Anda di halaman 1dari 16

SISTEM SARAF

PADA LANSIA
Pada lansia, sistem saraf pusat telah mengalami beberapa
perubahan, antara lain sebagai berikut :

1. Otak
2. Sistem Saraf Otonom
3. Sistem Saraf Perifer
4. Medulla spinalis
Otak

 Pada Lansia, akibat penuaan, otak kehilangan 100.000 neuron/tahun. Neuron


dapat mengirimkan signal kepada beribu-ribu sel lain dengan kecepatan 200
mil/jam. Terjadi penebalan atropi cerebral (berat otak menurun 10%) antar usia
30-70 tahun. Secara berangsur angsur tonjolan dendrite dineuron hilang disusul
membengkaknya batang dendrit dan batang sel. Secara progresif terjadi
fragmentasi dan kematian sel. Pada semua sel terdapat deposit lipofusin (pigment
wear and tear) yang terbentuk di sitoplasma, kemungkinan berasal dari lisosom
atau mitokondria. RNA, Mitokondria dan enzyme sitoplasma menghilang, inklusi
dialin eosinofil dan badan levy, neurofibriler menjadi kurus dan degenerasi
granulovakuole. Corpora amilasea terdapat dimana-mana dijaringan otak.
 Berbagai perubahan degenerative ini meningkat pada
individu lebih dari 60 tahun dan menyebabkan gangguan
persepsi, analisis dan integrita, input sensorik menurun
menyebabkan gangguan kesadaran sensorik (nyeri sentuh,
panas, dingin, posisi sendi). Tampilan sesori motorik untuk
menghasilkan ketepatan melambat
Sistem Saraf Otonom
 Pusat pengendalian saraf otonom adalah hipotalamus. Beberapa hal yang
dikatakan sebagai penyebab terjadinya gangguan otonom pada usia lanjut adalah
penurunan asetolikolin, atekolamin, dopamine, noradrenalin. Perubahan pada
“neurotransmisi” pada ganglion otonom yang berupa penurunan pembentukan
asetil-kolin yang disebabkan terutama oleh penurunan enzim utama kolin-
asetilase.
 Terdapat perubahan morfologis yang mengakibatkan pengurangan jumlah
reseptor kolin. Hal ini menyebabkan predisposisi terjadinya hipotensi postural,
regulasi suhu sebagai tanggapan atas panas atau dingin terganggu, otoregulasi
disirkulasi serebral rusak sehingga mudah terjatuh
Sistem Saraf Perifer

 Saraf aferen
 Lansia terjadi penurunan fungsi dari saraf aferen, sehingga terjadi
penurunan penyampaian informasi sensorik dari organ luar yang
terkena ransangan.
 Saraf diferen
 Lansia sering mengalami gangguan persepsi sensorik, hal tersebut
dikarenakan terjadinya penurunan fungsi saraf diferen pada sistem
saraf perifer.
Medulla spinalis

 Medulla spinalis pada lansia terjadi penurunan


fungsi, sehingga mempengaruhi pergerakan otot
dan sendi di mana lansia menjadi sulit untuk
menggerakkan otot dan sendinya secara maksimal .
PENUAAN SISTEM NEUROLOGIS

 Perubahan dalam sistem neurologis dapat termasuk kehilangan dan


penyusutan neuron, dengan potensial 10% kehilangan yang
diketahui pada usia 80 tahun. Distribusi neuron kolinergik,
norepinefrin, dan dopamin yang tidak seimbang, dikompensasi oleh
hilangnya sel-sel, menghasilkan sedikit penurunan intelektual.
Peningkatan serotonin dan penurunan kadar norepinefrin dapat
dihubungkan dengan depresi pada lansia. Kehilangan jumlah
dopamin mengakibatkan terjadinya kekakuan dan parkinson
Manifestasi Defisit Neurologi
Manifestasi klinis yang berhubungan dengan defisit neurologis pada lansia
dipandang dari berbagai perspektif, yaitu :

 Perubahan fisik
 Dampak dari perubahan SSP sukar untuk ditentukan karena hubungan fungsi ini
berkaitan dengan sistem tubuh yang lain seperti : gangguan perfusi, terganggunya
aliran darah serebral,  penurunan kecepatan konduksi saraf, reflek yang melambat,
dan perubahan pada pol tidur lansia.
 Perubahan fungsi
 Defisit fungsional pada gangguan neurologis berhubungan dengan penurunan
mobilitas pada lansia yang disebabkan oleh penurunan kekuatan, rentang gerak,
dan kelenturan. Penurunan pergerakan merupakan akibat dari kifosis, pembesaran
sendi, kekejangan, dan penurunan tonus otot.
 Perubahan kognisi-komunikasi
 Perubahan kognisi dan komunikasi dan bervariasi dan berat. Memori mungkin
berubah dalam proses penuaan. Pada umumnya, memori untuk kejadian masa lalu
lebih banyak diretensi dan lebih banyak diingat daripada informasi yang masih
baru.
 Perubahan psikososial
 Defisit neurologis yang menyebabkan penarikan diri, isolasi, dan rasa asing dapat
menyebabkan lansia lebih bingung dan mengalami disorientasi. Hilangnya fungsi
tubuh dan gangguan gambaran diri mungkin turut berperan terhadap hilangnya
harga diri klien. Perubahan fisik dan sosial yang terjadi bersamaan tidak dapat
dipisahkan dari perubahan psikologis selama proses penuaan.
Penyakit yang berhubungan dengan gangguan system
neurologis pada lansia

Stroke atau cedera cerebrovaskuler


Perubahan perfusi jaringan serebral
Sakit Kepala
Alzheimer atau Demensia
Masalah-masalah Akibat Perubahan Sistem
Persarafan Pada Lansia

Gangguan pola istirahat tidur


 Seringkali lansia mengalami perubahan pola tidur atau
perbandiangan bangun dan pengaturan suhu pada lansia.
Keluhan utama pada lansia sebenarnya adalah lebih
banyak terbangun pada dini hari dibandingkan dengan
gangguan dalam tidur. Gangguan pola tidur dan
pengaturan suhu terjadi akibat adanya penurunan pada
hypothalamus pada lansia.
Gangguan gerak langkah

 Pada usia lanjut secara fisiologik terdapat perubahan gerak langkah


menjadi lebih pendek dengan jarak kedua kaki lebih lebar, rotasi
pinggul menurun dan gerak lebih lambat.
 Keadaan ini sering diperberat oleh gangguan mekanik akibat
penyakit yang menyertai, antara lain adanya arthritis, deformasi
sendi, kelemahan fokal atau menyeluruh, neuropati, gangguan visual
atau vestibuler atau gangguan integrasi di SSP.
Gangguan persepsi sensori

 Perubahan sensorik terjadi pada jalur sistem sensori


dimulai dari reseptor hingga ke korteks sensori, merubah
transmisi atau informasi sensori. Pada korteks lobus
parietal sangat penting dalam interpretasi sensori dengan
pengendaian penglihatan, pendengaran, rasa dan regulasi
suhu. Hilang atau menurunnya sensori rasa nyeri,
temperature dan rabaan dapat menimbulkan masalah pada
lansia.
Gangguan eliminasi BAB dan BAK

 Perubahan sistem saraf pada lansia juga sering terjadi pada


sistem pencernaan maupun pada sistem urinari. Hal ini
disebabkan karena pada lansia terjadi penurunan sistem
saraf perifer, dimana lansia menjadi tidak mampu untuk
mengontrol pengeluaran BAB maupun BAK, sehingga
bisa menimbulkan beberapa masalah, seperti konstipasi,
obstipasi, inkontinensia urin, dll.
Kerusakan komunikasi verbal

 Pada lansia sering terjadi kerusakan komunikasi verbal,


hal ini disebabkan karena terjadi penurunan atau
ketidakmampuan untuk menerima, memproses,
mentransmisikan dan menggunakan sistem simbol.
Adapun yang menjadi penyebab lain masalah tersebut
dikarenakan terjadinya perubahan pada persarafan di
sekitar wajah.

Anda mungkin juga menyukai