Anda di halaman 1dari 24

“TANDA DAN GEJALA KLINIS PSIKIATRI”

Pembimbing:
dr. Friendy Ahdimar, Sp.KJ
Penyusun:
Rifa Aulia Ramadhanty (2017730098)
Salsa Ananda Putri (2017730105)

KEPANITERAAN KLINIK STASE PSIKIATRI


RUMAH SAKIT JIWA ISLAM KLENDER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
Definisi
• Psikiatri = Cabang spesialistik ilmu kedokteran yang mengkhususkan pendalaman aspek
patogenesis, diagnosis, terapi, rehabilitasi, pencegahan gangguan jiwa dan peningkatan
kesehatan jiwa
• Berdasarkan PPDGJ III yang merujuk pada pada DSM-V menyatakan bahwa mental disorder
merupakan suatu sindrom atau pola perilaku, atau psikologi seseorang, yang secara klinis
cukup bermakna, dan yang secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress)
atau hendaya (impairment/disability) di dalam satu atau lebih fungsi yang penting dari
manusia.
Etiologi dan Faktor Risiko
• Beberapa penyakit mental dikaitkan dengan fungsi abnormal dari sel saraf atau jalur yang
menghubungkan daerah otak tertentu. Selain itu, kecacatan atau cedera pada area otak
tertentu juga dapat meyababkan terjadinya kondisi gangguan mental.
• Faktor biologis lain yang mungkin terlibat • Faktor lainnya:
dalam pengembangan penyakit mental
• Masalah dengan keluarga
termasuk:
• Masalah dengan lingkungan sosial
• Genetik
• Masalah pendidikan
• Infeksi
• Masalah pekerjaan
• Cacat atau cedera otak
• Masalah perumahan
• Kerusakan prenatal
• Masalah ekonomi
• Penyalahgunaan zat
• Masalah berkaitan interaksi dengan hukum/kriminal
• Faktor-faktor lain
1. Kesadaran dan kognisi

Lingkup 2.

3.
Alam perasaan/Emosi

Perilaku motorik
Bahasan 4. Alam pikiran

Tanda dan 5. Persepsi

Gejala 6. Pembicaraan dan kemampuan berbahasa

7. Tilikan dan daya nilai sosial


Kesadaran/sensorium adalah suatu kondisi
kesigapan mental individu dalam menanggapi
rangsangan dari luar dan dalam dirinya.

Kesadaran
dan Kognisi adalah kemampuan untuk
mengenali/mengetahui mengenai benda,
Kognisi keadaan, situasi atau orang yang dikaitkan
dengan pengalaman pembelajaran dan
kapasitas intelejensi.

Yang merupakan fungsi kognisi antara lain :


memori/daya ingat, konsentrasi/perhatian,
orientasi, kemampuan berbahasa, berhitung,
visuospatial.
Derajat Kesadaran
Kompos Mentis
• Derajat optimal dari kesigapan mental individu dalam menanggapi rangsangan dari luar dan dalam
dirinya, dan mampu memahami apa yang terjadi di lingkungannya serta mampu bereaksi secara
memadai.
Apatis
• Penurunan kesadaran, yaitu individu bereaksi lambat terhadap stimulus dari luar, tampak acuh tak
acuh terhadap situasi sekitarnya.
Somnolensi
• Penurunan kesadaran yang cenderung tidur, tampak mengantuk, bereaksi lambat terhadap stimulus
dari luar
Sopor
• Penurunan kesadaran yang berat. Hampir tidak berespon terhadap stimulus dari luar, hanya memberi
respon minimal pada rangsangan yang kuat
Koma
• Penurunan kesadaran yg paling berat, dan sama sekali tidak bereaksi terhadap rangsangan yang kuat
sekalipun.
Derajat Kesadaran

Kesadaran Berkabut

• Perubahan kualitas kesadaran, individu tidak mampu berpikir jernih dan berespons secara
memadai terhadap situasi di sekitarnya, tampak bingung, sulit memusatkan perhatian dan
mengalami disorientasi

Delirium

• Perubahan kualitas kesadaran yang disertai gangguan fungsi kognitif yang luas, perilaku sangat
berfluktuasi, sulit memusatkan dan mempertahankan perhatian, juga mengalihkan perhatian.

Kesadaran seperti mimpi (Dream like state)

• Gangguan kualitas kesadaran yang terjadi pada serangan epilepsi psikomotor, tidak menyadari
apa yang dilakukannya meskipun terlihat melakukan aktivitas normal. Tidak bereaksi terhadap
rangsangan.
• Distraktibiltas
Konsentrasinya sangat mudah teralih oleh berbagai
stimulus yang terjadi disekitarnya.

Konsentrasi • Inatensi Selektif


Ketidakmampuan memusatkan perhatian pada
(Usaha untuk memusatkan
perhatian atau pikiran pada suatu obyek atau situasi tertentu, biasanya situasi yang
hal) membangkitkan kecemasan.
• Hypervigilance
Pemusatan perhatian yang berlebihan terhadap
stimulus eksternal dan internal sehingga penderita
tampak sangat tegang.
Orientasi orang/
personal
• kemampuan mengenali orang yg sudah dikenal

Orientasi Orientasi
ruang/spatial
(Kemampuan individu untuk
mengenali obyek atau situasi • kemampuan mengenali tempat dimana ia berada
sebagaimana adanya)

Orientasi waktu

• kemampuan mengenali waktu secara tepat saat


ia berada
Memori/Daya Ingat
(Proses pengelolaan informasi, meliputi perekaman – penyimpanan – dan pemanggilan memori kembali)

AMNESIA PARAMNESIA

Ketidakmampuan untuk mengingat sebagian Sering disebut ingatan palsu, yakni


atau seluruh pengalaman masa lalu. terjadinya distorsi ingatan dari
pengalaman yang sesungguhnya.
 Amnesia Anterograd

Hilangnya memori setelah titik


waktu kejadian.
 Amnesia Retrograd

Hilangnya memori sebelum titik


waktu kejadian.
Paramnesia

Konfabulasi Deja Vu Jamais Vu

Ingatan palsu yang muncul Individu merasa sangat Kebalikan dari Deja Vu,
untuk mengisi kekosongan mengenali suatu situasi yaitu merasa asing
memori. Biasanya terjadi baru yang sesungguhnya terhadap situasi yang
pada orang dengan demensia. belum pernah ia alami. justru pernah
dialaminya.
Hiperamnesia Screen Memory Letologika

Ingatan yang mendalam Secara sadar menutupi ingatan Ketidakmampuan yang bersifat
dan berlebihan terhadap akan pengalaman yang sementara dalam menemukan
suatu pengalaman. menyakitkan atau traumatis kata-kata yang tepat untuk
dengan ingatan yang lebih mendeskripsikan pengalamannya.
dapat ditoleransi.
Berdasarkan rentang waktu individu kehilangan daya ingatnya, dibedakan
menjadi:

Memori segera Memori jangka


Memori jangka
Ingatan terhadap Memori baru menengah
Ingatan terhadap panjang
peristiwa yang baru saja Ingatan terhadap
peristiwa yang terjadi Ingatan terhadap
terjadi, yakni rentang peristiwa yang terjadi
dalam beberapa hari peristiwa yang sudah
waktu beberapa detik selama beberapa bulan
terakhir. lama terjadi (bertahun-
sampai beberapa menit. yang lalu.
tahun yang lalu).
Emosi
Suatu perasaan yang dihayati secara sadar bersifat kompleks, melibatkan pikiran, persepsi dan perilaku
individu, dibedakan menjadi kondisi mood dan afek

Mood: Suasana perasaan yang bersifat pervasif dan bertahan lama, yang mewarnai persepsi
seseorang terhadap kehidupannya

Mood eutimia Mood hipotimia Mood disforia


Mood hipertimia
Penghayatan perasaan diwarnai Perasaan yang tidak
Semangat kegairahan
perasaan yang luas kemurungan dan menyenangkan
yang berlebihan
dan serasi kesedihan (jenuh, jengkel)
Mood aleksitimia
Mood Eforia Mood ekstasia Mood anhedonia
Sulit menghayati
Gembira/sejahtera Kegairahan yang Kehilangan minat pada
perasaan, emosi
yang berlebihan meluap-luap aktivitas kehidupan
dangkal.
Mood labil
Mood kosong Mood iritabel
Suasana perasaan
Kehidupan emosi Mudah sensitif dan
yang berubah-ubah
yang sangat dangkal marah
dari waktu ke waktu
Afek: Respon emosional saat ini, yang dapat dinilai dengan ekspresi wajah,
pembicaraan, sikap dan gerak gerik tubuh saat itu.

Afek menumpul
Afek luas
Penurunan kemampuan Afek mendatar
ekspresi emosi yang Afek menyempit
ekspresi emosi, tampak Hendaya afektif,
luas, ragam ekspresi, Nuansa ekspresi
dari tatapan mata kosong, lebih parah dari afek
sesuai dengan yang terbatas
irama suara monoton, tumpul
suasana hati
bahasa tubuh kurang.

Afek labil
Afek serasi Afek tidak serasi
perubahan irama
keserasian antara ekspresi emosi yang
perasaan yang cepat &
ekspresi emosi dan tidak cocok dengan
tidak berhubungan
suasana yang suasana yang
dengan stimulus
dihayatinya dihayati
eksternal
Perilaku Motorik
Ekspresi perilaku individu yang terwujud dalam ragam aktivitas motorik

Katatonia Katatonia Katalepsia


Stupor Furor
Penurunan aktivitas motorik Agitasi motorik yang ekstrim, Keadaan mempertahankan
ekstrim. Gerakan yang lambat kegaduhan motorik tak bertujuan, sikap tubuh dalam posisi
hingga keadaan tak bergerak tanpa motif yang jelas dan tidak tertentu dalam waktu lama.
dan kaku seperti patung. dipengaruhi oleh stimulus eksternal.

Flexibilitas Akinesia Bradikinesia


cerea
Sikap tubuh yang Suatu kondisi aktivitas motorik Perlambatan gerakan motorik
sedemikian rupa dapat yang sangat terbatas. yang biasa terjadi pada
diatur tanpa perlawanan parkinsonisme atau penyakit
sehingga diistilahkan Parkinson.
seluwes lilin.
Proses Pikir
(Pola penyampaian pemikiran)

PROSES PIKIR GANGGUAN SIRKUMSTANSIA


TANGENSIAL
PRIMER ARUS PIKIR L
Terminologi yang  Asosiasi longgar: ide-ide Pembicaraan yang Ketidakmampuan
umum untuk pikiran yang pindah dari satu subjek tidak to the point, untuk mencapai
yang dereistic, tidak ke subjek yang lain tanpa sehingga lambat tujuan pembicaraan
logis, magis; secara berhubungan sama sekali, mencapai point yang secara langsung dan
normal ditemukan antar kalimat tidak akhirnya tidak
diharapkan
pada mimpi, tidak nyambung
 Inkoherensia: pikiran dan (berbelit-belit). mencapai tujuan
normal pada psikosis yang diharapkan.
ucapan keluar bersamaan
tanpa kaitan yg jelas, antar
kata tidak nyambung
 Lompat gagasan: pikiran
yang sangat cepat namun
mungkin masih bisa
dimengerti
Isi Pikir
Gangguan isi pikir adalah buah pikiran atau keyakinan seseorang yang terganggu dan bukan cara penyampaiannya.

Kemiskinan Isi Pikir


Pikiran yang hanya menghasilkan sedikit informasi.

Waham/Delusi
Suatu keyakinan keliru yang tidak bisa dipatahkan (tidak bisa diubah lewat penalaran atau dengan jalan
penyajian fakta), tidak sesuai dengan intelegensia, dan tidak sesuai dengan latar belakang budaya,
sosial dan agama.

Obsesi
Suatu ide yang tegar menetap dan seringkali tidak rasional. Biasanya obsesi diiringi dengan suatu
kompulsi.

Kompulsi
Kebutuhan dan tindakan patologis untuk melaksanakan suatu impuls, jika ditahan akan menimbulkan
kecemasan dan perilaku berulang.

Fobia
Ketakutan patologis yang persisten, irasional, berlebihan
Waham
Waham
Waham Bizzare Nihilistik Waham Somatik

Keyakinan yang keliru, Perasaan yang keliru Keyakinan yang keliru


mustahil, aneh bahwa dirinya dan dunia melibatkan fungsi tubuh
tidak ada

Waham Paranoid Waham Cemburu Erotomania

Waham kebesaran, waham Keyakinan yang keliru Kayakinan yang keliru,


kejaran, waham rujukan dan yang berasal dari cemburu biasanya pada perempuan,
waham dikendalikan patologis tentang merasa yakin bahwa seseorang
pasangan yang tidak setia sangat mencintainya
Fobia
(Ketakutan patologis yang persisten, irasional, berlebihan dan selalu berhubungan dengan situasi spesifik)

• fobia spesifik
• fobia sosial
• Akrofobia
• Agorafobia
• Ailurofobia
• Zoofobia
• Xenofobia
• fobia jarum
Persepsi
(Proses mental yang merupakan pengiriman stimulus fisik (eksternal) menjadi informasi psikologis,
sehingga stimulus sensorik dapat diterima secara sadar.)

Depersonalisasi Derealisasi Ilusi Halusinasi

Perasaan subyektif Perasaan subyektif Persepsi yang keliru Persepsi yang keliru, tidak
dengan gambaran bahwa atau menyimpang berhubungan dengan
seseorang mengalami lingkungannya dari stimulus stimulus eksternal yang
atau merasakan menjadi asing, tidak eksternal yang nyata (palsu). Jenis
dirinya (atau nyata. nyata halusinasi: hipnogogik
tubuhnya) tidak nyata, dan hipnopompik (non
khayal atau mengira patologis), audiotorik,
dirinya adalah subjek visual, taktil, gustatorik,
lain. olfaktorik, somatik,
liliput.
Reality Testing of Ability (RTA)
Kemampuan seseorang untuk menilai realitas. Kemampuan ini
akan menentukan persepsi, respons emosi dan perilaku dalam
berelasi dengan realitas kehidupan.

Adanya waham, halusinasi dan perilaku yang kacau menandakan


ada gangguan RTA
Daya Nilai Sosial
Kemampuan seseorang untuk menilai situasi secara

Daya Nilai benar dan bertindak yang sesuai dalam situasi


tersebut dengan memperhatikan kaidah sosial yang
(Kemampuan untuk menilai berlaku di dalam kehidupan sosial budayanya.
situasi secara benar dan
bertindak yang sesuai dengan
situasi tersebut)
Uji Daya Nilai
Kemampuan untuk menilai situasi secara benar dan
bertindak sesuai dalam situasi imajiner yang
diberikan.
TILIKAN

1 Penyangkalan total terhadap penyakitnya

2 Ambivalensi terhadap penyakitnya


Fungsi tilikan adalah untuk
3 Menyalahkan faktor lain sebagai penyebab menilai prognosis penyakit.
penyakitnya Semakin besar nilai tilikan,
Menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan namun
4
tidak memahami penyebab sakitnya semakin baik prognosisnya.
Menyadari penyakitnya dan faktor-faktor yang
5 berhubungan dengan penyakitnya namun tidak
menerapkan dalam perilaku sehari-hari
Menyadari sepenuhnya tentang situasi dirinya dan
6
memiliki motivasi untuk mencapai kesembuhan
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai