TUTOR KELOMPOK 2
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BATAM
2020
BLOK TUMBUH KEMBAN DAN USIA LANJUT
Skenario 3
Kakek Rahmat, 72 tahun, berat badan 45kg, tinggi badan 160 cm rambut sudah beruban
dan ompong, pagi tadi terjatuh ketika bangun tidur. Saat itu kakek mengalami pusing berputar.
Kakek Rahmat hanya mengalami hematom di pelipis dan sudah dapat berjalan kembali.
Satu minggu yang lalu kakek Rahmat berobat kedokter langganan terdekat karena nyeri
pada kedua lutut. Pada oemeriksaan didaptkan tekanan darah 160/100 mmHg. Dokter
memberikan enam macam obat, dan sejak makan obat tersebut kakek merasa mual serta nafsu
makan menurun.
Sejak satu tahun yang lalu kakek Rahmat sering lupa dengan kejadian yang baru dialami,
sering mengulang-ulang pertanyaan,bahkan akhir-akhir ini luoa apakah sudah sholat atau
belum.oleh karena itu, kakek ditemani oleh seorang caregiver untuk membantu melakukan
aktifitas sehari-hari. Kakek Rahmat dianjurkan berobat keploklinik geriatridi rumah sakit.
Dokter melakukan pemriksaan tekanan darah sat baring dan duduk. Dari hasil
pemeriksaan,dokter mengatakan bahwa kakek mengalami keadaan polifarmasi dan
multipatologi, dengan masalah : vertigo,osteoarthritis genu,hipotensi
ortostatik,malnutsi,instabilitas,penurunan fungsi kognitif.
Bagaimana anda dapat menjelaskan tentang keadaan kakek Rahmat tersebut ?
STEP 1
TERMINOLOGI ASING :
STEP 2
RUMUSAN MASALAH :
1. Mengapa kakek rahmat merasa mual dan napsu maknnya menurun setelah minum
obat?
2. Mengapa kakek rahmat bisa terjatuh pada saat bangun tidur?
3. Mengapa dokternya menyarankan kakek rahmat untuk berobat kepoliklinik geriatric?
4. Apa saja karakteristik pasien geriatri?
STEP 3
HIPOTESIS :
1. Karena pada lansia terjadi perubahan farmakokinetik yaitu penggunaan banyak obat
sehingga meningkat kan kemungkinan terjadinya interaksi obat yang berlebih . maka dari
itu kakek rahmat merasa mual dan nafsu makan menurun.
2. – Karena kakek rahmat mengalami pusing berputar
- Karena terjadinya instabulitas yaitu terjadi ketidak seimbangan antara beban dan
kemampuan menjaga instabilitas postural.
3.
4. Pasien geriatri adalah pasien usia lanjut yang memiliki karakteristik khusus yang
membedakannya dari pasien usia lanjut pada umumnya. Karakteristik pasien geriatri
yang pertama adalah multipatologi, yaitu adanya lebih dari satu penyakit kronis
degeneratif.
Karakteristik kedua adalah daya cadangan faali menurun karena menurunnya fungsi
organ akibat proses menua. Karakteristik yang ketiga adalah gejala dan tanda penyakit
yang tidak khas. Tampilan gejala yang tidak khas seringkali mengaburkan penyakit yang
diderita pasien.Karakteristik berikutnya adalah penurunan status fungsional yang
merupakan kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas seharihari. Penurunan
status fungsional menyebabkan pasien geriatri berada pada kondisi imobilisasi yang
berakibat ketergantungan pada orang lain.Karakteristik khusus pasien geriatri yang sering
dijumpai di Indonesia ialah malnutrisi. Malnutrisi merupakan sindrom geriatri terbanyak
pada pasien usia lanjut yang dirawat (42,6%) di 14 rumah sakit.
STEP 4
SKEMA
STEP 5
LO ( LEARNING OBJECTIVE ) :
STEP 6
PEMBAHASAN :
Faktor – faktor yang mempengaruhi penurunan fungsi kognitif pada lansia yaitu
proses penuaan pada otak dan pertambahan usia. Proses penuaan pada otak yaitu terdapat
perubahan pada otak yang berhubungan dengan usia. Setiap tahun ditemukan terjadinya
pengurangan volume pada masing-masing area seperti lobus frontalis (0,55%), dan lobus
temporal (0,28%). Pengurangan volume otak juga akan disertai dengan penurunan
kognitif . Sebagian besar bagian otak termasuk lobus frontal mempunyai peranan penting
dalam penyimpanan ingatan di otak. Faktor pertambahan usia yaitu bertambahnya usia
seseorang maka akan semakin banyak terjadi perubahan pada berbagai sistem dalam
tubuh yang cenderung mengarah pada penurunan fungsi. Pada fungsi kognitif terjadi
penurunan kemampuan fungsi intelektual, berkurangnya kemampuan transmisi saraf di
otak yang menyebabkan proses informasi menjadi lambat, banyak informasi hilang
selama transmisi, berkurangnya kemampuan mengakumulasi informasi baru dan
mengambil informasi dari memori .
(1) Memory (daya ingat atau ingatan): pada lanjut usia daya ingat merupakan salah satu
fungsi kognitif yang paling awal mengalami penurunan. Ingatan jangka panjang kurang
mengalami perubahan, sedangkan ingatan jangka pendek seketika 0-10 menit memburuk.
Lansia akan kesulitan dalam mengungkapkan kembali cerita atau kejadian yang tidak
begitu menarik perhatiannya, dan informasi baru seperti TV dan film .
(2) IQ (Intellegent Quocient): IQ merupakan suatu skor pada suatu tes yang bertujuan
untuk mengukur kemampuan verbal dan kuantitatif . Fungsi intelektual yang mengalami
kemunduran adalah fluid intelligent seperti mengingat daftar, memori bentuk geometri,
kecepatan menemukan kata, menyelesaikan masalah, keceptan berespon, dan perhatian
yang cepat 12 teralih .
(3) Kemampuan belajar (learning): para lansia tetap diberikan kesempatan untuk
mengembangkan wawasan berdasarkan pengalaman (learning by experience). Implikasi
praktis dalam pelayanan kesehatan jiwa (mental health) lanjut usia baik bersifat promotif-
preventif, kuratif dan rehabilitatif adalah memberikan kegiatan yang berhubungan dengan
proses belajar yang sudah disesuaikan dengan kondisi masing-masing lanjut usia yang
dilayani.
(5) Pemecahan masalah: pada lansia masalah-masalah yang dihadapi semakin banyak.
Banyak hal dengan mudah dapat dipecahkan pada zaman dahulu, tetapi sekarang menjadi
terhambat karena terjadi penurunan fungsi indra pada lansia. Hambatan yang lain berasal
dari penurunan daya ingat, pemahaman, dan lain-lain yang berakibat pemecahan masalah
menjadi lebih lama.
(6) Pengambilan keputusan: pengambilan keputusan pada lanjut usia sering lambat atau
seolah-olah terjadi penundaan. Oleh sebab itu, lansia membutuhkan petugas atau
pembimbing yang dengan sabar mengingatkan mereka. Keputusan yang diambil tanpa
membicarakan dengan mereka para lansia, akan menimbulkan kekecewaan dan mungkin
dapat memperburuk kondisinya. Dalam pengambilan keputusan sebaiknya lansia tetap
dalam posisi yang dihormati.
(7) Motivasi: motivasi dapat bersumber dari fungsi kognitif dan fungsi afektif. Motif
kognitif lebih menekankan pada kebutuhan manusia akan informasi dan untuk mencapai
tujuan tertentu. Motif afektif lebih menekankan pada aspek perasaan dan kebutuhan
individu untuk mencapai tingkat emosional tertentu. Pada lansia, motivasi baik kognitif
maupun afektif untuk memperoleh sesuatu cukup besar, namun motivasi tersebut
seringkali kurang memperoleh dukungan kekuatan fisik maupun psikologis, sehingga hal-
hal yang diinginkan banyak terhenti ditengah jalan.
4. aspek-aspek kognitif
(1) Orientasi: Orientasi dinilai dengan pengacuan pada personal, tempat dan waktu.
Orientasi terhadap personal (kemampuan menyebutkan namanya sendiri ketika ditanya).
Kegagalan dalam menyebutkan namanya sendiri sering merefleksikan negatifism,
distraksi, gangguan pendengaran atau gangguan penerimaan bahasa. Orientasi tempat
dinilai dengan menanyakan negara, provinsi, kota, gedung dan lokasi dalam gedung.
Sedangkan orientasi waktu dinilai dengan menanyakan tahun, musim, bulan, hari dan
tanggal. Karena perubahan waktu lebih sering daripada tempat, maka waktu dijadikan
indeks yang paling sensitif untuk disorientasi.
(2) Bahasa: fungsi bahasa merupakan kemampuan yang meliputi 4 parameter, yaitu
kelancaran, pemahaman, pengulangan dan naming.
(3) Atensi: atensi merujuk pada kemampuan seseorang untuk merespon stimulus spesifik
dengan mengabaikan stimulus yang lain di luar lingkungannya.
(4) Memori
a. Memori verbal, yaitu kemampuan seseorang untuk mengingat kembali
informasi yang diperolehnya.
(7) Penalaran: kemampuan seseorang untuk membedakan baik buruknya suatu hal, serta
berpikir abstrak.
Patofisiologi:
Gejala:
2. Hipertensi
Tekanan darah tinggi atau hipertensi kondisi medis di mana terjadi peningkatan
tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang mempunyai
sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat
istirahat . HT adalah salah satu faktor risiko untuk stroke, serangan jantung, gagal
jantung dan aneurisma arterial, dan merupakan penyebab utama gagal jantung kronis.
Gejala
– sakit kepala
– kelelahan
– mual
– muntah
– sesak nafas
– gelisah – pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada
otak, mata, jantung dan ginjal. s/d koma
– Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak / belum diketahui
penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh hipertensi).
Komplikasi :
3. Gagal Jantung
Gejala :
- Alzheimer
4. Osteoartritis •
Faktor risiko:
– Aktivitas fisik yang berlebihan, seperti para olahragawan dan pekerja kasar
5. Osteoporosis
- Osteoporosis primer
Osteoporosis primer sering menyerang wanita paska menopause dan juga pada
pria usia lanjut dengan penyebab yang belum diketahui.
- Osteoporosis sekunder
• Cushing's disease
• Hyperthyroidism
• Hyperparathyroidism
• Hypogonadism
• Kelainan hepar
• Kurang gerak
• Pemakai obatobatan/corticosteroid
• Kelebihan kafein
• Merokok
6. PPOK
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik yang
ditandai dengan keterbatasan aliran udara di dalam saluran napas yang tidak sepenuhnya
reversibel, bersifat progresif, biasanya disebabkan oleh proses inflamasi paru yang
disebabkan oleh pajanan gas berbahaya yang dapat memberikan gambaran gangguan
sistemik .Penyebab utama PPOK adalah rokok, asap polusi dari pembakaran, dan partikel
gas berbahaya.
Gejala :
– sesak napas
– batuk kronik
– produksi sputum,
Karakteristik umum:
> 40 tahun, sesak napas yang progresif, memburuk dengan aktivitas, persisten,
batuk kronik, produksi sputum kronik, riwayat pajanan rokok, asap atau gas
berbahaya di dalam lingkungan kerja atau rumah.
1. bersifat holistic
2. bio-psiko-sosial
3. kuratif , rehabilitative,promotif,preventif
4. pengkajian status fungsional
4. pengkajian status psiko-kognitif
5. pengkajian asset keluarga pasien
DAFTAR PUSTAKA
Setiati S. Gangguan keseimbangan, jatuh, dan fraktur. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B,
Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ke-4. Jakarta:
Interna Publishing; 2006.
Coresa, T., & Ngestiningsih, D. (2017). Gambaran Fungsi Kognitif Pada Lansia Di Unit
Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Semarang. Jurnal Kedokteran Diponegoro, 6(1), 114–119.
Dorland edisi 29
Darmojo R.B. & Mariono H. (2004). Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Edisi3.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.