menuju
meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata setelah kerja sedikit saja)
dan menurunnya aktivitas
Gejala lainnya
• Konsentrasi dan perhatian berkurang, harga diri dan kepercayaan berkurang, gagasan
tentang rasa bersalah dan tidak berguna, pandangan tetang masa depan yang suram
dan pesimistis, gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri, tidur
terganggu, dan nafsu makan berkurang
Kriteria diagnosis menurut PPDGJ-III
Episode depresi berat tanpa Episode depresi berat dengan
Episode depresif ringan Episode depresif sedang gejala psikotik
gejala psikotik
• Gejala seperti depresi berat
• Minimal ada 2 dari 3 gejala • Minimal ada 2 dari 3 gejala • Semua 3 gejala utama harus tersebut di atas
utama utama ada • Disertai waham, halusinasi,
• Ditambah 2 dari gejala lainnya • Minimal 3 (sebaiknya 4) gejala • Minimal 4 gejala lainnya dan atau stupor depresi. Waham
• Tidak boleh ada gejala yang lainnya beberapa diantaranya biasanya melibatkan ide
berat diantaranya • Menghadapi kesulitan nyata intensitasnya berat tentang dosa, kemiskinan,
• Hanya sedikit kesulitan dalam untuk meneruskan kegiatan • Sangat tidak mungkin pasien atau malapetaka yang
pekerjaan dan aktivitas sosial sosial, pekerjaan dan urusan akan mampu meneruskan mengancam, dan pasien
rumah tangga kegiatan sosial merasa bertanggungjawab
atas hal itu. Halusinasi
auditorik atau halusinasi
olfatorik biasanya berupa
suara yang menghina atau
menuduh, atau bau kotoran
atau anjing yang membusuk.
Retardasi psikomotor yang
berat dapat menuju kepada
stupor.
F33 Gangguan Depresif Berulang
Gangguan Depresif Berulang , Episode Kini Ringan
B. Selama periode 2 tahun diatas (1 tahun pada anak-anak dan remaja), orang tidak pernah tanpa gejala dalam kriteria
A selama lebih dari 2 bulan.
C. Tidak ada episode depresif berat, episode manik, atau episode campuran yang ditemukan selama 2 tahun pertama
gangguan.
D.Gejala dalam kriteria A tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan skizoafektif dan tidak menumpang pada
skizofrenia, gangguan skizofreniform, gangguan delusional, atau gangguan psikotik yang tidak ditentukan
E. Gejala bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, obat yang disalahgunakan, medikasi) atau
suatu kondisi medis umum (misalnya, hipertiroidisme)
F. Gejala menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau
fungsi penting lainnya.
Terapi
Terapi • Psioterapi
• Terapi keluarga dan kelompok berupa suportif,
Psikososial edukasional, dan terapeutik untuk pasien dan
mereka yang terlibat di dalam kehidupan pasien
Prognosis
(5) konsentrasi buruk atau sulit mengambil keputusan h. Gejala menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis
atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi
(6) perasaan putus asa penting lainnya.
C. Selama periode 2 tahun gangguan (1 tahun untuk anak-anak
atau remaja), individu tersebut tidak pernah tanpa gejala
dalam kriteria A dan B selama lebih dari 2 bulan pada suatu
waktu
Terapi
Terapi kognitif → pasien diajarkan cara berpikir dan berkelakuan yang baru untuk
menggantikan sikap negatif yang salah terhadap dirinya, dunia, dan masa depan
Terapi perilaku → meningkatkan aktivitas, untuk mendapatkan pengalaman
menyenangkan, dan untuk mengajarkan pasien bagaimana bersantai
Psikoterapi berorientasi-tilikan (psikoanalitik) → menghubungkan perkembangan dan
pemeliharaan gejala depresif dan ciri kepribadian maladaptif dengan konflik yang tidak
terpecahkan pada masa anak-anak awal
Terapi interpersonal → penilaian pengalaman interpersonal pasien dan cara mereka
mengatasi stres untuk menurunkan gejala depresif dan meningkatkan harga diri
Terapi keluarga dan kelompok → mempelajari cara baru mengatasi masalah
interpersonalnya di dalam situasi sosial
Farmakoterapi → antidepresan gol. Trisiklik, SSRIs, MAOI
Prognosis
Pasien yang memilik onset gejala yang dini beresiko untuk mengalami
gangguan depresif berat atau gangguan bipolar I di dalam perjalanan
gangguannya.
Hanya 10 sampai 15% pasien gangguan distimik yang berada dalam remisi satu
tahun setelah diagnosis awal
Kira-kira 25% dari semua pasien gangguan distimik tidak pernah mencapai
pemulihan yang lengkap
Gangguan Depresif Yang Tidak
Terklasifikasikan
Pasien menunjukkan gejala depresif sebagai ciri utama dan tidak memenuhi
kriteria diagnostik untuk gangguan mood lain atau gangguan mental DSM-IV
lain
F40. Gangguan Neurotik Gangguan
Somatoform Dan Gangguan Terkait Stress
F40. GANGGUAN ANXIETAS FOBIK
F40.0 Agorafobia
Gangguan panik tanpa agorafobia
Mengalami (1) dan (2) :
Serangan panik berulang yang tidak diduga, sedikitnya satu serangan telah diikuti selama 1 bulan
(atau lebih)
Tidak ada agorafobia
Serangan panik tidak disebabkan efek fisiologis langsung zat atau keadaan medis umum
Serangan panik tidak dapat dimasukkan ke dalam gangguan jiwa lain
Gangguan panik dengan agorafobia
Sama dengan kriteria diagnostik gangguan panik tanpa agorafobia, ditambah dengan adanya
agorafobia.
Penatalaksanaan :Dengan terapi, sebagian besaar pasien mengalami perbaikan dramatis gejala
gangguan panik dan agorafobia. Dua terapi yang paling efektif adalah farmakoterapi dan terapi
kognitif perilaku.
F40.1 Fobia Sosial
KRITERIA DIAGNOSIS:
Rasa takut yang nyata dan menetap terhadap satu atau lebih situasi sosial atau penampilan saat
seseorang terpajan dengan orang yang tidak dikenalnya atau terpajan dengan kemungkinan akan
diperhatikan orang lain
Pajanan terhadap situasi sosial yang ditakuti hampir selalu mencetuskan asietas yang dapat berupa
serangan panic
Orang tersebut menyadari rasa takutnya berlebihan dan tidak beralasan
Situasi sosial atau penampilan social yang ditakuti dihindari atau dihadapi dengan ansietas maupun
penderitaan yang intens
Penghindaran, antisipasi ansietasm atau distress pada situasi social atau penampilan yang ditakuti
mengganggu fungsi rutin normal
Pada seseorang yang berusia dibawah 18 tahun, durasinya sedikitnya 6 bulan
Rasa takut atau penghindaran tidak disebabkan efek fisiologis langsung suatu zat atau keadaan medis
umum dan tidak dapat digolongkan sebagai gangguan jiwa lain
PENATALAKSANAAN: Terapi yang paling efektif untuk fobia adalah terapi perilaku. Aspek kunci
keberhasilan terapi adalah : (1) komitmen pasien terhadap terapi, (2) masalah dan tujuan yang
teridentifikasi jelas, (3) strategi alternatif yang tersedia untuk menghadapi perasaannya
F40.2 FOBIA SPESIFIK
KRITERIA DIAGNOSIS:
Rasa takut berlebihan yang nyata, menetap dan tidak beralasan, dicetuskan oleh adanya atau antisipasi
terhadap suatu objek atau situasi spesifik.
Pajanan terhadap stimulus fobik hampir selalu mencetuskan respons ansietas segera, dapat berupa
serangan panik terikat secara situasional atau serangan panik dengan predisposisi situasional.
Orang tersebut menyadari bahwa rasa takutnya beralasan atau tidak beralasan
Situasi fobik dihindari atau dihadapi dengan ansietas maupun penderitaan yang intens
Penghindaran, antisipasi ansietas, atau distres pada situasi yang ditakuti mengganggu fungsi rutin
normal, pekerjaan ( atau akademik ), atau aktivitas maupun hubungan sosial secara bermakna, atau
terdapat distres yang nyata karena memiliki fobia ini.
Pada seseorang berusia 18 tahun, durasinya sedikitnya 6 bulan
Ansietas, serangan panik, atau penghindaran fobik yang berkaitan dengan objek atau situasi tidak
disebabkan gangguan jiwa lain, seperti gangguan kompulsif, gangguan stres pascatrauma, atau
gangguan ansietas perpisahan, fosia sosial, gangguan panik dengan agorafobia, atau agorafobia tanpa
riwayat gangguan panik.
PENATALAKSANAAN: Terapi pemaparan : menggunakan pemaparan stimulus fobik yang serial dan bertahap,
Pendekatan kognitif
Farmakoterapi : antagonis β-adrenergik
F41. GANGGUAN ANXIETAS LAINNYA
F41.0 GANGGUAN PANIK
KRITERIA DIAGNOSIS:
Serangan dimulai dengan periode gejala yg meningkat cepat selama 10menit
Gejala mental utama, yaitu ketakutan yg kuat dan perasaan ancaman kematian
Pasien tidak mampu menyebutkan sumber ketakutannya
Pasien merasa kebingungan dan mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian
Tanda fisik, yaitu takikardi, palpitasi, sesak nafas, dan berkeringat
Pasien sering mencoba meninggalkan situasi dimana dia berada untuk mencari bantuan
PENATALAKSANAAN:
Alprazolam ( Xanax ) dan paroksetin ( Paxil ) adalah dua obat yang disetujui U.S. Food and Drugs
Administration ( FDA ) untuk terapi gangguan panik.
F41.1 GANGGUAN CEMAS MENYELURUH
Menurut kriteria DSM IV – TR (pasien harus menunjukkan gejala anxietas primer) yang meliputi:
Kecemasan atau kekhawatiran yang berlebihan, timbul setiap hari, sepanjang hari dan terjadi selama
sekurangnya 6 bulan terhadap suatu aktivitas atau situasi
Sulit mengendalikan kekhawatirannya
Kecemasan dan kekhawatirannya disertai dengan 3 dari 6 gejala penyerta yaitu:
Kegelisahan
Merasa mudah lelah
Sulit berkonsentrasi atau pikiran menjadi kosong
Iritabilitas
Ketegangan otot
Gangguan tidur (sulit atau tetap tidur, tidur gelisah dan tidak puas)
PENATALAKSANAAN:
Secara farmakologis
DOC: gol Benzodiazepin (dari dosis terendah kemudian ditingkatkan sampai mencapai respons terapi selama 2-6
minggu, kemudian tappering off selama 1-2 minggu)
Gol non-benzodiazepin seperti buspirone (lebih efektif memperbaiki gejala kognitif), sulpiride, hydroxyzine
SSRI (Selective Serotonin Re-uptake Inhibitor): sertraline dan paroxetin, efektif pada pasien GAD dengan
riwayat depresif.
F41.2 GANGGUAN CAMPURAN ANSIETAS DAN DEPRESI
Menurut kriteria PPDGJ-III
Terdapat gejala ansietas maupun depresi dimana masing-masing tidak menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat
untuk menegakkan diagnosis tersendiri. Bagi ansietas, beberapa gejala seperti otonomik harus ditemukan
Bila ditemukan ansietas berat disertai depresi yang lebih ringan, harus dipertimbangkan kategori gangguan ansietas
lainnya atau gangguan ansietas fobik
Bila ditemukan sindrom depresi dan ansietas yang cukup berat untuk menegakkan masing-masing diagnosis, maka kedua
diagnosis tersebut dikemukakan dan diagnosis gangguan campuran tidak bisa digunakan
Bila gejala tersebut berkaitan erat dengan stress kehidupan yang jelas maka harus digunakan kategori F43.2 gangguan
penyesuaian
PENATALAKSANAAN:
Secara farmakologis
Triazolobenzodiazepines (co: alprazolam)
Buspirone
Fluoxetin (anti-depresan)
Non-farmakologis
Psikoterapi
Relaksasi
Biofeedback
Terapi suportif
Psikoterapi bersifat tilikan
F42. GANGGUAN OBSESIF KOMPULSIF
KRITERIA DIAGNOSIS:
Pikiran, impuls, atau bayangan yang berulang dan menetap yang dialami pada suatu waktu.
Dapat menimbulkan ansietas atau distress yang nyata
Pikiran, impuls, atau bayangan bukanlah kekhawatiran berlebih mengenai masalah kehidupan
nyata
Orang tersebut berupaya mengabaikan atau menekan pikiran tersebut dengan pikiran atau
tinakan lain
Orang tersebut menyadari bahwa pikiran obsessional itu adalah hasil pikiran mereka sendiri
Perilaku berulang
Perilaku atau tindakan mental tersebut ditujukan untuk mencegah atau mengurangi
penderitaan atau mencegah peristiwa atau situasi yang menakutkan
Pada satu titik selama perjalanan gangguan, penderita menyadari bahwa obsesi atau kompulsi
mereka berlebihan
Obsesi atau kompulsi menyebabkan distress nyata
Gangguan ini tidak disebabkan efek fisiologis langsung suatu zat
TERAPI : Studi menemukan bahwa farmakoterapi, terapi perilaku, atau komninasi keduanya sama
efektif dalam mengurangi gejala pasien OCD/GOK
F43. REAKSI TERHADAP STRES BERAT DAN GANGGUAN PENYESUAIAN
F43.1 Gangguan Stres Pasca Trauma
PEDOMAN DIAGNOSIS
Diagnosis baru ditegakkan bilamana gangguan ini timbul dalam kurun waktu 6 bulan setelah kejadian
traumatik berat (massa laten yang berkisar antara beberapa minggu beberapa bulan, jarangg sampai
melampaui 6 bulan).
Sebagai bukti tambahan selain trauma barus didapatkan bayang-bayang atau mimpi-mimpi dari
kejadian traumatik tersebut secara berulang-ulang kembali (flashback).
Gangguan otonomik, gangguan afek dan kelainan tingkah laku semuanya dapat mewarnai diagnosis
tetapi tidak khas.
Penatalaksanaan :
amitriptyline
benzodiazepine
SSRI : citalopram, sertraline, fluvoxamine, paroxetine
F44. Gangguan Disosiatif (Konversi)
Adanya kehilangan (sebagian/seluruh) dari integrasi normal antara ingatan masa lalu, kesadaran
akan identitas & penginderaan, serta kendali terhadap gerakan tubuh.
Gangguan ini merupakan hal yang bersifat psikogenik yang berkaitan dengan kejadian traumatik,
problem yang tidak dapat diselesaikan dan tidak dapat ditolerir atau gangguan dalam pergaulan.
Pedoman diagnostik :
Tidak ada bukti gangguan fisik
Bukan merupakan akibat keadaan medis
Adanya gangguan psikologis dalam keadaan yang penuh tekanan (stress) atau hubungan
interpersonal yang terganggu (meskipun disangkal)
Bentuk Gangguan Disosiatif :
1. Amnesia Disosiatif
Adalah ketidakmampuan untuk mengingat informasi penting yang baru saja terjadi, biasanya
tentang peristiwa yang menegangkan atau traumatik dalam kehidupannya bukan disebabkan oleh
gangguan mental organik.
2. Fugue Disosiatif
Memiliki semua ciri amnesia disosiatif, ditambah gejala melakukan perjalanan meninggalkan
rumah atau tempat kerja yang disengaja, seringkali mengambil identitas dan pekerjaan yang
sepenuhnya baru walaupun identitas baru biasanya kurang lengkap.
3. Gangguan identitas disosiatif
Umumnya dianggap sebagai gangguan disosiasi yang paling berat
dan kronis, ditandai dengan dua kepribadian atau lebih.
4. Gangguan Depersonalisasi
Ditandai dengan rasa berulang atau menetap mengenai lepas dari tubuh atau pikiran.
Terapi
Psikoterapi individual / kelompok
psikofarmakoterapi
Hipokondriasis
Keyakinan yang menetap adanya sekurang-kurangnya satu penyakit fisik yang serius yang
melandasi keluhan-keluhannya, meskipun dari pemeriksaan tidak menunjang adanya alasan fisik,
ataupun adanya preokupasi yang menetap
Diganosis (DSm-IV-TR)
Preokupasi dengan ketakutan atau ide bahwa seseorang mempunyai penyakit serius berdasarkan
interpretasi yang salah terhadap gejala-gejala tubuh
Preokupasi menetap meskipun telah dilakukan evaluasi medik dan penentraman
Keyakinan pada kriteria a tidak mempunyai intensitas waham dan tak terbatas pada kepedulian
tentang penampilan seperti pada kelainan dismorfik tubuh
Preokupasi menimbulkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau hendaya dalam bidang
sosial, pekerjaan dan fungsi penting lainnya
Lamanya gangguan sekurangnya 6 bulan
Preokupasi bukan disebabkan karena gangguan cemas menyeluruh, gangguan obsesif kompulsif,
gangguan panik, episode depresif, cemas perpisahan/ gangguan somatoform.
TERAPI :
Tipe fase tidur tertunda dapat diterapi dengan menunda waktu tidur selama periode waktu beberapa
hari secara bertahap sampai waktu tidur yang diinginkan tercapai
Teknik deconditioning juga dapat dilakukan, pasien diminta hanya menggunakan tempat tidurnya hanya
untuk tidur, jika saat ingin tidur pasien berada di tempat tidur selama 5 menit, maka pasien diminta
segera bangun dan melakukan aktifitas lain
Proses penyesuaian fase tidur dapat dibantu dengan penggunaan singkat agen hipnotik dengan waktu
paruh pendek, seperti triazolam.
Obat tidur sebaiknya tidak diresepkan untuk waktu yang lebih dari 2 minggu karena dapat terjadi
toleransi dan gejala putus obat
NIGHTMARE (MIMPI BURUK)
Mimpi yang menakutkan yang membuat orang terbangun dengan rasa ketakutan.
Setelah terbangun dari mimpi, dapat sadar penuh secara spontan dan mampu mengenali
lingkungannya
Biasanya mimpi berkisar ancaman kelangsungan hidup, keamanan, ataupun harga diri.
Khasnya pada paruh kedua masa tidur
Mimpi buruk ini dikaitkan dengan penghentian konsumsi hipnotik, penghentian konsumsi alkohol,
dan karena depresi.
Suatu keadaan perubahan kesadaran pada seseorang yang bangun dari tidur sementara masih tertidur
dan berjalan.
Individu sulit bangkit tetapi biasanya kembali ke tempat tidur dengan atau tanpa tuntutan
Resiko mengalami cidera ↑, dan pasien sering tidak ingat apa yang telah dialaminya
Rasio pria : wanita adalah 3:4 dan lebih sering terjadi pada anak-anak
F60. GANGGUAN KEPRIBADIAN DAN
PERILAKU MASA DEWASA
Kriteria Diagnosis Umum DSM-IV-TR Gangguan Kepribadian
Pola pengalaman batin dan perilaku yang menyimpang dari budaya yang diharapkan. Pola ini dapat
ditunjukkan dalam dua atau lebih area berikut:
kesadaran,
afek,
pengendalian impuls,
hubungan dengan orang lain (fungsi interpersonal)
Pola yang tidak fleksibel dan berakar mendalam (menyerap).
Pola yang mengarah pada penderitaan yang signifikan.
Pola yang stabil dan dapat ditelusuri kembali ke masa remaja dan awal masa dewasa.
Pola ini bukan merupakan manifestasi dari gangguan mental lain.
Pola ini tidak memiliki efek fisiologis langsung dari penggunaan zat (contoh penyalahgunaan zat,
medikasi) atau kondisi medis umum (contoh cidera kepala).
Klasifikasi
F60.0 Gangguan Kepribadian Paranoid
Definisi : Kecurigaan dan ketidakpercayaan pada orang lain bahwa orang lain berniat buruk
kepadanya, bersifat pervasif, awitan dewasa muda, nyata dalam berbagai konteks.
Gejala Klinis :
Perasaan curiga yang berlebihan
Melemparkan tanggung jawab pada orang lain
Bersikap bermusuhan, mudah tersinggung dan marah termasuk pasangan yang cemburu secara
patologis
Sering bertanya tanpa pertimbangan, tentang loyalitas dan kejujuran teman atau teman kerjanya
atau cemburu dengan bertanya-tanya tanpa pertimbangan tentang kesetiaan pasangan atau mitra
seksualnya.
F60.1Gangguan Kepribadian Skizoid
Definisi : Pola perilaku berupa pelepasan diri dari hubungan sosial disertai kemampuan ekspresi
emosi yang terbatas dalam hubungan interpersonal.
Gejala klinis:
Memberi kesan dingin dan mengucilkan diri
Tampak menjauhkan diri dan tidak ingin terlibat dengan peristiwa sehari-hari dan permasalahan
orang lain.
Tampak tenang, jauh, menutup diri dan tidak dapat bersosialisasi.
F60.2 Gangguan Kepribadian Dissosial
Definisi : Pola perilaku pengabaian dan perlanggaran berbagai hak orang lain, bersifat pervasif,
berawal sejak usia dewasa muda dan nyata dalam berbagai konteks.
Gejala klinis :
Ditandai oleh tindakan antisosial atau kriminal
Seringkali menunjukkan kesan luar yang normal dan bahkan hangat dan mengambil muka
Perilaku nakal, lari diri dari rumah, sering berbohong, mencuri, membakar, atau merusak dengan
cara lain. Pola ini akan berlanjut hingga dewasa yang ditandai dengan tidak memiliki tanggung
jawab, bekerja tidak konsisten, melawan hukum, agresif, gegabah, impulsif,dan gagal dalam
merencanakan sesuatu.
Tidak ada rasa penyesalan terhadap perbuatannya dan tampak tidak ada hati nurani.
F60.3Gangguan Emosional Tidak Stabil
Definisi : Bertindak impulsif tanpa mempetimbangkan dampaknya, afek atau emosi tidak
stabil atau kurang pengendalian diri, dapat menjurus kepada ledakan kemarahan atau
perilaku kekerasan
F60.30
Ciri khas yang predominan adalah ketidakstabilan emosional dan kekurangan pengendalian
impuls (dorongan hati).
F60.31
Ciri khas: ketidakstabilan emosi, citra diri, tujuan hidup, serta preferensi internalnya
(seringkali juga orientasi seksualnya) sering tidak jelas atau terganggu.
F60.4 Gangguan Kepribadian Histrionik
Definisi : Pola perilaku berupa emosionalitas berlebih dan menarik perhatian,
bersifat pervasif, berawal sejak usia dewasa muda, dan nyata dalam berbagai
konteks.
Gejala klinis :
Ditandai oleh perilaku yang bermacam-macam, dramatik, ekstovert pada orang
yang meluap-luap dan emosional
Menunjukkan perilaku mencari perhatian yang tinggi
Memperbesar pikiran dan perasaan mereka
F60.6 Gangguan Kepribadian Cemas (Menghindar)
Gangguan kepribadian dengan ciri-ciri :
Perasaan tegang dan takut yang menetap dan pervasif.
Merasa dirinya tak mampu, tidak menarik atau lebih rendah daripada orang lain.
Kekhawatiran yang berlebihan terhadap kritik dan penolakan dalam situasi sosial.
Keengganan untuk terlibat dengan orang kecuali merasa yakin akan disukai.
Pembatasan gaya hidup karena alasan keamanan fisik.
Menghindari aktivitas sosial atau pekerjaan yang banyak melibatkan kontak
interpersonal karena takut dikritik, tidak didukung atau ditolak.
F60.7 Gangguan Kepribadian Dependen
Definisi : Suatu pola perilaku berupa kebutuhan berlebih agar dirinya dipelihara, yang
menyebabkan seorang individu berperilaku submisif, bergantung kepada orang lain, dan
ketakutan akan perpisahan dengan orang tempat ia bergantung.
Gejala klinis:
Menempatkan kebutuhan mereka sendiri dibawah kebutuhan orang lain
Meminta orang lain untuk mengambil tanggung jawab untuk masalah besar dalam
kehidupan mereka
Tidak memiliki kepercayaan diri
Mengalami rasa tidak nyaman yang kuat jika sedang sendirian lebih dari suatu periode
yang singkat
Ditandai oleh ketergantungan yang pervasif dan perilaku patuh
Keraguan diri, pasivitas, dan ketakutan untuk mengekspresikan perasaan seksual dan
agresif
F61 Gangguan Kepribadian Campur & Lainnya
F61.0 Gangguan Kepribadan Campuran
Dengan gambaran beberapa gangguan pada F60.- tetapi tanpa suatu kumpulan gejala yang dominan
yang memungkinkan suatu diagnosis yang lebih khas.
F62 Perubahan Kepribadian Yang Berlangsung Lama Yang Tidak Diakibatkan Oleh Kerusakan/Penyakit
Otak
Kelompok ini meliputi gangguan dari kepribadian dan perilaku dewasa yang berkembang setelah
mengalami katastrofik atau stres yang sangat berkepanjangan, atau setelah mengalami gangguan
jiwa yang berat, pada penderita yang tanpa gangguan kepribadian sebelumnya
Diagnosis ini hanya dibuat apabila terbukti adanya perubahan yang jelas dan berlangsung lama dari
pola seseorang dalam memandang, berhubungan dengan, atau berpikir tentang lingkungan dan
dirinya sendiri.
Perubahan kepribadian ini berkaitan dengan perilaku yang menjadi tidak luwes (inflexibel) dan
maladaptif yang mengarah ke kegagalan dalam fungsi interpersonal, sosial dan pekerjaan.
F62.0 Perubahan Kepribadian yang Berlangsung Lama Setelah Mengalami
Katastrofa
Perubahan kepribadian harus berlangsung lama dan bermanifestasi dalam
gambaran perilaku yang tidak luwes dan maladaptif yang menjurus kepada
disabilitas dalam hubungan interpersonal, sosial, dan pekerjaan. Perubahan
kepribadian ini harus dipastikan dengan keterangan dari orang-orang terdekat.
1.Fetishisme
Mengandalkan benda mati ( pakaian, sepatu ) sebagai sumber paling penting untuk membangkitkan
gairah seksual dan memberikan kepuasan seksual.
2, Transvestisme Fetihistik
Memakai pakaian lawan jenis untuk mencapai kepuasan seksual.
3. Ekshibisionisme
Memamerkan alat kelamin kepada lawan jenis atau pada orang banyak ditempat umum tanpa ajakan /
niat untuk berhubungan lebih akrab. Umumnya diikuti masturbasi.
4. Voyeurisme
Melihat orang berhubungan seksual atau berperilaku intim lain ( buka baju, mandi ) yang diikuti
pemuasan seksual / masturbasi, tanpa disadari oleh yang diintip.
5. Pedofilia
Preferensi seksual pada anak-anak (prapubertas, awal pubertas ).
6. Sadomasokisme
Preferensi terhadap aktivitas seksual yang meliputi pengikatan, menimbulkan rasa sakit atau
penghinaan. ( Resipien : masokisme, pelaku : sadisme )
Lain-lain
( Bestialisme, Frotteurisme, Nekrofilia )
F66 Gangguan Maturitas Seksual
Tentang identitas jenis kelaminnya atau orientasi seksualnya, yang menimbulkan
kecemasan atau depresi.Paling sering terjadi pada remaja yang tidak tahu pasti
apakah mereka homoseksual, heteroseksual, atau biseksual dalam orientasi, atau
pada individu yang sesudah suatu periode orientasi seksual yang tampak stabil,
sering kali setelah hubungan yang berlangsung lama, ternyata menemukan bahwa
dirinya mengalami perubahan orientasi seksual.
Gangguan Buatan
Kesengajaan atau Berpura-pura Membuat Gejala atau Disabilitas, baik Fisik maupun
Psikologis.
Motivasi keuntungan (-)
Malingering
Kesengajaan atau Berpura-pura Membuat Gejala atau Disabilitas, baik Fisik maupun Psikologis
yang disebabkan stres eksternal atau insentif .
Motivasi keuntungan (+)
F69 Gangguan Kepribadian dan Perilaku Masa Dewasa YTT
Kode ini harus digunakan hanya sebagai jalan terakhir, kalau adanya suatu gangguan kepribadian dan
perilaku masa dewasa dapat diterima, tetapi informasi untuk menegakkan diagnosis dan
mengalokasikan dalam kategori khusus tidak tersedia.
Pedoman Klinis untuk Gangguan Hasrat Seksual Hipoaktif Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders edisi kelima (DSM –V)4
Kekurangan atau tidak adanya khayalan seksual dan keinginan untuk aktivitas seksual yang persisten
atau rekuren.Pertimbangan kekurangan atau tidak adanya hal tersebut dilakukan oleh klinisi
,dengan mempertimbangkan fungsi seksual ,seperti usia dan konteks kehidupan pasien.
Kriteria A persisten sekurang kurangnya selama 6 bulan.
Kriteria A mengakibatkan distress fungsi pada penderita.
Disfungsi seksual tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan Axis I lainnya (kecuali disfungsi seksual
lain) , dan semata-mata bukan efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya obatyang
disalahgunakan,medikasi) atau suatu kondisi medis umum.
Gangguan Keengganan Seksual
Gangguan keengganan seksual (sexual aversion disorder) adalah gangguan yang ditandai dengan rasa
jijik, takut, muak, atau kurangnya keinginan dalam hubungan yang melibatkan kontak kelamin.
Keengganan mengambil bentuk yang berbeda-beda, tetapi mungkin terkait dengan aspek-aspek
tertentu dari hubungan seksual, seperti melihat alat kelamin, mencium bau badan atau bau sekresi
tubuh pasangannya, dll.
Keengganan seksual dapat seumur hidup (selalu hadir) atau diperoleh setelah pengalaman traumatik
situasional (dengan mitra tertentu atau dalam keadaan tertentu) atau umum (terjadi dengan
pasangan manapun dan dalam segala situasi). Keengganan seksual dapat disebabkan oleh faktor
psikologis atau kombinasi faktor fisik dan psikologis.
Gangguan Orgasme Pada Perempuan
Penundaan berulang atau tidak adanya orgasme setelah fase gairah seksual, yang oleh klinisi, fokus,
intensitas dan lamanya dianggap adekuat, dengan kata lain ketidakmampuan perempuan mendapatkan
orgasme melalui masturbasi atau hubungan seksual.
Perempuan dengan gangguan orgasme seumur hidup tidak pernah mengalami orgasme dengan stimulasi
apapun (lebih lazim ditemukan pada perempuan yang tidak menikah).
Gangguan orgasmik yang didapat pada perempuan merupakan keluhan yang lazim dalam
populasi klinis (46% perempuan mengeluhkan kesulitan mencapai orgasme).
Gangguan Orgasme Pada Laki-Laki
Gangguan orgasme pada laki-laki atau ejakulasi tertunda adalah keadaan sangat sulitnya atau
bahkan tidak dapat memperoleh ejakulasi saat berhubungan seksual. Gangguan ini didiagosis
sebagai gangguan yang didapat, apabila sebelumnya pernah mengalami ejakulasi. Insiden
gangguan orgasmic lebih tinggi perempuan dibandingkan laki-laki.
Gangguan orgasme seumur hidup pada laki-laki menunjukkan psikopatologi berat. Penderita
biasanya memiliki pandangan bahwa seks itu berdosa dan kotor, serta diperburuk dengan
gangguan defisit atensi sehingga mencegah rangsangan menjadi cukup untuk mencapai klimaks.
Dalam suatu hubungan, laki-laki yang mengalami gangguan orgasme dapat mencerminkan
hilangnya daya tarik seksual terhadap pasangan, permusuhan yang tidak dieskpresikan terhadap
perempuan. Masalah gangguan orgasme lebih lazim pada orang dengan gangguan obsesif
kompulsif daripada gangguan lain.
Gangguan Orgasme Ejakulasi Dini
Laki-laki secara berulang atau menetap mencapai orgasme dan ejakulasi sebelum
mereka menginginkannya. Tidak ada batas waktu yang jelas untuk mendefinisikan
ejakulasi dini, diagnosis ditegakkan ketika laki-laki secara teratur mengalami
ejakulasi sebelum atau segera setelah memasuki vagina.
Hal yang mempengaruhi durasi fase gairah adalah usia, pasangan seksual
baru atau lama, dan frekuensi serta lama koitus. Diagnosis tidak ditegakkan jika
gangguan hanya disebabkan faktor organic atau jika gangguan tidak simptomatik
bagi sindrom psikiatrik klinis lain.
Penatalaksanaan:
Berikan informasi mengenai RM dan dampaknya kepada orang tua atau pengasuhnya
Tidak ada pengobatan khusus. Obat-obatan hanya diberikan jika RM disertai dengan gangguan
fisik atau mental lainnya
Program pelatihan khusus yang intensif berupa pelatihan keterampilan hidup yang mendasar
Program pendidikan luar biasa
Konsultasi dengan profesional di bidang kesehatan jiwa lainnya bila diperlukan
F80. GANGGUAN PERKEMBANGAN PSIKOLOGIS
Afasia didapat dengan epilepsi
Gangguan Membaca Khas
GANGGUAN MOTORIK KHAS
F80, F81, F82, tetapi tidak ada gejala yang dominan
IDENTIFIKASI MASALAH
Perilaku mendadak berjalan ke depan dan berkeliling di dalam lingkaran
Tidak mau ke sekolah
Diagnisis multiaxial Farmakologi:
HALOPERIDOL
Aksis 1 : F95.1, Gangguan “Tic” motorik RISPERIDONE
Aksis 2 : Perlu observasi Non farmakologi:
Aksis 3 : Perlu observasi PSIKOTERAPI INDIVIDUAL
Aksis 4 : Perlu observasi PROGRAM TERAPI MULTIMODALITAS
Aksis 5 : GAF 70-61
Kriteria DSM-IV untuk Gangguan Tic motoric atau Vocal :
Satu atau beberapa tic motorik atau vokal (yaitu getakan motorik stereotipik atau vokalisasi tiba-tiba,
cepat, berulang, nonritmik) tetapi tidak keduanya, telah ada untuk beberapa saat selama penyakit
Tic terjadi beberapa kali dalam sehari hampir setiap hari atau secara intermitten sepanjang suatu
periode lebih dari 1 tahun, dan selama periode ini tidak pernah ada periode bebas tic selama lebih
dari 3 bulan berturut turut.
Onsetnya sebelum usia 18 tahun
Gangguan ini tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya stimulan) atau
keadaan medis umum (misanya penyakit Huntington atau pasca ensefalitis virus)
Kriteria tidak pernah terpenuhi untuk gangguan tourette
Prognosis
Prognosis untuk pika beragam, pada anak-anak dengan intelegensi normal
biasanya pulih dengan spontan dan dengan seiring bertambahnya usia pun, hal
tersebut akan hilang. Pika pada perempuan hamil biasanya terbatas pada masa
kehamilan saja, sedangkan pada orang dewasa dengan retardasi mental pika
dapat berlanjut hingga bertahun-tahun
CASE STUDY 4
Sean adalah anak laki-laki berusia 5 tahun yang dirujuk untuk evaluasi ketika guru
taman kanak-kanaknya menemukan bahwa ia tidak dapat tetap mengerjakan tugas
dan akan berlarian disekeliling ruangan mengganggu anak lain. Sean juga
bertentangan dengan gurunya serta tidak dapat duduk dikursinya, meskipun ia
punya sifat baik dan jarang mengalami perselisihan fisik dengan teman sebayanya.
Sean adalah anak yang aktif yang memiliki kemampuan untuk mengenali
huruf,angka dan bentuk dibawah sebagian besar teman sekelasnya. Meskipun
gurunya merasa bahwa sean ditolak oleh teman sebayanya, kadang-kadang karena
sifat impulsifnya, sean merasa bahwa tidak ada yang menyukainya. Dirumah, sean
jauh lebih aktif dibanding dengan dua orang saudara perempuanya. Dan
saudaranya sering menyerah padanya agar tidak diganggu. Sean adalah anak
tengah dengan 1 kakak perempuan 2 tahun lebih tua dan 1 adik perempuan 1
tahun lebih muda. Sean tampak lebih lambat dibanding dengan teman sekelasnya
didalam mempelajari kata-kata baru dan keseluruhan penggunaan bahasanya. Pada
tes intelektual, IQ skala penuh sean adalah 105 dengan skor kinerja sedikit lebih
tinggi dibandingkan skor verbal.
IDENTIFIKASI MASALAH
Terapi:
FARMAKOTERAPI
Stimulan SSP : Metilfenidat, Dextroamfetamin dan Kombinasi Dextroamfetamin dengan garam
amfetamin.
Monitoring Terapi Stimulan