Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

BLOK TUMBUH KEMBANG DAN USIA LANJUT

DOSEN TUTOR : dr. Nopri esmiralda ,M.Kes

TUTOR KELOMPOK 2

NAMA : PUTRI ALYA MAHARANI MILLENIA


NPM : 61118005

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BATAM
2020
BLOK TUMBUH KEMBAN DAN USIA LANJUT
Skenario 3

[ Penyakit Usia Lanjut ]

Kakek Rahmat, 72 tahun, berat badan 45kg, tinggi badan 160 cm rambut sudah beruban
dan ompong, pagi tadi terjatuh ketika bangun tidur. Saat itu kakek mengalami pusing berputar.
Kakek Rahmat hanya mengalami hematom di pelipis dan sudah dapat berjalan kembali.
Satu minggu yang lalu kakek Rahmat berobat kedokter langganan terdekat karena nyeri
pada kedua lutut. Pada oemeriksaan didaptkan tekanan darah 160/100 mmHg. Dokter
memberikan enam macam obat, dan sejak makan obat tersebut kakek merasa mual serta nafsu
makan menurun.
Sejak satu tahun yang lalu kakek Rahmat sering lupa dengan kejadian yang baru dialami,
sering mengulang-ulang pertanyaan,bahkan akhir-akhir ini luoa apakah sudah sholat atau
belum.oleh karena itu, kakek ditemani oleh seorang caregiver untuk membantu melakukan
aktifitas sehari-hari. Kakek Rahmat dianjurkan berobat keploklinik geriatridi rumah sakit.
Dokter melakukan pemriksaan tekanan darah sat baring dan duduk. Dari hasil
pemeriksaan,dokter mengatakan bahwa kakek mengalami keadaan polifarmasi dan
multipatologi, dengan masalah : vertigo,osteoarthritis genu,hipotensi
ortostatik,malnutsi,instabilitas,penurunan fungsi kognitif.
Bagaimana anda dapat menjelaskan tentang keadaan kakek Rahmat tersebut ?
STEP 1

TERMINOLOGI ASING :

1. Instabilitas : kurang kestabilan atau pemantapan atau kontraksi involunter otot


detrusor, kandung kemih akibat masalah non-neurologik (Dorland 29 hal 404)
2. Polifarmasi : pemberian beberapa obatbsekaligus atau berlebihan (Dorland 29 hal
212)
3. Multipatologi : suatu keadaan pada pasien terdapat lebih dari satu penyakit yang
umumnya bersifat kronik degeneratif

STEP 2
RUMUSAN MASALAH :

1. Mengapa kakek rahmat merasa mual dan napsu maknnya menurun setelah minum
obat?
2. Mengapa kakek rahmat bisa terjatuh pada saat bangun tidur?
3. Mengapa dokternya menyarankan kakek rahmat untuk berobat kepoliklinik geriatric?
4. Apa saja karakteristik pasien geriatri?

STEP 3
HIPOTESIS :

1. Karena pada lansia terjadi perubahan farmakokinetik yaitu penggunaan banyak obat
sehingga meningkat kan kemungkinan terjadinya interaksi obat yang berlebih . maka dari
itu kakek rahmat merasa mual dan nafsu makan menurun.
2. – Karena kakek rahmat mengalami pusing berputar
- Karena terjadinya instabulitas yaitu terjadi ketidak seimbangan antara beban dan
kemampuan menjaga instabilitas postural.

3.
4. Pasien geriatri adalah pasien usia lanjut yang memiliki karakteristik khusus yang
membedakannya dari pasien usia lanjut pada umumnya. Karakteristik pasien geriatri
yang pertama adalah multipatologi, yaitu adanya lebih dari satu penyakit kronis
degeneratif.

Karakteristik kedua adalah daya cadangan faali menurun karena menurunnya fungsi
organ akibat proses menua. Karakteristik yang ketiga adalah gejala dan tanda penyakit
yang tidak khas. Tampilan gejala yang tidak khas seringkali mengaburkan penyakit yang
diderita pasien.Karakteristik berikutnya adalah penurunan status fungsional yang
merupakan kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas seharihari. Penurunan
status fungsional menyebabkan pasien geriatri berada pada kondisi imobilisasi yang
berakibat ketergantungan pada orang lain.Karakteristik khusus pasien geriatri yang sering
dijumpai di Indonesia ialah malnutrisi. Malnutrisi merupakan sindrom geriatri terbanyak
pada pasien usia lanjut yang dirawat (42,6%) di 14 rumah sakit.

STEP 4

SKEMA

STEP 5
LO ( LEARNING OBJECTIVE ) :

1. Mahasiswa Mampu Memahami dan Menjelaskan penurunan fungsi kognitif pada


lansia
2. Mahasiswa Mampu Memahami dan Menjelaskan instabilitas dan keseimbangan
3. Mahasiswa Mampu Memahami dan Menjelaskan peran rehab pada usia lanjut
4. Mahasiswa Mampu Memahami dan Menjelaskan penyakit yang dialami pada lansia
5. Mahasiswa Mampu Memahami dan Menjelaskan penatalaksanaan paripurna pada
lansia

STEP 6
PEMBAHASAN :

1. Penurunan fungsi kognitif pada lansia :


1. Definisi fungsi kognitif :

Proses menua merupakan penyebab terjadinya gangguan fungsi kognitif. Fungsi


kognitif tersebut merupakan proses mental dalam memperoleh pengetahuan atau
kemampuan kecerdasan, yang meliputi cara berpikir, daya ingat, pengertian,
perencanaan, dan pelaksanaan (Santoso&Ismail, 2009). Gangguan fungsi kognitif
berhubungan dengan fungsi otak, karena kemampuan lansia untuk berpikir akan
dipengerahui oleh keadaan otak .

2. factor-faktor yang mempengaruhi fungsi kognitif

Faktor – faktor yang mempengaruhi penurunan fungsi kognitif pada lansia yaitu
proses penuaan pada otak dan pertambahan usia. Proses penuaan pada otak yaitu terdapat
perubahan pada otak yang berhubungan dengan usia. Setiap tahun ditemukan terjadinya
pengurangan volume pada masing-masing area seperti lobus frontalis (0,55%), dan lobus
temporal (0,28%). Pengurangan volume otak juga akan disertai dengan penurunan
kognitif . Sebagian besar bagian otak termasuk lobus frontal mempunyai peranan penting
dalam penyimpanan ingatan di otak. Faktor pertambahan usia yaitu bertambahnya usia
seseorang maka akan semakin banyak terjadi perubahan pada berbagai sistem dalam
tubuh yang cenderung mengarah pada penurunan fungsi. Pada fungsi kognitif terjadi
penurunan kemampuan fungsi intelektual, berkurangnya kemampuan transmisi saraf di
otak yang menyebabkan proses informasi menjadi lambat, banyak informasi hilang
selama transmisi, berkurangnya kemampuan mengakumulasi informasi baru dan
mengambil informasi dari memori .

3. perubahan fungsi kognitif

Perubahan fungsi kognitif pada lansia, antara lain :

(1) Memory (daya ingat atau ingatan): pada lanjut usia daya ingat merupakan salah satu
fungsi kognitif yang paling awal mengalami penurunan. Ingatan jangka panjang kurang
mengalami perubahan, sedangkan ingatan jangka pendek seketika 0-10 menit memburuk.
Lansia akan kesulitan dalam mengungkapkan kembali cerita atau kejadian yang tidak
begitu menarik perhatiannya, dan informasi baru seperti TV dan film .

(2) IQ (Intellegent Quocient): IQ merupakan suatu skor pada suatu tes yang bertujuan
untuk mengukur kemampuan verbal dan kuantitatif . Fungsi intelektual yang mengalami
kemunduran adalah fluid intelligent seperti mengingat daftar, memori bentuk geometri,
kecepatan menemukan kata, menyelesaikan masalah, keceptan berespon, dan perhatian
yang cepat 12 teralih .

(3) Kemampuan belajar (learning): para lansia tetap diberikan kesempatan untuk
mengembangkan wawasan berdasarkan pengalaman (learning by experience). Implikasi
praktis dalam pelayanan kesehatan jiwa (mental health) lanjut usia baik bersifat promotif-
preventif, kuratif dan rehabilitatif adalah memberikan kegiatan yang berhubungan dengan
proses belajar yang sudah disesuaikan dengan kondisi masing-masing lanjut usia yang
dilayani.

(4) Kemampuan pemahaman: kemampuan pemahaman atau menangkap pengertian pada


lansia mengalami penurunan. Hal ini dipengaruhi oleh konsentrasi dan fungsi
pendengaran lansia mengalami penurunan. Dalam memberikan pelayanan terhadap lansia
sebaiknya berkomunikasi dilakukan kontak mata atau saling memandang. Dengan kontak
mata lansia dapat membaca bibir lawan bicaranya, sehingga penurunan pendengaran
dapat diatasi dan dapat lebih mudah memahami maksud orang lain. Sikap yang hangat
dalam berkomunikasi akan menimbulkan rasa aman dan diterima, sehingga lansia lebih
tenang, senang dan merasa dihormati.

(5) Pemecahan masalah: pada lansia masalah-masalah yang dihadapi semakin banyak.
Banyak hal dengan mudah dapat dipecahkan pada zaman dahulu, tetapi sekarang menjadi
terhambat karena terjadi penurunan fungsi indra pada lansia. Hambatan yang lain berasal
dari penurunan daya ingat, pemahaman, dan lain-lain yang berakibat pemecahan masalah
menjadi lebih lama.

(6) Pengambilan keputusan: pengambilan keputusan pada lanjut usia sering lambat atau
seolah-olah terjadi penundaan. Oleh sebab itu, lansia membutuhkan petugas atau
pembimbing yang dengan sabar mengingatkan mereka. Keputusan yang diambil tanpa
membicarakan dengan mereka para lansia, akan menimbulkan kekecewaan dan mungkin
dapat memperburuk kondisinya. Dalam pengambilan keputusan sebaiknya lansia tetap
dalam posisi yang dihormati.

(7) Motivasi: motivasi dapat bersumber dari fungsi kognitif dan fungsi afektif. Motif
kognitif lebih menekankan pada kebutuhan manusia akan informasi dan untuk mencapai
tujuan tertentu. Motif afektif lebih menekankan pada aspek perasaan dan kebutuhan
individu untuk mencapai tingkat emosional tertentu. Pada lansia, motivasi baik kognitif
maupun afektif untuk memperoleh sesuatu cukup besar, namun motivasi tersebut
seringkali kurang memperoleh dukungan kekuatan fisik maupun psikologis, sehingga hal-
hal yang diinginkan banyak terhenti ditengah jalan.

4. aspek-aspek kognitif

Aspek-aspek kognitif seseorang meliputi berbagai fungsi yaitu orientasi, bahasa,


atensi (perhatian), memori, fungsi konstruksi, kalkulasi dan penalaran , dapat dijabarkan
sebagai berikut:

(1) Orientasi: Orientasi dinilai dengan pengacuan pada personal, tempat dan waktu.
Orientasi terhadap personal (kemampuan menyebutkan namanya sendiri ketika ditanya).
Kegagalan dalam menyebutkan namanya sendiri sering merefleksikan negatifism,
distraksi, gangguan pendengaran atau gangguan penerimaan bahasa. Orientasi tempat
dinilai dengan menanyakan negara, provinsi, kota, gedung dan lokasi dalam gedung.
Sedangkan orientasi waktu dinilai dengan menanyakan tahun, musim, bulan, hari dan
tanggal. Karena perubahan waktu lebih sering daripada tempat, maka waktu dijadikan
indeks yang paling sensitif untuk disorientasi.

(2) Bahasa: fungsi bahasa merupakan kemampuan yang meliputi 4 parameter, yaitu
kelancaran, pemahaman, pengulangan dan naming.

a. Kelancaran: kelancaran merujuk pada kemampuan untuk menghasilkan kalimat


dengan panjang, ritme dan melodi yang normal. Suatu metode yang dapat
membantu menilai kelancaran pasien adalah dengan meminta pasien menulis atau
berbicara secara spontan.

b. Pemahaman: pemahaman merujuk pada kemampuan untuk memahami suatu


perkataan atau perintah, dibuktikan dengan mampunya seseorang untuk
melakukan perintah tersebut.

c. Pengulangan: kemampuan seseorang untuk mengulangi suatu pernyataan atau


kalimat yang diucapkan seseorang.

d. Naming: kemampuan seseorang untuk menamai suatu objek beserta bagian-


bagiannya.

(3) Atensi: atensi merujuk pada kemampuan seseorang untuk merespon stimulus spesifik
dengan mengabaikan stimulus yang lain di luar lingkungannya.

a. Mengingat segera: kemampuan seseorang untuk mengingat sejumlah kecil


informasi selama <30 detik dan mampu untuk mengeluarkannya kembali

b. Konsentrasi: kemampuan seseorang untuk memusatkan perhatiannnya pada


satu hal. Fungsi ini dapat dinilai dengan meminta orang tersebut untuk
mengurangkan secara berturut-turut dimulai dari angka 100 atau dengan
memintanya mengeja kata secara terbalik.

(4) Memori
a. Memori verbal, yaitu kemampuan seseorang untuk mengingat kembali
informasi yang diperolehnya.

b. Memori baru, yaitu kemampuan seseorang untuk mengingat kembali informasi


yang diperolehnya pada beberapa menit atau hari yang lalu.

c. Memori lama, yaitu kemampuan untuk mengingat informasi yang diperolehnya


pada beberapa minggu atau bertahun-tahun lalu.

d. Memori visual, yaitu kemampuan seseorang untuk mengingat kembali


informasi berupa gambar.

(5) Fungsi konstruksi: kemampuan seseorang untuk membangun dengan sempurna.


Fungsi ini dapat dinilai dengan meminta orang tersebut untuk menyalin gambar,
memanipulasi balok atau membangun kembali suatu bangunan balok yang telah dirusak
sebelumnya.

(6) Kalkulasi: kemampuan seseorang untuk menghitung angka.

(7) Penalaran: kemampuan seseorang untuk membedakan baik buruknya suatu hal, serta
berpikir abstrak.

2. instabilitas dan keseimbangan :


Instabilitas :
Salah satu sindrom geriatri adalah terjadinya instabilitas dan mudah jatuh.
Ketidakstabilan saat berjalan dan kejadian jatuh pada lansia merupakan permasalah serius
karena hal tersebut tidak hanya menyebabkan cedera, melainkan juga dapat menyebabkan
penurunan aktivitas, peningkatan utilisasi pelayanan kesehatan, dan bahkan kematian.1
Seperti sindrom geriatri lainnya, kejadian jatuh pada usia lanjut terjadi akibat perubahan
fungsi organ, penyakit dan lingkungan.Terdapat banyak faktor yang berperan untuk
terjadinya jatuh pada usia lanjut. Faktor- faktor tersebut dibagi menjadi faktor intrinsik
dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik meliputi gender, status psikologi (seperti ketakutan
akan jatuh, ansietas, dan depresi), keseimbangan, mobilitas, penurunan kekuatan otot,
fungsi fisik, dan kognitif. Status psikologi seperti ketakutan akan jatuh memiliki
hubungan yang bermakna jika dikaitkan dengan penurunan aktifitas pada usia lanjut yang
pernah jatuh dan menimbulkan ketergantungan terhadap orang lain. Ketakutan
mengalami jatuh dialami 25-40% orang berusia lanjut yang kebanyakan dari mereka
belum mengalami jatuh.Rasa takut jatuh merupakan faktor risiko terjadinya hendaya
fungsional serta sering juga dikaitkan dengan depresi dan isolasi sosial.Faktor ekstrinsik
yang menyebabkan jatuh antara lain lingkungan yang tidak mendukung meliputi
penerangan yang tidak baik (kurang atau menyilaukan), lantai yang licin dan basah,
tempat berpegangan yang tidak kuat/tidak mudah dipegang, alat-alat atau perlengkapan
rumah tangga yang tidak stabil dan tergeletak di bawah seperti tempat tidur atau jamban
yang rendah sehingga harus jongkok, obat-obatan yang diminum dan alatalat bantu
berjalan.

3. peran rehab pada usia lanjut :

Rehabilitasi medik adalah proses mengembalikan seseorang dari perannya sebagai


pasien menjadi seorang manusia seutuhnya. Sebagai contoh, ketika seorang lansia
menderita kesulitan dalam mobilitas, maka tujuan rehabilitasi medis adalah melatih lansia
tersebut untuk meningkatkan keseimbangan tubuh, koordinasi dan cara berjalan (gait),
sehingga pasien mampu melakukan mobilitas kembali dengan aman seperti berpindah
dari tempat tidur ke kursi roda, bergerak di tempat tidur, berbalik dan berganti posisi
dengan aman.Dalam proses rehabilitasi medik, terdapat pula konsep upaya pencagahan.
Pertama, pencegahan primer, yaitu mencegah lansia sehat agar jangan sakit atau
mengalami hendaya. Kemudian pemncegahan sekunder yaitu, lansia yang sakit atau
mengalama hendaya, jangan sampai mengalami disabilitas Pencegahan tersier, lansia
yang mengalami disabilitas jangan mengalami kecacatan (handicap).Dalam proses
rehabilitasi medis, langkah pertama adalah mengatasi masalah medis utama, dan menjaga
kondisi pasien stabil yang menjadi dasar mengawali program rehabilitasi medis. Langkah
kedua, mencegah komplikasi sekunder seperti malnutrisi, gangguan kognisi, depresi,
dekubitus, ketergantungan psikologis dan sebagainya.Langkah ketiga adalah
mengembalikan fungsi yang hilang. Apa saja? pertama, nilai kemampuan fungsional
yang masih tersisa dan dimaksimalkan. Kedua, bila perlu, gunakan alat bantu agar pasien
mandiri dan mampu bersosialisasi. Walaupun penyebab gangguan fungdi tak dapat
dihilangkan, pasien tetap mampu beraktivitas.

4. penyakit yang dialami pada lansia :


1. Diabetes Melitus •

Diabetes mellitus (DM) /kencing manis dalah keadaan hiperglikemia kronik


disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan
berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, dan pembuluh darah, disertai lesi pada
membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron.

Patofisiologi:

– Kurangnya produksi insulin (gangguan pankreas)

– Kurangnya sensitivitas jaringan terhadap insulin •

Gejala:

– Poliuri, polidipsi, polifagi

– Gejala dari komplikasi penyakit

2. Hipertensi

Tekanan darah tinggi atau hipertensi kondisi medis di mana terjadi peningkatan
tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang mempunyai
sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat
istirahat . HT adalah salah satu faktor risiko untuk stroke, serangan jantung, gagal
jantung dan aneurisma arterial, dan merupakan penyebab utama gagal jantung kronis.

Gejala

• Awal: tidak bergejala . Kadang-kadang: sakit kepala, perdarahan dari hidung,


pusing, wajah kemerahan dan kelelahan
HT berat:

– sakit kepala

– kelelahan

– mual

– muntah

– sesak nafas

– gelisah – pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada
otak, mata, jantung dan ginjal. s/d koma

Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis :

– Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak / belum diketahui
penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh hipertensi).

– Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat dari


adanya penyakit lain .

Komplikasi :

• Otak , Mata , ginjal dan Jantung

3. Gagal Jantung

Kegagalan Jantung Memompa darah.

Gejala :

- Alzheimer

Alzheimer atau kepikunan merupakan sejenis penyakit penurunan fungsi saraf


otak yang kompleks dan progresif yang di sebabkan karena berkurangnya gizi di
otak[1] Alzheimer digolongkan ke dalam salah satu dari jenis nyanyuk (dementia)
yang dicirikan dengan melemahnya percakapan, kewarasan, ingatan,
pertimbangan, perubahan kepribadian dan tingkah laku yang tidak terkendali .

4. Osteoartritis •

Osteoartritis (OA, dikenal juga sebagai artritis degeneratif, penyakit degeneratif


sendi), adalah kondisi di mana sendi terasa nyeri akibat inflamasi ringan yang timbul
karena gesekan ujung-ujung tulang penyusun sendi.Penurunan pelumas sendi , rematik,
asam urat, osteoporosis .

Penyebab: alergi, infeksi, dll

Faktor risiko:

– Wanita berusia lebih dari 45 tahun

– Kelebihan berat badan

– Aktivitas fisik yang berlebihan, seperti para olahragawan dan pekerja kasar

– Menderita kelemahan otot paha

– Pernah mengalami patah tulang disekitar sendi yang tidak mendapatkan


perawatan yang tepat

5. Osteoporosis

Osteoporosis adalah penyakit tulang yang mempunyai sifat-sifat khas berupa


massa tulang yang rendah, disertai mikro arsitektur tulang dan penurunan kualitas
jaringan tulang yang dapat akhirnya menimbulkan kerapuhan tulang.

- Osteoporosis primer

Osteoporosis primer sering menyerang wanita paska menopause dan juga pada
pria usia lanjut dengan penyebab yang belum diketahui.
- Osteoporosis sekunder

Sedangkan osteoporosis sekunder disebabkan oleh penyakit yang berhubungan


dengan :

• Cushing's disease

• Hyperthyroidism

• Hyperparathyroidism

• Hypogonadism

• Kelainan hepar

• Kegagalan ginjal kronis

• Kurang gerak

• Kebiasaan minum alkohol

• Pemakai obatobatan/corticosteroid

• Kelebihan kafein

• Merokok

6. PPOK

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik yang
ditandai dengan keterbatasan aliran udara di dalam saluran napas yang tidak sepenuhnya
reversibel, bersifat progresif, biasanya disebabkan oleh proses inflamasi paru yang
disebabkan oleh pajanan gas berbahaya yang dapat memberikan gambaran gangguan
sistemik .Penyebab utama PPOK adalah rokok, asap polusi dari pembakaran, dan partikel
gas berbahaya.

Gejala :
– sesak napas

– batuk kronik

– produksi sputum,

– riwayat pajanan gas/prtikel berbahaya,

– pemeriksaan faal paru.

Karakteristik umum:

> 40 tahun, sesak napas yang progresif, memburuk dengan aktivitas, persisten,
batuk kronik, produksi sputum kronik, riwayat pajanan rokok, asap atau gas
berbahaya di dalam lingkungan kerja atau rumah.

5. penatalaksanaan paripurna pada lansia :

1. bersifat holistic
2. bio-psiko-sosial
3. kuratif , rehabilitative,promotif,preventif
4. pengkajian status fungsional
4. pengkajian status psiko-kognitif
5. pengkajian asset keluarga pasien

DAFTAR PUSTAKA
Setiati S. Gangguan keseimbangan, jatuh, dan fraktur. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B,
Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ke-4. Jakarta:
Interna Publishing; 2006.

Coresa, T., & Ngestiningsih, D. (2017). Gambaran Fungsi Kognitif Pada Lansia Di Unit
Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Semarang. Jurnal Kedokteran Diponegoro, 6(1), 114–119.

Dorland edisi 29

Darmojo R.B. & Mariono H. (2004). Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Edisi3.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Anda mungkin juga menyukai