Anda di halaman 1dari 15

JOURNAL READING

INDUCTION OF LABOUR
DEAN LEDUC, MD, OTTAWA ON
ANNE BIRINGER, MD ET ALL
J OBSTET GYNAECOL CAN 2013;35(9)
Yunita Sofianti (102017080)
Pembimbing :
Dr. Zakaraia , Sp.OG

KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


RSAU dr. ESNAWAN ANTARIKSA
Periode 27 AGUSTUS 2018 – 3 NOVEMBER 2018
Abstrak

 Latar belakang: Untuk mengevaluasi penelitian berdasarkan


literatur terbaru yang direkomendasikan kepada perawatan
kebidanan pada induksi persalinan.
 Subjek : Intervensi dalam kehamilan dengan induksi persalinan.
 Hasil : Waktu dan metode induksi yang tepat, cara persalinan
yang tepat, dan kondisi ibu serta usia kehamilan yang optimal.
Pendahuluan
 Induksi persalinan adalah inisiasi persalinan pervaginam sebelum tiba
waktu spontan untuk melahirkan janin dan placenta .

 Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempersingkat indikasi induksi,


meninjau metode pematangan serviks saat induksi, dan mengevaluasi
efektivitas dan keamanan obat serta metode yang digunakan pada induksi
persalinan .
Pembahasan

Induksi persalinan
adalah inisiasi
kontraksi terhadap Induksi yang berhasil
wanita hamil yang bila terjadi Indikasi elektif
tidak dapat persalinan adalah induksi
melakukan pervaginam dalam persalinan terhadap
persalinan spontan waktu 24-48 jam ibu dan janin yang
dan membantu ibu dari dilakukannya terdadat indikasi.
untuk melahirkan per induksi.
vaginam dalam
waktu 24-48 jam
Pembahasan

Hypertonus  kontraksi
Tachysystole yaitu kontraksi uterus yang berlebihan yang
Pematangan serviks adalah yang > 5 kali per 10 menit berlangsung > 120 detik
penggunaan obat untuk dalam waktu rata-rata tanpa perubahan DJJ.
melunakkan, menghapus, lebih dari 30 menit. Ini
atau melebarkan serviks dibagi lagi menjadi dua
untuk membantu Hiperstimulasi  kontraksi
meningkatkan persalinan kategori, satu dengan uterus yang berlebihan
pervaginam. perubahan DJJ dan tanpa (tachysystole atau
perubahan DJJ hypertonus) dengan
perubahan DJJ abnormal.
• Preeklampsia ≥ 37 minggu
• Penyakit maternal yang tidak membaik dengan pengobatan
Indikasi • Perdarahan antepartum pada usia gestasi yang sudah cukup
• Chorioamnionitis
• Suspek keacunan pada janin
• Pecahnya/ ruptur membran pra-persalinan dengan kondisi ibu yang
terkena infeksi bakteri steptokokus grup B

• Lebih masa/usia kehamilan (> 41 + 0 minggu) atau setelah jangka


waktu(> 42 + 0 minggu)
• kehamilan kembar tanpa komplikasi ≥ 38 minggu
• Diabetes mellitus
• Penyakit Autooimun pada atau dekat waktu persalinan
• Batasan pertumbuhan intrauterin
Indikasi • Oligohydramnios
lain • Hipertensi gestasional ≥ 38 minggu
• Kematian janin intrauterine
• Ketuban pecah dini pada atau dekat waktu persalinan , GBS negatif
• Masalah logistik (riwayat paritas yang cepat,jarak tempat ibu ke rumah
sakit)
• Kematian intrauterin pada kehamilan sebelumnya
Kontraindikasi
 Plasenta atau vasa previa
atau presentasi tali pusat
janin yang abnormal atau
presentasi janin (misalnya
letak melintang atau
sungsang )
 Riwayat insisi T terbalik pada
uterus
 Riwayat miomektomi.
 Herpes genital aktif
 Kelainan anatomi pelvis
 Carsinoma serviks invasif
 Riwayat ruptur uteri
sebelumnya
Persiapan Pra-Induksi
 Faktor-faktor yang telah ditunjukkan untuk
mempengaruhi tingkat keberhasilan induksi
termasuk Bishop skor, paritas (riwayat persalinan
pervaginam sebelumnya), BMI, usia ibu, perkiraan
berat janin, dan penyakit sistemik (diabetes).
Opsi mekanik Folley catheter

• Memberikan tekanan • Placenta letak rendah


pada serviks untuk merupakan
meregangkan segmen kontraindikasi absolut
bawah rahim dan terhadap penggunaan
meningkatkan a Kateter Foley.
pelepasan PG lokal. • Kontraindikasi relatif
• Mengurangi efek untuk penggunaannya
samping termasuk antepartum
• Biaya murah hemorrhage, ruptur
membran, dan infeksi
saluran genital bawah.
Farmakologi
 Prostaglandin E2 bekerja  Oksitosin dapat dimulai 30
pada serviks dengan menit setelah pengangkatan
melarutkan kolagen pada memasukkan dinpoprostone
struktural jaringan serviks. (Cervidil) dan 6 jam setelah
 Prostaglandin E2, jam pemberian Prostin/
dinoprostone, tersedia dalam Prepidil.
3 sediaan sebagai agen  Perawatan harus dilakukan
pematangan serviks: gel untuk menghindari pemberian
pelepasan terkontrol 10 mg dosis PG yang lebih tinggi ke
(Cervidil), intravaginal 1 mg dalam serviks .
dan 2 mg gel (Prostin), dan  Tachysystole uterus tanpa
gel 0.5 mg intracervical perubahan DJJ lebih banyak
(Prepidil). dengan PGE2.
Misoprostol

 Berikan 50 mcg secara oral dengan minum air putih (pastikan


itu ditelan dengan cepat untuk menghindari penyerapan
sublingual) atau berikan 25 mcg per vaginam.
 Ulangi setiap 4 jam selama tidak ada kontraksi.
 Oksitosin hanya dapat digunakan 4 jam setelah dosis terakhir.
 Misoprostol lebih efektif daripada PGE2 persalinan per
vaginam dan menghasilkan penggunaan epidural yang lebih
sedikit tetapi lebih banyak menimbulakn tachysystole uterus.
 PGE1 dan PGE2 keduanya menurunkan tingkat tindakan CS pada kondisi
servix yang kurang baik.
 Dosis vagina yang lebih rendah (25 mcg) cenderung membutuhkan lebih
banyak stimulasi oksitosin dan dosis pervaginan yang lebih tinggi (≥ 50
mcg) cenderung lebih banyak menimbulkan kontraksi uterus.
 Pemantauan kesehatan janin diperlukan sebelum pemberian misoprostol.
Pemantauan DJJ seharusnya dilakukan selama 30 menit setelah pemberian
misoprostol dan selama 60 menit setelah tachysystole.
Oxytocin
 Intravenous oxytocin, available since Example of low-dose protocol:
the 1950s, has been the most  Initial dose of oxytocin..................................1 to 2 mU/min
commonly used method of induction
for women with a viable pregnancy  Increase interval......................................................30 minutes
and favourable cervix.
 Dosage increment....................................................1 to 2 mU
 Oxytocin is a peptide produced
naturally in the posterior  Usual dose for good labour.........................8 to 12 mU/min
hypothalamus that binds to uterine  Maximum dose before reassessment.................30 mU/min
receptors to produce uterine
contractions, but it has no direct
effect on the cervix. Example of high-dose protocol:
 Initial dose of oxytocin..................................4 to 6 mU/min
 Increase interval............................................15 to 30 minutes
 Dosage increment...........................................4 to 6 mU/min
 Usual dose for good labour.........................8 to 12 mU/min
 Maximum dose before reassessment.................30 mU/min
Summary
 The rate of labour induction has increased significantly since the
early 1990s and continues to involve a significant percentage of
pregnancies, removing women from the advantageous natural
process of labour.
 While there are indications to recommend induction, postdates
pregnancies remain a large contributor to the induction rates.
 Practitioners need to apply clinical judgement and evidence-based
medicine to justify that induction is superior to continuation of
pregnancy.
 The benefit of induction over the continuation of a pregnancy is not
always clear, but the clinician has some tools to evaluate the
likelihood of a successful vaginal delivery.
 The clinician should consider all of the tools available to optimize a
safe process towards achieving a successful vaginal delivery.

Anda mungkin juga menyukai