Anda di halaman 1dari 15

 

KEPERAWATAN GERONTIK

PERUBAHAN – PERUBAHAN PADA SISTEM

PERSYARAFAAN 

DISUSUN OLEH : 1. Nyimas Maryama

2. Sisca Ayu Vamela

3. Via Anggriyani

4. Widya fuji Aldina

5. Windi Fibraili

Tingkat : II. ( Semester IV)

Dosen Pembimbing: Esti Sri Ananingsih

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG

DIV KEPERAWATAN

2016
PENDAHULUAN 

Dengan memandang proses penuaan dari perspective yang luas dapat membimbing

kearah strategi yang lebih kreatif untuk melakukan intervensi terhadap lansia. Perubahan

structural yang paling terlihat terjadi pada otak itu sendiri, walaupun bagian lain dari system

saraf pusat juga terpengaruh. Perubahan ukuran otak yang di akibatkan oleh atropi girus dan

dilatasi sulkus dan ventrikel otak. Korteks serebral adalah daerah otak yang paling besar

dipengaruhi oleh kehilangan neuron.

Penurunan aliran darah serebral dan penggunaan oksigen juga telah diketahui akan

terjadi selama proses penuaan. Perubahan dalam system neurologis dapat termasuk

kehilangan dan penyusutan neuron, dengan potensial 10% kehilangan yang diketahui pada

usia 80 tahun. Penurunan dopamine dan beberapa enzim dalam otak pada lansia berperan

terhadap terjadinya perubahan neurologis fungsional. Secara fungsional, mungkin terdapat

suatu perlambatan reflek tendon profunda. Terdapat kecendrungan kearah tremor dan langkah

yang pendek-pendek atau gaya berjalan dengan langkah kaki melebar disertai dengan

 berkurangnya gerakan yang sesuai. Fungsi system saraf otonom dan simpatis mungkin

mengalami enurunan secara keseluruhan.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa itu usia lanjut?


1.2.2 Bagaimana perubahan anatomi dan fisiologi sistem persyarafan pada lansia?

1.2.3 Bagaimana perubahan fisiologik sistem sistem persyarafan pada usia lanjut?
BAB I

PEMBAHASAN

A.   Definisi Menua

Menua (= manjadi tua = aging) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-
lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan
struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadapa jejas (termasuk
infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Darmodjo, 2011).
Dapat pula dikatakan bahwa menua adalah hilangnya daya tahan tubuh manusia
secara progresif terhadap faktor-faktor dari luar tubuh yang kemudian akna menumouk
dan menjadi banyak distorsi metabolik dan structural atau disebut sebagai penyakit
degeneratif. Adapun sumber kain yang mengatakan bahwa menua didefinisikan sebagai
 proses yang mengubah seorang dewasa sehat menjadi seorang yang “ frail ” (lemah,
rentan) dengan berkurangnya sebagian besar cadangan system fisiologis dan
meningkatnya kerentaan terhadap berbagai penyakit dan kematian secara eksponsial
(Setiati dkk, 2009).
B.   Perbedaan Antara Sistem Syaraf Pada Dewasa dan lansia
Pada lansia, sistem saraf pusat pun telah mengalami beberapa perubahan, antara lain
sebagai berikut :
1.   Otak
Perbandingan pada otak yang normal dan otak pada lansia yang telah mengalami
 perubahan/penurunan fungsi adalah sebagai berikut :

a.    Normal
Otak terletak di dalam rongga kepala, yang pada orang dewasa sudah tidak
dapat lagi membesar, sehingga bila terjadi penambahan komponen rongga kepala
akan meningkatkan tekanan intra cranial. Berat otak ≤ 350 gram pada saat
kelahiran, kemudian meningkat menjadi 1,375 gram pada usia 20 tahun,berat otak
mulai menurun pada usia 45-50 tahun penurunan ini kurang lebih 11% dari
 berat maksimal. Berat dan volume otak berkurang rata-rata 5-10% selama
umur 20-90 tahun. Otak mengandung 100 million sel termasuk diantaranya sel
neuron yang berfungsi menyalurkan impuls listrik dari susunan saraf pusat.

 b.  Lansia
Pada Lansia, akibat penuaan, otak kehilangan 100.000 neuron/tahun. Neuron
dapat mengirimkan signal kepada beribu-ribu sel lain dengan kecepatan 200
mil/jam. Terjadi penebalan atropi cerebral (berat otak menurun 10%) antar usia 30-
70 tahun. Secara berangsur angsur tonjolan dendrite dineuron hilang disusul
membengkaknya batang dendrit dan batang sel. Secara progresif terjadi
fragmentasi dan kematian sel. Pada semua sel terdapat deposit lipofusin (pigment
wear and tear) yang terbentuk di sitoplasma, kemungkinan berasal dari lisosom
atau mitokondria. RNA, Mitokondria dan enzyme sitoplasma menghilang, inklusi
dialin eosinofil dan badan levy, neurofibriler menjadi kurus dan degenerasi
granulovakuole. Corpora amilasea terdapat dimana-mana dijaringan otak.
Berbagai perubahan degenerative ini meningkat pada individu lebih dari 60
tahun dan menyebabkan gangguan persepsi, analisis dan integrita, input sensorik
menurun menyebabkan gangguan kesadaran sensorik (nyeri sentuh, panas, dingin,
 posisi sendi). Tampilan sesori motorik untuk menghasilkan ketepatan melambat.

2.   Saraf Otonom
Perbandingan pada saraf otonom yang normal dan saraf otonom pada lansia
yang telah mengalami perubahan/penurunan fungsi adalah sebagai berikut:
a.    Normal
1)   Saraf simpati
Bekerja untuk meningkatkan denyut jantung dan pernafasan serta
menurunkan aktifitas saluran cerna.
2)   Saraf parasimpatis
Bekerjanya berlawanan dari saraf simpatis.

 b.  Lansia
Pusat pengendalian saraf otonom adalah hipotalamus. Beberapa hal
yang dikatakan sebagai penyebab terjadinya gangguan otonom pada usia
lanjut adalah penurunan asetolikolin, atekolamin, dopamine, noradrenalin.
Perubahan pada “neurotransmisi” pada ganglion otonom yang berupa
 penurunan pembentukan asetil-kolin yang disebabkan terutama oleh
 penurunan enzim utama kolin-asetilase.
Terdapat perubahan morfologis yang mengakibatkan pengurangan
 jumlah reseptor kolin. Hal ini menyebabkan predisposisi terjadinya hipotensi

 postural, regulasi suhu sebagai tanggapan atas panas atau dingin terganggu,
otoregulasi disirkulasi serebral rusak sehingga mudah terjatuh.
3.   Sistem Saraf Perifer
Perbandingan pada sistem saraf perifer pada orang dewan dan sistem saraf
 perifer pada lansia yang telah mengalami perubahan/penurunan fungsi adalah
sebagai berikut:
a.   Dewasa

1)   Saraf aferen
Berfungsi membawa informasi sensorik baik disadari maupun tidak,
dari kepala, pembuluh darah dan ekstermitas. Saraf eferen menyampaikan
rangsangan dari luar ke pusat.
2)   Saraf eferen
Berfungsi sebagai pembawa informasi sensorik dari otak menuju ke
luar dari susunan saraf pusat ke berbagai sasaran (sel otot/kelenjar).
 b.  Lansia
1)   Saraf aferen
Lansia terjadi penurunan fungsi dari saraf aferen, sehingga terjadi
 penurunan penyampaian informasi sensorik dari organ luar yang terkena
ransangan.
2)   Saraf eferen
Lansia sering mengalami gangguan persepsi sensorik, hal tersebut
dikarenakan terjadinya penurunan fungsi saraf eferen pada sistem saraf
 perifer.
4.   Medulla spinalis
Perbandingan pada sistem saraf perifer pada orang dewasa dan sistem saraf
 perifer pada lansia yang telah mengalami perubahan/penurunan fungsi adalah
sebagai berikut:
a.   Dewasa
Fungsi dari medulla spinalis pada orang dewasa antara lain :
1)   Pusat gerakan otot tubuh terbesar yaitu, Cornu motorik/ cornu ventralis.
2)  Mengurus kegiatan refleks spinalis dan refleks lutut.
3)  Menghantarkan rangsangan koordinasi otot dan sendi menuju cerebellum.
4)  Mengadakan komunikasi antara otak dan semua bagian tubuh.
 b.  Lansia
Medulla spinalis pada lansia terjadi penurunan fungsi, sehingga
mempengaruhi pergerakan otot dan sendi di mana lansia menjadi sulit untuk
menggerakkan otot dan sendinya secara maksimal.

5.   12 syaraf kranial

a.    Nervus Olfactorius
1)   Fungsinya sebagai penciuman
2)   Sifatnya sensorik membawa rangsangan aroma dari hidung ke otak
 b.   Nervus Optikus
1)   Fungsinya untuk menentukan ketajaman penglihatan dan lapangan
 pandang mata
2)   Sifatnya sensoris, membawa rangsangan penglihatan ke otak
c.   Nervus Okulomotorius
1)   Fungsinya kontraksi pupil, pergerakan bola mata

2)   Sifatnya motorik,mensarafi otot-otot orbital


d.   Nervus Troklearis
1)  Fungsinya sebagai saraf pemutar bola mata ke bawah dan dalam
2)  Sifatnya motorik, mensarafi otot-otot orbital
e.    Nervus Trigeminus
1)   Fungsinya sebagai penggerak
2)   Sifatnya majemuk (sensoris motoris)
 Nervus Trigeminus mempunyai 3 cabang yaitu :
1)    Nervus Optalmikus : Sifatnya sensorik, mensarafi kulit kepala bagian
depan, kelopak mata
2)    Nervus Maksilaris : Sifatnya sensoris, mensarafi gigi atas, bibir atas,
 palatum, hidung dan sinus maksilaris
3)    Nervus Mandibularis : Sifatnya majemuk, mensarafi otot pengunyah, gigi
 bawah, dagu dan serabut rongga mulut dan lidah, membawa rangsangan
citra rasa ke otak
f.    Nervus Abdusen
1)   Fungsinya pergerakan bola mata ke lateral
2)  Sifatnya motoris, mensarafi otot orbital

g.    Nervus Facialis
1)   Fungsinya sebagai mimik wajah dan menghantarkan rasa pengecap
2)   Sifatnya majemuk, mensarafi wajah, otot-otot lidah dan selapu lender
rongga mulut
h.    Nervus Vestibulotroklearis
1)   Fungsinya sebagai pendengaran dan keseimbangan (vestibulo)
2)  Sifatnya sensoris, membawa rangsangan dari telinga ke otak

i.    Nervus Glasofaringeus
1)   Fungsinya menelan dan membawa rangsangan cita rasa ke otak
2)  Sifatnya majemuk, mensarafi faring, tonsil, dan lidah
 j.   Nervus Vagus
1)   Fungsinya sebagai perasa
2)   Sifatnya majemuk, mensarafi faring, laring, esofagus, gaster, dan kelenjar
 pencernaan
k.   Nervus Assesorius
Fungsinya untuk mengkaji otot sternokleidomastoideus dan muskulus
trapezius
l.   Nervus Hipoglosus
1)   Fungsinya pergerakan lidah dalam berbicara dan menelan
2)  Sifatnya motoris, mensarafi otot-otot lidah
C.   Penuaan Sistem Neurologis
Perubahan dalam sistem neurologis dapat termasuk kehilangan dan penyusutan
neuron, dengan potensial 10% kehilangan yang diketahui pada usia 80 tahun. Distribusi
neuron kolinergik, norepinefrin, dan dopamin yang tidak seimbang, dikompensasi oleh
hilangnya sel-sel, menghasilkan sedikit penurunan intelektual. Peningkatan serotonin dan
 penurunan kadar norepinefrin dapat dihubungkan dengan depresi pada lansia. Kehilangan
 jumlah dopamin mengakibatkan terjadinya kekakuan dan parkinson.
D.   Manifestasi Defisit Neurologi
Manifestasi klinis yang berhubungan dengan defisit neurologis pada lansia dipandang
dari berbagai perspektif, yaitu :
1.   Perubahan fisik
Dampak dari perubahan SSP sukar untuk ditentukan karena hubungan fungsi
ini berkaitan dengan sistem tubuh yang lain seperti : gangguan perfusi, terganggunya
aliran darah serebral, penurunan kecepatan konduksi saraf, reflek yang melambat,
dan perubahan pada pol tidur lansia.
2.   Perubahan fungsi
Defisit fungsional pada gangguan neurologis berhubungan dengan penurunan
mobilitas pada lansia yang disebabkan oleh penurunan kekuatan, rentang gerak, dan
kelenturan. Penurunan pergerakan merupakan akibat dari kifosis, pembesaran sendi,
kekejangan, dan penurunan tonus otot.
3.   Perubahan kognisi-komunikasi
Perubahan kognisi dan komunikasi dan bervariasi dan berat. Memori mungkin
 berubah dalam proses penuaan. Pada umumnya, memori untuk kejadian masa lalu
lebih banyak diretensi dan lebih banyak diingat daripada informasi yang masih baru.
4.   Perubahan psikososial
Defisit neurologis yang menyebabkan penarikan diri, isolasi, dan rasa asing
dapat menyebabkan lansia lebih bingung dan mengalami disorientasi. Hilangnya
fungsi tubuh dan gangguan gambaran diri mungkin turut berperan terhadap hilangnya
harga diri klien. Perubahan fisik dan sosial yang terjadi bersamaan tidak dapat
dipisahkan dari perubahan psikologis selama proses penuaan.

E.   Perubahan – p  erubahan yang terjadi system neurologis pada lansia


Perubahan sistem persyarafandapat dipicu oleh gangguandari stimulasi dan insiasi dapat
diasumsikan terjadi respon yang dapat mengganggu performace dalam beraktivitas. kualitas
 performace pada lansia akan menurun disebabkan. Antara lain : motivasi kesehatan dan
 pengaruh lingkungan.
1.   Lansia mengalami kemunduran dalam kemampuan mempertahankan posisi
merekadan menghindari kemungkinan jatuh. Kemampuan mempertahankan posisi
diperngaruhi oleh tiga fungsi yaitu: Keseimbangan

2.   Postur tubuh
3.   Kemampuan berpindah
Gangguan yang sering muncul pada lansia antara lain dizzines, lightheadedness, dan vertigo.

A.   Dizzines
Sistem saraf pusat mengintegrasi pesan sensorik dari berbagai reseptor untuk menjaga
keseimbangan dan pergerakkan untuk berinteraksi dengan objek dan
lingkungan.orang yang tidak menerima informasi atau mengalami kegagalan
mengintegrasi informasi secara tepat dapat mengalami dizzines, dizzines dapat
dikategorkan menjadi:
   Perasaan berputar, biasanya disebut vertigo yaitu perasaan berputar. Biasanya
 berhubungan dengan gangguan sistem vestibular. Berlangsung spontan dapat
disertai nausea dan muntah.

   Impending faint, dizzines menimbulkan sensasi pandangan kabur yang


 biasanya disebabkan kurangnya suplai darah atau nutrisi ke dalam otak, dapat
 juga timbul pada lansia dengan postural hypotension dapat disertai dengan
dengingan di telinga gangguan pandangan dan diaporesis.

   Disekulibrium, kehilangan keseimbangan tanpa abnormal sensai pada kepala.


Terjadi pada saat berjalan dan keseimbangan saat mereka duduk, biasanya
karena gangguan kontrol sistem motorik.
   Vague lightheadedness biasanya disebabkan karena memiliki
gangguan sensori multipel seperti neuropati, periperal, katarak, spondilosis
servikal, dapat juga memiliki gangguan – gangguan vestibular dan fungsi
auditori.

B.   Sinkop
Disebabkan oleh gangguan pada baroresptor pada leher atau perubahan pada aliran
darah arteri sistematik. Biasanya berhubungan dengan batuk.mikturisi atau hipotensi
 postural. Sinkop karena batuk biasanya terjadi pada usia pertengahan sampai usia
lanjut. Terutama pada perokok, empisema dan bronkhitis. Sinkop karena hipotensi
 postural terjadi bila tekanan darah turun sebesar 20 mmhg atau leebih yang trejadi
 pada saat seseorang secara tiba-tiba bangkit dari posisi berbaring atau duduk.pada
lansia ditekankan untuk bangkit secara perlahan dari tipilet untuk mencegah
terjadinya sinkop mikturisi dan bangkit secara perlahan dari tempat tidur atau kursi
atau menghindari sinkop karena hipotensi postural.

C.   Hipotermi dan hipertemi

   Lansia memiliki resiko besar untuk mengalami hipotermi atau hipertemi.


Hipotermia terjadi bila suhu tubuh mencapai 35 c atau kurang. Banyak
 penyebab dari hipotermi, biasanya terpapar oleh lingkungan. Bisa juga
disebabkan karena berkurangnya aktivitas fisik, isolasi sosial, usia karena
 berkuranya lapisan lemak dan jaringan subkutaneus, gangguan mekanisme
termoregulasi, alkoholisme, diabetes dan penyakit kardivaskuler dan
serbrovaskuler, dan infeksi. Pada lansia ditandai dengan suhu tubuh turun,
kulit dingin dan sianosis, suara serak dan alurpikir yang lambat.

   Haet stroke merupakan masalah serius yang sering terjadi pada lansia
 penyebabnya adalah gangguan fungsi termolregulasi yang mengakibatkan
 peningkatan suhu tubuh karena gangguan proses radiasi, konveksi, dan
evaporasi. Gejala yang timbul biasanya sakit kepala diazzenes, kelemahan
nausea, muntah.

   Gangguan tidur
Pada umumnya lansia memerlukan waktu yang lama untuk tidur dan sering
terbangun pada malam hari. Biasanya disebabkan penurunan kemampuan
untuk mencapai tidur yang dalam yang berhubungan dengan beberapa faktor
seperti nokturea, ansietas dan gangguan psikologis. Lansia mengalami light
sleepers karena gangguan pada saat transisi pada saat masa tidur dan masa
wakefullness.

  Delirium
Delirium merupakan gangguan fungsi intelektual karena kerusakan pada
metabolisme otak. Biasanya ditandai dengan menurunya perhatian,
disorganisasi dalam berorganisasi dalam berfikir, disertai disorientasi.
Gangguan dalam mengingat, gangguan berbicara dan perubahan aktivitas
motorik,keadaan ini dapat jatuh dalam keadaan stupor atau koma,
misinterpretasi ilusi atau halusinasi. Ansietas, depresi, iritabel, marah apatis
dan euporia. Etiologi dari delirium antara lain gangguan pemenuhan oksigen,
substrat, kofaktor metabolik, penyakit organ seperti otak, keracunan gangguan
keseimabngan cairan, ion asam basa, dan sel saraf.
   Dimensia
Merupakan gangguan fungsi intelektual yaitu kehilangan memori dan kehilangan
kepribadian, penderita biasanya mengalami gangguan dalam interaksi sosial,
memecahkan masalah, mengingat, orientasi, dan berprilaku. Karakteristik dari
dimensia antara lain aphasia, agnosia, dan perubahan keperibadian.
Salah satu bentuk dari dimensia pada lansia yang sering terjadi adalah alzeimer
diasses.
 

E..Stroke atau cedera cerebrovaskuler 


Penyakit ini menunjukkan adanya beberapa kelainan otak baik secara fungsional
maupun structural yang disebabkan oleh keadaan patologis dari pembuluh darah
serebral atau dari selulruh system pembuluh darah otak. Patologis ini menyebabkan
 perdarahan dari sebuah robekan yang terjadi pada dinding pembuluh atau kerusakan
sirkulasi serebral oleh oklusi parsial atau seluruh lumen pembuluh darah dengan
 pengaruh yang bersifat sementara atau

permanen. F.  Perubahan perfusi jaringan serebral 


Perubahan Perfusi jaringan serebral adalah suatu keadaan dimana individu
mengalami penurunan dalam nutrisi dan oksigenasi pada tingkat seluler sehubungan
dengan kurangnya suplay darah kapiler. 

Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan interupsi aliran darah:


gangguan oklusi, hoemoragic, vasospasme serebral dan oedema serebral. 
Ditandai dengan : 
a.  Perubahan suhu kulit (dingin pada ekstremitas), warna biru atau ungu. 
 b.  Perubahan tingkat kesadaran, kehilangan memori. 
c.   Perubahan pada respon motorik atau sensorik, gelisah. 
d.   Deficit sensori, bahasa, intelektual dan emosi. 
e.   Perubahan tanda-tanda
vital Criteria hasil :

a.  Mempertahankan tingkat kesadaran membaik, fungsi kognitif, dan motorik.


 b.  Memdemonstrasikan tanda-tanda vital stabil dan tidak adanya tanda-tanda
 peningkatan TIK.
c.  Menunjukkan tidak ada kelanjutan kekambuhan.
d.  Memperlihatkan penurunan tanda dan gejala kerusakan jaringan.
G.  Sakit Kepala
Merupakan suatu gejala dari penyakit dan dapat terjadi dengan atau tanpa adanya
gangguan organic.
Beberapa jenis sakit kepala adalah sebagai berikut :

a.  Migraine
  Penyebab tidak diketahui. Diperkirakan akibat dari spasme pembuluh darah
intra cranial. Sering terjadi pada wanita remaja dan dewasa muda berhubungan
dengan riwayat asma atau alergi.
 b.  Cluster
Diperkirakan gangguan vaskuler. Histamine memegang peranan yang sangat
 penting. Umumnya terjadi pada pria usia muda dan dewasa.

c.  Ketegangan otot


Kontraksi otot yang sangat berlebihan di sekitar kulit kepala, wajah, leher, dan
tubuh bagian atas. Kemungkinan akibat vasodilatasi dari arteri cranial.
Kebanyakan pada usia dewasa terutama pada wania.
d.  Arthritis temporalis
Diperkirakan akibat dari mekanisme autoimun pada klien berusia diatas 50
tahun.
H.  Alzheimer atau Demensia
Alzheimer adalah proses degenerative yang terjadi pertama-tama pada sel yang
terletak pada dasar otak depan yang mengirim informasi ke korteks serebral.
Perubahan proses pikir adalah suatu keadaan dimana individu mengalami
gangguan dalam pengoperasian dan aktifitas kognitif. Perubahan proses pikir
 berhubungan dengan perubahan fisiologis, kehilangan memori, gangguan tidur.
Ditandai dengan :
a.  Hilang kosentrasi
 b.  Hilang ingatan
c.   Tidak mampu membuat keputusan

d.   Tidak mampu menginterprestasikan stimulasi


e.   Disorientasi waktu, tempat, orang, lingkunga dan peristiwa
f.   Tingkah laku social yang tidak tepat
Kriteria hasil :
a.  Mampu memperlihatkan kemampuan kognitif untuk menjalani konsekuensi
kejadian yang menegangkan terhadap emosi.
 b.  Mampu mengembangkan strategi untuk mengatasi anggapan diri yang negative.
c.  Mampu mengenali perubahan dalam berfikir.
d.  Mampu memperlihatkan penurunan tingkah laku yang tidak diinginkan, ancaman
dan kebingungan.
I.   Masalah-masalah Akibat Perubahan Sistem Persarafan Pada Lansia
  Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki dari atau mengganti dan mempertahankan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang di derita.
Proses menua merupakan proses yang terus menerus (berlanjut) secara ilmiah.
Dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup. Proses menua
setiap individu pada organ tubuh juga tidak sama cepatnya. Adakalanya orang belum
tergolong lanjut usia (masih muda) tetapi kekurangan  –  kekurangannya yang menyolok
(deskripansi). Adapun masalah-masalah perubahan sistem persarafan pada lansia adalah
sebagai berikut, yaitu:
1.   Gangguan pola istirahat tidur
Seringkali lansia mengalami perubahan pola tidur atau perbandiangan bangun dan
 pengaturan suhu pada lansia. Keluhan utama pada lansia sebenarnya adalah lebih
 banyak terbangun pada dini hari dibandingkan dengan gangguan dalam tidur.
Gangguan pola tidur dan pengaturan suhu terjadi akibat adanya penurunan pada
hypothalamus pada lansia.
2.   Gangguan gerak langkah (GAIT)
Pada usia lanjut secara fisiologik terdapat perubahan gerak langkah menjadi lebih
 pendek dengan jarak kedua kaki lebih lebar, rotasi pinggul menurun dan gerak lebih
lambat (Hadi Martono, 1992).
Keadaan ini sering diperberat oleh gangguan mekanik akibat penyakit yang
menyertai, antara lain adanya arthritis, deformasi sendi, kelemahan fokal atau
menyeluruh, neuropati, gangguan visual atau vestibuler atau gangguan integrasi di
SSP (Friedman, 1995).
3.   Gangguan persepsi sensori
Perubahan sensorik terjadi pada jalur sistem sensori dimulai dari reseptor hingga
ke korteks sensori, merubah transmisi atau informasi sensori. Pada korteks lobus
 parietal sangat penting dalam interpretasi sensori dengan pengendaian penglihatan,
 pendengaran, rasa dan regulasi suhu. Hilang atau menurunnya sensori rasa nyeri,
temperature dan rabaan dapat menimbulkan masalah pada lansia.
4.   Gangguan eliminasi BAB dan BAK
Perubahan sistem saraf pada lansia juga sering terjadi pada sistem pencernaan
maupun pada sistem urinari. Hal ini disebabkan karena pada lansia terjadi penurunan
sistem saraf perifer, dimana lansia menjadi tidak mampu untuk mengontrol
 pengeluaran BAB maupun BAK, sehingga bisa menimbulkan beberapa masalah,
seperti konstipasi, obstipasi, inkontinensia urin, dll.
5.   Kerusakan komunikasi verbal
Pada lansia sering terjadi kerusakan komunikasi verbal, hal ini disebabkan karena
terjadi penurunan atau ketidakmampuan untuk menerima, memproses,
mentransmisikan dan menggunakan sistem simbol. Adapun yang menjadi penyebab
lain masalah tersebut dikarenakan terjadinya perubahan pada persarafan di sekitar
wajah.
 

DAFTAR PUSTAKA

 Nugroho, Wahjudi. 2000. Keperawatan Gerontik.  Jakarta : EGC

Stanley, Mickey. And Beare, Patricia. 2006.  Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 2.
Jakarta : EGC.

Kushariyadi. 2010. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta: Salemba Medika

 Nugroho, Wahjudi. 2000. Keperawatan Gerontik.  Jakarta : EGC

Stanley, Mickey. And Beare, Patricia. 2006.  Buku Ajar Keperawatan Gerontik  Edisi 2.
Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai