Anda di halaman 1dari 4

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Sepsis merupakan suatu sindrom kompleks dan multifaktorial, yang insidensi, morbiditas, dan
mortalitasnya sedang meningkat di seluruh belahan dunia.1 Sindrom klinik ini terjadi karena adanya
respon tubuh terhadap infeksi, dimana respon tersebut cenderung berbahaya atau bersifat
merusak.2
The Third International Consensus Definitions for Sepsis and Septic Shock
tahun 2016 telah mengeluarkan definisi terbaru untuk sepsis yaitu suatu disfungsi organ yang
mengancam jiwa yang disebabkan oleh kelainan regulasi respon host terhadap infeksi. Dalam definisi
terbaru ini, istilah “sepsis berat” telah dihilangkan, hal ini bertujuan agar sepsis tidak dianggap ringan
dan bisa diberi penanganan yang tepat sesegera mungkin. Syok sepsis didefinisikan sebagai kondisi
lanjut dari sepsis dimana abnormalitas metabolisme seluler dan sirkulatorik yang menyertai pasien
cukup berat sehingga dapat meningkatkan mortalitas.3
Sepsis berat merupakan penyebab kematian utama di Amerika Serikat dan merupakan penyebab
kematian tersering pada pasien kritis di non-coronary Intensive Care Unit (ICU). Insidensi sepsis
berat diperkirakan mencapai 300 kasus per 100.000 populasi di Amerika Serikat dan setengah dari
kasus tersebut terjadi di luar ICU. Seperempat dari total pasien yang mengalami sepsis berat akan
meninggal selama perawatan, sedangkan syok septik dihubungkan dengan angka kematian yang
tinggi yaitu mencapai 50%.4. Hampir sebagian besar permasalahan akibat sepsis terjadi di negara
berkembang, dimana sekitar dua pertiga populasi dunia berada.5 Data mengenai sepsis di Indonesia
pada 1996, sejumlah 4.774 pasien dibawa ke rumah sakit pendidikan di Surabaya, dan 504 pasien
terdiagnosis sepsis, dengan rasio kematian 70.2%. Studi di salah satu rumah sakit pendidikan di
Yogyakarta, ada 631 kasus sepsis pada 2007, dengan rasio kematian sebesar 48.96%.6
Terdapat faktor - faktor yang mempengaruhi perjalanan penyakit sepsis sehingga bisa berkembang
menjadi sepsis berat bahkan syok, diantaranya adalah faktor klinis (usia, jenis kelamin, fokus infeksi,
dan skor APACHE II), hitung jumlah darah lengkap (hitung leukosit termasuk diferensiasi subtipe dan
penghitungan band, hemoglobin, hematokrit, dan trombosit) dan hasil pemeriksaan laboratorium
lainnya (kadar laktat serum, glukosa, transaminase liver, bilirubin, dan kreatinin), kondisi
hemodinamik (tekanan darah sistolik dan denyut jantung), parameter respiratorik (laju pernafasan
dan PaO2/FiO2), urinalisis (total keluaran urin), serta penyakit – penyakit komorbid (hipertensi,
diabetes, gagal ginjal kronik, dan keganasan).1,7 Selain faktor – faktor diatas, hal yang penting
lainnya adalah bahwa semua pasien yang kemungkinan menderita sepsis harus dilakukan kultur
darah yang sangat berguna untuk mempersempit pemilihan antibiotik dan dapat mengungkap sebab
dari kegagalan terapi.7
Penelitian de Oliveira A, dkk (2013) tentang faktor prediktor mortalitas pada pasien sepsis berat/
syok septik mengungkapkan adanya korelasi positif antara mortalitas dengan jenis kelamin laki – laki,
skor APACHE II, skor SOFA, keseimbangan cairan 24 jam positif, indikasi hemodialisis, penggunaan
kortikosteroid, leukopenia, laktat, NT-proBNP, dan level procalcitonin. Analisis multivariat Cox
ditemukan jenis kelamin laki – laki, hipotensi (24 jam pertama), leukopenia, dan keseimbangan
cairan positif (24 jam pertama) memiliki pengaruh terhadap mortalitas, sedangkan kontrol kadar
gula darah dan penggunaan antibiotik dini dinilai tidak relevan.1
Penelitian Menezes B, dkk (2013) tentang penggunaan rasio platelet/ leukosit sebagai prediktor
kematian pada pasien sepsis ditemukan bahwa P/L < 8 saat awal masuk rumah sakit dapat
dihubungkan dengan tingginya angka mortalitas dalam 4 dan 28 hari perawatan pada pasien sepsis.8
Prashanth dkk (2011) menemukan bahwa faktor yang berpotensi mempengaruhi keluaran dari
bakteremia adalah infeksi nosokomial, usia > 45 tahun, bakteremia yang disebabkan oleh organisme
yang sulit ditangani (seperti Pseudomonas spp.), dan bakteremia polimikrobial.9 Penelitian Eldeen
dkk (2012) menemukan kadar Cardiac Troponin I (cTnI) yang tinggi pada pasien sepsis seringkali
menunjukkan derajat keparahan yang lebih tinggi dan makin rentan mengalami efek merugikan
serta kematian, namun kadar cTnI tidak dapat dijadikan prediktor mortalitas.10
Penelitian lain dari Deepak dkk (2014) menemukan Kadar C-reactive protein (CRP) saat admisi tidak
dapat dijadikan prediktor mortalitas. Sedangkan kadar CRP hari ke-3 lebih baik daripada kadar CRP
saat admisi dalam memprediksi kematian. Penggunaan kombinasi CRP dan skor APACHE II lebih baik
untuk memprediksi kematian dibandingkan bila kedua variabel tersebut dianalisis sendiri.11
Variabel yang dianalisis hubungannya dengan kejadian kematian pasien sepsis dan syok sepsis pada
penelitian ini adalah usia, jenis kelamin, fokus infeksi, skor APACHE II, skor qSOFA, jumlah leukosit,
kadar hemoglobin, kadar hematokrit, jumlah trombosit, kadar glukosa dalam darah, kadar albumin,
kadar kreatinin serum, tekanan darah sistolik, frekuensi denyut jantung, laju pernafasan, PaO2/FiO2,
penyakit – penyakit komorbid. Variabel – variabel tersebut dipilih karena kelengkapan data pada
catatan medik yang diteliti. Sementara variabel seperti keseimbangan cairan 24 jam, indikasi
hemodialisis, penggunaan kortikosteroid, kadar laktat serum, NT-proBNP, level procalcitonin, kadar
transaminase liver, kadar bilirubin, total keluaran urin, kadar Cardiac Troponin I (cTnI), dan kadar C-
reactive protein (CRP) tidak dianalisis dalam penelitian ini karena tidak semua pasien dilakukan
pemeriksaan dan pencatatan terhadap variabel – variabel tersebut.
Penelitian tentang faktor – faktor prediktor mortalitas sepsis dan syok sepsis di ICU RSUP Dr. Kariadi
Semarang belum pernah dilakukan. Pengetahuan mengenai faktor prediktor mortalitas pada pasien
sepsis dan syok sepsis sangat membantu dalam menilai prognosis dan membantu manajemen pada
pasien tersebut.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana definisi dari Sepsis?
2. Bagaimana etiologi dari Sepsis?
3. Bagaimana patofisiologi dari Sepsis?
4. Bagaimana komplikasi dari Sepsis?
5. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari sepsis?
6. Bagaimana penatalaksanaan Sepsis?
7. Bagaimana konsep asuhan keperawatan Sepsis?
C. TUJUAN UMUM
Untuk mengetahui gambaran tentang sepsis baik secara teori maupun penanganan secara asuhan
keperawatan.
D. TUJUAN KHUSUS
1. Untuk mengetahui definisi dari Sepsis?
2. Untuk mengetahui etiologi dari Sepsis?
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari Sepsis?
4. Untuk mengetahui komplikasi dari Sepsis?
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari sepsis?
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan Sepsis?
7. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan Sepsis?
1.4 Manfaat penelitian
1.4.1 Manfaat untuk ilmu pengetahuan
Menambah pengetahuan dan memperluas wawasan mengenai faktor - faktor prediktor mortalitas
sepsis dan syok sepsis di ICU RSUP Dr. Kariadi Semarang.
1.4.2 Manfaat untuk pelayanan kesehatan
Pengetahuan mengenai faktor – faktor prediktor mortalitas sepsis dan syok sepsis diharapkan dapat
digunakan untuk menilai prognosis dan membantu manajemen pasien sepsis dan syok sepsis yang
dirawat di ICU RSUP Dr. Kariadi Semarang.
1.4.3 Manfaat untuk penelitian
Menjadi informasi bagi penelitian lebih lanjut mengenai faktor – faktor yang berpengaruh dalam
timbulnya mortalitas pada pasien sepsis dan syok sepsis.
1.5 Keaslian penelitian
Penelitian tentang faktor – faktor prediktor mortalitas sepsis dan syok sepsis di ICU RSUP Dr. Kariadi
Semarang belum pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian ini adalah penelitian analitik yang
difokuskan untuk mengetahui faktor – faktor prediktor mortalitas sepsis dan syok sepsis. Berikut
beberapa penelitian yang terkait dengan penelitian ini :
7

Tabel 1. Keaslian penelitian


No. Nama penulis 1. Argenil J. A.
de Oliveira dkk. 2013
Judul penelitian
Predictors of Mortality in Patients with Severe Sepsis or Septic Shock in the ICU of a Public Teaching
Hospital.1
Platelet/Leukocyte ratio as a predictor of mortality in patients with sepsis.8
Predictors of mortality in adult sepsis.9
Metode penelitian Kohort retrospektif
Hasil
 Korelasi positif antara
mortalitas dengan jenis kelamin laki – laki, skor APACHE II, skor SOFA, keseimbangan cairan 24 jam
positif, hemodialisis, kortikosteroid, leukopenia, laktat, NT- proBNP, dan level PCT.
 Kontrol glikemik dan penggunaan antibiotik dini tidak relevan.
 Rasio platelet/ leukosit < 8 saat admisi dapat dihubungkan dengan tingginya angka mortalitas
dalam 4 dan 28 hari pada sepsis. Faktor yang berpotensi mempengaruhi keluaran dari bakteremia
adalah infeksi nosokomial, usia > 45 tahun, bakteremia yang disebabkan oleh organisme yang sulit
ditangani (seperti Pseudomonas spp.), dan bakteremia polimikrobial.
8
2. Barbara Menezes dkk.
2013
3. H. V. Prashanth dkk.
2011
Kohort retrospektif
Spesimen pasien dengan kultur darah positif diambil kemudian diproses menggunakan teknik
mikrobiologi standar.
M.


Sumber utama bakteremia adalah traktus gastrointestinal. Faktor predisposisi utama adalah terapi
pembedahan yang baru saja dilakukan, diabetes, kanker, luka bakar, HIV, sirosis, dan neutropenia.
Tabel 1. Keaslian penelitian (lanjutan)
9
No. 4.
Nama penulis
Sally Salah Eldeen dkk. 2012
Deepak C L dkk. 2014
Judul penelitian
Cardiac Troponin IasaMarkerof Sepsis Severity and Mortality Prediction.10
Prediction of outcome in patients with sepsis using C- reactive protein & APACHE II scoring
system.11
Metode penelitian
Prospektif komparatif
Prospektif
Hasil
 Pasien sepsis dengan
kadar Cardiac Troponin I (cTnI) tinggi lebih parah derajat penyakitnya dan lebih rentan terkena efek
merugikan serta kematian.
 Namun cTnI bukan merupakan prediktor mortalitas.
 Kadar C-reactive protein (CRP) saat admisi bukan merupakan prediktor mortalitas. Sedangkan
kadar CRP hari ke-3 lebih baik daripada kadar CRP saat admisi dalam memprediksi kematian.
 Penggunaan kombinasi CRP dan skor APACHE II lebih baik untuk memprediksi kematian
dibandingkan bila kedua variabel tersebut dianalisis sendiri.
5.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terdapat pada :


1.5.1 Lokasi : penelitian ini dilakukan di ICU RSUP Dr.Kariadi Semarang.
1.5.2 Sampel : sampel penelitian adalah pasien sepsis dan syok sepsis yang dirawat di ICU RSUP
Dr.Kariadi Semarang periode 1 Januari 2013
sampai dengan 30 April 2016.
1.5.3 Variabel bebas : usia, jenis kelamin, fokus infeksi, skor APACHE II,
skor qSOFA, jumlah leukosit , kadar hemoglobin, kadar hematokrit, jumlah trombosit, kadar glukosa
dalam darah, kadar albumin, kadar kreatinin serum, tekanan darah sistolik, frekuensi denyut
jantung, laju pernafasan, PaO2/FiO2, penyakit – penyakit komorbid.
1.5.4 Variabel terikat : kematian (mortalitas)
10

Anda mungkin juga menyukai