NOTULENSI TUTORIAL
Tutorial Blok : 2G Waktu : Senin, 30 Mei 2022 pukul 10.30
Modul :4 Media : Ms Teams
Judul Skenario : -
Hasil Diskusi 1:
STEP 1
Unfamiliar terms
-
STEP 2
Pertanyaan :
NOTULENSI TUTORIAL
1. Bagaimana cara membedakan delirium, depresi dan demensia (Carla Maureta
K/41190345)
2. Mengapa pada lansia mudah lupa? (Ni Ketut Candra R/41190354)
3. Hubungan hormone dengan proses penuaan (Aldora Wibowo/41190330)
4. Apa saja penyakit kronik yang berhubungan dengan lansia dan penyakit neuro (Ananda
Digdoyo/41190409)
5. Apa saja sindrom geriatric (Yosua Isai A Pardede/41190361)
6. Interpretasi skor MMSE dan CDT (Sofie Indi Savira/41190366)
7. Bagaimana asuhan gizi yang sesuai dengan scenario (Rathrie S Pamudji/ 41190341)
8. Apa saja pemeriksaan fisik dan penunjang yang sesuai scenario (Giofanny Oliviera
S/41190390)
9. DD neurodegenerative (Elsa Febriana B P/41190411)
STEP 3
1. Bagaimana cara membedakan delirium, depresi dan demensia
(Aldora Wibowo/41190330)
NOTULENSI TUTORIAL
SUMBER:
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 2015. Panduan Praktik Klinik Diagnosis
dan Penatalaksanaan Demensia.Jakarta: PERDOSSI.
NOTULENSI TUTORIAL
Bahkan, kemungkinannya bisa semakin tinggi setelah seseorang berusia lebih dari 85
tahun. Faktor genetik juga turut menyumbang andil sebagai salah satu faktor risiko
kondisi ini.
Jenis-jenis demensia :
1. Penyakit Alzheimer
Penyakit Alzheimer adalah jenis demensia yang paling umum. 60-80 persen dari
semua kasus demensia ditempati oleh penyakit Alzheimer, sebagian kecil kasus terkait
dengan mutasi gen yang diturunkan orangtua ke anak. Salah satu gen yang mewariskan
tingginya risiko penyakit ini adalah apolipoprotein E4 (APOE). Sementara kasus lain
kemungkinan terjadi akibat adanya plak (gumpalan protein) di otak.
2. Demensia vaskular
Lewy body dementia adalah kondisi yang ditandai dengan munculnya endapan
protein di dalam sel saraf pada otak. Akibatnya, fungsi otak untuk menghantarkan sinyal
kimia ke seluruh tubuh pun terhambat. Itulah mengapa orang yang mengalami hal ini
biasanya memiliki penurunan daya ingat, dan respon yang cenderung lambat.
4. Demensia frontotemporal
NOTULENSI TUTORIAL
5. Kombinasi demensia
Penyakit pikun ini merupakan gabungan dari dua atau lebih jenis demensia,
seperti penyakit Alzheimer, demensia vaskular, dan Lewy body disease.
• Kehilangan ingatan
• Kesulitan berbahasa, berkomunikasi dengan orang lain, dan melakukan kegiatan
sehari-hari.
• Mengalami disorientasi atau kebingungan akan waktu dan tempat.
• Kesulitan dalam berpikir dan mencerna informasi.
• Sering lupa dan salah saat meletakkan suatu benda.
• Perubahan perilaku, kepribadian, dan suasana hati yang kerap terjadi secara tiba-
tiba.
• Kehilangan inisiatif atau apatis pada hal apa pun, termasuk pada kegiatan yang
sebelumnya pernah ditekuni.
• Kesulitan dalam melakukan kegiatan sehari-hari.
• Mengalami depresi.
• Mengalami halusinasi.
• Mengalami paranoia.
• Merasa gelisah.
SUMBER:
NOTULENSI TUTORIAL
(Carla Maureta K/41190345)
- Perubahan hormone tiroid
penuaan normal disertai dengan peningkatan konsentrasi serum thyroid-stimulating
hormone (TSH). Namun, perubahan konsentrasi TSH tampaknya tergantung pada
status yodium regional, dan dapat mencerminkan bias kelangsungan hidup.
Konsentrasi tiroksin bebas (FT4) tetap stabil seiring bertambahnya usia, meskipun
sebuah penelitian melaporkan peningkatan konsentrasi FT4 seiring bertambahnya
usia, sedangkan konsentrasi tri-iodothy-ronine (FT3) gratis menurun selama masa
hidup. Namun, antarindividu sebenarnya berbeda. Pola yang berbeda ini mungkin
diakibatkan oleh perubahan metabolisme hormon karena penyakit, peradangan
tingkat rendah, atau pembatasan energi. Selain itu, perubahan dapat terjadi pada
bioaktivitas TSH dengan meningkatnya usia, membuat TSH kurang efektif, atau pada
setpoint reseptor TSH, membuat reseptor kurang berfungsi. Akhirnya, peningkatan
prevalensi autoimunitas tiroid dan nodul otonom seiring bertambahnya usia dapat
menyebabkan perubahan konsentrasi hormon tiroid.
- Aksis somatrotopik
Sumbu hipotalamus-hipofisis-somatotropik adalah sumbu hipotalamus-hipofisis yang
mencakup sekresi hormon pertumbuhan (somatotropin) dari somatotrop kelenjar
hipofisis ke dalam sirkulasi, dan stimulasi selanjutnya dari insulin-like growth factor-
1 (IGF-1). Somatopause adalah penurunan bertahap dan progresif dalam sekresi
hormon pertumbuhan yang terjadi secara normal dengan bertambahnya usia selama
kehidupan dewasa, dan berhubungan dengan peningkatan jaringan adiposa.
- Kontrol nafsu makan dan asupan makanan
Nafsu makan dan asupan makanan menurun dengan bertambahnya usia normal,
menyebabkan individu yang lebih tua menjadi kurang gizi. Kurang gizi sering terjadi
pada orang tua (berusia> 65 tahun). Kemungkinan penyebab hormonal dari anoreksia
NOTULENSI TUTORIAL
penuaan termasuk peningkatan aktivitas kolesistokinin, leptin, dan berbagai sitokin,
dan penurunan aktivitas ghrelin.
SUMBER :
Beld, Annewieke W Van Den. et al., 2018. The Physiology of Endocrine Systems with
Ageing. Journal of Lancet Diabetes Endocrinol. doi: 10.1016/S22138587(18)30026-3
4. Apa saja penyakit kronik yang berhubungan dengan lansia dan penyakit neuro
Osteoporosis pada laki-laki lebih jarang terjaid dibanding pada Wanita, pola
perubahan struktur tulang akibat usia pada Wanita dan laki-laki berbeda. Pada laki-
laki kehilangan massa tulang trabecular terjadi akibat penurunan pembentukan tulang
yang menyebabkan penipisan trabecular, tetapi jumlah dan konektivitas trabekula
masih tetap.
NOTULENSI TUTORIAL
Sumber:
- Jaul, E., Barron, J. (2017). Age-Related Diseases and Clinical and Public
Health Implications for the 85 Years Old and Over Population. NCBI: Front
Public Health. Website:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5732407/#:~:text=Cardiovasc
ular%20disease%20and%20osteoporosis%20and,have%20considerable%20p
ublic%20health%20importance.
- Sudoyo, A., W., dkk. (2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Edisi
VI. Jakarta: Interna Publishing.
a. Immobilisasi
sindrom penurunan fungsi fisik sebagai akibat dari penurunan aktivitas dan adanya
penyakit penyerta. Tidak mampu bergerak selama minimal 3 kali 24 jam sesuai
definisi imobilisasi. Akibat dari immobilisasi adalah ulkus decubitus atau berbagai
komplikasi lainnya seperti trombosis vena, hipotensi ortostatik, infeksi saluran kemih,
pneumonia aspirasi dan ortostatik, kekakuan dan kontraktur sendi, hipotrofi otot, dan
sebagainya.
NOTULENSI TUTORIAL
b. Instabilitas postural
Perubahan cara jalan dan keseimbangan ini dapat meningkatkan risiko jatuh yang
selanjutnya mengakibatkan trauma fisik maupun psikososial, disebabkan karena
gangguan visual, gangguan organ keseimbangan dan atau gangguan sensori motor
c. Inkontinensia urin (ngompol)
Beberapa penyebab timbulnya inkontinensia urin antara lain adalah sindrom delirium,
immobilisasi, poliuria, infeksi, inflamasi, impaksi feses, serta beberapa obat-obatan.
Masalah yang timbul dari inkontinensia urin adalah
- Dehidrasi
- Jatuh dan fraktur
- Luka lecet sampai ulkus decubitus akibat penggunaan pembalut/popok yg lebab
dan basah pd punggung bawah dan bokong
- Malu dan depresi
d. Impairment of sense (ggn fungsi indera)
hal tersebut dapat menyebabkan timbulnya gangguan fungsional yang menyerupai
gangguan kognitif serta isolasi social.
e. Intellectual impairment
disebabkan oleh sindrom delirium dan demensia→mengakibatkan perburukan
intelektual yang cepat, dan berpotensial menimbulkan beban terhadap keluarga dan
masyarakat
f. Isolasi
Penyebabnya adalah depresi dan hendaya fisik yang berat→jika berlanjut dapat
muncul kecenderungan bunuh diri
g. Infeksi
Faktor penyebab terjadinya infeksi pada lanjut usia adalah adanya perubahan sistem
imun, perubahan fisik (penurunan refleks batuk, sirkulasi yang terganggu dan
perbaikan luka yang lama) dan beberapa penyakit kronik lain. Infeksi yang paling
sering terjadi pada lanjut usia adalah infeksi paru, saluran kemih dan kulit.
→berakibat pada kematian (paling sering pneumonia)
h. Inanition (kurang gizi)
Asupan energi secara signifikan menurun seiring proses menua, karena berhubungan
dengan penurunan akitivitas fisik pada Lanjut Usia serta perubahan komposisi tubuh.
Adanya gangguan mobilisasi (misalnya akibat artritis maupun strok), gangguan
kapasitas aerobik, gangguan input sensor (mencium, merasakan dan penglihatan),
gangguan gigi-geligi, malabsorbsi, penyakit kronik (anoreksia, gangguan
metabolisme) dan obat-obatan menyebabkan Lanjut Usia mudah mengalami
kekurangan zat gizi. Faktor psikologis seperti depresi dan demensia serta faktor sosial
NOTULENSI TUTORIAL
ekonomi (keterbatasan keuangan, pengetahuan gizi yang kurang, fasilitas memasak
yang kurang dan ketergantungan dengan orang lain). → bisa berakibat pada gangguan
imun, menghambat penyembuhan luka, penurunan status fungsional dan peningkatan
mortalitas.
i. Iatrogenic (masalah akibat Tindakan medis)
Misalnya polifarmasi. Faktor yang menyebabkan lansia diberikan polifarmasi antara
lain masalah penyakit kronik, mendapatkan resep dari beberapa dokter, kurang
baiknya koordinasi perawatan kesehatan, adanya gejala penyakit yang tidak khas dan
penggunaan obat-obatan tambahan untuk mengatasi efek samping obat-obatan yang
sedang digunakan.
j. Insomnia
Disebabkan oleh gangguan cemas, depresi, delirium, dan demensia. Gangguan tidur
yang kronik seringkali menyebabkan jiwa pasien tertekan (distress)
k. Impecunity (berkurangnya kemampuan keuangan)
Ini meningkatkan risiko keterbatasan akses ke berbagai layanan Kesehatan,
pemenuhan kebutuhan nutrisi, dan asuhan psikososial
l. Impaction
Sering terjadi akibat berkurangnya peristaltic usus
m. Immune defficiency
→meningkatkan kejadian infeksi TB
n. Impotence
Gangguan fungsi ereksi pada laki-laki Lanjut Usia dapat berupa ketidakmampuan
ereksi, ketidakmampuan penetrasi, atau ketidakmampuan mempertahankan ereksi.
Disebabkan oleh obat-obat antihipertensi, diabates melitus dengan kadar gula darah
yang tidak terkendali, merokok, dan hipertensi lama.
SUMBER :
Buku Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia di Pusat Kesehatan Masyarakat
(2017) berdasarkan : Permenkes RI No 67 Tahun 2015
Mini-Mental State Examination (MMSE) adalah suatu alat yang paling terkenal
dan paling sering digunakan untuk skrining singkat dari gangguan kognitif dalam
pengaturan klinis, maupun penelitian. Pasien dengan MCI (Mild cognitive impairments)
NOTULENSI TUTORIAL
harus dievaluasi dan dipantau karena peningkatan risiko perkembangan menjadi
demensia.
Keuntungan dari alat ini adalah waktu yang dibutuhkan dalam pemeriksaan tidak
lebih dari 10 menit, pemeriksaan melibatkan fungsi eksekutif utama, dan menghasilkan
skor yang objektif. Keterbatasannya adalah hanya tiga kata atau nama benda yang harus
diingat pada tes recalling sehingga membuat MMSE kurang sensitif untuk pasien dengan
masalah memori ringan. Keterbatasan lain adalah di bagian waktu pengerjaan yang
mungkin dapat membiaskan hasil. Seperti yang kita tahu, diantara tes registrasi dan
recalling terdapat tes atensi dan kalkulasi. Kemampuan seseorang dalam menghitung dan
mengeja suatu kata relatif berbeda satu sama lain. Dengan demikian, pasien yang
membutuhkan waktu lama untuk menyelesaikan bagian atensi dan kalkulasi pastinya
akan memiliki beban yang lebih berat dalam tes memori (recalling). Selain itu, MMSE
juga tidak sensitif dalam mendeteksi disfungsi frontal/eksekutif.
1. Tingkat kesadaran adalah keadaan relatif kesadaran pasien terhadap diri dan
lingkungan, dan berkisar dari sadar penuh sampai koma. Ketika pasien tidak
sepenuhnya terjaga, pemeriksa harus menggambarkan respons terhadap stimulus
minimum yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, mulai dari perintah verbal
hingga stimulus singkat yang menyakitkan seperti penekanan otot trapezius.
2. Cara bicara dinilai dengan mengamati artikulasi, laju, ritme, dan prosodi (yaitu,
perubahan nada dan aksentuasi suku kata dan kata). Bahasa dinilai dengan
mengamati isi output verbal dan tertulis pasien, respon terhadap perintah lisan, dan
kemampuan membaca.
3. Memori harus dianalisis menurut tiga skala waktu utama:
• Memori langsung (immediate) dapat diuji dengan menyebutkan tiga kata dan
meminta pasien untuk segera mengulangi kata tersebut
• Memori jangka pendek dinilai dengan meminta pasien untuk mengingat
kembali tiga kata yang sama setelah 5 dan 15 menit kemudian
• Memori jangka panjang dievaluasi dengan menentukan seberapa baik pasien
mampu menjelaskan riwayat kronologis tentang penyakitnya atau peristiwa
pribadinya dengan bantuan konfirmasi dari keluarga pasien juga.
MMSE ini terdapat 30 poin sebagai skala yang berisi tes tingkat kesadaran,
orientasi waktu dan tempat, memori kerja (misalnya, dunia ejaan mundur), memori
episodik (orientasi dan ingatan), perhatian/konsentrasi, pemahaman bahasa, penamaan,
dan perhitungan. Umumnya, nilai cut-off untuk MMSE adalah sekitar 23/24 untuk
NOTULENSI TUTORIAL
menduga pasien dengan gangguan kognitif atau demensia. Namun, beberapa penelitian
telah menunjukkan bahwa variabel sosial budaya, usia dan pendidikan, di antara faktor-
faktor lain, dapat mempengaruhi skor individu. Beberapa interpretasi mengenai nilai
MMSE:
Perlu diketahui juga, untuk poin mana saja dari pasien yang tidak dapat terpenuhi karena
setiap item mengandung interpretasinya masing-masing. Seperti yang diketahui subtipe
dari demensia ini cukup banyak termasuk Alzheimer’s disease (AD), demensia vaskular,
demensia frontotemporal, dan demensia terkait Lewy bodies.
Clock drawing test: Ada beberapa versi tes menggambar jam, yang semuanya meminta
pasien untuk menggambar muka jam dan kemudian menggambar tangan untuk
menunjukkan waktu tertentu. Tes tunggal ini mungkin sensitif terhadap demensia karena
melibatkan banyak area kognitif yang dapat dipengaruhi oleh demensia, termasuk fungsi
eksekutif, kemampuan visuospasial, pemrograman motorik, serta perhatian dan
konsentrasi. Banyak pasien kami mengalami kesulitan dengan jam tangan analog pada
tahap awal penyakit demensia (kami sering mengatasi masalah ini dengan menyarankan
mereka memakai jam tangan digital).
· Daerah subkortikal termasuk thalamus, caudate, dan corpus callosum juga terlibat.
NOTULENSI TUTORIAL
• Sensitif, singkat dan mudah diaplikasikan dengan interval 0-4 point
✓ Menggambar lingkaran tertutup: Skor 1 poin
✓ Tempatkan angka di posisi yang benar: Skor 1 poin
✓ Termasuk semua 12 angka yang benar Skor 1 poin
✓ Tempatkan tangan di posisi yang benar Skor 1 poin
SUMBER :
- Mendez ME; Underwood K. Development of scoring criteria for the Clock Drawing Task
in Alzheimer’s disease. J Amer Geriatr Soc. 1992; 40: 1095-1099.
- Jankovic, J. (2022). Bradley and Daroff's Neurology in Clinical Practice 8th Ed., 44, 614-
632.e5. Elsevier Inc.
- Budson, Andrew E. (2022). Memory Loss, Alzheimer's Disease and Dementia 3rd Ed., 2,
4-37. Elsevier Inc.
Arevalo-Rodriguez, I., Smailagic, N., Roqué I Figuls, M., Ciapponi, A., Sanchez-Perez,
E., Giannakou, A., Pedraza, O. L., Bonfill Cosp, X., & Cullum, S. (2015). Mini-Mental
State Examination (MMSE) for the detection of Alzheimer's disease and other dementias
in people with mild cognitive impairment (MCI). The Cochrane database of systematic
reviews, 2015(3), CD010783. https://doi.org/10.1002/14651858.CD010783.pub2
NOTULENSI TUTORIAL
Lansia mengalami penurunan kebutuhan energy dan lemak setelah 50 tahun dimana
kebutuhan energy berkurang 5% untuk setiap 10 tahunnya.
8 pesan gizi seimbang:
1. Makanlah aneka ragam makanan → minimal 4 sumber bahan makan yaitu bahan
makan pokok, lauk-pauk, sayur, dan buah. Sayur dan buah dianjurkan 5 porsi per
hari
2. Makan makanan untuk memenuhi kecukupan energi → memilih karbohidrat
kompleks seperti beras, beras merah, havermout, jagung, sagu, ubi, dan umbi-
umbian. Konsumsi gula atau sirup-sirupan dikurangi.
3. Membatasi konsumsi lemak dan minyak → lemak tinggi dapat meningkatkan risiko
terjadinya penyakit degenerative misalnya tekanan darah tinggi, jantung, ginjal. Pada
lanjut usia sebaiknya lemak yang dikonsumsi tidak lebih dari seperempat kebutuhan
energi
4. Makan makanan sumber zat besi → zat besi penting untuk pembentukan darah merah
5. Biasakan makan pagi agar dapat beraktifitas secara produktif
6. Minumlah air bersih dengan cukup jumlah
7. Aktifitas fisik dan olahraga teratur
8. Pesan lainnya → tidak minum alcohol, membaca label makanan
SUMBER :
Pedoman Pelayanan Gizi Lanjut Usia tahun 2012. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI
NOTULENSI TUTORIAL
Satu petunjuk bahwa seorang pasien memiliki masalah ingatan terjadi
ketika orang yang menemani mereka memberikan riwayat medis. Sejarah
harus mencirikan sifat, besarnya, dan jalannya perubahan kognitif.
o Sifat mengacu pada domain kognitif yang terpengaruh. Apakah ada
kehilangan memori episodik (misalnya, apa yang pasien lakukan pagi itu,
kemarin, dan minggu lalu), atau kemampuan bahasa (misalnya, kesulitan
menemukan kata dengan pengucapan yang berbelit-belit)?
o Besarnya mengacu pada tingkat keparahan: apakah kehilangan kognitif
mempengaruhi fungsi sehari-hari, seperti kemampuan pasien untuk
mengelola urusannya sendiri (misalnya, apakah dia tersesat saat
mengemudi, tidak membayar tagihannya, lupa minum obat)?
o Apakah perjalanan penyakit dengan onset yang berbahaya dan
perkembangan yang lambat (seperti pada neurodegenerasi) atau onset yang
cepat dan perkembangan yang berfluktuasi dan bertahap (seperti pada
penyakit serebrovaskular)?
Anamnesis harus fokus pada kondisi medis yang dapat mempengaruhi kognisi termasuk
faktor risiko penyakit vaskular (seperti hipertensi dan diabetes), kondisi otak yang
ada (seperti stroke, Penyakit Parkinson, trauma kepala), dan penggunaan obat-obatan
yang dapat mengganggu kognisi (mis., alat bantu tidur dan ansiolitik seperti
benzodiazepin; analgesik seperti agen yang mengandung kodein; antikolinergik seperti
antidepresan trisiklik dan antimuskarinik kandung kemih).
Riwayat keluarga mungkin mengidentifikasi demensia onset muda (onset pada orang
yang lebih muda dari 65 tahun) pada derajat pertama kerabat, menunjukkan salah satu
bentuk genetik langka yang diwariskan dari demensia.
Pemeriksaan kognitif mengidentifikasi keberadaan, keparahan, dan sifat gangguan
kognitif (misalnya, memori versus bahasa), dan harus mempertimbangkan faktor budaya,
bahasa, pendidikan, dan faktor lain seperti kecemasan dan kurang tidur. Salah satu alat
skrining yang umum digunakan adalah Montreal Cognitive Assessment (MoCA;
kisaran 0–30, evaluasi tindak lanjut untuk skrining direkomendasikan jika skor
<24/30). MoCA membutuhkan sekitar 10 menit untuk diberikan dan berguna dalam
deteksi dini gangguan kognitif, termasuk MCI dengan disfungsi eksekutif.
• Pemindaian MRI (pencitraan resonansi magnetik): Menggunakan medan dan
gelombang radio magnetik untuk membuat citra otak secara terperinci, untuk
membantu mengidentifikasi ukuran dan perubahan struktural otak serta masalah
lainnya, seperti gumpalan darah atau tumor di otak. atau neuropatologi termasuk
NOTULENSI TUTORIAL
penyebab demensia yang berpotensi dapat diobati (misalnya, tumor yang dapat
dioperasi, atau hidrosefalus tekanan normal yang dapat di-shunt), menggunakan
pencitraan otak dengan MRI atau CT
• Pemindaian PET (Tomografi Emisi Positron): Jenis pencitraan yang bisa
mendeteksi kelainan beta-amiloid di otak. Pemindaian ini dilakukan dengan
menyuntikkan sejumlah kecil zat radioaktif (pelacak) ke dalam vena. Pelacak
diangkut menuju otak untuk mendeteksi beta-amiloid. Pemindaian ini membantu
untuk mengevaluasi tingkat keparahan kondisi kesehatan dan respons pasien
terhadap obat-obatan.
SUMBER :
Zoe Arvanitakis, et. Al. 2019. Diagnosis and Management of Dementia: A Review.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7462122/
DEMENTIA / Indonesian. 2016 Hospital Authority.
9. DD neurodegenerative
(Sofie Indi Savira/41190366)
NOTULENSI TUTORIAL
Faktor modifiable
• Genetik → APOE
• Aging → paparan stress oksidatif dan inflamasi → kerusakan mitokondria
• Gender → peran hormon, kalau wanita menopause, estrogen menurun. Laki-laki
hormon testosteron
Faktor modifiable
• Comorbid dan life event
• Cerebrovascular disease
• DMT2
• Hipertensi
• Hiperkolesterolemia
• Experimental exposure
• Lifestyle dan mental health
• Diet
• Edukasi
• Depresi
• Gangguan tidur
• Aktivitas fisik
NOTULENSI TUTORIAL
• Patogenesis hipertensi→ atherosclerosis → menyebabkan cerebral microinfarct dan
multiple microinfarct→ cognitive impairment dan dementia
• Patogenesis DM → komplikasi DM kronik → makroangiopati → Hiperglikemia
persisten akan merangsang radikal bebas oksidatif yang disebut Reactive Oxygen Species
(ROS) → menyebabkan cerebral microinfarct dan multiple microinfarct→ cognitive
impairment dan dementia
NOTULENSI TUTORIAL
• Patients may present with signs of stroke or other vascular problems, for example,
ischemic heart disease or hypertension.
• Physical problems such as decreased mobility and balance problems are more
common
SUMBER :
• https://medlineplus.gov/degenerativenervediseases.html
• https://www.dementiasociety.org/alzheimers-disease-dementia
STEP 4
1. Bagaimana cara membedakan delirium, depresi dan demensia
-
2. Mengapa pada lansia mudah lupa?
(Aldora Wibowo/41190330)
Bedanya Demensia Vaskular pasca trauma dgn demensia alzheimer
Amnesia pasca trauma merupakan kondisi dimana seseorang mengalami kesulitan
dalam mengolah informasi baru serta dalam mengingat-ingat memori kejadian di masa
lalu, hal tersebut terjadi karena adanya trauma dibagian kepala (seperti jatuh, terbentur,
dll). Gejala yang timbul pada pasien adalah setelah mengalami trauma terjadi disorientasi
(tempat/waktu), merasa gelisah/bingung, tidak fokus, konsentrasi terganggu, dll. Pasien
amnesia biasanya sulit untuk mengingat dengan jelas kejadian sebelum pasien mengalami
amnesia dan juga mengalami kesulitan untuk mempelajari hal baru setelah mengalami
trauma.
Kondisi Pada fase awal penyakit terdapat Pada fase awal penyakit
kemunduran memori terlihat
NOTULENSI TUTORIAL
ingatan/memori gangguan/kemunduran ringan menonjol
NOTULENSI TUTORIAL
SUMBER:
Moo, L. R.2011.Differential Diagnosis of Dementia.Neurology Service, Cognitive
Behavioral and Epilepsy Units Massachusetts General Hospital and Harvard
Medical School.
Mardjono, M. dan Sidharta P.2006.Neurologi Klinis Dasar.Jakarta: PT Dian Rakyat.
Dorsey, J., White M., and Barston S.2007.Vascular Dementia: Signs, Symptoms,
Treatment, and Support.USA: Helpguide.
NOTULENSI TUTORIAL
Penuaan sumbu hipotalamus-hipofisis-adrenal umumnya dikaitkan dengan
peningkatan konsentrasi kortisol pada sore dan malam hari, puncak konsentrasi
kortisol pagi hari lebih awal, amplitudo kortisol sirkadian yang lebih rendah, dan pola
sekresi kortisol yang lebih tidak teratur. Penuaan juga dapat mempengaruhi
ketersediaan kortisol jaringan, karena aktivitas 11-β hidroksisteroid dehidrogenase,
yang mengubah kortison tidak aktif menjadi kortisol aktif, meningkat selama penuaan
(misalnya, di kulit). Peningkatan ketersediaan kortisol ini menyebabkan peningkatan
pembentukan glukokortikoid lokal, yang dapat menyebabkan perubahan yang
merugikan pada orang tua. Di otot, misalnya, aktivitas 11-β hidroksisteroid
dehidrogenase yang lebih tinggi dikaitkan dengan penurunan kekuatan otot.
- Kadar hormon-hormon dehidroepiandrosteron (DHEA), melatonin, dan somatotropin
(growth hormone, GH) akan menurun seiring dengan bertambahnya umur. Wanita
yang telah mengalami menopause, akan mengalami penurunan sekresi hormon
progesteron dan estrogen dari sel-sel yang ada dalam ovarium. Menurunnya kadar
neurotransmiter dopamin, asetilkholin, norepinephrin, GABA dan serotonin yang
diproduksi pada bagian spesifik dalam otak mempunyai hubungan dengan
pertambahan umur.
- hormon-hormon steroid-glukokortikoid dalam darah akan meningkat seiring dengan
bertambahnya umur. Dalam kadar yang berlebihan di atas ambang batas, hormon ini
bersifat merusak. Meningkatnya kerusakan sel-sel jaringan yang diakibatkan oleh
hormon ini akan menyebabkan terjadinya mekanisme umpan balik negatif yaitu
berupa penghambatan sel-sel neurosekretoris di hipokampus dalam rangka
menurunkan kadar hormon glukokortikoid darah.
- Beberapa hormon akan menurun konsentrasinya seiring dengan bertambahnya umur
seseorang. Sebuah penelitian telah membuktikan bahwa kadar HGH dan IGF-1
plasma akan menurun seiring dengan meningkatnya umur dengan penurunan sekitar
14% per tahun. Kadar HGH dan IGF-1 yang rendah mempunyai keterkaitan dengan
NOTULENSI TUTORIAL
umur dan terjadinya berbagai macam penyakit, seperti aterosklerosis, dementia dan
sarkopenia. Rendahnya kadar HGH dan IGF-1 dapat - menstimulasi terbentuknya
radikal bebas nitrit oksida (NO) dari selsel otot polos dan endotel pembuluh darah
yang memicu terjadinya proses penuaan melalui rantai reaksi radikal bebas tersebut.
SUMBER :
• Beld, Annewieke W Van Den. et al., 2018. The Physiology of Endocrine Systems
with Ageing. Journal of Lancet Diabetes Endocrinol. doi:
10.1016/S22138587(18)30026-3
• Sunarno. 2016. Ilmu Penuaan. Semarang: Madina
NOTULENSI TUTORIAL
•Kelenjar paratiroid adalah empat kelenjar kecil yang terletak di sekitar tiroid.
Hormon paratiroid mempengaruhi kadar kalsium dan fosfat, yang
mempengaruhi kekuatan tulang. Tingkat hormon paratiroid meningkat
seiring bertambahnya usia, yang dapat menyebabkan osteoporosis.
• Insulin diproduksi oleh pankreas. Ini membantu gula (glukosa) pergi dari darah
ke bagian dalam sel, di mana ia dapat digunakan untuk energi.
Rata-rata kadar glukosa puasa naik 6 sampai 14 miligram per desiliter
(mg/dL) setiap 10 tahun setelah usia 50 tahun karena sel menjadi kurang
sensitif terhadap efek insulin. Begitu kadarnya mencapai 126 mg/dL atau lebih
tinggi, orang tersebut dianggap mengidap diabetes.
Kelenjar adrenal terletak tepat di atas ginjal. Korteks adrenal, lapisan permukaan,
menghasilkan hormon aldosteron, kortisol, dan dehidroepiandrosteron.
• Aldosteron mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit.
• Kortisol adalah hormon "respons stres". Ini mempengaruhi pemecahan glukosa,
protein, dan lemak, dan memiliki efek anti-inflamasi dan anti-alergi.
Pelepasan aldosteron menurun seiring bertambahnya usia. Penurunan ini dapat
menyebabkan pusing dan penurunan tekanan darah dengan perubahan posisi mendadak
(hipotensi ortostatik). Pelepasan kortisol juga menurun seiring bertambahnya usia, tetapi
kadar hormon ini dalam darah tetap sama. Tingkat dehydroepiandrosterone juga turun.
Efek dari penurunan ini pada tubuh tidak jelas.
Ovarium dan testis memiliki dua fungsi. Mereka menghasilkan sel-sel reproduksi (ovum
dan sperma). Mereka juga menghasilkan hormon seks yang mengontrol karakteristik seks
sekunder, seperti payudara dan rambut wajah.
Dengan bertambahnya usia, pria sering kali memiliki tingkat testosteron yang lebih
rendah.
Wanita memiliki kadar estradiol dan hormon estrogen lainnya yang lebih rendah setelah
menopause.
PENGARUH PERUBAHAN
Secara keseluruhan, beberapa hormon menurun, beberapa tidak berubah, dan beberapa
meningkat seiring bertambahnya usia. Hormon yang biasanya menurun meliputi:
• Aldosteron
• Kalsitonin
• Hormon pertumbuhan
NOTULENSI TUTORIAL
• Renin
• Pada wanita, kadar estrogen dan prolaktin sering menurun secara signifikan.
Hormon yang paling sering tetap tidak berubah atau hanya sedikit menurun meliputi:
• Kortisol
• epinefrin
• Insulin
• Hormon tiroid T3 dan T4
• Kadar testosteron biasanya menurun secara bertahap seiring bertambahnya usia pria.
Hormon yang dapat meningkat meliputi:
• Hormon perangsang folikel (FSH)
• Hormon luteinisasi (LH)
• Norepinefrin
• Hormon paratiroid
SUMBER :
NOTULENSI TUTORIAL
Aging changes in hormone production. https://medlineplus.gov/ency/article/004000.htm
Annewieke W van den Beld,dkk. 2018. The physiology of endocrine systems with ageing.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6089223/
4. Apa saja penyakit kronik yang berhubungan dengan lansia dan penyakit neuro
(Elsa Febriana B P/41190411)
• OA
• Osteoporosis
• Hipertensi
• Hipertensi pada usia muda berbeda dengan hipertensi pada usia lanjut. Pasien
hipertensi pada usia lanjut terjadi akibat pengurangan elastisitas arteria atau terjadi
proses sclerosis terutama pada arteri besar, sehingga tekanan sistolik lebih tinggi dan
tekanan diastolic lebih rendah. Hal ini menyebabkan terjadinya hipertensi sistolik
terisolasi. Selain itu, pada usia lanjut sering mengalami disregulasi saraf otonom yang
dapat menyebabkan hipotensi ortostatik dan hipertensi ortostatik. Hipertensi pada usia
lanjut umumnya disertai komplikasi seperti kerusakan mikrovaskular pada ginjal
yang akhirnya menyebabkan penyakit ginjal kronik, yang berakibat berkurangnya
fungsi tubulus dalam mengatur keseimbangan elektrolit Na dan K.
SUMBER :
Sudoyo, A., W., dkk. (2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Edisi VI. Jakarta:
Interna Publishing.
(Giofanny Oliviera S/41190390)
1. Arthritis (Radang Sendi)
Arthritis dapat menjadi gangguan kesehatan yang dihadapi orang berusia 65 tahun atau
lebih. Radang sendi dapat membuat lansia kurang aktif lagi.
2. Penyakit Jantung
Penyakit jantung tetap menjadi pembunuh utama orang dewasa di atas usia 65. Seiring
bertambahnya usia, lansia akan hidup dengan faktor-faktor risiko, seperti tekanan darah
tinggi dan kolesterol tinggi, yang meningkatkan kemungkinan terkena stroke atau
mengembangkan penyakit jantung. Saran untuk para lansia adalah melakukan gaya hidup
sehat seperti olahraga, makan dengan baik, dan istirahat cukup.
NOTULENSI TUTORIAL
3. Penyakit Pernapasan
Penyakit pernapasan bawah kronis, seperti penyakit paru obstruktif kronik (PPOK),
adalah penyebab kematian paling umum ketiga di antara orang berusia 65 tahun ke atas.
Di antara orang yang berusia 65 dan lebih tua, sekitar 10 persen pria dan 13 persen wanita
hidup dengan asma, dan 10 persen pria dan 11 persen wanita hidup dengan bronkitis
kronis atau emfisema.
4. Diabetes
CDC memperkirakan bahwa 25 persen orang berusia 65 dan lebih tua hidup
dengan diabetes. Diabetes bisa diidentifikasi dan diatasi sejak dini dengan tes darah
sederhana untuk kadar gula darah. Semakin cepat tahu risiko yang dimiliki, semakin
cepat dapat mulai membuat perubahan untuk mengendalikan penyakit dan menjaga
kualitas hidup di usia tua.
NOTULENSI TUTORIAL
Tatalaksana →perawatan sal. Napas, Latihan batuk dan fisioterapi dada untuk
meningkatkan faal pernapasan, berhenti merokok, perawatan gigi dan mulut, serta
pengendalian asma untuk menurunkan risiko kekambuhan. Farmakologi PPOK kronik :
bronkodilator inh, pada eksaserbasi pakai BSO oral atau sistemik, pemberian mukolitik
(jika dahak lengket dan kental).
3) Gagal jantung kongestif- penyebab tersering adalah hipertensi dan penyakit jantung
coroner serta kardiomiopati diabetikum, bisa juga karena infeksi berat (pneumonia). Obat
yang dapat digunakan dalam jangka waktu lama adalah Captopril, tetapi tetap memiliki
risiko efek samping seperti batuk dan depresi. Amlodipine menimbulkan edema,
furosemide bisa menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit
4) OA- Organ tersering adalah artikulasio genu, artikulasio talo-crural, artikulasio coxae,
dan sendi-sendi intervertebrae (disebut spondiloartrosis). Tatalaksana → simtomatik,
edukasi, dan rehabilitasi. Lini pertamanya adalah analgesic parasetamol, karena NSAID
berisiko ggn lambung dan ginjal, sehingga perlu obat antagonis reseptor H2 atau PPI
5) ISK- gejala awal sama seperti infeksi lainnya. yang perlu diperhatikan yaitu
inkontinensia urin dan polakisuri. Tatalaksana: rehidrasi, pemenuhan nutrisi dan
keseimbangan elektrolit, sebelum pemberian antibiotic perlu dilakukan uji resistensi
6) DM- prevalensinya meningkat seiring bertambahnya umur. Tatalaksana : modifikasi gaya
hidup (pengendalian gula darah)
7) Hipertensi- penyebab paling sering yaitu arteriosclerosis pembuluh darah besar.
Pengobatannya sama seperti tatalaksana hipertensi pada umumnya, yang perlu
diperhatikan agar pengobatan berjalan optimal harus diimbangi dengan penerapan gaya
hidup sehat (modifikasi gaya hidup).
SUMBER :
Buku Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia di Pusat Kesehatan Masyarakat
(2017) berdasarkan : Permenkes RI No 67 Tahun 2015
1. Inkontinensia urine
Lansia dengan sindrom geriatri biasanya mengalami inkontinensia urine.
Lansia dengan inkontinensia urine disarankan mengurangi konsumsi minuman berkafein
dan beralkohol, serta menghentikan kebiasaan merokok. Inkontinensia urine umumnya
NOTULENSI TUTORIAL
dapat ditangani dengan pemberian obat-obatan, alat bantu medis, senam Kegel, atau
fisioterapi. Para lansia yang mengalami inkontinensia urine juga biasanya perlu
menggunakan popok dewasa.
2. Gangguan tidur
Keluhan gangguan tidur yang sering dialami oleh lansia adalah sulit tidur, tidur tidak
nyenyak dan mudah terbangun, atau sering terbangun saat tidur dan sulit untuk tidur
kembali. Lansia yang mengalami gangguan tidur juga biasanya merasa lesu setelah
bangun di pagi hari. Kondisi ini dapat memengaruhi kualitas hidup dan memengaruhi
kondisi kesehatan lansia
NOTULENSI TUTORIAL
• Perubahan gaya berjalan: perubahan yang terjadi pada laki-laki postur tubuh
membungkuk dengan kedua kaki melebar dan Langkah kaki lebih pendek.
Pada perempuan kedua kaki menyempit dengan gaya berjalan bergoyang
• Peningkatan kondisi patologis yang terkait dengan stabilitas: seperti penyakit
sendi degenerative, patah tulang panggul dan femur, kelemahan otot akibat
tidak digunakan, neuropati perifer, penyakit atau deformitas kaki, gangguan
penglihatan, pelupa dan demensia.
b. Depresi pada pasien usia lanjut
Gejala utama: perasaan depresif, hilangnya minat dan semangat, dan mudah Lelah
serta tenaga hilang.
Gejala lain: harga diri menurun, perasaan bersalah, konsentrasi menurun, pesimis
terhadap masa depan, gangguan tidur, gagasan membahayakan diri, gangguan nafsu
makan, dan menurunnya libido.
Depresi pada usia lanjut seringkali sulit dideteksi karena beberapa hal seperti:
- Penyakit fisis yang mengacaukan gambaran depresi seperti mudah Lelah dan
penurunan berat badan
- Usia lanjut sering menutupi rasa sedihnya dengan menunjukkan dia lebih aktif
- Kecemasan, histeria, dan hipokondria yang merupakan gejala depresi justru
sering ditutupi
- Masalah sosial sering membuat depresi menjadi lebih rumit
Etiologi dan pathogenesis depresi pada usia lanjut masih belum diketahui dengan
jelas namun terdapat beberapa teori, yaitu:
- Teori neurobiology yang menyebutkan bahwa terdapat peran faktor genetic.
- Teori Freud dan Karl Abraham berpendapat bahwa depresi merupakan akibat dari
hilangnya obyek cinta (orang maupun obyek abstrak seperti status sosial). Obyek
cinta yang hilang bisa berupa orang yang dicintai, kebugaran, kemunduran
kondisi fisik akibat kondisi multipatologi, dan lain-lain.
- Teori Heinz Kohut menekankan pada aspek hilangnya kecintaan pada diri sendiri
akibat proses penuaan ditambah kurangnya rasa harga diri dan kepuasan diri yang
kurang, juga dukungan sosial yang tidak terpenuhi.
SUMBER :
Sudoyo, A., W., dkk. (2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Edisi VI. Jakarta:
Interna Publishing.
NOTULENSI TUTORIAL
(Aldora Wibowo/41190330)
Masalah utama geriatric :
Insomnia
Merupakan kesulitan memulai tidur, mempertahankan tidur (sering bangun), dan bagun
subuh lalu sulit tidur lagi setelah bangun. Tidur memiliki 4 stage, dimana stage 1 – 3
merupakan stage non-rapid eye movement (NREM) sleep, N1, N2, N3, dan stage 4
adalah rapid eye movement (REM) sleep. Perubahan yang menonjol adalah terjadi
pengurangan gelombang alfa, terutama pada stage 4 sehingga sering bangun di malam
hari. Insomnia bisa terjadi ketika terjadi peningkatan hormon kortisol dan hormon adreno
kortiko tropik selama periode awal tidur dan menurunnya sistem saraf parasimpatis.
Tatalaksana:
- Nonfarmakologi:
• Edukasi sleep hygiene: Untuk mempertahankan keadaan tidur yang sehat →
hindari tidur siang, pertahankan jadwal tidur yang tetap, pastikan temperatur
kamar nyaman, membatasi konsumsi kopi, rokok, dan alkohol, serta melakukan
latihan setidaknya 6 jam sebelum tidur.
• Terapi perilaku kognitif untuk insomnia (CBT-I): Terdiri 6 – 10 sesi dengan
terapis yang sudah ahli sehingga dapat memperbaiki segala perilaku yang dapat
mengganggu kualitas tidur
• Terapi restriksi tidur: Membatasi waktu yang dihabiskan di tempat tidur saat
bukan jamnya tidur, terutama saat merasa khawatir tentang susah tidur.
• Terapi kontrol stimulus: Gunakan tempat tidur hanya untuk tidur dan saat
merasa capek, jangan gunakan tempat tidur untuk membaca, bekerja, atau
bersantai, tinggalkan tempat tidur selama 15 – 20 menit saat tidak bisa tidur,
usahakan waktu bangun tidurnya tetap tiap pagi.
NOTULENSI TUTORIAL
• Terapi relaksasi: Meditasi, napas dengan diafragma yang teratur
- Farmakologi:
• Sedatif Benzodiazepin dan Nonbenzodiazepin: Kalau digunakan berlebihan →
efek samping berupa adiktif, sering jatuh, rebound insomnia
• Antidepresan: Deoxepin (3 – 6 mg untuk 18 – 64 tahun, 1 – 3 mg untuk > 65
tahun), Mirtazapine
• Agonis reseptor Melatonin: Ramelteon
• Suplemen herbal: Melatonin (2 mg untuk > 55 tahun)
• Antagonis reseptor Orexin: Suvorexant (20 mg)
Paranoid
Merupakan pola pikir curiga berlebihan karena merasa ada yang mengancam,
membicarakan/ sedang berkomplot melukainya, maupun memusuhi anggota keluarga
lainnya tanpa alasan yang jelas. Penderita jadi sulit memahami dan berhubungan dengan
orang lain akibatnya timbul rasa tidak percaya berlebihan. Penderita cenderung mudah
marah/ keras kepala dan tidak bersahabat dengan orang lain serta sulit menjalani kegiatan
sosial dengan normal. Penyebab:
NOTULENSI TUTORIAL
Tatalaksana:
SUMBER :
American Psychiatric Association. 2013. Paranoid personality disorder. Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorders. 5th Edition. Arlington: American Psychiatric
Publishing
Blais MA, Smallwood P, Groves JE, Rivas-Vazquez RA, Hopwood CJ. 2016.
Massachusetts General Hospital Comprehensive Clinical Psychiatry 2nd Edition:
Personality and personality disorders. Philadelphia: Elsevier.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Keperawatan Gerontik. Jakarta:
KEMENKES RI.
NOTULENSI TUTORIAL
Alzheimer yang tidak diobati dapat mengalami penurunan kognitif sekitar 2 atau 3
poin MMSE dalam setiap tahun. Pada tahap awal DA, ciri depresi ringan, penarikan
sosial, dan penolakan penyakit adalah perubahan psikiatri yang paling menonjol.
Namun, pasien sering mempertahankan keterampilan sosial mereka ke tahap tengah
penyakit, ketika delusi, agitasi, dan gangguan tidur menjadi lebih umum.
• Dalam FTD (Frontotemporal Dementia), defisit paling awal sering melibatkan
eksekutif frontal atau fungsi bahasa (ucapan atau penamaan). Dalam FTD, perubahan
kepribadian yang dramatis, apatis, makan berlebihan, kompulsi berulang, rasa malu,
euforia, dan hilangnya empati adalah hal biasa.
• Pasien DLB (Demensia dengan Lewy bodies) memiliki defisit yang lebih parah
dalam fungsi visuospasial tetapi memiliki memori episodik yang lebih baik daripada
pasien dengan AD. DLB menunjukkan halusinasi visual, delusi yang berhubungan
dengan identitas pribadi, dan fluktuasi sehari-hari.
• Pasien dengan demensia vaskular sering menunjukkan campuran defisit eksekutif
frontal dan visuospasial. Demensia vaskular dapat hadir dengan gejala kejiwaan
seperti depresi, delusi, disinhibisi, atau apatis
• Pada delirium, defisit cenderung menurun pada uji atensi, memori kerja, dan fungsi
frontal. Penilaian fungsional juga harus dilakukan. Dokter harus menentukan dampak
sehari-hari dari gangguan pada memori pasien, urusan masyarakat, hobi, penilaian,
berpakaian, dan makan. Pengetahuan tentang fungsi pasien sehari-hari akan
membantu dokter dan keluarga untuk mengatur pendekatan terapeutik. Penilaian
neuropsikiatri penting untuk diagnosis, prognosis, dan pengobatan.
SUMBER :
NOTULENSI TUTORIAL
Interpretasi Clock Drawing Test (CDT)
SUMBER :
Sri Hartati, Costrie Ganes Widayanti. 2010. Clock drawing: asesmen untuk demensia.
Journal Psikologi Undip, Vol. 7(1).
NCBI : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/projects/gap/cgi-bin/GetPdf.cgi?id=phd001525.1
NOTULENSI TUTORIAL
Intervensi Gizi
Tujuan : Mengatur asupan makanan untuk menjaga kontrol glikemik optimal
Intervensi : Edukasi makanan seimbang lansia, bentuk padat tinggi serat, Frekuensi 3
x makan lengkap, 2 x selingan buah yang tidak terlalu manis. Mengurangi konsumsi gula
pasir, makanan yang diolah dari bahan tepung, makanan tinggi kandungan lemak
Anjuran
✓ mengedukasi pasien dan istri untuk memilih dan mempersiapkan makanan sehat
✓ membiasakan konsumsi sayur dan buah
✓ rajin kontrol gula darah
✓ anjuran untuk kunjungan ulang
Kunjungan ke 2
✓ Mengukur BB dan IMT „³ Status Gizi
✓ Mengecek pemahaman pasien atau keluarga
✓ Bertanya mengenai pola makan apa yang telah sesuai, apa kendalanya
✓ Anjuran untuk tetap melakukan pola hidup sehat dengan gizi seimbang
Hipertensi
Diagnosis Gizi
Berat badan normal berkaitan dengan gangguan metabolisme tubuh
Intervensi Gizi
Tujuan : Mengatur asupan makanan untuk menjaga tekanan darah tetap terkontrol
Intervensi : Edukasi makanan seimbang lansia, bentuk padat, tinggi serat, dan rendah
garam. Frekuensi 3x makan lengkap, 2x selingan buah atau sayur
Anjuran
✓ mengedukasi pasien memilih bahan makanan segar (tidak diawetkan), rendah
garam, rendah lemak (menghindari makanan digoreng dan santan), dan
menggunakan bumbu dapur alami
✓ membiasakan konsumsi sayur dan buah sebanyak 5 porsi per hari
✓ rajin mengukur tekanan darah dan minum obat teratur
✓ anjuran untuk kunjungan ulang
NOTULENSI TUTORIAL
Kunjungan ke 2
✓ Mengukur BB dan IMT Status Gizi
✓ Mengecek pemahaman pasien atau keluarga
✓ Bertanya mengenai pola makan apa yang telah sesuai, apa kendalanya
✓ Anjuran untuk tetap melakukan pola hidup sehat dengan gizi seimbang
SUMBER :
KEMENKES RI. 2016. Kurikulum Pelatihan Bagi Pelatih Pelayanan Kesehatan Lanjut
Usia dan Geriatri untuk Petugas Puskesmas
- Pemeriksaan umum
- Pemeriksaan neurologis → berguna dalam membedakan proses degenerativenya
apakah primer atau sekunder, selain itu dapat mengetahui kondisi komorbid pasien.
Misalkan pasien demensia Alzheimer awalnya memberikan hasil pemeriksaan yang
normal namun kelainannya terletak pada status mental, pada demensia lewy’s body
terjadi peningkatan tonus otot dan bradikinesia dengan tidak adanya gejala tremor,
pada demensia vaskuler terjadi refleksnya asimetris dan defisit lapang pandang serta
lateralisasi.
• Refleks memegang
• Refleks glabella → pasien dengan demensia akan memejamkan mata setiap
kali glabela diketuk
• Refleks palmomental → kulit tenar pasien di gores sehingga membangkitkan
kontraksi otot mentalis ipsilateral pada lansia
• Refleks korneomandibular → goresan kornea pada pasien demensia
membangkitkan pemejaman mata ipsilateral yang disertai gerakan mandibular
• Snout reflex → pada penderita demensia, setiap kali bibir atas atau bawah
diketuk, m. orbicularis oris berkontraksi
• Refleks menetek → positif apabila bibir penderita dicucurkan secara reflektorik
• Refleks kaki kronik → pada demensia penggoresan di telapat kaki akan
membangkitkan kontraksi tonik dari kaki
NOTULENSI TUTORIAL
- Pemeriksaan neuropsikologis → meliputi evaluasi memori, orientasi, bahasa,
kalkulasi, praksis, visuospasial, dan visuoperceptual. Meliputi pemeriksaan
MMSE dan CDT
SUMBER :
Moo, LR,. Differential Diagnosis of Dementia. Neurology Service, Cognitive Behavioral
and Epilepsy Units. Massachusetts General Hospital and Harvard Medical School.2011.
9. DD neurodegenerative
(Ananda Digdoyo/41190409)
Gangguan kognitif vaskular (VCD) adalah istilah umum yang mencakup seluruh
gangguan kognitif ringan (MCI) karena kejadian vaskular hingga terjadi demensia
vaskular (VaD) (termasuk demensia pasca stroke, demensia multi-infark, dan demensia
iskemik subkortikal). VaD adalah jenis demensia kedua yang paling umum dan dapat
muncul secara independen, tetapi sering terjadi bersamaan dengan demensia lain,
terutama AD. Silent brain infarct seperti infark atau perdarahan pada lacunar
extracerebellar (stroke subkortikal), pembuluh darah besar, dan pembuluh darah kecil
kemungkinan dapat memicu gangguan kognitif tersebut. Perubahan kognitif biasanya
terjadi secara tiba-tiba dan dalam pola bertahap dengan adanya kecelakaan
serebrovaskular (CVA). Pada VaD yang terkait dengan penyakit pembuluh darah besar,
lesi patologisnya adalah aterosklerosis pada pembuluh darah ekstrakranial atau
intrakranial besar, yang menyebabkan iskemia melalui penurunan aliran darah (penyebab
NOTULENSI TUTORIAL
hemodinamik) atau emboli arteri-ke-arteri. Penyakit pembuluh darah kecil meliputi
leukoaraiosis, Binswanger syndrome (infark subkortikal), infark inkomplit, dan
microbleeding. Leukoaraiosis merupakan penipisan white matter atau adanya lesi pada
white matter, dimana banyak terjadi pada pasien dewasa tua.
Etiologi: bervariasi, yaitu biasanya disebabkan oleh penyakit pembuluh darah besar,
penyakit pembuluh darah kecil, perdarahan intrakranial, atrofi otak, dan penyakit vena.
Presentasi klinis VaD bervariasi tergantung pada jumlah infark, tingkat keparahan
kerusakan saraf setelah stroke, dan lokasi CVA. Keluhan umum biasanya adalah masalah
memori yang overlap dengan gejala alzheimer disease. Bedanya, sifat dari gejala VAD ini
lebih heterogen, dimana gejala lain dapat muncul tergantung dari lesinya berada dimana.
Misalnya, di daerah frontal terjadi peningkatan lakuna yang dikaitkan dengan
kemungkinan depresi, apatis, perilaku atipikal, dan gejala neuropsikiatri lainnya. Pasien
VaD cenderung memiliki memori verbal jangka panjang yang lebih baik daripada rekan
AD mereka, fungsi eksekutif yang lebih buruk, dan kecepatan pemrosesan yang lambat,
terutama pada tugas motorik. Diagnosis klinis bisa berdasarkan MRI, dimana diamati ada
kelainan serebrovaskular dan kelainan pada white matter atau tidak.
NOTULENSI TUTORIAL
SUMBER :
- Jankovic, J. (2022). Bradley and Daroff's Neurology in Clinical Practice 8th Ed., 44, 614-
632.e5. Elsevier Inc.
- Harrison’s Neurology Ed. 2
- Robbin’s basic pathology ed. 9
NOTULENSI TUTORIAL
- Patologi
Pemeriksaan permukaan otak menunjukkan atrofi kortikal dari lobus temporal,
parietal, dan frontal, serta hipokampus. Sistem ventrikel menjadi membesar. Lobus
oksipital, bersama dengan korteks sensorik dan motorik primer, biasanya
dipertahankan
NOTULENSI TUTORIAL
Defisit asetilkolin adalah perubahan kimia otak yang paling konsisten ditemukan pada
penyakit Alzheimer. Pada awal penyakit ada kehilangan kolin asetiltransferase dan
penurunan penyerapan kolin afinitas tinggi dan sintesis asetilkolin.
- Stase penyakit Alzheimer
NOTULENSI TUTORIAL
SUMBE :
Budson, Andrew E. dan Paul R. Solomon. 2022. Memory Loss Alzheimer’s Disease and
Dementia. Clinical Key: Elsevier.
NOTULENSI TUTORIAL
• Demensia → gangguan otak yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk
melakukan aktivitas sehari-hari. ABC :
• activity of daily living : kesulitan berbicara, membaca atau menulis, lupa cara
menyikat gigi atau menyisir rambut
• behavior changes : cemas atau agresif, halusinasi, delusi, agitasi, paranoid
• cognitive decline : memory loss dan kesulitan berbahasa
• Onset perlahan. Awalnya melibatkan bagian otak (korteks serebral dan
hippocampus) yang mengontrol pikiran, memori dan bahasa → kesulitan
mengingat hal-hal yang terjadi baru-baru ini atau nama orang yang mereka kenal.
Seiring waktu, gejala menjadi lebih buruk, tidak mengenali anggota keluarga,
kesulitan berbicara, membaca atau menulis, lupa cara menyikat gigi atau menyisir
rambut. Kemudian, mereka mungkin menjadi cemas atau agresif membutuhkan
perawatan total.
Dementia vaskular
• Estimated 25% of cases of dementia
• Onset lebih cepat daripada AD
• Patients may present with signs of stroke or other vascular problems, for example,
ischemic heart disease or hypertension.
• Physical problems such as decreased mobility and balance problems are more
common
NOTULENSI TUTORIAL
• Kadang-kadang bersifat genetik, tetapi kebanyakan kasus tampaknya tidak
diturunkan dalam keluarga. Paparan bahan kimia di lingkungan mungkin berperan.
• Gejala dimulai secara bertahap, termasuk:
• Tremor : Gemetar tangan, lengan, kaki, rahang dan wajah
• Rigiditas : Kekakuan pada lengan, kaki, dan batang tubuh
• Akinesia/ bradykinesia : Slowness of movement
• Postural inability : Keseimbangan dan koordinasi yang buruk
SUMBER:
• Neurodegenerative diseases. 2021.
https://medlineplus.gov/degenerativenervediseases.html
• https://www.dementiasociety.org/alzheimers-disease-dementia
NOTULENSI TUTORIAL
STEP 5
Mind Map
Penuaan - hormon
Penyakit kronik
Demensia
Depresi
STEP 6
LO
1. Bagaimana pencegahan dan tatalaksana sindrom geriatric
2. Bagaimana membedakan demensia yg satu dengan jenis demensia lainnya
(etiopatogenesis dan kriteria diagnosis)
3. Apa bedanya amnesia dengan demensia? (apakah demensia di scenario itu disebabkan
karena trauma?)
4. Frailty pada lansia
5. Permasalahan yang bisa timbul pada pasien dan keluarga pasien geriatric apa saja? (ex.
psikososial)
6. Bagaimana mengenali gangguan kognitif ringan (MCI) dengan demensia?assessmentnya
apa?
7. Masalah nutrisi yang bisa timbul dari geriatric dan masalah farmakologi (polifarmasi)
pada geriatri
NOTULENSI TUTORIAL
Absensi :
Screen Capture Meeting : *lengkap semua anggota dan dosen pengampu tutorial