Pembimbing:
Dr. dr. Muhammad Fachri, Sp.P., FAPSR., FISR,
Disusun Oleh:
Elsa Nur Rahma Diahnissa
2016730030
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan pembuatan journal reading yang
berjudul “Hematologic Parameters in Pulmonary Tuberculosis Patients Based on
The Microscopic Sputum Examination”.
Ucapan terima kasih tak lupa penulis ucapkan kepada Dr. dr. Muhammad Fachri,
Sp.P., FAPSR., FISR, selaku konsultan dibagian ilmu penyakit dalam di RSIJ
Sukapura dan rekan-rekan yang telah membantu penulis dalam pembuatan laporan
kasus ini.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan kasus ini masih banyak
terdapat kesalahan. Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan guna perbaikan dalam pembuatan makalah selanjutnya.
Semoga laporan kasus ini dapat berguna bagi kita semua, khususnya bagi para
pembaca.
Penulis
i
Hematologic Parameters in Pulmonary Tuberculosis Patients Based on The
Microscopic Sputum Examination
Abstrak
2
Kesimpulan: Perubahan hasil dari pemeriksaan hematologi pada pasien TB paru
dapat digunakan sebagai parameter untuk diagnosis, prognosis, dan respons
terhadap terapi.
Pendahuluan
Sistem hematopoietik adalah salah satu sistem organ yang paling parah
terpengaruh pada pasien dengan infeksi tuberkulosis (TB). Tuberkulosis diketahui
berdampak pada produksi dan masa hidup komponen sumsum tulang seluler. TB
dapat menyebabkan anemia pada 16-94% pasien yang terinfeksi. 1 Jenis anemia
yang paling umum terkait dengan infeksi TB aktif adalah tipe normochromic-
normocytic yang dihasilkan dari infeksi kronis.2,3 Infeksi TB juga dapat
menyebabkan perubahan trombosit, termasuk trombositosis, trombositopenia,
perubahan indeks trombosit, dan aktivitas fungsi trombosit. Lebih dari 50% orang
dengan TB aktif dilaporkan memiliki trombositosis
Metodelogi
3
menjalani pemeriksaan mikroskopis bakteriologis, laboratorium, dan dahak.
Kriteria eksklusi terdiri dari pasien TB yang diduga belum diobati sebagai pasien
TB.
Data yang dikumpulkan dari rekam medis meliputi profil pasien (nama, nomor
rekam medis, usia, berat, tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, status perkawinan,
latar belakang pendidikan), gejala klinis, hasil pemeriksaan fisik, mikroskopis
sputum Bacilli asam-AFB cepat asam dan hasil pemeriksaan radiologis dan hasil
pemeriksaan hematologis, termasuk hemoglobin (Hb), hematokrit (Hct), leukosit,
trombosit, eritrosit, dan LED.
Anemia dalam penelitian ini didefinisikan sebagai nilai Hb <13 g / dL untuk pria
dan <12 g / dL untuk wanita. Nilai hematokrit rendah didefinisikan sebagai
jumlah hematokrit <40% untuk pria dan <36% untuk wanita. Leukositosis
didefinisikan sebagai peningkatan jumlah leukosit di atas nilai referensi (>
10.000 / L), dan leukopenia didefinisikan sebagai jumlah leukosit di bawah nilai
referensi (<4000 / L). Trombositopenia didefinisikan sebagai jumlah trombosit di
bawah nilai referensi, dan trombositosis didefinisikan sebagai jumlah trombosit di
atas nilai referensi (nilai referensi untuk trombosit: 150.000 --- 300.000 / L darah).
ESR yang meningkat didefinisikan sebagai ESR> 15 mm / jam untuk pria dan> 20
mm / jam untuk wanita. Kami menggunakan uji perbandingan rata-rata untuk
parameter hematologi berdasarkan hasil dari pemeriksaan mikroskopis. Uji
normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov --- Smirnov, uji
komparatif dilakukan dengan menggunakan uji-t independen untuk data
berdistribusi normal, dan uji Mann --- Whitney digunakan untuk data yang tidak
terdistribusi normal.
Hasil
Berdasarkan rekam medis pasien TB di RSIJ Sukapura dari Januari 2015 hingga
Juni 2017, 224 pasien TB ditemukan. Data dari Tabel 1 menunjukkan bahwa
mayoritas pasien TB berusia 18 hingga 49 tahun, dengan 59,4% perempuan dan
61,6% laki-laki.
4
Pemeriksaan mikroskopis dahak menunjukkan bahwa mayoritas pasien TB
(69,2%) memiliki BTA negatif. Berdasarkan tingkat pendidikan, mayoritas pasien
adalah senior sekolah menengah atas (57,6%) dan bekerja sebagai penjual /
petani / nelayan / buruh / pengusaha (37,5%). Berdasarkan kategori obat anti-TB,
mayoritas pasien (91,1%) berada dalam kategori I. Berdasarkan klasifikasi TB,
mayoritas pasien didiagnosis sebagai kasus TB baru (84,4%).
5
Diskusi
6
Dalam penelitian ini, ada perbedaan yang signifikan dalam HB antara pasien
AFB-positif dan negatif. Anemia paling sering ditemukan pada pasien positif-
BTA (58%). Hasil ini mirip dengan yang dalam studi yang dilakukan oleh
Lombard et al., Mansvelt et al. dan Charles et al. di mana ditunjukkan bahwa
anemia terjadi pada sebagian besar pasien TB. 6 Mekanisme ini mungkin terkait
dengan pelepasan sitokin oleh makrofag aktif terhadap tuberkulum Bacilli,
sehingga menyebabkan penurunan produksi erythropoietin dan penghambatan
transfer zat besi dalam sistem retikuloendotelial dalam pengembangan. eritrosit.6
Penurunan HB bisa juga disebabkan oleh obat anti-TB, terutama rifampisin.
Dalam penelitian ini, ada perbedaan yang signifikan dalam jumlah leukosit antara
pasien positif-BTA dan negatif. Leukositosis adalah respons leukosit paling sering
pada pasien AFBpositif (58%). Respon leukosit bervariasi dalam infeksi TB dan
berkisar dari leukositosis hingga pansitopenia. Penelitian sebelumnya
menunjukkan bahwa sitokin seperti TNF berperan dalam limfositopenia.
Dalam penelitian ini, ada perbedaan signifikan dalam trombosit antara pasien
positif-BTA dan negatif. Hasil ini didukung oleh penelitian sebelumnya bahwa
trombositosis secara signifikan lebih tinggi pada pasien dengan TB paru daripada
pada pasien yang sehat.10 Trombositosis reaktif tampaknya dimediasi oleh
peningkatan kadar trombopoietin yang dihasilkan dalam fase reaktan akut. 2
Sitokin inflamasi, terutama Interleukin-6 (salah satu penanda inflamasi yang
terlibat dalam pembentukan granuloma TB), terbukti merangsang produksi PLT.
11 Trombositopenia mungkin disebabkan oleh berbagai mekanisme seperti reaksi
kekebalan terhadap obat, fibrosis sumsum tulang, dan hipersplenisme.
Dalam penelitian ini, ada perbedaan yang signifikan dalam hematokrit antara
AFB-positif dan -negatif. Tingkat hematokrit yang lebih rendah paling sering
ditemukan pada pasien positif-BTA (69,6%). Hasil serupa ditunjukkan dalam
penelitian yang dilakukan oleh Eyuel et al. (2016) di mana sekitar 51% dari pasien
TB memiliki tingkat Hct yang lebih rendah sebelum memulai pengobatan TB.