Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

“GANGGUAN SISTEM NEUROLOGI PADA LANSIA”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gerontik

(Dosen Pengajar : Ns. Surya Prihatini, S.Kep, M.Kep)

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 6

Hardianti Muliani Putrid

Lilis Karmila

Mentira Batlayeri

Sri Ayu Ashari

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN FAMIKA MAKASSAR

2019/2020
I. SISTEM SARAF PADA LANSIA

Pada lansia, sistem saraf pusat telah mengalami beberapa perubahan, antara lain
sebagai berikut :
1. Otak
Pada Lansia, akibat penuaan, otak kehilangan 100.000 neuron/tahun. Neuron
dapat mengirimkan signal kepada beribu-ribu sel lain dengan kecepatan 200 mil/jam.
Terjadi penebalan atropi cerebral (berat otak menurun 10%) antar usia 30-70 tahun.
Secara berangsur angsur tonjolan dendrite di neuron hilang disusul membengkaknya
batang dendrit dan batang sel. Secara progresif terjadi fragmentasi dan kematian sel.
Pada semua sel terdapat deposit lipofusin (pigment wear and tear) yang terbentuk di
sitoplasma, kemungkinan berasal dari lisosom atau mitokondria. RNA, Mitokondria
dan enzyme sitoplasma menghilang, inklusi dialin eosinofil dan badan levy,
neurofibriler menjadi kurus dan degenerasi granulovakuole.Corpora amilasea terdapat
dimana-mana dijaringan otak.
Berbagai perubahan degenerative ini meningkat pada individu lebih dari 60 tahun
dan menyebabkan gangguan persepsi, analisis dan integrita, input sensorik menurun
menyebabkan gangguan kesadaran sensorik (nyeri sentuh, panas, dingin, posisi
sendi). Tampilan sesori motorik untuk menghasilkan ketepatan melambat.
2. Sistem Saraf Otonom
Pusat pengendalian saraf otonom adalah hipotalamus. Beberapa hal yang
dikatakan sebagai penyebab terjadinya gangguan otonom pada usia lanjut adalah
penurunan asetolikolin, atekolamin, dopamine, noradrenalin. Perubahan pada
“neurotransmisi” pada ganglion otonom yang berupa penurunan pembentukan asetil-
kolin yang disebabkan terutama oleh penurunan enzim utama kolin-asetilase.
Terdapat perubahan morfologis yang mengakibatkan pengurangan jumlah reseptor
kolin.Hal ini menyebabkan predisposisi terjadinya hipotensi postural, regulasi suhu
sebagai tanggapan atas panas atau dingin terganggu, otoregulasi disirkulasi serebral
rusak sehingga mudah terjatuh.
3. Sistem Saraf Perifer
a. Saraf aferen
Lansia terjadi penurunan fungsi dari saraf aferen, sehingga terjadi penurunan
penyampaian informasi sensorik dari organ luar yang terkena ransangan.
b. Saraf eferen
Lansia sering mengalami gang7guan persepsi sensorik, hal tersebut
dikarenakan terjadinya penurunan fungsi saraf eferen pada sistem saraf perifer.
4. Medulla spinalis
Medulla spinalis pada lansia terjadi penurunan fungsi, sehingga mempengaruhi
pergerakan otot dan sendi di mana lansia menjadi sulit untuk menggerakkan otot dan
sendinya secara maksimal.

II. PENUAAN SISTEM NEUROLOGIS


Perubahan dalam sistem neurologis dapat termasuk kehilangan dan penyusutan
neuron, dengan potensial 10% kehilangan yang diketahui pada usia 80 tahun. Distribusi
neuron kolinergik, norepinefrin, dan dopamin yang tidak seimbang, dikompensasi oleh
hilangnya sel-sel, menghasilkan sedikit penurunan intelektual. Peningkatan serotonin dan
penurunan kadar norepinefrin dapat dihubungkan dengan depresi pada lansia. Kehilangan
jumlah dopamin mengakibatkan terjadinya kekakuan dan parkinson.
A. Manifestasi Defisit Neurologi
Manifestasi klinis yang berhubungan dengan defisit neurologis pada lansia
dipandang dari berbagai perspektif, yaitu :
1. Perubahan fisik
Dampak dari perubahan SSP sukar untuk ditentukan karena hubungan fungsi
ini berkaitan dengan sistem tubuh yang lain seperti : gangguan perfusi,
terganggunya aliran darah serebral, penurunan kecepatan konduksi saraf, reflek
yang melambat, dan perubahan pada pol tidur lansia.
2. Perubahan fungsi
Defisit fungsional pada gangguan neurologis berhubungan dengan penurunan
mobilitas pada lansia yang disebabkan oleh penurunan kekuatan, rentang gerak,
dan kelenturan.Penurunan pergerakan merupakan akibat dari kifosis, pembesaran
sendi, kekejangan, dan penurunan tonus otot.
3. Perubahan kognisi-komunikasi
Perubahan kognisi dan komunikasi dan bervariasi dan berat. Memori
mungkin berubah dalam proses penuaan. Pada umumnya, memori untuk kejadian
masa lalu lebih banyak diretensi dan lebih banyak diingat daripada informasi
yang masih baru.
4. Perubahan psikososial
Defisit neurologis yang menyebabkan penarikan diri, isolasi, dan rasa
asing dapat menyebabkan lansia lebih bingung dan mengalami
disorientasi.Hilangnya fungsi tubuh dan gangguan gambaran diri mungkin turut
berperan terhadap hilangnya harga diri klien. Perubahan fisik dan sosial yang
terjadi bersamaan tidak dapat dipisahkan dari perubahan psikologis selama proses
penuaan.

B. Penyakit yang berhubungan dengan gangguan system neurologis pada lansia


1. Stroke atau cedera cerebrovaskuler
2. Perubahan perfusi jaringan serebral
3. Sakit Kepala
4. Alzheimer atau Demensia

C. Masalah-masalah Akibat Perubahan Sistem Persarafan Pada Lansia


1. Gangguan pola istirahat tidur
Seringkali lansia mengalami perubahan pola tidur atau perbandiangan bangun
dan pengaturan suhu pada lansia.Keluhan utama pada lansia sebenarnya adalah
lebih banyak terbangun pada dini hari dibandingkan dengan gangguan dalam
tidur.Gangguan pola tidur dan pengaturan suhu terjadi akibat adanya penurunan
pada hypothalamus pada lansia.
2. Gangguan gerak langkah (GAIT)
Pada usia lanjut secara fisiologik terdapat perubahan gerak langkah menjadi
lebih pendek dengan jarak kedua kaki lebih lebar, rotasi pinggul menurun dan
gerak lebih lambat.
Keadaan ini sering diperberat oleh gangguan mekanik akibat penyakit yang
menyertai, antara lain adanya arthritis, deformasi sendi, kelemahan fokal atau
menyeluruh, neuropati, gangguan visual atau vestibuler atau gangguan integrasi
di SSP.
3. Gangguan persepsi sensori
Perubahan sensorik terjadi pada jalur sistem sensori dimulai dari reseptor
hingga ke korteks sensori, merubah transmisi atau informasi sensori.Pada korteks
lobus parietal sangat penting dalam interpretasi sensori dengan pengendaian
penglihatan, pendengaran, rasa dan regulasi suhu.Hilang atau menurunnya sensori
rasa nyeri, temperature dan rabaan dapat menimbulkan masalah pada lansia.
4. Gangguan eliminasi BAB dan BAK
Perubahan sistem saraf pada lansia juga sering terjadi pada sistem pencernaan
maupun pada sistem urinari.Hal ini disebabkan karena pada lansia terjadi
penurunan sistem saraf perifer, dimana lansia menjadi tidak mampu untuk
mengontrol pengeluaran BAB maupun BAK, sehingga bisa menimbulkan
beberapa masalah, seperti konstipasi, obstipasi, inkontinensia urin, dll.
5. Kerusakan komunikasi verbal
Pada lansia sering terjadi kerusakan komunikasi verbal, hal ini disebabkan
karena terjadi penurunan atau ketidakmampuan untuk menerima, memproses,
mentransmisikan dan menggunakan sistem simbol. Adapun yang menjadi
penyebab lain masalah tersebut dikarenakan terjadinya perubahan pada persarafan
di sekitar wajah.

III. ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NEUROLOGI PADA LANSIA

1. Stroke

Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul :

1) Perfusi jaringan tidak efektif : cedera b.d gangguan sirkulasi darah ke otak
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan
pemasukan b.d faktor biologis
3) Kerusakan mobilitas fisik b.d kerusakan neuromuskuler, kerusakan persepsi
sensori, penurunan kekuatan otot.
4) Kerusakan komunikasi verbal b.d penurunan sirkulasi ke otak.
5) Sindrom defisit self-care: b.d kelemahan, gangguan neuromuskuler, kerusakan
mobilitas fisik.

No
Diagnosa Tujuan Intervensi
Dx
1 Perfusi Setelah dilakukan Peningkatan perfusi serebral
jaringan tidak tindakan keperawatan Kaji kesadaran klien
efektif: cedera …… jam diharapkan Monitor status respirasi
b.d gangguan perfusi jaringan efektif Kolaborasi obat-obatan untuk
sirkulasi darah dg KH: memepertahankan status
ke otak Perfusi jaringan hemodinamik.
cerebral: Fungsi Monitor laboratorium utk status
neurologymeningkat, oksigenasi: AGD
TIK dbn, Kelemahan
berkurang Monitor neurology
Status neurology: Monitor pupil: gerakan,
Kesadaran meningkat, kesimetrisan, reaksi pupil
Fungsi motorik Monitor kesadaran,orientasi,
meningkat, Fungsi GCS dan status memori.
persepsi sensorik
 Ukur vital sign
meningkat.,
 Kaji peningkatan kemampuan
Komunikasi kognitif
motorik, persepsi sensorik
meningkat, Tanda vital
( respon babinski)
stabil
 Kaji tanda-tanda keadekuatan
perfusi jaringan cerebral
 Hindari aktivitas yg dapat
meningkatkan TIK
 Laporkan pada dokter ttg
perubahan kondisi klien

2 Ketidak Setelah dilakukan Managemen nutrisi


seimbangan askep .. jam terjadi Kaji pola makan klien
nutrisi kurang peningkatan status Kaji kebiasaan makan klien dan
dari kebutuhan nutrisi dg KH: makanan kesukaannya
tubuh b/d Mengkonsumsi nutrisi Anjurkan pada keluarga untuk
ketidakmampu yang adekuat. meningkatkan intake nutrisi dan
an pemasukan Identifikasi kebutuhan cairan
b.d faktor nutrisi.  Kolaborasi dengan ahli gizi
biologis  Bebas dari tanda tentang kebutuhan kalori dan tipe
malnutrisi. makanan yang dibutuhkan
 Tingkatkan intake protein, zat
besi dan vit c
 Monitor intake nutrisi dan kalori
 Monitor pemberian masukan
cairan lewat parenteral.

Nutritional terapi
Kaji kebutuhan untuk pemasangan
NGT
Berikan makanan melalui NGT
k/p
Berikan lingkungan yang nyaman
dan tenang untuk mendukung
makan
Monitor penurunan dan
peningkatan BB
Monitor intake kalori dan gizi

3 Kerusakan Setelah dilakukan Latihan : gerakan sendi (ROM)


mobilitas fisik Askep …. jam Kaji kemampuan klien dalam
b.d kerusakan diharapkan terjadi melakukan mobilitas fisik
neuromuskuler, peningkatan mobilisasi, Jelaskan kepada klien dan
kerusakan dengan criteria: keluarga manfaat latihan
persepsi Level mobilitas:  Kolaborasi dg fisioterapi utk
sensori,  Peningkatan fungsi dan program latihan
penurunan kekuatan otot  Kaji lokasi nyeri/
kekuatan otot.  ROM aktif / pasif ketidaknyamanan selama latihan
meningkat  Jaga keamanan klien
 Perubahan pposisi Bantu klien utk mengoptimalkan
adekuat. gerak sendi pasif manpun aktif.
 Fungsi motorik Beri reinforcement ppositif setipa
meningkat. kemajuan
 ADL optimal
Terapi latihan : kontrol otot
 Kaji kesiapan klien utk
melakukan latihan
 Evaluasi fungsi sensorik
 Berikan privacy klien saat latihan
 kaji dan catat kemampuan klien
utk keempat ekstremitas, ukur
vital sign sebelum dan sesudah
latihan
 Kolaborasi dengan fisioterapi
 Beri reinforcement ppositif setipa
kemajuan

4 Kerusakan Setelah dilakukan askep Mendengar aktif:


komunikasi …. jam, kemamapuan Kaji kemampuan berkomunikasi
verbal b.d komunitas verbal Jelaskan tujuan interaksi
penurunan meningkat,dg criteria:  Perhatikan tanda nonverbal klien
sirkulasi ke Kemampuan  Klarifikasi pesan bertanya dan
otak. komunikasi: feedback.
 Penggunaan isyarat  Hindari barrier/ halangan
 nonverbal komunikasi
 Penggunaan bahasa
tulisan, gambar Peningkatan komunikasi:
 Peningkatan bahasa Defisit bicara
lisan  Libatkan keluarga utk memahami
Komunikasi : pesan klien
kemampuan  Sediakan petunjuk sederhana
penerimaan.  Perhatikan bicara klien dg cermat
 Kemampuan Gunakan kata sederhana dan
interprestasi meningkat pendek
 Berdiri di depan klien saat bicara,
6) K gunakan isyarat tangan.
e  Beri reinforcement positif
r  Dorong keluarga utk selalu
u mengajak komunikasi denga klien
s

5 a Sindrom defisit Setelah dilakukan askep Self-care assistant.


k self-care: b.d … jam, self-care Kaji kemampuan klien dalam
a kelemahan, optimal dg kriteria : pemenuhan kebutuhan sehari –
n gangguan  Mandi teratur. hari
neuromuskuler, Kebersihan badan Sediakan kebutuhan yang
m kerusakan
terjaga diperlukan untuk ADL
o mobilitas fisik
 kebutuhan sehari-hari Bantu ADL sampai mampu
b
(ADL) terpenuhi mandiri.
i
 Latih klien untuk mandiri jika
l
memungkinkan.
i
 Anjurkan, latih dan libatkan
t
keluarga untuk membantu
a
memenuhi kebutuhan klien sehari-
s
hari
 Berikan reinforcement positif
atas usaha yang telah dilakukan
klien.
2. Alzheimer
Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul :
1) Perubahan pola eliminasi urine/alvi berhubungan dengan kehilangan fungsi
neurologi/tonus otot, ketidakmampuan untuk menentukan letak kamar
mandi/mengenali kebutuhan
2) Perubahan pola tidur berhubungan dengan perubahan pada sensori
3) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler,
penurunan tonus atau kekuatan otot.
4) Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan kognitif, keterbatasan
fisik.
5) Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan resepsi, transmisi,
dan/atau integrasi.
6) Perubahan proses pikir berhubungan dengan degenerasi neuron irreversible.
DAFTAR PUSTAKA

Boedhi Darmojo R., Hadi Martono. 2006. Teori proses menua dalam Buku Ajar
Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta : Balai Penerbitan Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.

Sumber :Smeltzer & Bare (2002). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:


EGCDoengoes. (2000). Rencana Asuhan Keperawaan, Jakarta: EGC

https://id.scribd.com/document/248682756/ASKEP-STROKE-DENGAN-NANDA-
doc

Anda mungkin juga menyukai