Anda di halaman 1dari 5

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Sepsis dan syok septik merupakan dua keadaan medik yang
memerlukan tindakan segera. Keadaan ini merupakan hal yang sering
ditemukan di rumah sakit dan angka mortalitasnya masih cukup tinggi.
Menurut definisi terbaru sepsis diartikan sebagai suatu kondisi disfungsi
organ yang mengancam jiwa yang disebabkan karena disregulasi respon
tubuh terhadap infeksi. Sedangkan syok septik merupakan suatu keadaan
sepsis dimana abnormalitas sirkulasi dan metabolik yang terjadi dapat
menyebabkan kematian secara signifikan (Irvan, dkk., 2018; Tulli, 2019).
Sepsis atau disfungsi organ didiagnosis menggunakan skor SOFA yaitu
apabila terdapat peningkatan skor ≥ 2. Sepsis-related Organ Failure
Assessment (SOFA) score digunakan untuk menggambarkan secara kuantitatif
dan seobjektif mungkin tingkat dari disfungsi organ.

B. Faktor Risiko
Terdapat empat teori yang saling berhubungan dalam terjadinya proses
infeksi dan sepsis: teori mikrobiologi, teori ekologi, teori imunologi dan teori
genetika. Dari beberapa teori tersebut dapat dikembangkan beberapa hal yang
dapat menjadi faktor risiko berkembangnya sepsis, diantaranya (Tulli, 2019):
1. Usia
Usia menjadi salah satu faktor yang berperan terhadap terjadinya kejadian
sepsis terkait respon inflamasi tubuh terhadap infeksi, contohnya pada
anak kecil dibawah usia 2 tahun atau orang tua usia diatas 55 tahun.
Sumber lain mengatakan risiko sepsis pada anak berusia dibawah usia 1
tahun atau orang tua usia diatas 75 tahun.
2. Penyakit kronis
Kondisi komorbiditas kronis yang mengubah fungsi kekebalan tubuh
misalnya pada pasien kanker, diabetes, penyakit paru obstruktif kronis,
sirosis bilier, fibrosis kistik, gagal ginjal kronis, gagal jantung, dan
obesitas. Obesitas dikaitkan dengan peningkatan morbiditas dan
mortalitas pada pasien dengan sepsis akut.
3. Gangguan imunitas
Pasien dengan gangguan kekebalan tubuh karena penyakit atau obat yang
diminum seperti pasien kemoterapi dan pasien terapi radiasi untuk kanker,
pasien yang telah mengkonsumsi steroid jangka panjang, pasien yang
mengkonsumsi obat penekan imunitas tubuh seperti pada pasien
rheumatoid artritis, dan pasien yang menerima transfusi darah.
4. Kerusakan barrier tubuh
Termasuk didalamnya pasien yang telah menjalani operasi atau prosedur
invasif lainnya dalam 6 bulan terakhir, orang yang memiliki lesi kulit
seperti luka, lecet, luka bakar, atau infeksi kulit, orang yang menjalani
prosedur kateter intravena, atau kateter urin.
5. Infeksi kronis
Infeksi kronis yang diderita misalnya HIV, infeksi saluran kecing,
pneumonia, atau ulkus decubitus.
6. Lain-lain
Faktor lain contohnya malnutrisi protein kalori yang dapat mempengaruhi
sistem imunitas tubuh.

C. Patofisiologi
Sepsis diketahui sebagai keadaan yang melibatkan aktivasi awal dari
respon pro-inflamasi dan anti-inflamasi tubuh. Bersamaan dengan kondisi ini,
abnormalitas sirkular seperti penurunan volume intravaskular, vasodilatasi
pembuluh darah perifer, depresi miokardial, dan peningkatan metabolisme
akan menyebabkan ketidakseimbangan antara penghantaran oksigen sistemik
dengan kebutuhan oksigen yang akan menyebabkan hipoksia jaringan
sistemik atau syok. Syok merupakan manifestasi awal dari keadaan patologis
yang mendasari. Presentasi pasien dengan syok dapat berupa penurunan
kesadaran, takikardia, penurunan kesadaran, anuria (Dries, 2014; Singer at
al., 2016).
Patofisiologi keadaan ini dimulai dari adanya reaksi terhadap infeksi.
Hal ini akan memicu respon neurohumoral dengan adanya respon
proinflamasi dan antiinflamasi, dimulai dengan aktivasi selular monosit,
makrofag dan neutrofil yang berinteraksi dengan sel endotelial. Respon tubuh
selanjutnya meliputi mobilisasi dari isi plasma sebagai hasil dari aktivasi
selular dan disrupsi endotelial. Isi Plasma ini meliputi sitokin-sitokin seperti
tumor nekrosis faktor, interleukin, caspase, protease, leukotrien, kinin,
reactive oxygen
species, nitrit oksida, asam arakidonat, platelet activating factor, dan
eikosanoid. Sitokin proinflamasi seperti tumor nekrosis faktor α, interleukin-
1β, dan interleukin-6 akan mengaktifkan rantai koagulasi dan menghambat
fibrinolisis. Sedangkan Protein C yang teraktivasi (APC), adalah modulator
penting dari rantai koagulasi dan inflamasi, akan meningkatkan proses
fibrinolisis dan menghambat proses trombosis dan inflamasi (Irvan dkk.,
2018)
Aktivasi komplemen dan rantai koagulasi akan turut memperkuat
proses tersebut. Endotelium vaskular merupakan tempat interaksi yang paling
dominan terjadi dan sebagai hasilnya akan terjadi cedera mikrovaskular,
trombosis, dan kebocoran kapiler. Semua hal ini akan menyebabkan
terjadinya iskemia jaringan. Gangguan endotelial ini memegang peranan
dalam terjadinya disfungsi organ dan hipoksia jaringan global (Irvan dkk.,
2018).
III. KESIMPULAN

Sepsis adalah kondisi disfungsi organ yang mengancam jiwa dikarenakan


respon tubuh terhadap infeksi yang mengalami disregulasi. Sepsis menjadi
masalah kesehatan utama dimana angka morbiditas dan mortalitasnya masih
tinggi. Bahkan kejadian sepsis semakin meningkat sekalipun kemajuan di dalam
bidang antimikroba telah berkembang dengan pesat, diantaranya dengan
penemuan obat-obat baru, namun kematian karena sepsis masih cukup tinggi.
Pengenalan dan penanganan awal untuk sepsis dan syok sepsis menjadi hal
yang penting dan berpengaruh terhadap prognosis pasien. Pengawasan terus
menerus terhadap tanda vital, saturasi oksigen, dan jumlah urin yang dihasilkan
termasuk pemeriksaan laboratorium seperti pemeriksaaan akan adanya laktat
asidosis, disfungsi ginjal dan hepar, abnormalitas koagulasi, gagal nafas akut
harus dilakukan sesegera mungkin pada pasien yang dicurigai menderita sepsis.
Pengenalan tanda dan sumber infeksi harus dilakukan secara bersamaan. Dan
pemberian antibiotik harus diberikan sesegera mungkin.
DAFTAR PUSTAKA

Dries JD, editors. 2014. Fundamental Critical Care Support. 5nd ed. Mount
Prospect: Third Printing.

Irvan, Febyan, dan Suparto. 2018. Sepsis dan Tata Laksana Berdasar Guideline
Terbaru. Jurnal Anestesiologi Indonesia. Volume X (1): 62-73.

Singer M, Deutschman CS, Seymour CW, Hari MS, Annane D, Bauer M, et al.
2016. The third international concensus definitions for sepsis and septic shock
(sepsis-3). JAMA. 315 (8): 801-10.

Tulli, G. 2019. “Diagnosis and Management of Sepsis and Septic Shock: An


Evidence-Based Review” in Practical Trends in Anesthesia and Intesive
Care 2018 page: 137-179. Switzerland: Springer.

Anda mungkin juga menyukai