Anda di halaman 1dari 7

1.

Diagnosis banding dari 3D in geriatric


Diagnosis banding yang mendekati untuk kondisi 3D in geriatric yang
nonspesifik ini, maka bisa diarahkan ke skizofrenia karena pasien juga mengalami
halusinasi dan sejumlah gejala negatif. skizofrenia dengan manifestasi mental seperti
Berdasarkan DSM–5 (The Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, 5th
Edition), seseorang dapat dikatakan menderita skizofrenia apabila memiliki sejumlah
kriteria berikut ini. Pasien mengalami minimal dua dari sejumlah gejala berikut:

 Delusi atau waham

 Halusinasi

 Bicara kacau

 Perilaku kacau

 Gejala negatif
Setidaknya, satu dari dua gejala minimal yang harus ada adalah delusi, halusinasi, atau
kekacauan dalam berbicara (Singhai,2020).

2. Sistem dan mekanisme rujukan Jawaban:


Pasien geriatri dapat melakukan konsul di FASYANKES primer seperti di
puskesmas untuk ditangani terlebih dahulu oleh dokter umum. Kompetensi demensia dan
delirium SKDI 3A, Apabila pasien datang tanpa penyebab zat adiktif dan alkohol maka
dapat diberikan tatalaksana simptomatik khususnya bila pasien alami cemas dan agitasi
juga.SKDI 4A Insomnia dapat diberikan obat penenang golongan benzodiazepin.
Selanjutnya depresi pasien termasuk ke SKDI 2 maka dokter hanya perlu mendiagnosis
dan menenangkan pasien bila muncul gejala gaduh gelisah dan segera rujuk ke
FASYANKES sekunder yakni RS tipe C/B kepada poli geriatri yang di mana terdapat
Tim Terpadu Geriatri paling sederhana yang terdiri oleh; dokter spesialis penyakit
dalam, dr spesialis lain sesuai dengan ggn medis yang diderita, dokter umum, perawat
dengan lisensi pelatihan genotrik, apoteker, tenaga gizi, fisioterapis, dan okupasi terapis
(Singhai,2020).
3. Definisi, prinsip geriatri, dan aging process
Geriatri berasal dari bahasa Yunani, geron yang berarti orang tua, dan teria yang
artinya penanganan terhadap penyakit. Geriatri adalah cabang disiplin ilmu kedokteran
yang mempelajari aspek kesehatan dan kedokteran pada warga Lanjut Usia termasuk
pelayanan kesehatan kepada Lanjut Usia dengan mengkaji semua aspek kesehatan
berupa promosi, pencegahan, diagnosis, pengobatan, dan rehabilitasi.

-Karakteristik Geriatri :

 Penurunan kapasitas fungsional (fisik, psikologik, sosial, ekonomi)


 Multipatologik (banyak penyakit)

 Gambaran penyakit tidak spesifik

 Cepat memburuk bila tidak segera diobati

 Resiko komplikasi penyakit dan terapi


-Prinsip dasar perawatan geriatri terutama untuk membantu mengidentifikasi gangguan
fungsional pada lansia dan menemukan cara untuk memaksimalkan sisa fungsi mereka.

-Proses penuaan adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan kemampuan


jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan
memperbaiki kerusakan yang diderita (Jagsch,2022).

4. Prinsip perubahan fisik pada lansia mencakup aspek anatomis, fisiologis, biomolekuler
dan perubahan mental yang terjadi akibat proses cell-aging.
Anatomi
Sistem integumen. Pada kulit terjadi penurunan ukuran dan bentuk sel
epidermis, stratum korneum menjadi midah lepas dan sel-sel mati cendrung melekat di
permukaan kulit karena daya regenerasi kulit dan kemampuan membuang sel-sel mati
berkurang dengan signifikan. Jumlah fibroblast berkurang sehingga jumlah serat elastin
dan jaringan kolagen menjadi kendor dan kulit lebih menggelantung.
Sistem kardiovaskular. Bagian cor/jantung akan mengalami penurunan ketebalan
dinding aorta secara bertahap dan bertambahnya kaliner aorta. Jantung tidak mengalami
atrofi seperti organ lain malah hipertrofi sehingga dikhawatirkan terjadi heart failure
karena beban pompa semakin besar ataupun temponade jantung karena berpotensi
menekan ruang thorax. Katup aorta dapat menjadi kaku dan terdengar bising sistolik
ejeksi (Singhai,2020).
Fisiologi
Sistem auditori. Kehilangan pendengaran pada lansia atau biasa dikenal dengan
presbikusis. Perubahan pendengaran yang terjadi pada lansia adalah sebagai berikut.
Pertama, penurunan fungsi sensorineural pada telinga bagian dalam sehingga lansia akan
mengalami kehilangan pendegaran secara bertahap. Kedua, telinga bagian tengah
terjadinya pengecilan daya tangkap membran timpani, pengapuran dari tulang
pendengaran, otot dan ligament menjadi lemah dan kaku sehingga lansia akan
mengalami gangguan konduksi suara. ketiga, telinga bagian luar, rambut menjadi
panjang dan tebal, kulit menjadi lebih tipis dan kering, peningkatan keratin sehingga
lansia akan mengalami gangguan konduksi suara.
Sistem intergumen. Perubahan yang terjadi pada subkutis akibat proses menua
adalah sebagai berikut. Pertama, lapisan jaringan subkutan mengalami penipisan
sehingga penampilan kulit yang kendur atau menggantung di atas tulang rangka. Kedua,
distribusi kembali dan penurunan lemak tubuh sehingga adanya gangguan fungsi
perlindungan dari kulit.
Biomolekuler
Proses penuaan memperburuk fungsi tubuh manusia pada berbagai tingkat,
sehingga menyebabkan penurunan bertahap dalam melawan stres, kerusakan, dan
penyakit. Selain perubahan ekspresi gen dan kontrol metabolisme, laju penuaan juga
dikaitkan dengan produksi Spesies Oksigen Reaktif (ROS) dan/atau Spesies Nitrosatif
Reaktif (RNS) yang tinggi. Peningkatan spesifik tingkat ROS telah terbukti berpotensi
penting untuk induksi dan pemeliharaan proses penuaan sel(Jagsch,2022) .

5. Bagaimana perubahan kejiwaan seperti agitasi dan depresi pada lansia


Secara biologis proses menua itu adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari dan
selalu melibatkan kemunduran fungsi kognitif dan kemampuan fisik. Masalah kesehatan
yang sering muncul pada lansia demensia adalah kehilangan memori, masalah perilaku yang
sering berupa perilaku agitasi. Agitasi dan delirium adalah alasan umum bagi lansia untuk
mencari perawatan di unit gawat darurat (UGD). Adanya agitasi atau perubahan perilaku
seringkali menjadi petunjuk penyebab delirium, namun diagnosis delirium seringkali tidak
dibuat secara formal di UGD. Agitasi dapat ditandai dengan beberapa gejala umum. Berikut
ini adalah gejala-gejalanya:

 Gugup, gelisah, dan tidak tenang

 Bicara secara berlebihan

 Gerakan yang tidak disengaja dan tanpa tujuan, seperti berjalan mondar-mandir atau
menarik-narik baju sendiri

 Tidak bisa bekerja sama atau tidak responsif terhadap orang lain

 Mudah tersinggung
Tidak semua orang yang mengalami agitasi akan menunjukkan sikap seperti di atas.
Hal ini biasanya tergantung pada tingkat keparahan agitasi pendukung (Kumalasari,2018).
Pada Depresi telah dilakukan berbagai hasil penelitian yang oleh Livingstone dkk,
menunjukkan adanya tendensi peningkatan prevalensi gangguan depresi pada lansia. Hal ini
terjadi karena merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor biologis, psikologis, dan sosial
(Jagsch,2022).
Pada lansia, depresi lebih sering terjadi dibandingkan pada populasi umum. Depresi pada
pasien berusia di atas 60 tahun sering menampilkan dengan gejala tidak spesifik atau tidak
khas. Hal tersebut menyebabkan kesulitan identifikasi sehingga depresi terlambat untuk
diterapi. Selain itu depresi pada usia lanjut sering tidak diakui pasien dan tidak dikenali
dokter karena gejala yang sering komorbid dengan penyakit medis lain sehingga lebih
menonjolkan gejala somatik daripada gejala depresinya. Gejala depresi pada lansia
umumnya ditandai dengan kesedihan atau perasaan putus asa, kehilangan minat
bersosialisasi dan kekhawatiran kehilangan harga diri karena perasaan tidak berharga atau
membenci diri sendiri. Gejala lainnya penurunan berat badan atau kehilangan nafsu makan,
gangguan tidur dan gerakan atau bicara melambat.

6. Kondisi gangguan depresi


Depresi adalah suatu gangguan keadaan tonus perasaan yang secara umum ditandai
oleh rasa kesedihan, apati, pesimisme, dan kesepian. Beberapa orang yang mengalami
depresi tidak mengalami rasa sedih tapi mengalami perasaan hampa, kekosongan, dan apatis.
Orang yang mengalami depresi biasanya karena suatu kejadian atau keadaan. Banyak faktor
biologikal diidentifikasi pada depresi. Meskipun faktor ini mendasari depresi mayor, tapi
tidak perlu sebagai penyebab. Beberapa faktor endokrin: peningkatan kortisol,
ketidakmampuan untuk menekan produksi kortisol endogenus setelah menerima
dexamethasone (DST) eksogenus; respon thyroid-stimulating hormone terhadap
thyroglobulin-releasing factor (TRF) kurang baik; dan peningkatan respon hormon
pertumbuhan untuk prolaktin. Level norepinephrine (NE) dan serotonin (5-
hydroxytryptamine: 5-HT) pada sistem saraf pusat mungkin berubah, tapi lebih seperti,
fungsi reseptor NE atau 5-HT atau jumlahnya dipenagruhi oleh depresi. Platelet imipramine
dan platelet paroxetine binding telah diidentifikasi sebagai marker aktifitas serotonin pusat.
Depresi juga mengganggu fisiologi tidur, dengan induksi rapid eye movement (REM) tidur
dan secara keseluruhan peningkatan kepadatan REM.

7. Terapi nonfarmakologi untuk geriatri dari segi nutrisi dan rehabilitasi medik
Dalam proses rehabilitasi medik, terdapat pula konsep upaya pencagahan. Pertama,
pencegahan primer, yaitu mencegah lansia sehat agar jangan sakit atau mengalami hendaya.
Kemudian pemncegahan sekunder yaitu, lansia yang sakit atau mengalama hendaya, jangan
sampai mengalami disabilitas Pencegahan tersier, lansia yang mengalami disabilitas jangan
mengalami kecacatan. Rehabilitasi medik terhadap geriatri dengan demensia yakni:

 Fisioterapi

 Terapi okupasi (melatih aktivitas sehari-hari: makan, minum, berpakaian, ke kamar


mandi)

 Psikolog (menenangkan hati pasien)


 Alat bantu jalan jika perlu
Sedangkan untuk kasus diabetes melitus yang diidap maka perlu dilakukan:

 Fisioterapi (terapi panas, latih gerakan)

 Edukasi mengontrol gula darah


Sedangkan untuk nutrisi pasien geriatri memiliki aturan tersendiri disebabkan karean
metabolism rate yang menurun sehingga lemak lebih mudah terdeposit dan lansia cenderung
sulit mengabsorbsi protein secara cepat. Kebutuhan kalori ditetapkan 20-35kkal/kg/hari
tetapi pasien geriatri dengan stres metabolik diberi 30-35 kksl/kg/hari. Kebutuhan protein
diberi 1-1,2 gr/kgbb/hari dan bisa dinaikan sebanyak 0,2gr-10gr untuk pasien dengan
malnutrisi dan infeksi parah. Kebutuhan lemak total sebanyak 20-35% dari total kalori
dengan SFA 10% dari total kalori. Dibutuhkan karbohidrat kompleks serta lemak jenis
PUFA untuk pasien geriatri.

8. Terapi farmakologis untuk DMT2 dan hipertensi pada pasien, serta dosis, efek samping dan
bagaimana pengaruh ke ginjal
Hipertensi->Amlodipin dosis awal 5mg sdd pada geriatri diturunkan menjadi 2,5mg
dengan dosis max 10mg/hari. Interaksi obat dapat terjadi dengan beberapa obat lain, seperti
simvastatin dan sildenafil.KI : px dengan hipersensitivitas pada obat ini, px dengan riwayat
syok kardiogenik, stenosis aorta berat, angina tidak stabil, gagal jantung, dan gangguan
hepar. Pengaruh amlodipin ke ginjal dijelaskan bahwa, Amlodipin dengan dosis 5-10 mg
sekali sehari sudah dibuktikan dapat menaikkan laju filtrasi glomerulus 13% dan aliran
plasma ginjal efektif 19%, serta menurunkan resistensi vaskuler ginjal 25% pada penderita
hipertensi esensial. Seperti diketahui laju filtrasi glomerulus dan aliran plasma ginjal efektif
menggambarkan fungsi glomerulus dan tubulus, dan secara keseluruhan kedua fungsi
tersebut juga menggambarkan fungsi ginjal.
DMT2->metformin dosis awal 500-850mg 3dd, dosis max 2.550-3.000mg per hari
dibagi 3 kali minum. Risiko asidosis laktat bila berinteraksi dengan ACE inhibitor, diuretik
loop, dan ARB. pengobatan metformin secara terus menerus pada pasien DM dan CKD
sedang dikaitkan dengan perburukan fungsi ginjal. Metformin saat ini diindikasikan untuk
pasien diabetes dengan eGFR > 30 ml/menit/1,73 m 2 . Namun, berdasarkan temuan
penelitian ini, metformin harus diresepkan dengan hati-hati pada pasien DM dan CKD
sedang, dan fungsi ginjal harus dipantau secara ketat pada pasien tersebut pendukung
(Kumalasari,2018).
9. Prognosis pasien dengan 3D in geriatric
Ad vitam : sanam
Ad functionam : dubia ad malam
Ad sanationam : dubia ad malam

10. KIE pada pasien dengan 3D in geriatric


Tujuan utama dari pengobatan pasien geriatri adalah untuk meningkatkan
kualitas kehidupan mereka, menjaga kehadirannya di masyarakat, dan menunda atau
mencegah perawatan mereka dirumah. Dosis pengobatan pasien geriatri tergantung
masing-masing individu. Edukasi diberikan kepada pasien dan keluarganya mengenai
depresi, karena gejala depresi pada pasien cukup berat maka harus mencakup pengertian
dan bentuk depresi, apa yang menjadi penyebabnya, dan apa yang akan terjadi pada
masa pemulihan. Edukasi bisa membantu pasien dan keluarganya untuk menghadapi
depresi dengan lebih baik. Pasien dan keluarga mereka harus diberi konseling tentang
penyakit dan konsekuensinya. Mereka harus diberikan semua informasi yang diperlukan
mengenai apa yang diharapkan dan bagaimana menyikapinya. Pasien dan keluarga
mereka juga harus didorong untuk mencari konsultasi layanan sosial dan mendaftar ke
kelompok dan masyarakat pendukung (Kumalasari,2018).

SUMBER :

Kumalasari,N.,A.,Rahmayani,F.,&Hamidi,S.2018.Diagnosis danPencegahanPerburukan
Demensia Vaskular pada Pasien Pasca Stroke. Medula.Vol.8(1).
Singhai,K.,et al.2020.The 3Ds of Geriatric Psychairy:A Case Report.Pubmed.Vol.9(5).
Jagsch,C.,et al.2022.Delirium in Geriatric Patients.Pubmed Central.vol.172(5-6);114-121.
10. Prognosis pasien dengan 3D in geriatric
Ad vitam : sanam
Ad functionam : dubia ad malam Ad sanationam : dubia ad malam

Anda mungkin juga menyukai